BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Penerimaan Orang Tua
Penerimaan adalah sikap konsisten dan tidak berpura-pura terhadap
kehadiran seseorang. Hal ini ditandai dengan sikap yang tulus dan tanpa
harus merasa terpaksa terhadap kehadiran seseorang. Menerima terlihat
dalam sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu
yang patut dihargai. Menerima berarti lebih menerima dan memandang
orang lain sebagai pribadi (person), bukan sebagai objek (Rakhmad, 1999). Seseorang merasa diterima bila ia merasa kepentingannya
diperhatikan, serta merasa adanya hubungan yang erat antara dia dengan
orang lain (Darajat dalam Andriani, 2001). Tracy (1996) mengungkapkan
hargai dan kita cintai terhadap diri kita sangatlah berperan dalam proses
pembentukkan diri kita.
Orang tua adalah hubungan pria dan wanita yang saling mencintai
dan saling memiliki satu sama lain dalam suatu ikatan resmi secara hukum
maupun agama (pernikahan) untuk belajar hidup bersama, belajar
mengelola rumah tangga, serta mengasuh dan merawat anak-anak mereka
(Kartono, 1992). Orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri
dari ayah dan ibu, dimana baik ayah maupun ibu memiliki peranan
masing-masing dalam merawat dan mengasuh anak-anak mereka.
Menurut Haditono (dalam Lestari, 1995) penerimaan orang tua
terhadap anaknya adalah sikap yang penuh kebahagiaan dalam mengasuh
anak. Orang tua yang menerima anaknya mempunyai sikap yang dapat
memberi kebebasan dan keamanan psikologis serta mendorong rasa percaya diri anak, sehingga anak tidak akan merasa ragu-ragu untuk
menyatakan pendapatnya, rasa ingin tahunya, menghargai kemampuan
dirinya dan berani mengambil resiko (Lestari, 1995). Penerimaan orang
tua adalah suatu sikap yang dibentuk melalui perhatian yang kuat dan cinta
kasih terhadap anak serta sikap yang penuh kebahagiaan dalam mengasuh
anak.
Menurut Hurlock (1993) orang tua yang menerima anaknya tidak
hanya menginginkan dan merencanakan satu bagian masa depan anaknya
tetapi juga membiarkan anaknya menemui kesulitan di dalam usaha dan
dalam rumah dan mengembangkan hubungan dengan anaknya dengan
penuh kehangatan. Orang tua yang menerima anaknya biasanya memperhatikan perkembangan kemampuan dan minat anaknya.
Penerimaan merupakan suatu sikap yang dibentuk melalui cinta kasih,
perhatian yang kuat, dukungan yang besar serta rasa aman dan nyaman
serta kebahagiaan dalam mengasuh anak. Hal ini ditandai dengan sikap
orang tua yang mengungkapkan perasaannya dengan tulus dan tidak
berpura-pura. Sikap penerimaan orang tua tersebut berpengaruh positif
terhadap perkembangan anak.
Jadi dapat disimpulkan berdasarkan definisi-definisi di atas bahwa
penerimaan orang tua terhadap anaknya adalah suatu sikap penuh
kebahagiaan dalam mengasuh anak. Orang tua memberi kebebasan bagi
anak untuk menjadi dirinya sendiri, memberikan perhatian dan cinta kasih yang kuat, memperhatikan perkembangan anak serta memberikan
dukungan dan rasa aman bagi anak untuk dapat berkembang secara positif.
2. Aspek Penerimaan Orang Tua
Sejak tahun 1890-an, penelitian tentang penerimaan dan penolakan
orang tua sudah banyak dilakukan (Stogdill, 1937). Salah satu tokoh yang
juga melakukan penelitian mengenai penerimaan dan penolakan orang tua
adalah Ronald P. Rohner yang mengemukakan Parental acceptance-rejection theory (PARTheory). Menurut Rohner, PARTheory dapat menjadi dasar teori dalam melihat proses sosialisasi dan perkembangan
masa hidup seseorang, juga dalam memprediksi dan menjelaskan
penyebab dan konsekuensi hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan dan penolakan pada hubungan interpersonal, khususnya yang terjadi dalam
relasi orang tua - anak (Rohner, 1986, 2005; Rohner and Rohner, 1980).
Teori ini memiliki beberapa dimensi dan sub teori. Teori
penerimaan dan penolakan orang tua (Parental Acceptance-Rejection Theory / PARTheory) pada dimensi kehangatan orang tua (Warmth Dimension of Parenting) memilah penerimaan orang tua dalam dua aspek (Rohner, 2005), seperti yang terlihat pada diagram dibawah ini.
Gambar 1.Diagram AspekWarmth Dimension Of Parenting
Pada diagram di atas, Warmth Dimension of Parenting memilah penerimaan orang tua dalam aspek fisik dan aspek verbal.
a. Aspek Fisik dapat berupa perilaku fisik seperti pelukan, senyuman,
b. Aspek Verbal terlihat dalam penggunaan kata seperti pujian,
mengatakan hal-hal yang baik tentang anak, ungkapan rasa bangga terhadap anak, mendongeng, dsb.
Wujud nyata dari kedua aspek tersebut tergantung pada budaya dan
konteksnya. Apa yang dimaksudkan oleh peneliti bukanlah budaya dalam
arti regional ataupun suku bangsa, melainkan budaya yang dipelajari
individu sendiri sepanjang rentang hidupnya. Para antropologi yang
meneliti mengenai pengasuhan anak, menemukan bahwa pengasuhan yang
secara khas dilakukan orang tua pada anaknya akan dapat diduga berasal
dari pengalaman-pengalaman sejak masa anak-anak pada sebagian
masyarakat dimana orang tua tersebut dibesarkan (Keontjaraningrat, 2000).
Oleh karena itu, dalam penerimaan itu sendiri akan didapati wujud
ekspresi yang lugas dimana orang tua dapat dengan mudah memperlihatkan rasa sayangnya pada anak, namun ada pula orang tua
yang cenderung sungkan dalam mengekspresikan rasa sayangnya terhadap
anak. Intinya, baik sikap fisik maupun verbal dari orang tua
memperlihatkan perasaan sayang, mendukung, merawat, mencintai dan
mengasihi, yang mengekspresikan perasaan penerimaan orang tua
terhadap anaknya.
3. Pengaruh Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak
Menurut Bowly: 1989 (dalam Santrock, 2003), anak yang tidak
pertama kehidupannya, perkembangannya tidak akan optimal. Pandangan
bahwa perkembangan berkesinambungan (continuity view) menekankan pada peran yang dimainkan dalam hubungan awal orang tua- anak
terhadap pembentukan dasar untuk berhubungan dengan orang-orang
sepanjang rentang hidup (Santrock, 2003). Ahli psikoanalisa mengatakan
bahwa kepribadian individu yang hangat dan bersahabat diperoleh dari
hubungan yang berlangsung lama dengan orang tua, terutama pengalaman
masa kecil mereka (Santrock, 2003). Hubungan awal orang tua anak akan
dibawa terus ke titik lanjut perkembangan, dan mempengaruhi semua
hubungan selanjutnya. Dalam bentuknya yang ekstrim, pandangan ini
menyatakan bahwa komponen dasar dari hubungan sosial diletakkan dan
dibentuk oleh rasa aman atau rasa tidak aman mengenai hubungan orang
tua anak (Santrock, 2003).
Menurut Roger (dalam Schultz, 1998) jika penerimaan orang tua
terhadap anak terjadi, maka anak tidak akan mengembangkan syarat-syarat
penghargaan, mereka akan merasa diri berharga dalam semua syarat, anak
tidak akan bertingkah defensif, anak mempunyai keharmonisan antara diri
dan persepsinya terhadap kenyataan. Hurlock (1993) mengemukakan
bahwa semakin mereka merasa diterima maka semakin besar pula kasih
sayang yang akan mereka peroleh.
Gordon (1995) melihat penerimaan orang tua terhadap anaknya
mempunyai dampak bagi perkembangan pribadi seorang anak. Bila ada
perubahan-perubahan yang membangun, belajar memecahkan masalah,
secara psikologis semakin sehat, semakin produktif dan kreatif serta mampu mengaktualisasikan potensinya sepenuhnya.
Berdasarkan penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerimaan orang tua memiliki pengaruh yang cukup besar pada
kepribadian dan kemampuan sosial seorang anak. Melalui penerimaan
sepenuhnya anak akan merasa diterima sebagaimana adanya kemudian
merasa bebas dan mulai memikirkan perubahan apa yang akan
diinginkannya, bagaimana akan mengembangkan diri, bagaimana ia dapat
menjadi berbeda dan bagaimana ia dapat menjadi lebih baik.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Orang Tua
Ronald P. Rohner (1995) dalam teorinya Parental acceptance-rejection theory (PARTheory) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan orang tua terhadap anak, yaitu:
a. Karakteristik personal anak. Temperamen dan tingkah laku anak
mempengaruhi kualitas perlakuan dan penerimaan orang tua terhadap
diri anak. Seorang anak dalam keluarga bisa saja lebih diterima orang
tuanya bila dibandingkan saudaranya yang lain.
b. Lingkungan alami tempat keluarga berada. Sistem sosial yang berlaku
di masyarakat memiliki pengaruh terhadap penerimaan orang tua
orang tua, misalnya budaya yang kaku akan membuat orang tua
bersikap dingin atau menjaga jarak dengan anaknya.
c. Faktor spiritual. Umumnya orang tua yang religius dan memiliki nilai
agama yang kuat akan lebih menyayangi anaknya dan memberikan
rasa aman serta penerimaan yang lebih besar bila dibandingkan orang
tua yang kurang religius.