• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH

Dalam dokumen Dokumen RPJMD 2011 2015 (Halaman 195-200)

GAMBARAN UMUM KONDISI KOTA DUMA

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH

Penggunaan Sisa Lebih

Perhitungan Anggaran (SILPA) 143.866.019.591,79 229.592.012.903,44 146.794.038.270,00 6.137.146.116,18 25.785.780.709,37 238.196.086.677,66

Penerimaan Kembali Pemberian

Pinjaman 1.164.120.000,00 1.553.020.000,00

JUMLAH PENERIMAAN DAERAH 143.866.019.591,79 229.592.012.903,44 146.794.038.270,00 6.137.146.116,18 26.949.900.709,37 239.749.106.677,66 PENGELUARAN PEMBIAYAAN

DAERAH

Pembentukan Dana Cadangan 0,00 0,00

Penyertaan Modal (Investasi)

Pemerintah Daerah 2.500.000.000,00 1.240.000.000,00

Pembayaran Pokok Utang 0,00 0,00

Pemberian Pinjaman Daerah 0,00 0,00

Pembayaran Perhitungan Pihak III

(PFK) 0,00 0,00

Pembayaran Pokok Pinjaman

Dalam Negeri 0,00 29.530.973.598,78

Pembayaran Ganti Rugi Perkara 0,00 726.000.000,00

Usaha Ekonomi Kerakyatan-

Simpan Pinjam 550.000.000,00 1.000.000.000,00 500.000.000,00 0,00

Pembayaran Utang 4.194.649.700,68 0,00

JUMLAH PENGELUARAN DAERAH 2.500.000.000,00 1.240.000.000,00 550.000.000,00 31.256.973.598,78 4.694.649.700,68 0,00 PEMBIAYAAN NETTO 334.098.382.274,44 142.626.019.591,79 146.244.038.270,00 25.119.827.482,60 22.255.251.008,69 239.749.106.677,66 SISA LEBIH PEMBIAYAAN

ANGGARAN (SILPA) 153.631.588.449,55 146.794.038.269,97 8.537.004.608,18 25.849.855.709,37 238.196.086.677,66 368.043.867.171,23

3.3 KERANGKA PENDANAAN TAHUN 2011-2015

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang- undang Nomor. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perubahan paradigma pengelolaan otonomi daerah tidak terpisahkan terhadap perubahan pengelolaan keuangan daerah. Perubahan ini menjadikan pengelolaan keuangan daerah dapat dijalankan secara tertib, transparan, akuntabilitas, konsisntensi, komparabilitas, akurat, efisien dan efektif.

Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor. 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah merupakan sinkronisasi dari berbagai ketentuan perundang- undangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah seperti Undang-undang Nomor. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor. 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara, Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dan Peraturan Pemerintah Nomor: 24 tahun 2005 tentang standar akutansi pemerintah, sehingga merupakan satu kesatuan pengaturan dan pedoman pokok bagi pemerintah daerah dalam mengelola keuangan

daerah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.

Penyusunan teknis anggaran berbasis kinerja dilaksanakan dengan mengacu kepada Permendagri Nomor. 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 59 Tahun 2007 yang merupakan penjabaran paket regulasi keuangan bidang pengelolaan keuangan negara.

Anggaran Pendapatan Daerah Kota Dumai diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri dari:

a. Pendapatan Asli Daerah, yang meliputi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

b. Dana Perimbangan, yang meliputi Bagian Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Penyesuaian.

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, yang meliputi Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya, dan penerimaan daerah lainnya yang sah.

Kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Kota Dumai dalam upaya meningkatkan PAD adalah :

b. Melakukan terobosan kepada Pemerintah Pusat dalam rangka pelimpahan kewenangan pusat di daerah terutama yang hal-hal yang berhubungan dengan pendapatan di bidang perhubungan laut

c. Menyiapkan data-data penerimaan secara akurat sebagai bahan analisis potensi penerimaan atau PAD

d. Melakukan pengawasan terhadap pendapatan yang sudah berjalan dan potensial terjadi kebocoran di lapangan

e. Meningkatkan pemungutan secara intensif dengan memberikan punishment/hukuman bagi yang melakukan kecurangan

f. Penegakan hukum terkait pelaksanaan Peraturan Daerah tentang PAD .

g. Peningkatan pelayanan masyarakat melalui penyediaan sarana-prasarana pelayanan. Pendapatan Daerah merupakan segala penerimaan daerah yang berasal dari pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan pendapatan lain-lain yang sah, selanjutnya digunakan untuk Belanja Daerah.

Dari gambaran proyeksi lima tahun berjalan berjalan dapat diperkirakan pendapatan lima tahun kedepan (2011 – 2015) adalah sebagai berikut:

Dana perimbangan merupakan dana bagi hasil dari pemerintah pusat untuk proses penyelenggaraan pemerintah di daerah. Adapun dana perimbangan tersebut meliputi Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak, Bagi Hasil Pajak Propinsi, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Dalam struktur APBD Kota Dumai pada tahun 2007 mengalami perubahan dimana sektor bagi hasil pajak propinsi dimasukkan ke dalam Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Kebijakan umum untuk meningkatkan pendapatan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanakan intensifikasi pemungutan PBB,

b Peningkatan koordinasi secara sinergis dengan Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat.

c. Mendorong peningkatan penerimaan dari Provinsi meliputi PKB/BBNKB, PBBKB, dan pengambilan serta pemanfaatan air bawah tanah.

Tabel 3. 12.

Perkiraan Pendapatan Pemerintah Kota Dumai Tahun 2011-2015

No PendapatanDaerah Realisasi2010 2011 2012 Proyeksi2013 2014 2015

1. Pendapatan Asli Daerah PAD) 58.356.054.678,17 66.210.837.652,00 69.521.3979.534,60 114.442.759.023,33 120.164.896.974,50 126.173.141.823,22

- Hasil Pajak Daerah 10.106.796.209,47 25.690.237.208,00 26.974.749.068,40 69.768.797.033,82 73.257.236.885,51 76.920.098.729,79

- Hasil Retribusi Daerah 20.590.335.023,00 19.287.356.140,00 20.251.723.947,00 21.264.310.144,35 22.327.525.651,57 23.443.901.934,15

- Hasil Kekayaan Daerah

Yang Dipisahkan 2.132.491.689,00 2.153.291.702,00 2.261.617.787,10 2.374.698.676,46 2.493.433.610,28 2.749.010.555,33

- Lain-lain Pendapatan Asli

Daerah Yang Sah 25.526.431.756,70 19.079.322,602,00 19.079.322.602,00 21.034.953.168,71 22.086.700.827,14 24.350.587.661,92

2. Dana Perimbangan 420.626.353.062,00 490.588.188.847,00 515.117.589.289,35 499.428.167.691,82 524.399.576.076,41 550.619.554.880,23

- Bagi Hasil Pajak 62.544.576.026,00 65.463.657.939,00 68.736.840.835,95 30.728.372.365,75 32.264.790.984,03 33.878.030.533,24

- Bagi Hasil Bukan Pajak 266.788.379.036,00 333.931.133.908,00 350.627.690.603,40 368.159.075.133,57 386.567.028.890,25 405.895.380.334,76

- Dana Alokasi Umum (DAU) 87.732998.000,00 87.732.997.000,00 92.119.646.850,00 96.725.692.192,50 101.561.910.652,13 106.640.006.184,73

- Dana Alokasi Khusus (DAK) 3.460.400.000,00 3.460.400.000,00 3.633.420.000,00 3.815.091.000,00 4.005.845.550,00 4.206.137.827,50

4. Lain-lain Daerah Yang Sah 221.331349.344,00 79.826.494.472,00 83.817.819.195,60 88.008.710.155,38 92.409.145.663,15 97.029.602.946,31

Hasil Pajak dari Propinsi

Lainnya 33.561.084.564,00 38.364.383.409,00 40.282.602.579,45 42.296.732.708,42 44.411.569.343,84 46.632.147.811,04

- Pendapatan Lain-lain yang

sah 187.770.264.780,00 41.462.111.063,00 43.535.216.616,15 45.711.977.446,96 47.997.576.319,31 50.397.455.135,27

Jumlah Pendapatan Daerah 700.213.757.084,17 636.625.520.971,00 668.456.797.019,55 701.879.636.870,53 736.973.618.714,05 773.822.299.649,76

Bagi Hasil Pajak Propinsi merupakan salah satu komponen yang membentuk dana perimbangan, namun mulai tahun 2007 komponen ini tidak dimasukkan dalam dana perimbangan namun menjadi lain-lain pendapatan daerah yang sah. Bagi hasil pajak propinsi merupakan pendapatan pajak yang dipungut langsung oleh propinsi sedangkan daerah kabupaten/kota mendapatkan persentase bagi hasil dari pendapatan pajak tersebut, yang meliputi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)/Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), Pajak air bawah tanah dan pajak air permukaan.

Sedangkan Pengelolaan belanja daerah sangat erat kaitannya dengan sistem manajemen keuangan daerah, sistem penganggaran maupun sistem akuntansi. Seiring dengan dilaksanakannya reformasi dibidang keuangan, masyarakat semakin menuntut adanya pengelolaan keuangan publik secara transparan sehingga tercipta akuntabilitas publik (Public Accountability) dengan mendasarkan pada prinsipvalue for money. Disamping itu, pengelolaan belanja daerah harus berlandaskan anggaran Kinerja (Performance budget) yaitu belanja daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut mencerminkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, yang berarti harus berorientasi pada kepentingan publik. Oleh karena itu arah pengelolaan belanja daerah harus digunakan sebesar-besarnya kepentingan publik terutama masyarakat miskin dan kurang beruntung, dikelola dengan hasil yang baik dan biaya rendah (work better and cost less) melalui pendekatan kinerja (performance oriented).

Disamping itu, pengeluaran daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi yang terkait, mendasarkan pada, standar analisa belanja, standar harga, tolok ukur kinerja, dan standar pelayanan minimal serta memperhatikan prinsip value for money. Identifikasi belanja pengeluaran akan dibedakan menurut belanja langsung dan tidak langsung guna meningkatkan aspek transparansi. Kriteria tersebut bertitik tolak dari kegiatan yang dilakukan.

Dalam hal kepentingan tertentu, pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang bersumber dari pemerintah, Pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemerintah daerah dapat pula membentuk dana cadangan guna membiayaai kebutuhan tertentu yang dananya tidak dapat disediakan dalam satu tahun anggaran. Mencermati besarnya belanja yang harus dikeluarkan pada lima tahun mendatang diperlukan upaya secara serius untuk mengelola belanja daerah sesuai dengan arah dan kebijakan yang telah ditetapkan.

Belanja Daerah dialokasikan dengan pengaturan pola yang menganut azas proporsional, efisien dan efektif dengan penjabaran sebagai berikut :

a. Penentuan alokasi anggaran belanja sejalan dengan prioritas pembangunan sebagai langkah berkelanjutan dalam upaya pencapaian dengan visi Kota Dumai;

b. Penerapan alokasi belanja berbasis output/outcomes.

c. Penerapan standar harga dan biaya dilakukan secara optimal agar terjadi efisiensi anggaran.

d. Belanja Pegawai diarahkan untuk membiayai gaji dan tunjangan pegawai serta honorarium kegiatan dengan menerapkan asas efisiensi dan ekonomis serta efektif dalam pengertian seluruh program kerja dapat dituntaskan tanpa mengesampingkan peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan serta pemenuhan kebutuhan unit kerja dan masyarakat.

e. Belanja Barang dan Jasa pada kegiatan-kegiatan ditujukan untuk operasional rutin kegiatan, menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan dan menambah atau mengganti inventaris yang sudah tidak layak pakai.

f. Belanja Modal diarahkan untuk pengadaan tanah, peralatan dan mesin, serta pembangunan sarana dan prasarana yang bersifat menambah aset bagi Pemerintah Kota Dumai.

g. Belanja Tidak Terduga diprioritaskan untuk penanganan pasca bencana alam, bencana sosial dan penanganan lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah.

h. Bantuan Keuangan disalurkan kepada kelurahan sebagai ujung tombak pelayanan pemerintahan kepada masyarakat secara transparan dan tepat sasaran, termasuk didalamnya block grant yang penggunaannya didasarkan atas permintaan masyarakat pada kelurahan sehingga terjadi sinkronisasi implementasi antara rencana pembangunan Kota Dumai dengan masyarakat melalui kelurahan.

i. Perbaikan penghasilan Pegawai Non-PNS dengan menambah penghasilan sesuai UMR. 3.4 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Arah kebijakan ekonomi daerah adalah mewujudkan ekonomi daerah yang mencakup peningkatan perekonomian kota yang tangguh, sehat dan berkeadilan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap peningkatan kegiatan ekonomi akan berpengaruh pada peningkatan lapangan kerja dan kesempatan berusaha yg pada akhirnya akan mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Maknanya bahwa setiap potensi ekonomi yang dimiliki harus dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan peluang-peluang yg ada guna kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam dokumen Dokumen RPJMD 2011 2015 (Halaman 195-200)

Dokumen terkait