3.5. RTRW Kabupaten Malang
3.5.3. Penetapan dan Pengembangan Kawasan Budidaya
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Malang tersebar di beberapa kecamatan, yaitu : Ampelgading, Bantur, Dampit, Dau, Donomulyo, Gedangan, Jabung, Kalipare, Karangploso, Kasembon, Lawang, Ngajum, Ngantang, Pagak, Pakisaji, Poncokusumo, Pujon, Singosari, Sumbermanjingwetan, Tirtoyudo, Tumpang, Wagir, Wajak dan Wonosari.
Keberadaan kawasan jenis ini di Kabupaten Malang pada wilayah bagian Utara, Timur, Selatan dan Timur Selatan dimana pada kawasan ini merupakan kawasan yang perlu dilindungi dan untuk peningkatan dari nilai manfaat (hutan produksi) melalui penerapan sistem tebang pilih, pemanfaatan sebagai lokasi wisata dengan tetap menerapkan asas kelestarian ekosistemnya, penerapan sistem penjarangan.
Hutan produksi di Kabupaten Malang juga merupakan bagian dari upaya pelestarian DAS Brantas Hulu. Untuk meningkatkan kualitas tata air di DAS Brantas ini, maka hutan produksi yang ada harus diperluas melalui pengembangan tanaman keras dengan tegakan tinggi yang memiliki fungsi sebagai hutan.
Secara keseluruhan hutan produksi di Kabupaten Malang direncanakan memiliki area seluas 45.239,90 Ha atau 13,51 % dari luas Kabupaten. Berdasarkan kebutuhan hutan di Jawa Timur yang harus diemban oleh Kabupaten Malang adalah sekitar 37 %. Secara keseluruhan
seluas 45.239,90 Ha, sehingga secara keseluruhan luas hutan di Kabupaten Malang direncanakan seluas 108.597,30 Ha atau 32,44 % dari luas kabupaten.
Berdasarkan pola ini, maka Kabupaten Malang tidak kekurangan hutan. Sedangkan penyediaan kekurangan kawasan hutan dilakukan dengan pemanfaatan kawasan resapan air, tegalan dan kebun sehingga memiliki fungsi hutan yang dicirikan oleh tanaman tahunan, tegakan tinggi, kerapatan tinggi.
Pengembangan hutan ini juga sekaligus dapat meningkatkan fungsi penghijauan, melestarikan kawasan, sekaligus mencegah erosi dan meningkatkan nilai ekonomi lahan. Penambahan fungsi hutan ini dilakukan dengan mengalihfungsikan tegalan dan meningkatkan nilai manfaat lahan kosong yang tidak produktif, terutama di kecamatan : Ampelgading, Poncokusumo, Donomulyo, Dau, Pujon, Ngantang, Kasembon, Kalipare, Pagak, Bantur, Gedangan, Sumbermanjingwetan, Singosari, Jabung, Tirtoyudo, Kromengan, dan Pakisaji.
Jenis produksi hutan yang cocok dikembangkan pada kawasan-kawasan tersebut antara lain adalah tanaman coklat, akasia, mahoni, dan mlinjo di Kecamatan Donomulyo, tanaman cengkeh dan kopi di Kecamatan Ampelgading, tanaman coklat di Kecamatan Dampit, tanaman jati dan sengon di Kecamatan Kalipare, tanaman mahoni di Kecamatan Donomulyo, tanaman coklat di Kecamatan Donomulyo, tanaman coklat di Kecamatan Kasembon, tanaman nangka dan alpukat di Kecamatan Pujon, tanaman-tanaman kuat, pohon dan kayu di Kecamatan Sumberpucung, tanaman coklat di Kecamatan Tirtoyudo, serta tanaman alpukat dan durian di Kecamatan Wonosari Pengolahan hasil hutan produksi, dikelola untuk upaya peningkatan hasil dan mutu dalam bentuk-bentuk yang menarik konsumen. Diharapkan dengan peningkatan hasil produksi sektor kehutanan, dapat mendorong perkembangan kegiatan industri yang mengelolanya, sehingga diharapkan adanya multiplier effect.
Kawasan hutan sebagai penghasil utama buah-buahan diprioritaskan untuk tanaman nangka dan alpukat di Kecamatan Pujon, serta tanaman alpukat dan durian di Kecamatan Wonosari. Rencana pengelolaan kawasan hutan produksi meliputi :
1. Kawasan hutan produksi terdapat di beberapa kecamatan, yaitu : Donomulyo, Kalipare, Pagak, Bantur, Gedangan, Tirtoyudo, Ampelgading, Poncokusumo, Pujon, Ngantang, Kasembon, Wonosari, dan Kromengan. Beberapa hutan produksi yang ada ternyata menunjukkan adanya tingkat kerapatan tegakan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan percepatan reboisasi;
2. Pengadaan atau alih fungsi kawasan tegalan dan kebun melalui pengembangan tanaman dengan tegakan tinggi yang memiliki fungsi sebagai hutan produksi
kesempatan kerja yang lebih banyak;
4. Peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan hutan kerakyatan; 5. Pengembangan dan diversifikasi penamanam jenis hutan sehingga memungkinkan untuk
diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah;
6. Peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan alam; serta
7. Meningkatkan perwujudan hutan kota.
B. Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian terdiri dari kawasan pertanian lahan basah dan kawasan pertanian lahan kering. Bila dibagi menurut penggunaan tanahnya, maka kawasan pertanian terbagi menjadi kawasan pertanian sawah, tegalan, pengelolaan lahan kering, perkebunan, hortikultura, peternakan dan perikanan.
a) Sawah
Kawasan pertanian jenis ini banyak dijumpai pada wilayah bagian Utara, Tengah dan Timur. Dengan semakin tingginya perubahan fungsi tanah pertanian menjadi kawasan terbangun, maka untuk mempertahankan kawasan pertanian khususnya sawah beririgasi primer dan lahan berkelanjutan pertanian pangan (pertanian lahan berkelanjutan) ini perlu ditingkatkan intensifikasinya. Untuk menunjang peningkatan dari nilai manfaat melalui peningkatan pelayanan irigasi sekunder menjadi irigasi primer. Pengembangan sawah selain padi juga dilakukan penerapan sistem minapolitan, tumpang sari dan sebagainya.
Lahan sawah irigasi banyak dijumpai di beberapa kecamatan, antara lain: Dampit, Gondanglegi, Karangploso, Kepanjen, Kromengan, Ngajum, Ngantang, Pagelaran, Pakis, Pakisaji, Poncokusumo, Singosari, Sumberpucung, Tajinan, Tumpang, Turen, Wajak, dan Wonosari.
Luas lahan sawah Kabupaten Malang saat ini secara keseluruhan adalah 45.888,23 Ha (13,2 % dari luas kabupaten), yang terbagi dalam sawah irigasi primer seluas 33.110,3 Ha dan sawah tadah hujan seluas 12.777,93 Ha. Untuk masa yang akan datang, sawah irigasi primer ini akan dipertahankan sebagai lahan berkelanjutan pertanian pangan (pertanian lahan berkelanjutan).
Sawah yang berdekatan dengan jalan utama dan sekitar kawasan permukiman perkotaan banyak yang mengalami alih fungsi menjadi kawasan terbangun dengan berbagai peruntukannya. Pada kawasan perkotaan dan sebagian kawasan perdesaan (yang terletak di
harus dilakukan peningkatan irigasi setengah teknis dan sederhana menjadi beririgasi teknis sehingga luas sawah secara keseluruhan tetap sama.
Upaya mempertahankan luasan kawasan pertanian di Kabupaten Malang juga dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengembangan prasarana pengairan;
2. Pengendalian kegiatan lain agar tidak mengganggu lahan pertanian yang subur; serta 3. Penyelesaian masalah tumpang tindih dengan kegiatan budidaya lain.
Adapun arahan pengelolaan sawah di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut : 1. Sawah beririgasi primer harus dipertahankan luasannya.
2. Perubahan fungsi sawah ini hanya diijinkan pada kawasan perkotaan dengan perubahan maksimum 50 % dan sebelum dilakukan perubahan atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi sekunder menjadi irigasi primer dua kali luas sawah yang akan dialihfungsikan dalam pelayanan daerah irigasi yang sama.
3. Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan hanya pada sepanjang jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran perubahan maksimum 20 % dari luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan peningkatan irigasi sekunder menjadi irigasi primer, setidaknya dua kali luasan area yang akan diubah dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;
4. Pada sawah beririgasi primer yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan abadi maka tidak boleh dilakukan alih fungsi.
5. Sawah beririgasi sekunder secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi primer; serta
6. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan cooperative farming dan holtikultura dengan mengembangkan kawasan good agriculture practices;
b) Tegalan (Tanah Ladang)
Tegalan tanah kering merupakan penggunaan tanah yang memiliki luasan terbesar di Kabupaten Malang. Keberadaan akan kawasan ini di Kabupaten Malang menyebar di seluruh kecamatan terutama pada daerah yang kurang mendapatkan air dan mengandalkan air hujan (tadah hujan), dimana untuk peningkatan nilai manfaat dilakukan melalui penerapan sistem pergiliran, tumpang sari dan sebagainya. Luas lahan ini di Kabupaten Malang secara keseluruhan mencapai 32,73 % dari luas Kabupaten atau 45.432,85 Ha.
tanaman keras, dapat dialihfungsikan menjadi kawasan hutan atau perkebunan. Dengan alih fungsi ini maka luas tegalan diperkirakan akan mengalami penurunan.
Adapun arahan pengelolaan lahan tegalan ini adalah sebagai berikut :
1. Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan memberikan tanaman tahunan yang produktif. Lahan ini diperuntukkan untuk menunjang kehidupan secara langsung untuk rumah tangga masyarakat sehingga memiliki penggunaan tanah campuran seperti palawija, hortikultura maupun penunjang perkebunan dalam skala kecil; 2. Dalam beberapa hal kawasan ini merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk
kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang; serta
3. Alih fungsi lahan tegalan menjadi kawasan terbangun diarahkan meningkatkan nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan kebutuhan fasilitas dan berbagai sarana masyarakat. c) Pengelolaan Lahan Kering
Pengelolaan lahan kering banyak terdapat pada beberapa kecamatan yang merupakan lahan kering. Untuk keberadaan dari kawasan jenis ini mayoritas di wilayah bagian Timur Selatan. Dimana untuk lebih meningkatkan pola pemanfaatan dilakukan penerapan sistem keragaman produk, sistem pergiliran dan sebagainya.
Luas area ini di kabupaten Malang diperkirakan 60.000 Ha atau 17 % dari luas kabupaten. Lahan ini pada dasarnya dapat dialihfungsikan untuk hutan produksi atau perkebunan rakyat. Beberapa produk unggulan lahan pengelolaan lahan kering adalah tanaman nangka, alpukat dan durian, selain itu juga terdapat tanaman lain seperti pepaya, apel, sukun, duku/langsat, nenas, melinjo, pepaya, petai, manggis, sirsak, belimbing, jambu biji, pisang, kelengkeng, jambu air, rambutan, apel, mangga, sawo, jeruk siam/keprok, salak, dan jeruk besar.
Adapun arahan pengelolaan kawasan pengelolaan lahan kering ini adalah :
1. Seperti umumnya lahan kering yang diperuntukkan pengelolaan lahan kering memiliki fungsi campuran umumnya untuk hortikultura dan palawija. Lahan ini diutamakan untuk ditingkatkan fungsinya memalui pengembangan komoditas tanaman keras tegakan tinggi yang memiliki nilai ekonomi tinggi;
2. Kawasan ini memiliki potensi untuk menunjang ekonomi perdesaan dan wilayah sehingga alih fungsi diijinkan pada beberapa area dengan catatan memiliki nilai tambah yang lebih besar dan sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang; serta
meningkatkan nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan kebutuhan fasilitas dan berbagai sarana masyarakat.
d) Perkebunan
Di Kabupaten Malang perkebunan banyak terdapat di Kecamatan Lawang, Kecamatan Dampit, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Gondanglegi, dimana untuk pemanfaatan dilakukan dengan peningkatan produktivitas dan perlindungan kawasan.
Secara keseluruhan luas lahan perkebunan di Kabupaten Malang mencapai 26,33 % dari luas wilayah Kabupaten atau 54.834,18 Ha.
Pada beberapa lokasi perkebunan yang saat ini digunakan untuk pertanian tanaman semusim akan dilakukan pengembalian kepada fungsi perkebunan dengan pengelolaan bersama masyarakat. Berbagai cara dalam pemanfaatan perkebunan antara lain adalah :
1. Pengembangan perkebunan dilakukan dengan mengembangkan industri pengolahan hasil komoditi diarahkan pada Kecamatan Ampelgading, Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Sumbermanjingwetan, Kecamatan Ngajum dan Kecamatan Wonosari; 2. Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat kegiatan ekonomi di
Mantung - Pujon;
3. Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman perkebunan yang rusak (seperti perkebunan teh) atau pada area yang telah mengalami kerusakan yaitu mengembalikan fungsi perkebunan yang telah berubah menjadi peruntukan lainnya, khususnya yang telah berubah menjadi area pertanian tanaman pangan;
4. Pengembangan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk tanaman perkebunan sesuai dengan rencana, seperti kelapa, cengkeh, tembakau, kopi, jahe, panili, teh, dan cokelat; 5. Pengembangan kawasan-kawasan potensi untuk pertanian pangan lahan kering; 6. Pengembangan pasar produksi perkebunan; serta
7. Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan membentuk keterikatan antar produk.
Gambar 4. 12 Alih Fungsi Kawasan Perkebunan Menjadi Kawasan Pertanian
1. Kawasan perkebunan yang dikembangkan di Kecamatan Lawang dan Kecamatan Singosari tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan yang lain, dan dapat ditingkatkan perannya sebagai penunjang pariwisata dan penelitian;
2. Perkebunan yang juga memiliki fungsi perlindungan kawasan seperti di Kecamatan Wonosari, Kecamatan Ampelgadung, Kecamatan Tirtoyudo dan Kecamatan Sumbermanjingwetan, sebagian merupakan kawasan yang telah dialihfungsikan menjadi tanaman semusim. Lokasi ini harus dikembalikan menjadi perkebunan kembali dengan melibatkan masyarakat;
3. Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan masing-masing; serta
4. Penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan keindahan/estetika.
e) Kawasan Hortikultura
Sentra pengembangan kawasan hortikultura di Kabupaten Malang adalah Kecamatan Poncokusumo, Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang, dan Kecamatan Sumbermanjingwetan. Setiap kecamatan akan dikembangkan dengan spesifikasi masing- masing.
Pengembangan kawasan dilakukan dengan :
1. Pada setiap kawasan sentra produksi di perdesaan akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan;
2. Pengembangan sistem agropolitan dan pengembangan kawasan perdesaan khusunya pada pusat sentra produksi pertanian, diarahkan ke Kecamatan Poncokusumo sebagai kawasan prioritas pengembangan, serta Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang dan Kecamatan Sumbermanjingwetan;
3. Pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata dan industri pengolahan pertanian dari bahan mentah menjadi makanan dan sejenisnya, maka sektor ini harus tetap di pacu dan dikembangkan produksinya secara intensif dan ekstensif; serta 4. Pengembangan komoditas unggulan dengan pemasaran nasional dan eksport.
Gambar 5.13 Produk Unggulan Holtikultura yaitu Tanaman Sawi di Kecamatan Turen dan Kol di Kecamatan Poncokusumo
Gambar 5.14 Diagram Model Agribisnis di Kawasan Agropolitan
Adapun arahan pengelolaan kawasan hortikutura di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut :
1. Kawasan hortikultura sebagai penunjang komoditas unggulan di Kabupaten Malang dilakukan dengan memperhatikan besaran supply dan permintaan pasar untuk menstabilkan harga produk;
Produksi Tanaman Komoditi Unggulan (Pangan, Hortikultura, Perkebunan) Peternakan (Komoditi Unggulan) - Komoditi Unggulan Segar - Produk Olahan (Industri kecil/RT) Perikanan (Pembenihan & Pembesaran) Bahan Organik
Kotoran
Pasar
Sub Terminal Agribisnis
kemampuan pemasaran yang luas terutama eksport;
3. Kawasan ini sebaiknya tidak diadakan alih fungsi lahan kecuali untuk kegiatan pertanian dengan catatan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memiliki kemampuan penyerapan tenaga kerja yang lebih luas;
4. Beberapa bagian kawasan hortikultura khususnhya sayuran terletak pada ketinggian diatas 1000 meter dpl, dan banyak memiliki kelerengan > 40%. Kawasan ini harus dilakukan peningkatan konservasi lahan dengan mengolah secara teknis dan vegetatif; serta
5. Kawasan hortikultura buah-buahan harus dikembangkan dengan memperhatikan nilai ekonomi yang tinggi dengan mengembalikan berbagai jenis komoditas yang menunjukan ciri khas daerah (seperti duku Singosari, klengkeng Tumpang, Apel Poncokusumo, dan sebagainya).
f) Kawasan Peternakan
Ternak besar (sapi potong dan sapi perah) terdapat di Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Jabung, Kecamatan Pujon, Kecamatan Ampelgading dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Sedangkan untuk pengembangan ternak kecil (ayam ras, ayam buras/kampung) pendistribusian sudah cukup merata pada masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Malang dan setiap penduduk rata-rata memiliki ternak ini meskipun dalam jumlah kecil.
Pengembangan Breeding Centre yang dapat berfungsi sebagai lokomotif benggerak pertumbuhan dan perkembangan di bidang peternakan, yang dilokasikan di Kecamatan Singosari dan Kecamatan Ngajum. Pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan sentra ternak sapi perah di Kecamatan Pujon dan Kecamatan Ngantang; 2. Pengembangan kawasan ternak unggulan di Kecamatan Dampit dan Kecamatan Turen; 3. Kawasan peternakan diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi pakan
ternak;
Gambar 4. 15 Ternak Sapi Perah di Kecamatan Pujon
permukiman penduduk untuk mencegah penyebaran penyakit ternak seperti flu burung; serta
5. Peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil ternak, seperti pembuatan industri pengolah hasil ternak, mengolah kulit, dan industri lainnya.
Adapun arahan pengelolaan peternakan di Kabupaten Malang diarahkan sebagai berikut : 1. Meningkatkan kegiatan peternakan secara alami dengan mengembangkan padang
penggembalaan, dan pada beberapa bagian dapat menyatu dengan kawasan perkebunan atau kehutanan;
2. Kawasan peternakan dalam skala besar dikembangkan pada lokasi tersendiri, diarahkan mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi pakan ternak;
3. Mengembangkan sistem inti - plasma dalam pengembangan peternakan; 4. Mengolah hasil ternak sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi;
5. Pengembangan ternak unggulan yang dimiliki oleh daerah yaitu komoditas ternak yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif; serta
6. Ternak unggas dan ternak lain yang memiliki potensi penularan penyakit pada manusia harus dipisahkan dari kawasan permukiman.
g) Kawasan Perikanan
Perikanan dapat dibagi dalam dua kelompok utama yakni perikanan darat yang dikembangkan di kolam/sungai, waduk, tambak, karamba, dan mina padi, dan perikanan laut. Luas area untuk kawasan ini adalah 122,75 Ha atau 0,04 % dari luas kabupaten. Adapun pengembangan perikanan darat adalah :
1. Perikanan kolam dan sungai produksinya terdistribusi merata di seluruh Kabupaten Malang;
2. Perikanan waduk dengan membentuk Kawasan Minapolitan. Kawasan Minapolitan di Kabupaten Malang terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Ngantang terdapat Bendungan Selorejo, di Kecamatan Sumberpucung - Kalipare terdapat Bendungan Karangkates dan Lahor, serta di Kecamatan Kepanjen - Pagak terdapat Bendungan Sengguruh, dengan kawasan pendukung antara lain Kecamatan Dau, Kecamatan Wajak, Kecamatan Turen, Kecamatan Gondanglegi, Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Sumber Pucung, Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Singosari. Pusat pengembangan kawasan Minapolitan di Kabupaten Malang akan di konsentrasikan di Kecamatan Wajak.
Sedangkan pengertian Kawasan Minapolitan adalah Kawasan yang membentuk kota perikanan, yang memudahkan masyarakat untuk bisa membudidayakan ikan darat,
pasar ikan dan mudah mendapatkan pakan ikan, yang dikelola oleh salah satu kelompok yang dipercaya oleh pemerintah. Selain itu untuk memenuhi persyaratan menjadi minapolitan, harus tersedia infrastruktur yang memadai baik lembaga penyuluhan, lembaga pengkajian, seperti LIPPI, infrastruktur yang mendukung seperti jalan dan kelembagaan kelompok pembudidaya perikanan, lembaga perbankan dan koperasi perikanan serta pasar ikan.
3. Perikanan tambak hanya terdapat pada sebagian kecil wilayah, yakni di Kecamatan Sumbermanjingwetan;
4. Perikanan minapolitan yakni mengembangkan ikan di sawah ketika digenangi air terdapat pada hampir semua sawah di Kabupaten Malang; serta
5. Perikanan karamba terdapat di Kecamatan Tirtoyudo, Kecamatan Sumbermanjingwetan dan Kecamatan Gedangan serta Kecamatan Singosari, Kecamatan Lawang, Kecamatan Karangploso.
Untuk perikanan tangkap atau perikanan laut akan dikembangkan sebagai berikut :
1. Pengembangan Pelabuhan Perikanan di Kawasan Sendang Biru yang diarahkan sebagai pengembangan baru perikanan terpadu, yang nantinya dapat dijadikan sebagai promosi dan arahan investasi serta mendapat bantuan pembangunan pelabuhan perikanan, yang terletak di Kecamatan Sumbermanjingwetan;
2. Pengembangan TPI di Sipelot di Kecamatan Tirtoyudo;
3. Pengolahan hasil ikan di Sendangbiru Kecamatan Sumbermanjingwetan; serta 4. Pengembangan perikanan hias dan lobster di Kondangmerak Kecamatan Bantur. Adapun arahan pengelolaan kawasan perikanan di Kabupaten Malang adalah :
1. Mengembangkan perikanan unggulan pada setiap lokasi yang memiliki potensi pengairan untuk perikanan;
2. Pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya; serta
3. Mempertahankan, merehabilitasi dan merevitalisasi tanaman bakau untuk pemijahan ikan dan kelestarian ekosistem.
C. Kawasan Pertambangan
Kabupaten Malang memiliki sumber daya potensial yang berupa mineral batuan yang merupakan salah satu penunjang pembangunan perekonomian di Kabupaten Malang.
a) Jenis pertambangan bahan galian/tambang meliputi 1. Panas Bumi
3. Mineral, antara lain : • Mineral Radioaktif • Mineral Logam • Mineral Non Logam • Batuan
4. Batubara
b) Jenis komoditi mineral di daerah meliputi : 1. Mineral logam
• Mangan (kec.Kalipare, Sumbermanjing Wetan) • Pasir besi (Kec.Gedangan)
• Emas (Kec.Kalipare, Gedangan, Dampit, Sumbermanjing Wetan) 2. Mineral non logam
• Phosphat (Kec. Sumbermanjing Wetan)
• Kalsit (Kec.Gedangan, Pagak, Bantur, Donomulyo, Sumbermanjing Wetan) • Feldspar (Kec.Kepanjen, Gondanglegi, Dampit, Sumbermanjing Wetan • Tanah liat (Kec.Tirtoyudo, Singosari, Bantur, Pagak, Sumberpucung) • Kaolin (Kec.Kalipare,Pagak, Dampit, Bantur, Ampelgading)
• Pasir Kuarsa (Kec.Kalipare, Tirtoyudo,Dampit, Ampelgading) • Bentodit (Kec.Pagak, Bantur, Tirtoyudo,Sumbermanjing Wetan ) • Phyrophilit (Kec.Gedangan, Sumbermanjing Wetan)
• Zeolit(Kec.Tirtoyudo, Gedangan, Sumbermanjing Wetan) • Okee (Kec.Gedangan, Dampit, Sumbermanjing Wetan) • Toseki(Kec.Tirtoyudo, Sumbermanjing Wetan)
3. Mineral batuan
• Andesit (Kec.Jabung, Karangploso)
• Pasir (Kec.Wajak, Ampelgading, Kesamben, Dampit, Turen)
• Gamping (Kec.Kalipare, Gedangan, Dampit, Sumbermanjing Wetan) • Marmer (Kec.Kalipare, Gedangan, Dampit, Sumbermanjing Wetan) • Tanah urug
• Trass • Pasir batu
bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan;
2. Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi/reklamasi sesuai dengan zona peruntukan yang ditetapkan, dengan melakukan penimbunan tanah subur dan/atau bahan-bahan lainnya, sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup;
3. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas (top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan;
4. Meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran kapur dan batubata - genting, sebab dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan;
5. Pada kawasan yang teridentifikasi bahan tambang golongan B atau A (migas) dan bernilai ekonomi tinggi, sementara pada bagian atas kawasan penambangan adalah kawasan lindung atau kawasan budidaya sawah yang tidak boleh alih fungsi, atau kawasan permukiman, maka eksplorasi dan/atau eksploitasi tambang harus disertai AMDAL, kelayakan secara lingkungan, sosial, fisik dan ekonomi terhadap pengaruhnya dalam jangka panjang dan skala yang luas;
6. Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan, sekaligus disertai pengendalian yang ketat; serta
7. Pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal untuk pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti tanaman jarak pagar dan tanaman nilam.
D. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Malang akan dikembangkan dalam bentuk kawasan industri, lokasi industri yang telah berkembang, dan home industry. Kawasan Industri yang dikembangkan akan dipusatkan pada dua lokasi, yakni di Kecamatan Jabung dengan luas sekitar 200 Ha, dan Sendangbiru dengan luas total 4000 Ha yang menyatu dengan kawasan perkotaan dan kawasan pelabuhan.
Adapun pengembangan kawasan peruntukan industri di Kabupaten Malang adalah : 1. Kawasan Industri Sendangbiru di Kecamatan Sumbermanjingwetan;
Karangploso;
4. Industri Gula di Kecamatan Bululawang dan Kecamatan Pakisaji; 5. Industri Strategis gudang senjata Pindad di Kecamatan Turen; serta
6. Home industry yang menyebar, dengan beberapa sentra: industri pengolahan tebu dan kelapa di Kecamatan Pakis; pengolahan kopi dan cengkeh di Kecamatan Wagir; pengolahan tebu, kelapa, dan melinjo di Kecamatan Kepanjen; industri marning di Turen; industri tikar mendong, tampar mendong dan keju di Kecamatan Wajak; serta beberapa industri lainnya.
Rencana pengelolaan kawasan industri dan perdagangan, yaitu:
1. Pengembangan kawasan sentra industri kecil terutama pada kawasan perdesaan dan perkotaan;
2. Pengembangan kawasan sentra industri kecil terutama pada kawasan perdesaan dan perkotaan;
3. Pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada setiap pusat kegiatan