PERCERAIAN DAN AKIBAT HUKUMNYA
5) Penetapan Hakim
Menurut ketentuan pasal 71 ayat 2 dan apasl 131 ayat 2 KHI
bentuk keputusan pengadilan agama dalam perkara cerai talak adalah
‘ penetapan’ bentuk keputusan ini disejajarkan dengan sifat gugatnya
adalah ‘permohonan’.36
Segala hal ihwal yang terjadi dalam sidang ikrar talak dicatat
panitera. Kemudian hakim membuat penetapan yang isinya
menyatakan bahwa perkawinan pada sejak irar talak diucapkan dana
penetapan tersebut tidak dapat diminta banding atau kasasi (pasal 71
undang-undangn no. 7 tahun 1989) tentang peradilan agama.
Penetapan hakim tentang talak tersebut selambat-lambatnya 30
hari wajib dikirimkan satu helai salinananya oleh panitera pengadilan
agama atau pejabat pengadilan yang ditunjuk, apabila sudah
mempunyai kekuatan hukum tetap, tanpa bermateri kepada pegawai
35
Ibid, h. 178
36
pencatat nikah yang wilayahnya meliputi tempat kediaman pemohon
dan termohon unutk mendaftarkan putusan perceraian dalam sebuah
daftar yang disediakan untuk tiu (pasl 72 jo 84 (1) undang-undang no.
7 tahun 1989) tentang peradilan agama.
Apabila cerai talak itu dilakukan di wilayah yang berbeda
dengan wilayah pergawai pencatat nikah tempat perkawinan
dilangsungkan maka satu helai salinan ketetapan hakim yang telah
mempunyai kekuatan hukum yant tetap anpa bermaterai dikirimkan
pula kepada pegawai pencatat nikah di tempat perkawinan
dilangsungkan dan oleh pegawi pencatat nikah tersebut dicatatkan
pada bagian pinggir daftar catatan perkawinan (pasl 72 jo 84 (2)
undang-undang no. 7 tahun 1989) tentang peradilan agama.
Apabila perkawinan dilangsungkan di luar negeri, maka satu
helai salinan putusan sebagaimana yang dimaksud disampaikan pula
keapda pegawi pencatat nikah di tempat di daftarkannya perkawinan
mereka di Indonesia (pasal 72 jo 84 (3) ). Panitera berkewajiban
memberikan akta cerai sebagai surat bukti cerai kepada para pihak
selambat-lambatnya tujuh hari terhitung setelah penetapan ikrar talak
memperoleh kekuatan hukum yang tetap tersebut dibritahukan kepada
para pihak ( pasal 72 jo 84 ayat 4).37 ii. Cerai Gugat
Bentuk perceraian lain yang diatur dalam undang-undang no. 7
tahun 1989 tentang peradilan agama adalah bentuk “cerai gugat”.
37
Bentuk cerai gugat diatur dalam bab iv, bagian kedua paragraph 3.
pada dasarnya proses pemeriksaan perkara cerai gugat tidak banyak
berbeda dengan cerai talak, oleh akrena itu dalam uraian mengenai
cerai gugat hanya akan membahas hal-hal yang berlainan dengan cerai
talak. Pasal pasal 73 ayat 1 telah menetapkan secara permanent bahwa
dalam perkara cerai gugat yang bertindak dan berkedudukan sebagai
penggugat adalah ‘isteri’. Pada pihak lain ‘suami’ ditempatkan
sebagai pihak gugat. Dengan demikain masing-masing telah
mempunyai jalur tertentu dalam upaya menuntut perceraian, jalur
suami melalui cerai talak dan jalur isteri melalui upaya cerai guagat.
a. Kompetensi Mengadili Cerai Gugat
Mengenai pengadilan agama yang kompeten memeriksa
perkara cerai gugat diatur dalam pasal 73 yang menjelaskan bahwa
gugatan diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kediaman penggugat (isteri). Ketentuan ini merupakan
kebalikan dan pengecualian dari asa umum actor sequitur forum rei
yang mengajarkan “ gugat di pengadilan agama tempat kediaman
tergugat, dan asas ini juga yang dipakai dalam perkara cerai talak.
Kenapa asas umum tersebut yang dibalik dalam perkara cerai gugat?
Karena untuk memberi kemudahan bagi isteri untuk menuntut
perceraian dari suami. Kemudahannya, isteri diberi keringan oleh
undang-undang untuk mengajukan gugatan di pengadilan yang daerah
berwenang mengadili perkara ceria gugat adalah pengadilan agama
yang berkedudukan di daerah tempat kediaman isteri (penggugat).
Akan tetapi apabila ada keadaan –keadaan tertentu,
sebagaimana yang ditentukan undang-undang, maka kompetensi
relative mengadili perkara cerai gugat beralih dari pengadilan agama
yagn daerah hukumnya merliputi tempat kediaman penggugat ke
pengadilan agama lain sesuai dengan hal yang mengikuti keadaan
tersebut.38Untuk penjelasan selengkapnya pasal 73 undang-undang no. 7 tahun 1989 tentang peradilan agama menyatakan :
1) gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada
pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tampat kediaman
penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengajar
meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.
2) Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri,
gugatan peceraian diajukan kepada pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat.
3) Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar
negeri, maka penggugat diajukan kepada pengadilan yang
daerah hukumnya meliputi perkawinan mereka dilangsungkan
atau kepada pengadilan agama Jakarta pusat.
b. Formulasi Gugatan Cerai Gugat
Perkara cerai gugat adalah perkara yang bersifat contentiosa,
yaitu perkara yang mengandung sengketa perkawinan antara isteri
38
sebagai penggugat dengan suami sebagai tergugat. Oleh karena itu
segala ketentuan yang diperbolehkan hukum acara dalam berperkara
secara partai, berlaku sepenuhnya dalam formulasi gugatan perceraian.
Apalagi jika gugatan cerai gugat dihubungkan dengan pasal 86
undang-undang mo. 7 tahun 1989 tentang peradilan agama, yang
memperbolehkan gugatan perceraian digabung bersama sekaligus
dengan gugatan penguasaan anak, nafkah dan pembagian harta
bersama, seluruh hal-hal yang berkenaan dengan gugat provinsi, CB
dan petitum yang meminta puttusan dpat dijalankan lebih dulu, dapat
dirumuskan dalam surat gugatan, yang penting harus diingat jangan
sampai gugatan mengadung cacat anscur libel. Untuk itu formulasi
gugat harus disusun secara sistematik dengan cara menempatkan
gugatan cerai talak sebagai pokok utama dan gugat yang lain sebagai
guagat assessor yang menempel kepada gugatan pokok.
Dimulai dari perumusan gugatan perceraian dengan dalil
alasan yang dibenarkan pasal 19 PP no. 9 tahun 1975 tentang
pelaksanaan undang-undang no. 1 tahyn 1974 jo tentang perkawinan.
Penjelasan pasal 39 undang-undang no. 1 tahun 1974 tentang
perkawianan dan pasal 116 KHI, menyusul kemudian gugatan
penguasaan anak yang disertai dengan dalil alasan. Urutan berikutnya
diteruskan dengan rumusan tuntutan nafkah yang dibarengi dengan
rincian perhitungan yang patut dan masuk akal serta alasannya. Baru
kemudian dilanjutkan dengan tuntutan permbagian harta bersama
dituntut maupun pencantuman satu persatu harta bersama dalam
gugatan menyebabkan gugatan tersebut tidak jelas dan akibatnya
gugatan dinyatakan tidak dapat di terima.
Begitu pula mengenai perumusan petitium gugat harus berurut
sesuai dengan sistematika formulasi gugat. Dimuali dari petitum
pengesahan sita (jika ada), baru kemudian menyusul petitum gugat
perceraian. Disusul kemudian dengan poin petitum penguasaan anak,
dan pembagian harta bersama. Petitum yang tidak teratur dan
sistematik sehingga tidak sejajar pencantuman urutannya dengan
posita gugat, dapat mengakibatkan gugatan dianggap tidak sejalan
dengan cerai gugat.39 c. Asas Pemeriksaan Cerai Gugat
Di samping asas dan tata cara pemeriksaan perkara cerai gugat
tunduk sepenuhnya terhadap ketentuan hukum acar perdata serta
ketentuan khusu yang diatur dalam undang-undang no. 7 tahun 1989
tentang peradilan agama, tata tertib pemeriksaan juga harus
berpedoman kepada asas-asas umum baik yang diatur dalam
undang-undang no. 7 tahun 1989 tentangn peradilan agama dan KHI (Inpres
No.1 tahun 1991). Adapun mengenai asas-asas yang menjadi
pedoman pemeriksaan perkara cerai gugat sama dengan asas umum
yang berlaku dalam pemeriksaan perkara cerai talak. Oleh karena itu
asas-asas pemeriksaan cerai gugat ini dakan dikemukakan secara
ringkas yaitu :
39
1) Pemeriksaan Oleh Majelis Hakim
menurut ketentuan pasal 15 undang-undang no. 14 tahun 1970
tentang pokok-pokok kekuasaan kehakiman yang memerintahkan
pemeriksaan dilakukan oleh majelis yang terdiri dari tiga orang hakim.
Salah seorang diantaranya bertindak sebagai ketua majelias dan yang
lain sebagai anggota sidang. Namun dalam hal-hal tertentu, penentuan
tersebut dapat ditolerir penerapannya asal berpedoman keapda jiwa
angka 9 penjelasan umum undang-undang no. 14 tahun 1970 tentang
pokok-pokok kekuasaan kehakiman
2) pemeriksaan dalam sidang tertutup
hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 80 ayat 2, ketentuan ini
merupakan penyimpangan dari ketentuan pasal 17 ayat 1 undang –
undang no. 14 tahun 1970 tentang pokok-pokok kekuasaan kehakiman
yang memerintahka pemeriksaan perkara terbuka unutk umum, akan
tetapi asas pemeriksaan untuk perkara perceraian dilakukan dalam
sidang tertutup tidak boleh menyimpang dari ktentuan pasal 17 ayat 1
undang-undang no. 14 tahun 1970 tentang pokok-pokok kekuasaan
kehakiman, jo. Pasal 81 ayat 1 undang-undang no. 17 tahun 1989
tentang peradilan agama dan pasal 145 KHI, yang menentukan
putusan perkara perceraian diucapkan dalam sidang yang terbuka
untuk umum.40
3) pemeriksaan 30 hari dari tanggal pendaftaran gugatan
40
pasal 80 ayat 1 memerintahkan agar pemeriksaan gugatan cerai
gugat dilakukan selambat-lambatnya 30 hari sejak tanggal surat gugat
tersebut didaftarkan di kepaniteraan pengadilan. Pemeriksaan ini
dilakukan oleh majelis hakim dengan tujuan untuk memnuhi asas
yang ditentukan pasal 4 ayat 2 undang-undangn no. 14 tahun 190
tenatng pokok-pokok kekuasaan kehakiman yakni peradilan yang
sederhana, cepat dan baia ringan
4) Pemeriksaan In person atau kuasa
Pemeriksaan perkara perceraian, tidak mesti dihadiri secara (in
person) oleh suami isteri, mereka dapat diwakili oleh kuasa yang telah
mendapat kuasa khusus untuk itu. Jika sekiranya pemeberian kuasa
dilakukan di persidangan, maka pemberian kuasa tersebut harus
dicatat dengan jelas dalam berita acara sidang tentang apa saja hak
dan kewajiban seorang kuasa tersebut.
5) Upaya mendamaikan diusahakan selama proses pemeriksaan
berlangsung
Mengenai hal ini pasal 82 ayat (1-4) menjelaskan :
Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, hakim
harus berusaha mendamaikan kedua belah pihak. Dalam sidang
pedamaian tersebut. Suami isteri harus datang secara pribadi kecuali
apabila salah satu pihak bertempat tinggal di luar negeri, dan tidak
dapat menghadap secara pribadi dapat di wakili oleh kuasanya yang
secara khusus dikuasakan untuk itu. Apabila kedua pihak bertempat
tersebut menghadap secara pribadi. Selama perkara belum diputus,
usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan.