• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN

B. Penetapan Isbat Nikah Siri Pengadilan Agama Salatiga Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

1. Duduk Perkara Pada Permohonan Penetapan Isbat Nikah Siri

Pengadilan Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

Perkara yang diteliti oleh penulis adalah mengenai permohonan isbat nikah siri dimana pernikahan yang bersangkutan dilakukan setelah berlakunya UU Perkawnian. Permohonan isbat nikah siri tersebut diajukan oleh Badrudin bin Munaji (selanjutnya disebut Pemohon I) dan Wagiyem binti Jumadi (selanjutnya disebut Pemohon II). Permohonan didaftarkan ke Kepaniteraan Pengadilan Agama Salatiga pada tanggal 27 Oktober 2014, dengan nomor permohonan 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL.

Pemohon I dan Pemohon II telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 26 Oktober 2009 di Tetep RT 04 RW 03 Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Adapun yang bertindak sebagai

wali nikah adalah ayah kandung Pemohon II yang bernama Jumadi, dengan mahar berupa uang Rp.50.000,- dibayar tunai. Sedangkan yang menjadi penghulu adalah Bp. Kyai dengan dua orang saksi yang bernama Kamto bin Mitro Sutari dan Wasimin bin Kusrin.

Pada waktu menikah Pemohon I berstatus duda (cerai) dalam usia 54 tahun sementara Pemohon II berstatus janda (cerai mati) dalam usia 36 tahun. Pernikahan Pemohon I dan Pemohon II tidak tercatat di KUA Kecamatan Argomulyo.Setelah akad nikah hingga permohonan ini diajukan, Pemohon I dan Pemohon II tidak/belum pernah mendapatkan atau mengurus akta nikah tersenut.

Dari pernikahan antara Pemohon I dan pemohon II telah dikaruniai seorang anak yang bernama Ana Fitriani umur 4 tahun (lahir pada tanggal 13 September 2010).Para Pemohon mengajukan permohonan isbat nikah dikarenakan sangat membutuhkan bukti pernikahan (kepastian hukum) dan untuk mengurus akta kelahiran anak para Pemohon.

Antara Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan mahram maupun susuan dan sejak melangsungkan pernikahan sampai permohonan diajukan tidak pernah bercerai maupun pindah agama.

Untuk kepastian hukum dan tertib administrasi kependudukan sebagaimana dimaksud pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan maka para Pemohon akan melaporkan penetapan Pengadilan atas perkara tersebut kepada KUA

Kecamatan Argomulyo untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu dan para Pemohon sanggup untuk membayar biaya perkara tersebut.

2. Penyelesaian Permohonan Penetapan Isbat Nikah Siri Pengadilan

Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

Berdasarkan duduk perkara tersebut di atas, Pemohon I dan Pemohon II agar ketua Pengadilan Agama Salatiga berkenan memeriksa dan mengadili perkara tersebut dan menjatuhkan penetapan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

Primair:

a. Mengabulkan permohonan para Pemohon;

b. Menyatakan sah perkawinan antara Pemohon I

(Badrudin bin Munaji) dan Pemohon II (Wagiyem binti Jumadi) yang dilangsungkan pada tanggal 26 Oktober 2009 di Tetep RT 04 RW 03 Kel. Randuacir Kec. Argomulyo Kota Salatiga;

c. Memerintahkan kepada para Pemohon untuk

melaporkan penetapan ini kepada KUA Kecamatan Argomulyo untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk itu;

d. Membebankan biaya perkara sesuai hukum.

Subsidair:

Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon penetapan lain yang seadil-adilnya.

Pada hari sidang yang telah ditetapkan, Pemohon I dan Pemohon II hadir di persidangan.Hakim telah menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan permohonan Pemohon I dan Pemohon II namun Pemohon tetap pada pendiriannya.Dan telah dilaksanakan pengumuman untuk isbat nikah tanggal 25 Nopember 2014.Kemudian dibacakan permohonan Pemohon I dan Pemohon II yang isinya tetap dipertahankan dan Pemohon I dan Pemohon II tetap pada pemohonannya.

Untuk membuktikan dalil-dalil permohonannya, Pemohon I dan Pemohon II menyerahkan bukti tertulis berupa:

a. Fotocopi Akta Cerai Pemohon I Nomor: 467/AC/2012/PA.Sal tertanggal 12 Juni 2012 yang diterbitkan oleh Pengadilan Agama Salatiga, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P1);

b. Fotocopi surat kematian suami Pemohon II (Joko Susilo) Nomor: 472.12/106/303.06 tanggal 24 Nopember 2014 yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P2);

c. Asli surat keterangan suami isteri atas nama Pemohon I dan Pemohon II Nomor: 472.21/209/303.06 tanggal 28 Oktober 2014 dari Lurah Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, yang

bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P3);

d. Fotocopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Pemohon I Nomor: 3322051207600001 tanggal 30 Desember 2008 yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P4); e. Fotocopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Pemohon II Nomor:

3373036402780001 tanggal 31 Maret 2012, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P5);

f. Fotocopi Kartu Keluarga atas nama Kepala Keluarga Badrudin Nomor: 3322050504495 yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga tanggal 20 Juni 2006, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P6);

g. Fotocopi Kartu Keluarga atas nama Kepala Keluarga Wagiyem Nomor: 3373033101084668 yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga tanggal 20 Mei 2012, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P7).

Selain bukti tertulis, para Pemohon juga menghadirkan saksi-saksi ke persidangan. Adapun saksi-saksi tersebut adalah:

(1) Wasimin bin Kusrin, yang menerangkan di bawah sumpah sebagai berikut:

- Bahwa saksi adalah tetangga Pemohon II;

- Bahwa Pemohon I dan pemohon II adalah suami isteri yang menikah pada tanggal 26 Oktober 2009 di Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga;

- Bahwa yang menjadi saksi nikah adalah Kamto bin Sutari dan Wasimin bin Kasrun;

- Bahwa Pemohon I dan Pemohon II belum mempunyai akta nikah karena tidak dicatatkan di register Kantor Urusan Agama Argomulyo Kota Salatiga;

- Bahwa Pemohon I dan Pemohon II sudah ke KUA tetapi oleh Kepala KUA diperintahkan untuk mendaftarkan pengesahan nikah karena tidak tercatat dalam buku register;

- Bahwa setahu saksi, Pemohon I dan Pemohon II menikah pada tanggal 26 Oktober 2009 di Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga dengan wali nikah ayah kandung Pemohon II bernama Jumadi yang diwakili Bapak Kyai dengan mas kawin berupa uang Rp. 50.000;- (lima puluh ribu rupiah); - Bahwa saat pernikahan tersebut saksi juga menghadirinya dan

juga banyak yang datang;

- Bahwa selama menikah antara Pemohon I dan Pemohon II belum pernah bercerai;

- Bahwa Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan muhrim.

(2) Kamto bin Sutari, yang menerangkan di bawah sumpah sebagai berikut:

- Bahwa saksi adalah tetangga Pemohon II;

- Bahwa Pemohon I dan pemohon II adalah suami isteri yang menikah pada tanggal 26 Oktober 2009 di Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga;

- Bahwa yang menjadi saksi nikah adalah Kamto bin Sutari dan Wasimin bin Kasrun;

- Bahwa Pemohon I dan Pemohon II belum mempunyai akta nikah karena tidak dicatatkan di register Kantor Urusan Agama Argomulyo Kota Salatiga;

- Bahwa Pemohon I dan Pemohon II sudah ke KUA tetapi oleh Kepala KUA diperintahkan untuk mendaftarkan pengesahan nikah karena tidak tercatat dalam buku register;

- Bahwa setahu saksi, Pemohon I dan Pemohon II menikah pada tanggal 26 Oktober 2009 di Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga dengan wali nikah ayah kandung Pemohon II bernama Jumadi yang diwakili Bapak Kyai dengan mas kawin berupa uang Rp. 50.000;- (lima puluh ribu rupiah);

- Bahwa saat pernikahan tersebut saksi juga menghadirinya dan juga banyak yang datang;

- Bahwa selama menikah antara Pemohon I dan Pemohon II belum pernah bercerai;

- Bahwa Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan

muhrim.

Kemudian setelah diperdengarkan keterangan para saksi, Pemohon I dan Pemohon II membenarkan keterangan saksi tersebut dan tidak mengajukan sesuatu apapun lagi dan tetap pada permohonannya.

3. Dasar Pertimbangan Hukum Penetapan Isbat Nikah Siri Pengadilan

Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

Dalam mengadili permohonan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL, bahwa Ketua Majelis Hakim Pengadilan Agama Salatiga yang menyidangkan permohonan tersebut telah menggunakan beberapa ketentuan atau peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia yang berfungsi untuk memperkuat alasan-alasan tersebut.

Setelah melihat bukti-bukti yang diajukan dan mendengarkan keterangan-keterangan dari para saksi yang dihadirkan, Majelis Hakim menemukan beberapa fakta, yaitu:

a. Pemohon I dan Pemohon II telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 26 Oktober 2009 di Tetep RT 04 RW 03 Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, dengan wali nikah ayah kandung Pemohon II bernama Jumadi dengan mahar berupa uang Rp.50.000,-

dibayar tunai, dan yang menjadi munakin (yang menikahka/penghulu) adalah Bp. Kyai dengan saksi bernama Kamto bin Mitro Sutari dan Wasimin bin Kasrun;

b. Pernikahan Pemohon I dan Pemohon II tidak tercatat pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga;

c. Sewaktu akan menikah Pemohon I berstatus duda (cerai) dan Pemohon II berstatus janda (mati);

d. Setelah akad nikah hingga permohonan tersebut diajukan, Pemohon I dan Pemohon II tidak/belum pernah mendapatkan atau mengurus akta nikah;

e. Dari perkawinan Pemohon I dan Pemohon II telah dikaruniai seorang anak perempuan;

f. Antara Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan mahram maupun susuan dan sejak melangsungkan perkawinan sampai saat permohonan diajukan tidak pernah bercerai maupun pindah agama (Pemohon I dan Pemohon II beragama Islam).

Dalil yang dijadikan oleh Majelis Hakim adalah pendapat ahli yang termuat dalam kitab lanatuth Tholibin II halaman 253-254 yang berbunyi:

لوﺪﻋ ﻦﻳﺪﻫﺎﺷو ﱃو ﻮﳓ ﻦﻣ ﻪﻃوﺮﺷو ﻪﺘﺤﺻ ﺮﻛذ ةءﺮﻣا ﻰﻠﻋ حﺎﻜﻨﻟ ﺎﺑ ىﻮﻋﺪﻟا ﰱو

Dalam permohonan tentang isbat nikah terhadap seorang wanita maka harus dapat disebutkan rukun dan syarat nikah yaitu adanya wali (yang melakukan aqad) dan dua saksi yang adil.

Menurut Bapak Rusdi (Hakim Pengadilan Agama Salatiga) yang penulis wawancarai, alasan utama yang dijadikan pertimbangan Majelis Hakim dalam mengabulkan permohonan isbat nikah terhadap nikah siri pasca berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tersebut adalah perkawinan yang Pemohon I dan Pemohon II lakukan adalah sah menurut agama dan kepercayaannya. Artinya, rukun dan syaratnya sudah terpenuhi, hanya saja belum/tidak dicatatkan oleh Pegawai Pencatat Nikah. Alasan yang tidak kalah penting adalah para Pemohon sudah dikaruniai seorang anak. Apabila permohonan isbat nikah tersebut ditolak, maka nasab si anak akan terputus dengan sang ayah.

Majelis Hakim memandang bahwa dengan mengabulkan isbat nikah tersebut akan membawa manfaat bagi si anak, karena dengan disahkannya perkawinan tersebut berarti hak-hak dari anak yang dilahirkan dari perkawinan para Pemohon akan terlindungi dan terjamin. Selain itu, pengkabulan isbat nikah tersebut juga bertujuan untuk menyelamatkan psikologis anak.

Lebih lanjut Bapak Rusdi menjelaskan bahwa Majelis Hakim menerapkan asas kontra legem, yaitu melakukan diskresi hukum (menyimpangi aturan yang ada/menemukan hukum yang baru) dengan menitikberatkan asas manfaat dan keadilan.Hal ini dilakukan karena tugas dan fungsi Hakim adalah sebagai corong undang-undang yang mempunyai fungsi untuk membuat undang baru jika tidak ada

undangnya, atau meskipun undang-undang itu sebenarnya ada tetapi tidak cocok dengan kasus yang dihadapi.

Bapak Rusdi yang juga merupakan Hakim Anggota pada permohonan isbat nikah yang penulis teliti menjelaskan bahwa Majelis Hakim juga menggunakan metode ijtihad. Sebagaimana ada suatu hadits dari Muad bin Jabal yang ditanya oleh Rosulullah SAW tentang apabila tidak menemukan suatu hukum di dalam al-Qur`an dan al-Hadits akan mengambil hukum darimana. Dan ternyata Muad bin Jabal melakukan ijtihad.Hal inilah yang melatarbelakangi Majelis Hakim berijtihad dengan mengabulkan permohonan isbat nikah terhadap nikah siri pasca berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tersebut.

Bapak Rusdi menambahkan, bahwa tidak ada pertentangan antara undang-undang maupun Kompilasi Hukum Islam dengan ijtihad yang Majelis Hakim lakukan.Hal ini karena Majelis Hakim menafsirkan bahwa pasal 7 ayat (3) poin e dalam KHI adalah sebagai payung hukum untuk melindungi perkawinan yang terjadi setelah berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.Sehingga, Majelis Hakim berpendapat bahwa permohonan Pemohon I dan Pemohon II untuk mengajukan isbat nikah adalah beralasan dan berdasarkan hukum, oleh karena itu, permohonannya patutlah dikabulkan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah dikemukakan, Majelis Hakim menyimpulkan fakta di persidangan bahwa Pemohon I dan

Pemohon II dapat membuktikan dalil permohonannya, sehingga patut untuk dikabulkan. Setelah melakukan musyawarah, Majelis Hakim metetapkan:

a. Mengabulkan permohonan para Pemohon;

b. Menyatakan sah antara Pemohon I (Badrudin bin Munaji) dengan Pemohon II (Wagiyem binti Jumadi) yang dilangsungkan pada tanggal 26 Oktober 2009 di Tetep RT 04 RW 03 Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga;

c. Membebankan para Pemohon untuk membayar biaya perkara

sejumlah Rp. 301.000,- (tiga ratus satu ribu rupiah).

Penetapan dijatuhkan oleh Majelis Pengadilan Agama Salatiga pada hari Selasa tanggal 09 Desember 2014 M, bertepatan dengan tanggal 16 Syafar 1436 H, dalam rapat permusyawaratan majelis oleh Drs. Muhdi Kholil, SH. MA, MM, yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Agama Salatiga sebagai Ketua Majelis, Drs. Moch. Rusdi dan Drs. M. Muslih masing-masing sebagai Hakim Anggota, serta diucapkan oleh Ketua Majelis dalam sidang terbuka untuk umum yang dihadiri oleh para Hakim Anggota dan dibantu oleh Drs. Imron Mastuti, SH, sebagai Panitera Pengganti dengan dihadiri oleh Pemohon I dan Pemohon II.

BAB IV

ANALISIS PENETAPAN ISBAT NIKAH SIRI PENGADILAN AGAMA SALATIGA NOMOR 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

A. Dikabulkannya Permohonan Isbat Nikah Siri Oleh Majelis Hakim

Pengadilan Agama Salatiga pada Permohonan Nomor

0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

1. Pertimbangan Majelis Hakim dalam Menetapkan Permohonan Isbat

Nikah

a. Permohonan Dikabulkan

Suatu permohonan dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim

dengan pertimbangan sebagai berikut:

(1) Berdasarkan fakta-fakta persidangan, Majelis Hakim akan melihat apakah tata cara pernikahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan;

(2) Permohonan telah sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal 4 dan 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam;

(3) Berdasarkan fakta hukum yang ditemukan dari keterangan pemohon, surat bukti, dan keterangan saksi-saksi yang berkaitan.

b. Permohonan Tidak Diterima (1) Surat bukti tidak terbukti;

(2) Alasan permohonan isbat nikah seperti dalam Pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam tidak terpenuhi.

c. Permohonan Dicabut Oleh Pemohon

(1) Pemohon memohon kepada Majelis Hakim untuk dapat mencabut permohonannya;

(2) Permohonan pencabutan tersebut dilakukan oleh pemohon sebelum pemeriksaan pokok perkara.

2. Analisis Dikabulkannya Permohonan Isbat Nikah Siri Oleh Majelis

Hakim Pengadilan Agama Salatiga pada Permohonan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

a. Berdasarkan fakta-fakta persidangan, Majelis Hakim akan melihat apakah tata cara pernikahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

Berdasarkan fakta persidangan, Majelis Hakim menemukan bahwa tata cara pernikahan yang dilakukan antara Pemohon I dan Pemohon II sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Yaitu pernikahan yang disaksikan oleh dua orang saksi yang bernama Kamto bin Mitro Sutari dan Wasimin bin Kusrin. Sedangkan yang menjadi wali nikah adalah ayah kandung Pemohon II yang

bernama Jumadi dengan mahar uang tunai Rp.50.000,- dibayar tunai dan yang menjadi munakin adalah Bp. Kyai.Pernikahan tersebut dilangsungkan pada tanggal 26 Oktober 2009 di Tetep RT 04 Rw 03 Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.

b. Permohonan telah sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal 4 dan 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam.

Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 telah dijelaskan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya.Menurut penulis, pernikahan yang dilakukan oleh para Pemohon sudah sah, karena dilakukan menurut hukum agamanya masing-masing, yaitu Islam.

Pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam menjelaskan bahwa Itsbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan:

1) Dalam rangka penyelesaian perceraian; 2) Hilangnya akta nikah;

3) Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan;

4) Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang- Undang No. 1 Tahun 1974; dan

5) Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Isbat Nikah yang diajukan oleh Para Pemohon adalah bertujuan untuk mendapatkan akta nikah untuk mengurus pembuatan akta kelahiran anak.Dalam Pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam di atas tidak menyebutkan alasan yang dilakukan oleh Para Pemohon untuk mengajukan permohonan Isbat Nikah.Bahkan, kalau kita lihat Pasal 7 ayat (3) angka 4 di atas sudah sangat jelas bahwa permohonan isbat nikah dibolehkan bagi mereka yang menikah sebelum tahun 1974, sedangkan Para Pemohon menikah pada tahun 2009.

Akan tetapi, Majelis Hakim yang penulis wawancarai menjelaskan bahwa Pasal 7 ayat (3) KHI angka 5 di atas adalah sebagai payung hukum untuk melindungi bagi mereka yang menikah pasca tahun 1974. Sehingga Majelis Hakim beranggapan bahwa permohonan isbat nikah siri yang diajukan Pemohon I dan Pemohon II sudah sesuai dengan Pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam, sehingga permohonan isbat nikah siri yang Para Pemohon ajukan patut untuk dikabulkan.

c. Berdasarkan fakta hukum yang ditemukan dari keterangan pemohon, surat bukti, dan keterangan saksi-saksi yang berkaitan.

Di dalam persidangan, Majelis Hakim menemukan fakta-fakta berupa keterangan para pemohon, surat bukti, dan keterangan para saksi yang saling berkaitan.

Adapun surat bukti tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Fotocopi Akta Cerai Pemohon I Nomor: 467/AC/2012/PA.Sal tertanggal 12 Juni 2012 yang diterbitkan oleh Pengadilan Agama Salatiga, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P1);

(2) Fotocopi surat kematian suami Pemohon II (Joko Susilo) Nomor: 472.12/106/303.06 tanggal 24 Nopember 2014 yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P2);

(3) Asli surat keterangan suami isteri atas nama Pemohon I dan Pemohon II Nomor: 472.21/209/303.06 tanggal 28 Oktober 2014 dari Lurah Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P3);

(4) Fotocopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Pemohon I Nomor: 3322051207600001 tanggal 30 Desember 2008 yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P4); (5) Fotocopi Kartu Tanda Penduduk atas nama Pemohon II Nomor:

3373036402780001 tanggal 31 Maret 2012, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P5);

(6) Fotocopi Kartu Keluarga atas nama Kepala Keluarga Badrudin Nomor: 3322050504495 yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga tanggal 20 Juni 2006, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P6);

(7) Fotocopi Kartu Keluarga atas nama Kepala Keluarga Wagiyem Nomor: 3373033101084668 yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga tanggal 20 Mei 2012, yang bermaterai cukup dilegalisasi dan dicocokkan dengan aslinya (bukti P7).

Sedangkan keterangan saksi-saksi yang berkaitan dengan keterangan Para Pemohon adalah sebagai berikut:

(1) Bahwa saksi adalah tetangga Pemohon II;

(2) Bahwa Pemohon I dan pemohon II adalah suami isteri yang menikah pada tanggal 26 Oktober 2009 di Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga;

(3) Bahwa yang menjadi saksi nikah adalah Kamto bin Sutari dan Wasimin bin Kasrun;

(4) Bahwa Pemohon I dan Pemohon II belum mempunyai akta nikah karena tidak dicatatkan di register Kantor Urusan Agama Argomulyo Kota Salatiga;

(5) Bahwa Pemohon I dan Pemohon II sudah ke KUA tetapi oleh Kepala KUA diperintahkan untuk mendaftarkan pengesahan nikah karena tidak tercatat dalam buku register;

(6) Bahwa setahu saksi, Pemohon I dan Pemohon II menikah pada tanggal 26 Oktober 2009 di Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga dengan wali nikah ayah kandung Pemohon II bernama Jumadi yang diwakili Bapak Kyai dengan mas kawin berupa uang Rp. 50.000;- (lima puluh ribu rupiah); (7) Bahwa saat pernikahan tersebut saksi juga menghadirinya dan

juga banyak yang datang;

(8) Bahwa selama menikah antara Pemohon I dan Pemohon II belum pernah bercerai;

(9) Bahwa Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan muhrim. Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa permohonan isbat nikah siri yang diajukan oleh Pemohon I dan Pemohon II patut untuk dikabulkan.

B. Analisis Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim terhadap

Penetapan Isbat Nikah Siri Pengadilan Agama Salatiga Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL

Dalam menetapkan permohonan isbat nikah terhadap nikah siri pasca berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 seperti halnya pada penetapan Nomor 0076/Pdt.P/2014/PA.SAL yang penulis teliti, Majelis Hakim wajib

mempertimbangkan keterangan para Pemohon berikut dalil-dalilnya, serta semua alat bukti dan keterangan para saksi yang diajukan. Dari sini, Majelis Hakim dapat menarik kesimpulan tentang terbukti atau tidaknya permohonan isbat nikah yang diajukan di persidangan.

Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara, Majelis Hakim mendengarkan keterangan para pemohon dan para saksi, serta mempelajari alat-alat bukti lainnya yang diajukan di muka persidangan. Berikutnya Majelis Hakim berkesimpulan:

a. Pemohon I dan Pemohon II telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 26 Oktober 2009 di Tetep RT 04 RW 03 Kelurahan Randuacir Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, dengan wali nikah ayah kandung Pemohon II bernama Jumadi dengan mahar berupa uang Rp.50.000,- dibayar tunai, dan yang menjadi munakin (yang menikahka/penghulu) adalah Bp. Kyai dengan saksi bernama Kamto bin Mitro Sutari dan Wasimin bin Kasrun;

b. Pernikahan Pemohon I dan Pemohon II tidak tercatat pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga;

c. Sewaktu akan menikah Pemohon I berstatus duda (cerai) dan Pemohon II berstatus janda (mati);

d. Setelah akad nikah hingga permohonan tersebut diajukan, Pemohon I dan Pemohon II tidak/belum pernah mendapatkan atau mengurus akta nikah;

e. Dari perkawinan Pemohon I dan Pemohon II telah dikaruniai seorang anak perempuan;

f. Antara Pemohon I dan Pemohon II tidak ada hubungan mahram maupun susuan dan sejak melangsungkan perkawinan sampai saat permohonan diajukan tidak pernah bercerai maupun pindah agama (Pemohon I dan Pemohon II beragama Islam).

Berdasarkan kesimpulan di atas, Majelis Hakim menyimpulkan bahwa fakta di persidangan Pemohon I dan Pemohon II dapat membuktikan dalil permohonannya, untuk selanjutnya patut untuk dikabulkan.

Dalam pertimbangan hukumnya, Majelis Hakim mengetengahkan pendapat ahli yang diambil sebagai pendapat sendiri yang termuat dalam kitab lanatuth Tholibin II halaman 253-254 yang berbunyi:

لوﺪﻋ ﻦﻳﺪﻫﺎﺷو ﱃو ﻮﳓ ﻦﻣ ﻪﻃوﺮﺷو ﻪﺘﺤﺻ ﺮﻛذ ةءﺮﻣا ﻰﻠﻋ حﺎﻜﻨﻟ ﺎﺑ ىﻮﻋﺪﻟا ﰱو

Dalam permohonan tentang isbat nikah terhadap seorang wanita maka harus dapat disebutkan rukun dan syarat nikah yaitu adanya wali (yang melakukan aqad) dan dua saksi yang adil.

Menurut penulis, Majelis Hakim dalam menetapkan permohonan isbat nikah terhadap nikah siri pasca berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Dokumen terkait