lingkungan agar sesuai dengan peraturan yang berlaku di daerah setempat. Tujuan
pada penelitian ini untuk mengetahui terjadinya gap antara keadaan yang ada di lokasi pabrik dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Seluruh daftar peraturan dan persyaratan yang dipergunakan sebagai acuan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Identifikasi Peraturan dan Persyaratan No Identifikasi Peraturan dan Persyaratan
Peraturan Emisi ke Udara, Kebisingan, Kebauan, Panas, dan Getaran:
- Per. Gub. Jatim No. 39/2008 - Kep. MENLH 48/11/1996 - Kep. MENLH 49/11/1996 - Kep. MENLH 50/11/1996 - Kep. MENLH 05/2006 1
- Kep. MENAKER 51/1999 Peraturan Buangan Limbah Cair - PP. 82/2001
- SK. GUB. No. 45/2002 - Kep. MENLH 111/2003 - Kep. MENLH 255/08/96 - Kep. BAPEDAL 01/09/1995 - Kep. BAPEDAL 02/09/1995 2
- Kep. BAPEDAL 03/09/1995 Peraturan Buangan Limbah Padat - Kep. BAPEDAL 01/09/1995 - Kep. BAPEDAL 02/09/1995 - Kep. BAPEDAL 03/09/1995 - PP. 12/1995
3
- UU. 18/2008
Peraturan Pemakaian Bahan 4
- PP. 74/2001
Peraturan yang berhubungan dengan aspek lingkungan lebih detail dapat dilihat pada Lampiran 5.
Penetapan sasaran dan tujuan ini akan dibuat berdasarkan karakteristik aspek lingkungan yang telah diidentifikasi yakni:
4.4.1. Perbedaan antara Peraturan dan Kondisi Aktual Perusahaan dalam hal Aspek Emisi Udara, Kebisingan, Kebauan, Panas, dan Getaran
1. Udara
o Lapangan Belakang Pabrik
Tabel 4.7. Kesesuaian Kadar Emisi Gas terhadap Peraturan di Lapangan Belakang Pabrik
Sumber: Balai Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes):
No.LHU.388/VII/2008 o Cerobong Boiler
Tabel 4.8. Kesesuaian Kadar Emisi Gas terhadap Peraturan pada Cerobong Boiler
No Parameter Satuan Kadar Terukur
Sumber: Balai Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes):
No.LHU.388/VII/2008
Keterangan: Limit Deteksi (LD) : SO2 = 0,190 mg/Nm3
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pengukuran yang telah dilakukan Hiperkes selama ini dilakukan di dua titik yaitu di lapangan
No Parameter Satuan Kadar Terukur
1 2 3
belakang pabrik dan cerobong boiler. Dari beberapa parameter yang diukur dari aspek emisi udara ini, PT Sinar Sosro Gresik telah memenuhi standar pemerintah yang berlaku. Misalnya untuk pemeriksaan di lapangan belakang pabrik kadar CO maksimum seperti yang ditetapkan Peraturan Gubernur No.
39 tahun 2008 sebesar 20 ppm, dapat dilihat bahwa kadar CO yang terdapat di PT Sinar Sosro Gresik masih jauh dari kadar maksimum yang ditetapkan.
Pada titik yang lain yaitu di cerobong boiler misalnya kadar NO2
seperti yang telah ditetapkan oleh Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 39 tahun 2008 adalah maksimum 650 mg/Nm3 sedangkan rata-rata kadar NO2
yang diukur adalah sebesar 64,2 mg/Nm3. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa kadar NO2 di PT Sinar Sosro Gresik masih jauh dari kadar maksimum yang ditetapkan Pemerintah. Sedangkan untuk emisi udara sumber bergerak (kendaraan dan forklift), dan emisi udara dari genset pihak PT Sinar Sosro Gresik belum melakukan pengujian emisi yang dihasilkan.
2. Kebisingan
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan pada beberapa titik lokasi perusahaan yang dilakukan oleh Hiperkes dapat dilihat pada tabel di bawah.
Dari Tabel 4.9. ini dapat dilihat bahwa dari seluruh bagian lokasi yang diukur tingkat kebisingannya, hampir seluruh lokasi tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup. Hanya lingkungan umum di halaman belakang pabrik yang memenuhi standar pemerintah yaitu 62,93 dB.A.
Tabel 4.9. Kesesuaian Tingkat Kebisingan terhadap Peraturan yang Berlaku No Lokasi Pengukuran
Sumber: Balai Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes):
No.LHU.388/VII/2008
3. Emisi Bau
Pihak PT Sinar Sosro Gresik belum melakukan pengukuran tingkat emisi bau di lokasi pabrik. Meskipun faktor bau tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap lingkungan, tetapi faktor bau juga perlu untuk diperhatikan lebih lanjut. Tingkat kebauan yang melebihi standar dapat mengakibatkan ketidaknyamanan bagi orang yang berada di sekitar lokasi perusahaan. Tabel 4.10. menunjukkan baku mutu tingkat emisi bau yang ditentukan oleh pemerintah.
Tabel 4.10. Baku Mutu Tingkat Emisi Bau No. Parameter Satuan Nilai
ppm 0,002 Absorbsi Gas Gas Kromatograf
3 Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996
4. Getaran
Standar baku untuk aspek getaran, telah ditentukan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 49 tahun 1996 yang dapat dilihat pada Tabel 4.11. hingga Tabel 4.14 di bawah ini. Hingga saat ini pihak PT Sinar Sosro Gresik belum melakukan pengukuran getaran yang ditimbulkan dari kegiatannya dan belum ada tindak penyesuaian dengan standar yang dimiliki oleh pemerintah yang berlaku.
Tabel 4.11. Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan Frekuensi
(Hz) Nilai Tingkat Getaran, dalam mikron (10-6 meter) Mengganggu Mengganggu Tidak
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996
Tabel 4.12. Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Dampak Kerusakan Kecepatan Getaran (mm/detik)
BATAS GERAKAN PEAK Frekuensi (Hz)
Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D
4 < 2 2-27 > 27-40 > 140
Kategori B: Kemungkinan keretakan plesteran (retak/terlepas plesteran pada dinding pemikul beban pada kasus khusus)
Kategori C: Kemungkinan rusak komponen struktur dinding pemikul beban Kategori D: Rusak dinding pemikul beban
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996
Tabel 4.13. Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Jenis Bangunan
Untuk frekuensi > 100 Hz, sekurang-kurangnya nilai yang tersebut dalam kolom harus dipakai.
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 Tabel 4.14. Baku Tingkat Getaran Kejut
Kecepatan getaran
Kelas Jenis Bangunan Maksimum
(mm/detik) 1 Peruntukan dan bangunan kuno yang 2 mempunyai nilai sejarah yang tinggi
2 Bangunan dengan kerusakan yang 5 sudah ada, tampak keretakan-keretakan
pada tembok
3 Bangunan untuk dalam kondisi teknis 10 yang baik, ada kerusakan-kerusakan kecil seperti: plesteran yang retak
4 Bangunan "kuat" (misalnya: bangunan 10-40 industri terbuat dari beton atau baja)
Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996
5. Panas
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 tahun 1999 mengatur nilai ambang batas untuk iklim kerja yang standarnya dapat dilihat pada Tabel 4.15.
PT Sinar Sosro Gresik belum pernah melakukan pengukuran terhadap aspek panas. Panas merupakan sebuah faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan. Pada kenyataannya panas yang dihasilkan oleh perusahaan memang tidak terlalu mengganggu pada lingkungan, tetapi berpengaruh terhadap keadaan internal pabrik.
Tabel 4.15. Nilai Ambang Batas Intensitas Iklim Kerja ISBB (ºC) Pengaturan waktu Kerja Setiap jam Beban Kerja
Waktu Kerja
Waktu
Istirahat Ringan Sedang Berat Bekerja Terus Menerus
(8jam.Hari) 30,0 26,7 25,0
75% kerja 25% kerja 30,6 28,0 25,9
50% kerja 50% kerja 31,4 29,4 27,9
25% kerja 75% kerja 32,2 31,1 30,0
Sumber: Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 Tahun 1999
4.4.2. Perbedaan antara Peraturan dan Kondisi Aktual Perusahaan tentang Aspek Limbah Cair
Pada Tabel 4.16 terdapat beberapa parameter yang menjadi tolak ukur dalam menguji kadar limbah cair. Kadar tersebut yang menentukan limbah cair yang akan dibuang dianggap tidak berbahaya atau berbahaya bagi lingkungan.
Berdasarkan hasil pengujian, seluruh parameter yang diukur telah memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah melalui Surat Keputusan Gubernur No. 45 tahun 2002, seperti misalnya kadar BOD5 maksimum yang diatur dalam peraturan pemerintah adalah 50 mg/L dan kadar BOD5 yang terdokumentasi adalah sebesar 16 mg/L, dapat disimpulkan bahwa kadar BOD5 masih berada jauh dari ambang maksimum yang diijinkan oleh pemerintah. Untuk hasil pengujian parameter yang lain dapat dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.16. Kesesuaian Kadar Limbah Cair Terhadap Peraturan
HASIL UJI LABORATORIUM BAKU MUTU LIMBAH
CAIR
Sumber: Balai Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes):
No.LHU.388/VII/2008
Selain Surat Keputusan Gubernur No. 45 tahun 2002, terdapat beberapa undang-undang yang berkaitan dengan limbah cair yang akan dibahas berikut ini:
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 111 tahun 2003.
Keputusan ini mengatur tata cara pembuangan air limbah dimana setiap jenis usaha dalam membuang limbah cair yang dihasilkan harus memiliki ijin dalam membuang limbah cair ke tempat pembuangan limbah. PT Sinar Sosro Gresik telah melakukan prosedur yang sesuai dengan keputusan ini, PT Sinar Sosro Gresik telah memiliki ijin tertulis dalam membuang air limbah dengan nomor keputusan 660.31/418/203.2/2006 oleh BAPEDAL propinsi Jawa Timur.
2. Undang-Undang No. 82 tahun 2001
Undang-undang ini mengatur agar setiap usaha membuat rencana penanggulangan pencemaran air pada keadaan darurat dan penanggung jawab usaha harus menyampaikan laporan penataan persyaratan ijin pembuangan air limbah ke air minimal tiga (3) bulan sekali. Pada kenyataannya di perusahaan, apabila keadaan darurat terjadi, tindakan pertama yang akan dilakukan adalah menghubungi BAPEDAL untuk memberitahu keadaan yang dialami perusahaan. Kemudian, perusahaan akan melakukan tindakan penanggulangan yang telah diprogramkan untuk menghadapi keadaan-keadaan tertentu yang
perlu ditanggulangi. Perusahaan belum menyampaikan laporan yang diwajibkan oleh pemerintah.
Undang-undang ini melarang kegiatan pengenceran air limbah dalam upaya penataan batas kadar yang dipersyaratkan dan juga mengatur agar setiap kegiatan usaha yang membuang air limbah ke air wajib mendapatkan ijin tertulis. PT Sinar Sosro Gresik telah memiliki ijin tertulis untuk pembuangan air limbah seperti yang telah dijelaskan di atas, tetapi saluran limbah yang dimiliki oleh PT Sinar Sosro Gresik adalah saluran terbuka. Saluran yang terbuka memungkinkan terjadinya pengenceran limbah karena mudah untuk bercampur dengar material lain.
Selain itu Undang-undang ini mengatur bahwa setiap orang juga dilarang membuang limbah padat dan atau gas ke dalam air. Selama ini PT Sinar Sosro Gresik telah memisahkan limbah yang dihasilkannya berdasarkan jenisnya. Perusahaan ini tidak pernah membuang limbah padat dan atau gas ke dalam air, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan telah mematuhi aturan ini.
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 255 tahun 1996
Keputusan ini mengatur tentang tata cara peletakan minyak oli untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada kenyataannya pemakaian minyak pelumas pada PT Sinar Sosro Gresik tidak dalam jumlah yang banyak.
Hal ini disebabkan karena sarana transportasi yang digunakan dalam pendistribusian produk yang dihasilkan lebih banyak menggunakan jasa dari luar. Perusahaan hanya memiliki lima (5) mobil yang harus mendapatkan perawatan dalam perusahaan, 16 forklift serta mesin-mesin yang digunakan dalam pabrik seperti mesin filler, tetrapak dan mesin-mesin lainnya. Oleh karena itu, maka minyak pelumas yang digunakan serta oli bekas yang dihasilkan oleh perusahaan ini dalam jumlah tidak banyak. PT Sinar Sosro Gresik menyimpan oli dengan meletakkannya berjajar, tidak membentuk blok 2x2 tetapi juga tidak meletakkannya dalam tumpukan yang lebih dari 3 (tiga) tumpukan drum 200 liter. Minyak pelumas oli bekas dikemas dalam drum bekas pelumas dan nantinya akan dijual kepada pihak yang berwenang untuk mengolahnya.
4.4.3. Perbedaan antara Peraturan dan Kondisi Aktual Perusahaan tentang Aspek Buangan Limbah Padat
Pada sub-bab ini akan dijelaskan tentang kesesuaian kondisi aktual perusahaan dengan Undang-undang yang berhubungan dengan limbah padat:
1. Keputusan BAPEDAL No. 01 bulan September tahun 1995
Sesuai Keputusan BAPEDAL No. 01 bulan September tahun 1995, penyimpanan limbah B3 dilakukan apabila limbah B3 belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan ini dimaksudkan untuk mencegah limbah B3 ini ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk menjaga keamanan, maka sebelum dilakukan penyimpanan, limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan aman. Pada PT Sinar Sosro Gresik salah satu contoh limbah B3 yang dihasilkan dan tidak dapat langsung diolah dengan segera adalah sisa oli bekas yang digunakan untuk perawatan kendaraan. B3 lain yang digunakan untuk menunjang kegiatan produksi tersimpan dalam kemasan yang telah dirancang oleh produsen penghasil B3 ini sendiri. Misalnya saja oli bekas disimpan dengan baik dalam kemasan sementara menunggu untuk diolah. Hal ini berarti bahwa PT Sinar Sosro Gresik telah melakukan tindakan sesuai dengan aturan ini.
Keputusan ini mewajibkan kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran. Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikemasnya dengan mempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalam penanganannya, mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya, dan memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya. Pada kenyataannya limbah B3 yang disimpan di dalam kemasan pada PT Sinar Sosro Gresik hanya berupa oli bekas, karena oli bekas tidak
dapat diolah sendiri oleh perusahaan. Kemasan oli bekas ini telah sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku yaitu berada dalam drum yang merupakan tempat menyimpan oli baru pada awalnya yang sudah tidak terpakai lagi.
Keputusan ini juga mengatur bahwa limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan haruslah merupakan limbah yang sama, atau memiliki karakteristik yang sama. Limbah B3 yang perlu mengalami proses penyimpanan sebelum diolah pada PT Sinar Sosro Gresik hanya berupa oli bekas. Sehingga tidak ada beberapa jenis limbah yang dicampur menjadi dalam satu kemasan yang sama. Selain itu limbah B3 yang berada pada PT Sinar Sosro Gresik diletakkan dalam kemasan secara terpisah menurut jenis limbah B3 masing-masing. Tidak ditemukan limbah B3 yang tidak sejenis yang dikemas dalam tempat yang sama. Begitu juga dengan B3 yang belum digunakan akan diletakkan pada kemasannya masing-masing, tidak bercampur dengan B3 lain yang tidak sejenis. Hal ini sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kemasan yang telah diisi dengan limbah B3 menurut Keputusan ini harus ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan penandaan pada kemasan limbah B3 dan harus selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan dilakukan penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya. PT Sinar Sosro Gresik memiliki kemasan limbah B3 berupa drum yang berisi oli bekas. Kemasan belum memiliki simbol atau label tanda bahaya dan belum disimpan dalam keadaan tertutup rapat.
Drum penyimpan oli bekas yang belum penuh berada dalam keadaan terbuka agar memudahkan proses penambahan atau pengambilan limbah. Hal ini menyalahi peraturan yang ada, dimana kemasan penyimpan limbah B3 harus dalam keadaan tertutup rapat, jadi pihak perusahaan belum menjalankan peraturan ini dengan benar
Menurut peraturan yang berlaku, drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbah B3 dan disimpan di tempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan sekurang-kurangnya satu (1) minggu satu (1) kali, dan apabila diketahui terdapat kemasan yang mengalami kerusakan (karat
atau bocor), maka isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam drum/tong yang baru, sesuai dengan ketentuan yang ada. Selama ini PT Sinar Sosro Gresik belum pernah melakukan pemeriksaan kondisi kemasan yang digunakan untuk menyimpan limbah B3 yang dihasilkan. Untuk keadaan kemasan limbah B3, tidak dilakukan pemeriksaan tetapi apabila terjadi kebocoran masih dapat cepat terdeteksi karena lokasinya yang sering dilalui oleh pegawai sehingga jika terjadi kebocoran akan lebih mudah terdeteksi.
Pihak perusahaan belum melaksanakan peraturan yang ada yaitu memeriksa kondisi kemasan sekurang-kurangnya satu (1) minggu satu (1) kali.
Seperti yang diatur pada Keputusan ini, kemasan bekas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk mengemas limbah B3 apabila limbah B3 tersebut memiliki karakteristik sama dengan limbah B3 sebelumnya atau saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya. Selama ini pihak perusahaan belum pernah menggunakan kemasan bekas suatu limbah untuk mengemas jenis limbah B3 lainnya. Hal ini karena seperti yang telah dijelaskan di atas limbah B3 yang harus disimpan sebelum diolah hanya satu (1) jenis yaitu oli bekas. Dengan ini berarti bahwa perusahaan telah melakukan hal yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Hal lain yang diatur dalam Keputusan ini adalah ketika kemasan yang telah dikosongkan hendak digunakan untuk mengemas limbah B3 lain yang memiliki karakteristik yang sama harus disimpan dalam tempat penyimpanan limbah B3. Sedangkan jika ingin digunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan karakteristik yang tidak sesuai dengan limbah B3 yang sebelumnya, maka kemasan harus dicuci bersih dahulu dan disimpan dengan memasang label “KOSONG” sesuai dengan ketentuan penandaan kemasan limbah B3.
Pada PT Sinar Sosro Gresik, kemasan B3 atau limbah B3 yang telah digunakan untuk satu jenis B3 tidak pernah digunakan untuk menyimpan jenis B3 atau limbah B3 lain. Kemasan yang sudah tidak dipakai lagi akan dicuci hingga bersih dan disimpan untuk dijual kepada pihak yang hendak mengolahnya kembali. Pihak perusahaan hingga saat ini juga belum pernah memasang label
“KOSONG” pada kemasan yang sudah tidak terpakai lagi. Hal ini berarti pihak
perusahaan belum sepenuhnya memenuhi persyaratan peraturan yang berlaku saat ini.
Keputusan ini juga mengatur tentang pengoperasian tangki sebagai tempat pengemasan limbah B3, maka tangki dan sistem penunjangnya harus terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikemas. Limbah yang tidak berkarakteristik sama tidak boleh ditempatkan bersama-sama di dalam satu tangki. Apabila tangki akan digunakan untuk menyimpan limbah B3 yang karakteristiknya tidak sama dengan limbah sebelumnya, maka tangki harus dicuci bersih terlebih dahulu. Pada PT Sinar Sosro Gresik, jenis limbah B3 yang perlu mengalami proses penyimpanan sebelum diolah hanya oli bekas, tidak terdapat jenis limbah B3 lainnya, sehingga tidak akan diletakkan dalam kemasan yang sama dengan limbah B3 lainnya. Selain itu, perusahaan tidak menggunakan tangki sebagai tempat penyimpanan limbah B3 berupa oli bekas ini.
Lokasi bangunan yang memenuhi persyaratan sebagai tempat penyimpanan limbah B3 menurut Keputusan ini harus merupakan daerah bebas banjir dan memiliki jarak minimum antara lokasi dengan fasilitas umum selebar 50 meter. Lokasi tempat penyimpanan limbah B3 yang terdapat pada PT Sinar Sosro Gresik adalah bengkel tempat menyimpan oli bekas. Lokasi bengkel ini berjarak kurang dari 50 meter dengan bangunan induk pabrik. Oleh karena itu, lokasi untuk menyimpan limbah ini belum sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku walaupun daerah tempat menyimpan limbah B3 ini merupakan daerah bebas banjir.
2. Keputusan BAPEDAL No. 02 bulan September tahun 1995
Dalam peraturan ini terdapat beberapa persyaratan mengenai cara pengisian dokumen limbah B3 diantaranya adalah harus diisi dengan huruf cetak dan jelas, nomor satu (1) sampai dengan nomor 12 diisi oleh penghasil atau pengumpul limbah B3 yang mengirimkan limbah B3 ke tujuan yaitu dari penghasil ke pengumpul atau ke pemanfaat atau pengolah, dan/atau dari pengumpul ke pemanfaat dan/atau ke pengolah (disesuaikan dengan kepentingannya); nomor 13 sampai dengan nomor 22 yang terdiri dari tiga (3) bagian yang sama (A, B, dan C) diisi oleh pengangkut jika pengangkutan
limbah B3 berpindah perusahaan pengangkut. Dengan ketentuan huruf A diisi oleh pengangkut pertama (I), huruf B diisi oleh pengangkut kedua (II), dan huruf C diisi oleh pengangkut ketiga (III); nomor 23 sampai dengan nomor 36 diisi oleh pengumpul atau pengangkut atau pemanfaat yang menerima limbah B3; sedangkan nomor 31 sampai dengan nomor 36 diisi setelah limbah dianalisis oleh pengumpul/pengolah/pemanfaat, bila limbah B3 yang disebutkan tidak sesuai atau tidak memenuhi syarat selanjutnya akan dikembalikan kepada perusahaan penghasil limbah B3.
Kenyataan yang ada adalah perusahaan hanya mengeluarkan surat jalan ketika mengalihkan limbah B3 yang dimilikinya kepada badan yang berwenang untuk mengolah, tidak terdapat prosedur pengisian dokumen limbah B3 ketika limbah B3 dijual kepada pihak yang akan mengolah lebih lanjut.
3. Keputusan BAPEDAL No. 03 bulan September tahun 1995
Proses pengolahan limbah yang terdapat dalam Keputusan ini adalah dengan pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi, dan insenerasi.
Lokasi pengolahan limbah B3 yang dilakukan di dalam lokasi penghasil memiliki persyaratan bahwa lokasi pengolahan harus merupakan daerah bebas banjir dan jarak antara lokasi pengolahan dan lokasi fasilitas umum minimal 50 meter. Keputusan Bapedal ini mengatur agar daerah pengolahan limbah B3 memiliki sistem penjagaan 24 jam yang mengawasi lokasi tersebut, selain itu lokasi juga harus memiliki pagar pengaman dan sistem yang dapat mengawasi orang yang keluar masuk, terdapat tanda bahaya dan penerangan yang memadai. Lokasi pengolahan limbah yang terdapat pada PT Sinar Sosro Gresik ini merupakan daerah bebas banjir, dapat dibuktikan selama perusahaan ini beroperasi hingga saat ini belum pernah terjadi banjir pada lokasi pengolahan limbahnya. Lokasi pengolahan limbah yang dimiliki perusahaan berjarak jauh dari fasilitas umum yaitu berjarak sekitar 500 meter dan telah memiliki sistem penjagaan 24 jam seperti yang diatur dalam peraturan Pemerintah. Tetapi, lokasi pengolahan limbah tersebut belum memiliki tanda bahaya, dan tidak memiliki pagar pengaman di sekelilingnya walaupun penjagaan dilakukan selama 24 jam setiap hari. Selain itu berdasarkan keterangan dari perusahaan,
telah terdapat penerangan yang memadai di daerah sekitar tempat pengolahan limbah ini.
Menurut Keputusan ini, perusahaan wajib memberikan pelatihan secara berkala kepada karyawan yang meliputi pelatihan dasar seperti pengenalan limbah, peralatan pelindung, pelatihan keadaan darurat, prosedur inspeksi, pertolongan pertama pada kecelakaan, peralatan keselamatan kerja, peraturan perundang-undangan tentang pengolahan limbah B3 dan pelatihan khusus seperti pemeliharaan peralatan pengolahan dan peralatan penunjang, pengoperasian alat pengolahan dan peralatan penunjang, laboratorium, dokumentasi dan pelaporan, prosedur penyimpanan dokumentasi dan pelaporan. PT Sinar Sosro Gresik telah melakukan pelatihan kepada karyawan yang meliputi seperti yang diatur dalam peraturan yang telah disebutkan di atas. Seperti contohnya karyawan diberi pengenalan tentang limbah, bagaimana cara memeriksa, dan bagaimana cara mengoperasikan peralatan yang ada pada instalasi pengolahan limbah. Tetapi pelatihan yang diberikan oleh pihak perusahaan tidak dilakukan secara berkala. Pelatihan hanya diberikan ketika
Menurut Keputusan ini, perusahaan wajib memberikan pelatihan secara berkala kepada karyawan yang meliputi pelatihan dasar seperti pengenalan limbah, peralatan pelindung, pelatihan keadaan darurat, prosedur inspeksi, pertolongan pertama pada kecelakaan, peralatan keselamatan kerja, peraturan perundang-undangan tentang pengolahan limbah B3 dan pelatihan khusus seperti pemeliharaan peralatan pengolahan dan peralatan penunjang, pengoperasian alat pengolahan dan peralatan penunjang, laboratorium, dokumentasi dan pelaporan, prosedur penyimpanan dokumentasi dan pelaporan. PT Sinar Sosro Gresik telah melakukan pelatihan kepada karyawan yang meliputi seperti yang diatur dalam peraturan yang telah disebutkan di atas. Seperti contohnya karyawan diberi pengenalan tentang limbah, bagaimana cara memeriksa, dan bagaimana cara mengoperasikan peralatan yang ada pada instalasi pengolahan limbah. Tetapi pelatihan yang diberikan oleh pihak perusahaan tidak dilakukan secara berkala. Pelatihan hanya diberikan ketika