• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENETRAsI PENGGuNA INTERNET INDONEsIA

Dalam dokumen Annual Report XL AXIATA 2016 9MAR17 (Halaman 127-129)

(Dalam % | In %)

PENETRAsI PENGGuNA INTERNET INDONEsIA

132,7 JUTA

52.5 %

65 %

86.3 JUTA orang

di pulau jawa

47.5 %

penetrasi

51.8 48.2

DARI ToTAL PoPuLAsI PENDuDuK INDoNEsIA 256,2 JuTA oRANG

15.7 %

sumatera 20.752.185

65 %

86.339.350 jawa

4.7 %

6.148.796 bali & nusa

5.8 %

7.685.992 kalmantan

6.3 %

8.454.592 sulawesi

2.5 %

3.330.596 maluku & papua

PENETRASI PENGGUNA INTERNET INDONESIA HASIL SURVEY APRIL 2014

Sepanjang tahun 2016, di industri telekomunikasi ada iga isu strategis yang berkembang. Pertama, inisiaif pemerintah untuk mendorong konsolidasi industri agar lebih eisien. Di industri

telekomunikasi Indonesia saat ini ada tujuh operator seluler yang beroperasi yaitu, PT hutchison 3 Indonesia, PT XL Axiata Tbk, PT Indosat ooredoo Tbk, PT sampoerna Telekomunikasi

Indonesia, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT. Smarfren

Telecom Tbk dan PT bakrie Telecom Tbk. Tiga operator yaitu Telkomsel, XL, dan Indosat ooredoo menguasai pangsa pasar

sekitar 80%. Sementara sisanya 20% dibagi bersama empat

operator lainnya.

Pemerintah menargetkan pada tahun 2019, hanya ada empat operator telekomunikasi yang beroperasi. Pengurangan jumlah operator itu bisa dilakukan melalui penggabungan usaha (merger), akuisisi, atau dikeluarkan dari industri. Konsolidasi industri diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan dan

harga yang lebih kompeiif bagi konsumen.

Isu strategis kedua, mengenai infrastruktur yang melipui

jaringan pita lebar (broadband) dan berbagi jaringan (network sharing). Pemerintah berharap seluruh daerah di Indonesia terjangkau oleh layanan jaringan broadband. sampai tahun 2016, terdapat 114 ibukota daerah yang belum terhubung melalui broadband.

untuk membangun broadband di daerah tersebut, pemerintah mengambil kebijakan bekerja sama dengan swasta. Dalam skema yang sedang disusun, perusahaan operator telekomunikasi bisa

Throughout 2016, three strategic issues were developed in

the telecommunicaions industry. Firstly, the government iniiaive to consolidate industry for eiciency. In the Indonesian telecommunicaions, there are currently seven cellular

operators, namely PT hutchison 3 Indonesia, PT XL Axiata Tbk, PT Indosat ooredoo Tbk, PT sampoerna Telekomunikasi

Indonesia, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Smarfren

Telecom Tbk and PT bakrie Telecom Tbk. Three operators – Telkomsel, XL and Indosat ooredoo – together control a market

share of around 80%, with the remaining 20% divided between

the other four operators.

The government is targeing that by 2019, just four telecommunicaions operators will be in operaion. This reducion could involve mergers, acquisiions or expulsion from the industry. It is hoped that consolidaion of the industry will enhance service quality and allow more compeiive prices for

consumers.

The second strategic issue relates to infrastructure, covering broadband and network sharing. The government hopes to see all regions of Indonesia reached by broadband network services. As of 2016, 114 regional capitals remain unconnected to broadband.

To develop broadband in these areas, the government has enacted a policy to cooperate with the private sector. under the

scheme being formulated, telecommunicaions operators can

Tinjauan Umum

Terkait dengan skema berbagi jaringan, saat ini sedang dibahas dalam RPP No. 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan spektrum Frekuensi Radio dan orbit satelit dan RPP tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi. Tujuan dari rencana berbagi jaringan adalah meningkatkan kualitas layanan untuk pertumbuhan industri telekomunikasi yang berkelanjutan.

Sedangkan isu strategi keiga adalah terkait dengan penerbitan

surat Edaran Nomor 3 Tahun 2016 tentang Penyediaan Layanan Aplikasi dan/atau Konten Melalui Internet (oTT). yang dimaksud dengan penyedia layanan oTT adalah berbagai jasa yang memanfaatkan jaringan telekomunikasi berbasis

protokol internet. Layanan tersebut juga melipui pesan singkat, panggilan suara, panggilan video, hingga transaksi inansial

serta media sosial dan turunannya. selain itu, jasa termasuk informasi digital yang terdiri dari tulisan, suara, gambar,

animasi, musik, video, ilm, dan permainan. Termasuk dalam

bentuk yang dialirkan atau diunduh dengan memanfaatkan jasa telekomunikasi melalui jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet.

Penerbitan SE ini didasari pada iga hal yaitu pelayanan,

perlindungan konsumen, serta hukum dan pajak. Didalamnya menegaskan bagi oTT asing wajib memiliki bentuk usaha tetap (buT) di Indonesia. Jika sudah terbentuk, penyedia layanan oTT tersebut diijinkan mengudara dan memiliki tanggung jawab secara penuh dalam menyediakan layanan internet.

Dalam pelaksanaannya, Pemerintah memberikan jangka waktu bagi para penyedia layanan oTT untuk menyesuaikan diri sebelum berlakunya regulasi yang kini sedang disusun.

The network-sharing scheme is currently under discussion in RPP No. 53 of 2000 on the usage of Radio Frequency spectra and satellite orbit and in an RPP on Changes to Government

Regulaion No. 52 of 2000 on Telecommunicaions Provision. The

goal of the network-sharing scheme is to enhance service quality

and achieve sustainable growth in the telecommunicaions

industry.

The third strategic issue, meanwhile, relates to the issue of

Circular No. 3 of 2016 on the Provision of Applicaion Services

and/or over-The-Top (oTT) services. oTT is referring to services

that use online telecommunicaions channels, including instant messaging, voice calls, video calls, inancial transacions, social media and so on. Moreover, it also includes digital informaion comprising wriing, voice, pictures, animaion, music, video, ilm and games, in any form streamed or downloaded through online telecommunicaions networks.

The issue of this circular takes into account three factors:

services, consumer protecion, and legal and tax issues. It airms that foreign OTT providers are obliged to own a ixed business enity (BUT) in Indonesia. Once such an enity exists,

the oTT provider may operate, and is fully responsible for its internet service provision.

The Government is allowing a period of ime for OTT providers to complete the necessary provisions before the implementaion of the regulaion now being formulated.

Tinjauan Umum

Dalam dokumen Annual Report XL AXIATA 2016 9MAR17 (Halaman 127-129)

Dokumen terkait