• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengadaan Energi Primer

Dalam dokumen PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN BARANG DAN JAS (Halaman 62-65)

BAB V PENGADAAN KHUSUS

5.1 Pengadaan Energi Primer

5.1.1 Energi Prime

5.1.1.1 Proses pengadaan energi primer mengikuti Edaran ini, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan / atau Peraturan Direksi yang mengatur khusus pengadaan energi primer.

5.1.1.2 Energi Primer terdiri dari Energi Terbarukan (ET) dan Energi Tidak Terbarukan (ETT).

5.1.1.3 Energi Terbarukan meliputi antara lain aliran dan terjunan air, panas bumi, angin, sinar matahari, gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut dan bioenergi, bahan bakar nabati.

5.1.1.4 Energi tidak terbarukan meliputi antara lain Minyak Bumi, Gas Bumi /LNG/CNG/Gas Bumi lainnya, Batubara, Gambut dan serpihan bitumen.

5.1.2 Pengadaan Minyak Bumi/BBM dapat dilakukan dengan Metode:

5.1.2.1 Pelelangan Terbatas dari DPT yang pesertanya terdiri dari:

a. Penyedia BBM dalam negeri yang memiliki Ijin Usaha Niaga BBM dari Pemerintah; dan/atau

b. Penyedia BBM luar negeri.

5.1.2.2 Pelelangan Terbuka dapat dilakukan dalam hal DPT belum tersedia.  

5.1.2.3 Penunjukan Langsung kepada BUMN/Anak Perusahaan PLN/Anak Perusahaan BUMN/Perusahaan Terafiliasi PLN/Perusahaan Terafiliasi BUMN yang memenuhi kriteria Penunjukan Langsung.

5.1.3 Pengadaan Gas Bumi dapat dilakukan dengan Metode:

5.1.3.1 Pelelangan Terbatas dari DPT yang pesertanya terdiri dari: a. Penyedia Gas Bumi di sisi hulu termasuk PSC; atau.

b. Penyedia Gas Bumi di sisi hilir yang memiliki Ijin Usaha Niaga. 5.1.3.2 Penunjukkan Langsung kepada:

a. BUMN/Anak Perusahaan PLN/Anak Perusahaan BUMN/Perusahaan Terafiliasi PLN/Perusahaan Terafiliasi BUMN yang memenuhi kriteria Penunjukan Langsung; atau

b. PSC yang memiliki SellerAppointment Letter (SAL) dari Pemerintah; atau c. Perusahaan Daerah (Perusda)/BUMD yang mendapat alokasi Penjual

Gas Bagian Negara dari Pemerintah; atau

d. Penyedia Gas Bumi di sisi hilir yang memiliki Ijin Usaha Niaga; yang memenuhi kriteria Penunjukan Langsung.

e. Penyedia Gas Bumi luar negeri yang memenuhi kriteria Penunjukan langsung.

5.1.3.3 Tahapan penunjukkan langsung untuk pengadaan Gas Bumi:

a. Surat penawaran alokasi gas dari calon penyedia gas bumi/surat permintaan dari PLN ke Pemerintah

c. Penerbitan MOU dan/atau HOA dengan calon penyedia gas bumi

d.

Pembahasan Key TermsPerjanjian Jual Beli Gas (PJBG)

e.

Penyampaian penawaran harga

f. Melakukan evaluasi dan negosiasi penawaran harga

g. Khusus pengadaan Gas Bumi dengan PSC, penetapan harga dan PJBG dari Pemerintah

h. Penandatanganan PJBG

5.1.3.4 Proses pengadaan transportasi gas bumi dilakukan dengan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

   

5.1.4 Pengadaan LNG, CNG dan Gas lainnya:

5.1.4.1 Pengadaan LNG atau CNG dilakukan dengan Metode Pelelangan Terbatas dari DPT atau Penunjukan Langsung kepada LNG Plant/CNG Plant yang mempunyai kepemilikan Gas Bumi oleh PSC dan penjual gas bagian Negara yang ditunjuk langsung oleh instansi yang berwenang kepada PSC atau Perusda / BUMD atau penyedia gas bumi sisi hilir.

 

5.1.4.2 Pengadaan LNG atau CNG yang bersumber dari luar negeri dilakukan dengan Metode Pelelangan Terbatas atau Penunjukan Langsung kepada LNG Plant/CNG Plant yang kepemilikan saham mayoritas dimiliki oleh Pemerintah Negara Penjual LNG/CNG.

5.1.4.3 Pengadaan spot untuk LNG atau CNG dilakukan melalui Pelelangan Terbatas atau Penunjukan Langsung untuk kondisi khusus.

Yang dimaksud kondisi khusus adalah kondisi emergency, terjadi shortfall atas Perjanjian/Kontrak berjalan, kekurangan pasokan untuk tahun berjalan atau kondisi-kondisi lain dengan Persetujuan Direksi.

 

5.1.4.4 Pengadaan Gas lainnya dilakukan dengan Metode Pelelangan Terbatas atau Penunjukan Langsung sesuai kriteria pemilihan Metode pada angka 5.1.4.

5.1.5 Pengadaan Batubara

5.1.5.1 Pengadaan batubara dapat dilakukan dengan Metode Penunjukan Langsung atau Pelelangan Terbatas atau Pelelangan Terbukamengikuti kriteria pemilihan Metode pengadaan barang/jasa dan/atau kriteria dibawah ini:

a. Kriteria Penunjukan Langsung

1). Penunjukan Langsung dapat dilakukan kepada:

a) Pemasok Batubara Pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B), BUMN, Anak Perusahaan atau Afiliasi BUMN, BUMD, atau Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang clean and

clear sesuai dengan daftar yang dikeluarkan oleh Direktur

Jenderal Mineral dan Batubara; dan

b) Pemasok batubara yang memiliki bukti kepemilikan tambang minimal 51 %; dan

c) Pemasok yang memiliki spesifikasi Batubara yang cocok dengan spesifikasi boiler Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

2). Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud pada angka 1 diatas, dilakukan dalam hal :

a) Pengadaan batubara untuk memenuhi kebutuhan PLTU yang dibangun di dekat Tambang Batubara dan didesain sesuai jenis batubara Tambang Batubara tersebut; dan atau

   

b) Melalui kerjasama operasi (KSO) antara Pengguna Barang/Jasa dengan Perusahaan Tambang Batubara PKP2B atau IUP Operasi Produksi untuk memasok Batubara, dilakukan dengan pola bagi hasil minimal dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun; dan atau

 

c) Melalui Kerjasama Strategis dengan Anak Perusahaan PLN; dan atau

d) Apabila dari daftar pemasok Batubara PKP2B atau daftar IUP yang clean and clear yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, terdapat hanya 1 (satu) tambang yang memenuhi spesifikasi PLTU milik PLN; dan atau

e) Apabila terdapat kriteria Penunjukan Langsung yang belum diatur pada huruf a) sampai dengan d) pada angka 2 ini, dapat diajukan kepada Value for Money Committee terlebih dahulu.

b. Pelelangan Terbatas

Pelelangan Terbatas dilakukan dalam hal apabila pada angka 5.1.5.1 huruf a angka 1 di atas, terdapat lebih dari 1 (satu) pemasok Batubara.

c. Pelelangan Terbuka

Dalam hal belum tersedia DPT atau DPT tidak dapat memasok batubara sesuai dengan spesifikasi batubara yang dibutuhkan maka pengadaan batubara dapat dilakukan melalui Pelelangan Terbuka,sebagaimana diatur pada angka 4.2.2.

5.1.5.2 Pelaksanaan Perjanjian/Kontrak Pasokan Batubara diatur sebagai berikut:

a. Perjanjian/Kontrak jangka panjang dilakukan untuk menjamin kelangsungan operasi dan memberikan nilai tambah bagi PLTU dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sampai dengan 20 (dua puluh) tahun, dan dilakukan oleh beberapa pemasok dengan syarat :

1) Kualitas batubara sesuai batasan desain batubara PLTU; dan 2) Kuantitasnya mencukupi untuk waktu tertentu atau selama umur

PLTU;

b. Perjanjian/Kontrak jangka pendek (spot) digunakan untuk menjaga stabilitas pasokan dan mengendalikan harga batubara dalam kurun waktu kurang dari 1 (satu) tahun, dengan syarat kualitas batubaranya sesuai batasan desain batubara untuk pembangkit.

5.1.5.3 Harga Pembelian Batubara adalah:

a. Harga pembelian batubara oleh PLN dan Anak Perusahaan PLN dalam rangka pengoperasian PLTU dari PKP2B adalah sebesar Harga Patokan Batubara (HPB) dikurangi biaya penyesuaian sesuai dengan peraturan yang berlaku, pada saat tercapainya kesepakatan antara PLN dan Anak Perusahaan PLN dengan PKP2B.

b. Harga pembelian batubara oleh PLN dan Anak Perusahaan PLN dalam rangka pengoperasian PLTU dari pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi adalah sebesar Harga Patokan Batubara (HPB) dikurangi biaya penyesuaian sesuai dengan peraturan yang berlaku dan pengurang lainnya berdasarkan kesepakatan para pihak, pada saat tercapainya kesepakatan antara PLN dan Anak Perusahaan PLN dengan IUP Operasi Produksi Batubara.

c. Harga kesepakatan pembelian batubara sebagaimana dimaksud pada angka 5.1.5.4 huruf a dan b wajib disesuaikan setiap 12 (dua belas) bulan sekali.

d. Harga Patokan Batubara sebagaimana dimaksud pada angka 5.1.5.4 huruf a dan b ditetapkan oleh Pemerintah.

Dalam dokumen PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN BARANG DAN JAS (Halaman 62-65)

Dokumen terkait