Pasal 38
(1) Pengadaan tanah oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan umum, yang selanjutnya dikuasai atau akan dikuasai oleh Pemerintah Daerah, meliputi: a. jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas
tanah, ataupun di bawah tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi);
b. waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairan lainnya; c. pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal;
d. fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana;
f. cagar alam dan cagar budaya;
g. pembangkit, transmisi dan distribusi tenaga listrik.
(2) Pengadaan tanah selain untuk kepentingan umum adalah pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan instansi pemerintah, yang dikuasai pemerintah atau pemerintah daerah, meliputi:
a. rumah sakit umum dan puskesmas; b. peribadatan;
c. pendidikan atau sekolah; d. pasar umum;
e. fasilitas pemakaman umum; f. telekomunikasi;
g. sarana olah raga;
h. kantor pemerintah daerah;
i. rumah susun sederhana dan rumah dinas; j. pertamanan;
k. panti sosial.
(3) Dokumen Perencanaan Kebutuhan Tanah SKPD dalam mengusulkan pengadaan tanah harus melengkapi dokumen perencanaan kebutuhan tanah, meliputi:
a. RKBMD (Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah) dan usulan yang ditandatangani Kepala SKPD;
b. proposal rencana kebutuhan tanah (yang meliputi maksud dan tujuan, letak dan lokasi, luasan tanah yang diperlukan, kondisi eksisting tanah, sumber pendanaan, dan analisis kelayakan lingkungan perencanaan pembangunan);
c. keterangan resmi status tanah dari Kantor Pertanahan untuk yang bersertifikat, dan keterangan Camat/Kepala Desa untuk yang belum bersertifikat;
d. keterangan harga tanah (NJOP dan harga nyata); e. rencana pemanfaatan tanah.
(4) Dokumen Perijinan.
a. Permohonan penetapan lokasi disampaikan kepada Bupati dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat, dilampiri dokumen perencanaan kebutuhan tanah.
b. Setelah penetapan lokasi diperoleh, instansi pemerintah yang memerlukan tanah memberitahukan kepada Camat dan Kepala Desa untuk mensosialisasikan rencana pengadaan tanah.
Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan secara langsung kepada pemilik tanah, atau melalui papan pengumuman di Kantor Camat dan/atau Kantor Kepala Desa/Lurah.
(5) Tata cara pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum berpedoman pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 dan Undang – Undang Nomor 21 Tahun 1997 jo. Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58/PMK.02/2008 tentang Biaya Panitia Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
a. Pengadaan Tanah Skala Kecil tidak lebih dari 1 Hektar Pengadaan tanah bagi pelaksanaan kepentingan umum yang luasnya tidak lebih dari 1 hektar dilaksanakan secara langsung melalui jual beli, tukar menukar atau cara lain yang disepakati para pihak tanpa bantuan panitia pengadaan tanah atau dengan panitia pengadaan tanah kabupaten/kota;
b. Pengadaan Tanah Skala Kecil tidak lebih dari 1 Hektar Pengadaan tanah bagi pelaksanaan kepentingan umum yang luasnya tidak lebih dari 1 hektar dilaksanakan secara langsung melalui jual beli, tukar menukar atau cara lain yang disepakati para pihak tanpa bantuan panitia pengadaan tanah atau dengan panitia pengadaan tanah kabupaten/kota.
c. Pengadaan Tanah yang Luasnya lebih dari 1 Hektar :
1) Tata cara pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar, pelaksanaannya berpedoman pada Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007.
2) Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah paling banyak 9 (sembilan ) orang dengan susunan sebagai berikut ;
a) Sekretaris Daerah sebagai Ketua merangkap anggota;
b)
Pejabat dari Unsur perangkat daerah setingkat eselon II ( Asisten Pemerintahan ) selaku Wakil Ketua merangkap anggota;c)
Kepala Kantor Pertanahan sebagai Sekretaris merangkap anggota;d)
Kepala Dinas/Kantor/Badan yang terkait dengan pelaksanaan Pengadaan Tanah ( Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan, Kepala BPKAD, Kepala Bagian Tata Pemerintahan, Kepala Bagian Hukum dan Camat Terkait ) selaku Anggota.3) Tim Penilai Harga Tanah dibentuk dengan Keputusan Bupati, atas usul Kepala Bagian Tata Pemerintahan, melibatkan unsur:
a) Kantor Pertanahan; b) Kantor Pelayanan PBB;
c) Dinas yang membidangi bangunan dan/atau tanaman; d) Bagian Perlengkapan;
e) Apabila diperlukan dapat melibatkan ahli atau akademisi yang berkompeten menilai harga tanah/bangunan/tanaman.
4) Biaya Pengadaan Tanah dibebankan kepada Instansi pemerintah terdiri dari biaya :
a) Pengukuran dan Pemetaan ;
b) Pemberian ganti rugi kepada pemilik ; c) Honorarium Panitia Pengadaan Tanah ;
d) Honorarium Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah ;
e) Pengurusan Hak atas Tanah samapi dengan penerbitan sertifikat ; f) Penitipan ganti rugi ke pengadilan apabila diperlukan;
g) Splitsing sertifikat ( pemisahan dari sisa bagian tanah pemilik) h) Biaya Koordinasi, Konsultasi, Evaluasi, Supervisi, dan
penyelesaian masalah ;
i) Biaya lainya yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas.
5) Besarnya biaya panitia pengadaan tanah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Peraturan menteri Keuangan tentang Biaya Panitia Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk kepentingan Umum;
6) Pengadaan Tanah Selain Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
a) tata cara pengadaan tanah untuk kepentingan instansi pemerintah, berpedoman pada tata cara pengadaan tanah sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis ini;
b) apabila proses pengadaan tanah menggunakan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten, tata cara pengadaan tanah berpedoman pada Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 dan Undang – Undang Nomor 21 Tahun 1997 jo. Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. (6) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan melakukan persiapan pengadaan tanah,
meliputi:
a. Pengajuan perijinan;
1) pengecekan sertifikat kepada Kantor Pertanahan setempat;
2) pengecekan bukti atas tanah yang belum bersertifikat kepada Kantor Kepala Desa/Lurah;
3) mengumumkan rencana pengadaan tanah di papan pengumuman Kantor Camat atau Kantor Kepala Desa/Lurah;
4) melakukan perhitungan nilai ganti rugi dengan atau tanpa meminta pertimbangan Lembaga Penilai Harga Tanah atau Tim Penilai Harga Tanah;
5) melakukan musyawarah dengan pemilik tanah disaksikan Camat atau Kepala Desa/Lurah untuk menyepakati tata cara pengadaan tanah, hasil musyawarah dituangkan dalam Berita Acara;
6) melakukan musyawarah harga ganti rugi dengan pemilik tanah disaksikan pejabat Kantor Pertanahan, Camat dan Kepala Desa, hasil musyawarah dituangkan dalam Berita Acara;
7) melakukan langkah-langkah koordinasi dengan instansi pemerintah yang terkait dengan proses pengadaan tanah di tingkat Kabupaten. b. Mekanisme pembayaran ganti rugi dan pengurusan hak atas tanah,
berpedoman pada Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007, dialokasikan dalam DPA Kegiatan Pengadaan Tanah berpedoman pada standar belanja biaya.
BAB VII
PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 39
(1) Pengendalian dapat diartikan untuk :
a. mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan dengan cara membandingkan antara rencana dengan capaian pelaksanaan program/kegiatan.
b. mengetahui sejauhmana pencapaian target yang sudah ditetapkan sebelumnya.
c. mengetahui penyimpangan dan penyebab penyimpangan serta upaya untuk memperbaiki kinerja suatu program/kegiatan.
d. memberikan umpan balik penyempurnaan perencanaan yang akan datang dengan memberikan informasi tentang status perkembangan program/kegiatan.
(2) Unsur Pengendali di Lingkungan Pemerintah Kabupaten terdiri dari :
a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA ), sebagai pengendali pencapaian program/kegiatan hasil pelaksanaan perencanaan pembangunan yang dibiayai pemerintah dan pemerintah daerah.
b. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, sebagai pengendali administrasi keuangan operasional program/kegiatan baik yang bersumber dari biaya pemerintah dan pemerintah daerah.
c. Staf Ahli Bupati, sebagai penganalisa dan menyajikan pelaporan bahan pertimbangan dan kebijakan Bupati.
d. Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah, sebagai pengendali pelaksanaan kinerja program/kegiatan pembangunan baik yang bersumber dari biaya pemerintah maupun pemerintah daerah.
e. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ), sebagai pengendali internal kegiatan, untuk menjamin tercapainya program/kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam DPA.
f. Camat, Sebagai Pengendali Kegiatan pembangunan yang berada diwilayah kerjanya.
(3) Unsur/Tim Pengendali dan teknis pengendalian diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
(4) Pengendalian harus dilandasi oleh analisis capaian program yang sesuai dengan rumusan program yang tertuang dalam seluruh kegiatan dan jumlah anggaran, yang dilaksanakan melalui kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Pasal 40
(1) Monitoring adalah bagian dari kegiatan manajemen pembangunan untuk mengawasi/ meninjau kembali/ mempelajari serta mengawasi secara terus menerus maupun berkala terhadap pelaksanaan program/kegiatan yang sedang berjalan oleh pengelola program/kegiatan di setiap tingkatan dan pihak-pihak yang terkait lainnya.
(2) Kegiatan monitoring bertujuan untuk menemukan permasalahan, mencari alternatif pemecahan dan menyarankan langkah-langkah penyelesaian sebagai koreksi dini agar pelaksanaan kegiatan berjalan secara efisien dan
efektif karena informasi atas kesesuaian rencana dengan pelaksanaan dirangkaikan secara tepat waktu kepada yang berkepentingan.
(3) Objek / Sasaran Monitoring.
a.
Berbagai jenis kegiatan dilapangan yang anggarannya bersumber dari biaya pemerintah maupun pemerintah daerah;b.
Lokasi kegiatan;c.
Realisasi anggaran;d.
Keluaran (output) Kegiatan;e.
Proses Pencapaian output;f.
Koordinasi/partisipasi pihak terkait dan pemanfaatan output;g.
Hasil (outcome), Manfaat (benefit) dan Dampak (impact). (4) Mekanisme Monitoring.Dalam melaksanakan monitoring pelaksanaan kegiatan/program, para pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran dapat menempuh beberapa cara, antara lain :
a. Penyusunan rancangan kerja melalui : Rapat koordinasi monitoring ; Menentukan objek monitoring; Menyusun panduan monitoring; Menyusun jadwal monitoring; dan Melaksanakan monitoring.
b. Rapat pertemuan, yaitu bertujuan untuk membahas :
Permasalahan yang terjadi di lapangan/lokasi berkenaan dengan pelaksanaan suatu kegiatan/program;
Permasalahan-permasalahan yang terjadi tersebut kemudian dilakukan analisis dan dibuatkan rekomendasi.
c. Pelaporan teratur dan sistematis selama pelaksanaan; d. Laporan Monitoring :
Dalam penyelesaian suatu kegiatan/program, SKPD harus menyiapkan laporan kepada Bupati melalui Bagian Pembangunan selaku Sekretariat Tim Pengendali dengan tembusan kepada Bappeda dan BPKAD.
Laporan menitikberatkan pada pelaksanaan suatu kegiatan/program, keberhasilan/kegagalan. Hasil monitoring harus berisi saran sebagai bahan tindak lanjut.
Berdasarkan huruf a dan b, Bagian Pembangunan selaku Sekretariat Tim Pengendali melaporkan kepada Bupati dengan tembusan disampaikan kepada Bappeda, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang berisi saran/rekomendasi sebagai bahan tindak lanjut.
Pasal 41
(1) Pengertian Evaluasi.
a. Evaluasi Kinerja adalah proses penilaian terhadap rencana yang ditetapkan dengan hasil implementasi menurut kriteria yang disepakati. b. Evaluasi kinerja pelaksanaan rencana program kegiatan di tingkat SKPD,
ditetapkan dengan keputusan kepala SKPD.
c. Evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(2) Objek Evaluasi.
Objek evaluasi adalah substansi yang digunakan dalam penyusunan evaluasi, meliputi:
a. Kebijakan Pembangunan Tahunan Daerah yang telah ditetapkan, meliputi Program dan Kegiatan.
b. Penilaian terhadap tujuan dan sasaran program, berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD.
c. Indikator kinerja, yaitu ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu indikator kinerja harus merupakan
sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahapan perencanaan (ex-ante) atau tahap pelaksanaan (on-going), maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi (ex-post).
Indikator kinerja meliputi :
Masukan ( INPUT ) adalah seluruh sumber daya yang digunakan dalam suatu proses untuk menghasilkan keluaran yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya.
Indikator masukan meliputi : anggaran (dana), sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana (peralatan, material), data dan informasi lainnya ang diperlukan.
Keluaran ( OUTPUT ) Keluaran adalah sesuatu yang terjadi akibat proses tertentu dengan menggunakan masukan yang telah ditetapkan.
Indikator keluaran hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu aktivitas, atau tolok ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dengan baik dan terukur.
Hasil ( OUTCOME ) adalah suatu keluaran yang dapat langsung digunakan atau hasil nyata dari suatu keluaran.
Indikator hasil dari suatu kegiatan adalah sasaran program yang telah ditetapkan. Jadi pendefinisian indikator kinerja hasil, untuk kegiatan-kegiatan yang berada dalam program yang sama, akan memiliki indikator kinerja hasil yang sama.
Manfaat ( BENEFIT ) adalah nilai tambah dari suatu hasil, dimana manfaat ini baru akan tampak setelah beberapa waktu kemudian. Indikator manfaat menunjukkan hal-hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi secara optimal.
Indikator manfaat dari suatu kegiatan adalah sasaran misi dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan. Jadi pendefinisian indikator manfaat, untuk kegiatankegiatan yang berada dalam misi yang sama, akan memiliki indikator kinerja manfaat yang sama.
Dampak ( IMPACT ) adalah akumulasi dari beberapa manfaat yang terjadi. Informasi mengenai dampak baru dapat dilakukan setelah beberapa waktu kemudian.
(3) Tahapan Evaluasi
a. Identifikasi karakteristik dokumen rencana yang telah ditetapkan, yang meliputi : Rencana Strategis Pembangunan Daerah (Renstrada) dan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (RKPD, KU dan PPAS).
b. Identifikasi implementasi kebijakan pembangunan tahunan daerah, berdasarkan kegiatan dan program, yang meliputi : alokasi anggaran, keluaran kegiatan, dan hasil kegiatan yang dilakukan melalui DESK Evaluasi Persiapan dan Evaluasi Hasil Pelaksanaan Pekerjaan ( administrasi pendukung yang harus dilengkapi adalah sebagai berikut : DPA, RUP, SK Lokasi, KAK, Gambar dan RAB).
c. Analisis keterkaitan antar dokumen kebijakan yang mendasari dilaksanakannya suatu kegiatan.
d. Analisis implementasi kegiatan, yang dilakukan untuk menilai pencapaian hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, serta menilai pencapaian hasil kegiatan terhadap sasaran program yang telah dilaksanakan. e. Menyusun rekomendasi, berdasarkan analisis keterkaitan dokumen
rencana dan implementasi kegiatan.
(4) Pelaksanaan Evaluasi
a. Evaluasi yang dilakukan oleh SKPD berdasarkan sistematika yang tersusun (lampiran);
b. Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah, yang didasarkan pada hasil evaluasi SKPD dengan sistematika yang tersusun (lampiran).
c. Desk Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan pembangunan berdasarkan format data isian (terlampir).
d. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan yang didasarkan laporan dari SKPD. e. Evaluasi penilaian terhadap kinerja penyedia barang/jasa dilaksanakan
setiap akhir anggaran oleh SKPD.
f. Mekanisme penilaian diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 42
(1) Laporan atau melaporkan adalah memberi tahu atau memberitahukan bahan-bahan atau keterangan-keterangan secara objektif dan berdasarkan kenyataan tentang penggunaan keuangan, material, personil dan peralatan kantor. Dengan demikian laporan keuangan yang harus dilaporkan oleh kepala SKPD selaku pengguna anggaran adalah laporan tentang belanja aparatur dan belanja pelayanan publik.
Setiap SKPD melaporkan kegiatan, selambat-lambatnya setiap tanggal 5 bulan berikutnya.
(2) Jenis Laporan
a. Laporan Kegiatan, terdiri dari Laporan Bulanan, Triwulanan, dan Laporan Akhir Kegiatan.
b. Laporan Realisasi Hasil Pengadaan Barang/Jasa.
c. Laporan Pencapaian Kinerja, terdiri dari Laporan Triwulanan dan Laporan Akhir Tahun.
BAB VIII
SERAH TERIMA KEGIATAN BARANG/JASA Pasal 43
(1) Pelaksanaan kegiatan yang telah selesai 100 %, Pihak Ketiga berkewajiban untuk menyerahkan pekerjaan tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang diketahui oleh Pengguna Anggaran/Kepala SKPD yang dituangkan dalam bentuk Berita Acara Serah Terima Pertama Kegiatan yang sebelumnya diadakan pemeriksaan/penilaian oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.
(2) Setelah berakhirnya masa pemeliharaan pekerjaan, Pihak Ketiga berkewajiban untuk menyerahkan pekerjaan tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen PPK) yang diketahui oleh Pengguna Anggaran/Kepala SKPD yang dituangkan dalam bentuk Berita Acara Serah Terima Kedua pekerjaan yang sebelumnya diadakan pemeriksaan/ penilaian oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.
(3) Pada akhir pelaksanaan kegiatan Pengguna Anggaran / Kepala SKPD berkewajiban menyerahkan seluruh hasil kegiatan kepada Bupati yang dituangkan dalam bentuk Berita Acara Serah Terima Kegiatan.
(4) Seluruh hasil kegiatan yang telah diserahterimakan dari Pengguna Anggaran/Kepala SKPD kepada Bupati, selanjutnya Bupati menyerahkan kembali kepada Kepala SKPD/Pengelola untuk dimanfaatkan, dikelola dan dipelihara.
(5) Format-format Berita Acara sebagaimana terlampir. BAB IX
KETENTUAN LAIN DAN PENUTUP Pasal 44
(1) Ketentuan lebih rinci mengenai Pengadaan barang dan jasa dan Standar Biaya Belanja Daerah atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdapat pada lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(2) Ketentuan Standar Biaya Belanja Daerah atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2013 ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 45
Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, Peraturan Bupati Kuningan Nomor 39 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kuningan Tahun Anggaran 2012 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 46
(1) Peraturan Bupati ini berlaku untuk Tahun Anggaran 2013.
(2)
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kuningan.
Ditetapkan di Kuningan
Pada tanggal 5 Nopember 2012 BUPATI KUNINGAN,
Cap Ttd
AANG HAMID SUGANDA Diundangkan di Kuningan
Pada tanggal 6 Nopember 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUNINGAN,
Cap Ttd YOSEP SETIAWAN
BERITA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2012 NOMOR 95 Salinan ini sesuai dengan Aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN KUNINGAN
ANDI JUHANDI, SH Pembina