• Tidak ada hasil yang ditemukan

55 TAHUN 2012 (Pengelola Anggaran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "55 TAHUN 2012 (Pengelola Anggaran)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI KUNINGAN

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2012

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2013

BUPATI KUNINGAN,

Menimbang : a. bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab, dengan memperhatikan keadilan dan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

b.

bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud huruf a, perlu ditetapkan Peraturan Bupati Kuningan tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2013;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat;

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3833); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan tanggung jawab keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

(2)

10. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723);

11. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik;

12. Undang Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4124);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4575);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4609), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4855);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 46);

18. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009;

19. Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

20. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012;

21. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07 Tahun 2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi; 24. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman

Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah;

25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012; 26. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor

332/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

27. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi;

28. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007 tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap beserta Perubahan-perubahannya;

(3)

Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

30. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Nomor 06 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

31. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 3 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kuningan;

32. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

33. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten 4 Kuningan Tahun 2005 -2025;

34. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 6 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kuningan Tahun 2009-2013;

35. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah;

36. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 16 Tahun 2011 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE);

37. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 42 Tahun 2012 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuningan;

38. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 15 Tahun 2009 tentang Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Terpusat (Procurement Unit) Kabupaten Kuningan; 39. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 34 Tahun 2009 tentang Sistem

Akuntansi;

40. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 35 Tahun 2009 tentang Kebijakan Akuntansi.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2013.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Kuningan.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kuningan. 3. Bupati adalah Bupati Kuningan.

4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Kuningan.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kuningan.

6. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan.

(4)

Sekretariat DPRD Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.

8. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap Tugas dan Fungsi Perencanaan Pembangunan di Daerah Kabupaten yang selanjutnya di sebut Kepala Bappeda adalah Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Kuningan.

9. Unit Pelaksana Teknis SKPD adalah Unit Pelaksana Teknis pada SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah yang melaksanakan sebagian tugas operasional di lapangan.

10. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan Sumber Daya yang tersedia.

11. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik Daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

12. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan Daerah.

13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kuningan yang selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Kabupaten dan DPRD Kabupaten Kuningan.

14. Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Belanja Daerah yang selanjutnya disebut Petunjuk Teknis adalah pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan, pengurusan dan pertanggungjawaban tata laksana keuangan daerah dalam rangka meningkatkan tertib administrasi pengelolaan APBD secara efisien, efektif, transparan dan akuntabel.

15. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Bupati yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewenangan tersebut kepada DPRD.

16. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disebut PPKD adalah Kepala Bagian Keuangan yang melaksanakan tugas dan fungsi pengelolaan APBD.

17. Kas Daerah adalah Kas untuk menampung seluruh penerimaan dan membayar seluruh pengeluaran Daerah.

18. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

19. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik Daerah.

20. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna Anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD serta untuk menggunakan anggaran SKPD.

21. Kuasa Pengguna Barang adalah Kepala Satuan Kerja atau Pejabat yang ditunjuk oleh pengguna untuk menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya.

(5)

23. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disebut PPKSKPD adalah pejabat pada Sekretariat Badan/Lembaga dan/atau Bagian Tata Usaha pada SKPD yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

24. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disebut PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

25. Panitia/Pejabat Pengadaan Barang/Jasa adalah tim yang diangkat oleh Pengguna Anggaran untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa. 26. Unit Layanan Pengadaan (ULP) (Procurement Unit) adalah unit kerja yang

terdiri dari pegawai-pegawai yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibentuk oleh Bupati yang bertugas secara khusus untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa di Lingkungan Pemerintah Daerah baik secara manual maupun elektronik.

27. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) adalah unit kerja yang dibentuk yang bertugas untuk menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.

28. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang diangkat Bupati atas usul PPKD yang mempunyai tugas untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggung-jawabkan uang pendapatan Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

29. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang diangkat Bupati atas usul PPKD yang mempunyai tugas untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang Belanja dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

30. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran Pembantu adalah orang atau pegawai yang ditunjuk dan diangkat oleh Bupati atas usul Kepala SKPD yang melaksanakan tugas dan fungsi Bendahara Penerimaan/ Pengeluaran pada Lingkungan SKPD.

31. Pembantu Bendahara Pengeluaran adalah Tenaga Kasir, Tenaga Pembukuan, Penata Dokumen dan Pengurusan Gaji pada SKPD.

32. Entitas Pelaporan adalah Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah dalam hal ini adalah Bagian Keuangan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan atas pelaksanaan APBD.

33. Entitas Akuntansi adalah SKPD Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

34. Unit Kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program/kegiatan.

35. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut TAPD adalah tim yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati dan dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang mempunyai tugas menyiapkan dan melaksanakan kebijakan Bupati dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD, pengendali program dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.

36. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disebut KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun anggaran.

(6)

38. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disebut RPJPD, adalah Dokumen Perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

39. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah Dokumen Perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

40. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut RKPD, adalah Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang merupakan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

41. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renja-SKPD, adalah Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang merupakan Dokumen Perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

42. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disebut Musrenbang adalah Forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan tahunan daerah.

43. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA – SKPD sebelum disepakati dengan DPRD.

44. Prioritas dan Plafon Anggaran yang selanjutnya disingkat PPA adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati dengan DPRD.

45. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah atau Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

46. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disebut RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, belanja, program dan kegiatan serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.

47. Anggaran Kinerja adalah anggaran yang disusun berdasarkan pendekatan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai baik keluaran (Output), hasil (Outcome), pengaruh/dampak (Impact) dan manfaatnya (Benefit).

48. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.

49. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah.

50. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah.

51. Prakiraan Maju (Forward Estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.

52. Penganggaran terpadu (Unified Budgeting) adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian alokasi dana.

53. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. 54. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang

(7)

55. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, baik yang berupa personal (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (Input) untuk menghasilkan keluaran (Output) dalam bentuk barang/jasa. 56. Sasaran/target adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau

keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

57. Keluaran (Output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

58. Hasil (Outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan – kegiatan dalam satu program.

59. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada Bank Jabar.

60. Penerimaan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode tahun tertentu.

61. Pengeluaran Daerah adalah semua pengeluaran Kas Daerah dalam periode tahun tertentu.

62. Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

63. Belanja Daerah adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

64. Sisa Lebih Perhitungan APBD tahun lalu adalah selisih lebih realisasi pendapatan terhadap realisasi belanja Daerah dan merupakan komponen pembiayaan.

65. Pembiayaan adalah :

a. Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun - tahun anggaran berikutnya;

b. Pembiayaan Daerah adalah transaksi keuangan Daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah.

66. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disebut (DPASKPD) merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh Pengguna Anggaran.

67. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disebut (SPD) adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP.

68. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnyan disebut (SPP) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran mengajukan permintaan pembayaran.

69. Uang Persediaan adalah sejumlah uang tunai yang disediakan untuk satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari.

70. SPP Uang Persediaan yang disebut SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (Revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

(8)

pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

72. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPPTU adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan uang persediaan.

73. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut (SP2D) adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh Bagian Keuangan berdasarkan SPM.

74. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut (SPM) adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD ;

75. SPM Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan.

76. SPM Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-GU adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan.

77. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

78. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada Pihak Ketiga.

BAB II

MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Maksud disusunnya Petunjuk Teknis Pengelolaan APBD Tahun 2013 ini adalah sebagai Pedoman Tata Laksana Anggaran Belanja sehingga dalam

pelaksanaannya dapat berjalan secara optimal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3 Tujuan Penyusunan Petunjuk Teknis ini adalah :

a. Sebagai pedoman teknis perencanaan anggara belanja di Daerah;

b. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan yang mengacu kepada rencana anggaran berdasarkan prestasi kerja ;

c. Sebagai pedoman penyusunan rencana anggaran belanja bagi SKPD ; d. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan, baik terkait dengan

pengendlian, pelaporan maupun evaluasi.

Pasal 4

(9)

BAB III

MEKANISME PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Bagian Pertama Struktur APBD

Pasal 5 Struktur APBD terdiri atas :

1. PENDAPATAN DAERAH

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

2) Dana Perimbangan

a. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya b. Alam

c. Dana Alokasi Umum ( DAU ) d. Dana Alokasi Khusus ( DAK ) 3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

a. Hibah

b. Dana Darurat

c. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi d. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus e. Bantuan Keuangan dari Provinsi

2. BELANJA DAERAH

1) Belanja Tidak Langsung a. Belanja Pegawai b. Belanja Bunga c. Belanja Subsidi d. Belanja Hibah

e. Belanja Bantuan Sosial

f. Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintah Desa g. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Desa h. Belanja Tidak Terduga

2) Belanja Langsung

a. Program dan Kegiatan Non Urusan b. Program dan Kegiatan Urusan

3. PENERIMAAN PEMBIAYAAN

1) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran ( SILPA ) a. Pelampauan Penerimaan PAD

b. Pelampauan Dana Perimbangan

c. Pelampauan Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah d. Sisa Penghematan Belanja

e. Kewajiban kepada Pihak Ketiga f. Kegiatan Lanjutan / Luncuran g. Dana Bencana Alam

2) Pencairan Dana Cadangan

3) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 4) Penerimaan Piutang Daerah

5) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 6) Penerimaan Piutang Daerah

4. PENGELUARAN PEMBIAYAAN

1) Pembentukan Dana Cadangan 2) Penyertaan Modal ( Investasi ) Pemda

a. PD. BPR Kuningan

(10)

e. PDAM Kuningan Hibah Pusat f. PD. Aneka Usaha

3) Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo a. Pembayaran Utang kepada Pihak Ketiga 4) Pemberian Pinjaman Daerah

Bagian Kedua

Tim Anggaran Pemerintah Daerah

Pasal 6

(1) Dalam rangka Pengelolaan Keuangan Daerah, dibentuk Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati , dengan tugasnya meliputi :

a. Mengkaji, membahas dan menyusun rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan Perubahan APBD

b. Melakukan Pembahasan Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan Perubahan APBD bersama-sama DPRD;

c. Melakukan Pembahasan dan Penelitian Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA SKPD) APBD dan Perubahan APBD.

(2) Komposisi dan Personalia TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu: a. Penanggungjawab : Bupati dan Wakil Bupati Kuningan

b. Ketua : Sekretaris Daerah c. Wakil Ketua : 1) Kepala BPKAD

2) Kepala BAPPEDA

3) Kepala Dinas Pendapatan 4) Asisten Administrasi

5) Asisten Pembangunan dan Kesra 6) Asisten Pemerintahan

d. Sekretaris : Kepala Bidang Anggaran BPKAD e. Wakil Sekretaris : 1) Sekretaris BPKAD

2) Kabid Akuntansi BPKAD

f. Anggota : 1) Staf Ahli Bidang Pembangunan, Ekonomi dan Keuangan

2) Kepala Bagian Pembangunan Setda

3) Kepala Bagian Organisasi dan Pendayagunaan Aparatur Setda

4) Kepala Bagian Hukum Setda

5) Kepala Bagian Keuangan dan Sarana Setda 6) Kabid Fisik dan Lingkungan Hidup BAPPEDA 7) Kabid Ekonomi BAPPEDA

8) Kabid Sosial Budaya dan Pemerintahan BAPPEDA

9) Kabid Penelitian, Pelaporan dan Evaluasi BAPPEDA

10) Kabid Program Dinas Pendapatan 11) Kabid Aset BPKAD

12) Kabid Perbendaharaan BPKAD

13)Kasubid Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan BPKAD

14)Kasubid Pendapatan dan Penerimaan Pembiayaan BPKAD

(3) Uraian Tugas masing - masing unsur TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yaitu :

(11)

2) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi seluruh kegiatan penyusunan APBD.

3) Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan dan Pengawasan.

b. Wakil Ketua : 1) Membantu Ketua dalam merumuskan kebijakan penyusunan anggaran daerah sesuai dengan bidang tugasnya.

2) Membantu mengarahkan dalam merencanakan, mengendalikan dan mengevaluasi seluruh kegiatan penyusunan APBD.

3) Membantu terjaminnya keterkaitan antara Perencanaan, Penganggaran, dan Pelaksanaan. 4) Menyusun kebijakan pendapatan daerah.

c. Sekretaris : 1) Menghimpun dan mengadministrasikan dokumen-dokumen anggaran daerah (korespondensi, ekspedisi dan pengarsipan sesuai dengan bidangnya (perencanaan, pengendalian dan administrasi keuangan).

2) Menyiapkan bahan untuk kepentingan pelaksanaan tugas tim.

3) Menyusun jadwal kerja tim.

4) Menyusun laporan pelaksanaan tugas tim.

d. Wakil Sekretaris : 1) Membantu Sekretaris Menghimpun dan mengadministrasikan dokumen-dokumen anggaran daerah (korespondensi, ekspedisi dan pengarsipan sesuai dengan bidangnya (perencanaan, pengendalian dan administrasi keuangan).

2) Membantu Sekretaris Menyiapkan bahan untuk kepentingan pelaksanaan tugas tim.

3) Membantu Sekretaris Menyusun jadwal kerja tim.

4) Membantu Sekretaris Menyusun laporan pelaksanaan tugas tim.

e. Anggota : 1) Menganalisis RKA dari seluruh SKPD. Aspek – aspek yang dianalisis meliputi :

a. Relevansi antara kegiatan dengan urusan pemerintahan, visi, misi, tujuan, sasaran, dan program.

b. Aspek yuridis formal, kewenangan, tugas pokok dan fungsi SKPD.

c. Kebutuhan sarana dan prasarana kerja (APK, ATK, sarana mobilitas, tanah), disesuaikan dengan standarisasi dan data aset.

d. Kesesuaian alokasi belanja pegawai dengan jumlah pegawai/tenaga kontrak kerja serta penelaahan mengenai alokasi anggaran pengembangan SDM masing – masing SKPD.

e. Kebutuhan pengembangan sistem informasi pemerintah daerah berbasis teknologi informasi secara terintegrasi. f. Kesesuaian usulan kegiatan diklat yang akan

dilaksanakan SKPD.

g. Kesesuaian usulan kegiatan yang berhubungan dengan penelitian dan pengembangan yang akan dilaksanakan SKPD.

2) Melakukan analisis dan evaluasi terhadap urusan pemerintahan, visi, misi, tujuan dan sasaran dari SKPD pengusul yang tertuang dalam format RKA-SKPD.

(12)

4) Melakukan analisis dan estimasi pendapatan dan belanja dari SKPD pengusul, yang tertuang dalam format RKA-SKPD 1.

5) Melakukan kajian terhadap indikator, tolok ukur dan target kinerja yang tertuang dalam format RKA-SKPD 2.2.1 yang terdiri dari masukan, keluaran dan hasil dari suatu

6) program dan kegiatan.

7) Melakukan analisis terhadap jumlah rekapitulasi anggaran belanja langsung dengan rincian belanja langsung, dan perhitungan terhadap jumlah rekapitulasi anggaran belanja tidak langsung dengan rincian belanja tidak langsung. 8) Melakukan perhitungan terhadap jumlah pendapatan dan

belanja dari SKPD pengusul yang tertuang dalam format RKA-SKPD.

9) Melakukan penelitian kesesuaian kode rekening dengan bagian/kelompok/ jenis/objek/rincian objek yang digunakan oleh SKPD pengusul.

10) Melakukan perhitungan terhadap jumlah rekapitulasi anggaran belanja, terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung.

11) Melakukan perhitungan terhadap rekapitulasi anggaran belanja langsung dengan rincian belanja langsung dan perhitungan terhadap rekapitulasi anggaran belanja tidak langsung dengan rincian belanja tidak langsung.

12) Melakukan perhitungan kebutuhan alokasi belanja perbulan/ pertriwulan dari SKPD yang dirinci berdasarkan kebutuhan alokasi biaya per kegiatan dalam rangka penerbitan SPD. 13) Melakukan analisis terhadap pendapatan dan belanja SKPD

pengusul berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan APBD tahun sebelumnya.

14) Melakukan pencermatan terhadap jumlah rekapitulasi anggaran belanja, terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung didasarkan kepada rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.

15) Melakukan analisis terhadap besaran biaya dan harga satuan biaya berdasarkan standar pembakuan biaya, yang dikaitkan dengan pencapaian target dalam hal mempertajam alokasi kegiatan secara administratif.

16) Menyusun prediksi target pendapatan yang akan datang dari sektor pendapatan.

17) Mengkoordinasikan pelaporan pendapatan dari SKPD penghasil atau pengelola pendapatan non pajak.

18) Mengkoordinasikan dan meneliti target/proyeksi pendapatan daerah pada setiap SKPD penghasil atau pengelola pendapatan non pajak.

19) Merekap dan menyusun target pendapatan daerah. 20) Menyusun Rancangan Kebijakan Umum APBD.

21) Rancangan KU - APBD yang telah disusun, disampaikan oleh Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan Daerah kepada Bupati paling lambat bulan Juni. 22) Menyiapkan rancangan Surat Edaran Bupati tentang

Pedoman Penyusunan RKA-SKPD sebagai acuan bagi SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.

23) Menelaah kesesuaian antara RKA – SKPD dengan KU-APBD, PPA, Prakiraan yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, Dokumen Perencanaan lainnya, capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar analisis belanja, standar harga, standar pelayanan minimum, serta sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD.

(13)

25) TAPD melakukan verifikasi Rancangan DPASKPD bersama – sama dengan Kepala SKPD paling lama 15 (Lima belas) hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD.

26) Menyiapkan Rancangan Surat Edaran Bupati perihal Pedoman Penyusunan RKA-SKPD yang memuat program dan kegiatan baru dan/atau kriteria DPA-SKPD yang dapat diubah untuk dianggarkan dalam Perubahan APBD, sebagai acuan bagi SKPD.

(4) Tugas dan wewenang masing – masing unsur TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), yaitu :

A. BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (BPKAD) BPKAD sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :

a) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, menyusun KUA dengan memperhatikan :

1) keselarasan program dan kegiatan dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan dalam RKP dan RKPD;

2) target capaian kinerja dari program dan kegiatan;

b) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, memproyeksikan pendapatan daerah, alokasi belanja, sumber dan penggunaan pembiayaan disertai dengan asumsi yang mendasarinya.

c) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya menyusun Rancangan PPAS dengan memperhatikan :

1) skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan ; 2) urutan program untuk masing-masing urusan;

3) plafon anggaran sementara program dan kegiatan.

4) dalam penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS), bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, menganalisis asumsi makro daerah terhadap implikasi kemampuan fiskal daerah, kebijakan yang ditempuh dalam upaya peningkatan pendapatan daerah, faktor-faktor yang mendasari adanya penurunan dan/atau peningkatan belanja daerah serta kebijakan pemerintah daerah di bidang pembiayaan daerah tahun anggaran yang direncanakan.

5) menganalisis dan menyusun plafon anggaran sementara/plafon anggaran;

6) menyusun proyeksi APBD tahun anggaran yang direncanakan berdasarkan hasil analisis.

7) menyusun matriks prioritas program dan plafon anggaran menurut oganisasi.

d) Bersama dengan Anggota TAPD lainnya memfasilitasi SKPD Pengguna Anggaran dalam penyusunan RKA-SKPD/DPA-SKPD; e) Melakukan analisis dan penyelarasan atas pagu indikatif berkaitan

dengan alokasi belanja untuk pelaksanaan program dan kegiatan; f) Meneliti kecocokan kode rekening penganggaran dalam KUA, yaitu

kode bidang urusan pemerintahan daerah dan organisasi; g) Menyusun Raperda APBD dan Perubahan APBD;

h) Menghimpun RKA-SKPD berdasarkan hasil kompilasi RKA-SKPD yang disampaikan Pengguna Anggaran;

i) Meneliti kecocokan kode rekening penganggaran dalam PPAS/PPA, yaitu kode bidang urusan pemerintahan daerah, organisasi jenis dan objek pendapatan serta belanja daerah;

j) merumuskan dan menyusun standar satuan harga upah, bahan dan jasa;

k) Menganalisis kebutuhan barang unit pada SKPD;

l) Menganalisis standar harga barang inventaris dan pakai habis;

m) BPKAD bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(14)

a) Menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ). RKPD memuat kerangka ekonomi makro daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah serta rencana kerja dan pendanaan yang terukur. RKPD dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Bupati;

b) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, menyusun KUA dengan memperhatikan :

1) keselarasan program dan kegiatan dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan dalam RKP dan RKPD;

2) target capaian kinerja dari program dan kegiatan;

c) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya menyusun Rancangan PPAS dengan memperhatikan :

1) skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan ; 2) urutan program untuk masing-masing urusan;

3) plafon anggaran sementara program dan kegiatan.

4) dalam penyusunan prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS), bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, menganalisis asumsi makro daerah terhadap implikasi kemampuan fiskal daerah, kebijakan yang ditempuh dalam upaya peningkatan pendapatan daerah, faktor-faktor yang mendasari adanya penurunan dan/atau peningkatan belanja daerah serta kebijakan pemerintah daerah di bidang pembiayaan daerah tahun anggaran yang direncanakan.

5) menganalisis dan menyusun plafon anggaran sementara/plafon anggaran;

6) menyusun proyeksi APBD tahun anggaran yang direncanakan berdasarkan hasil analisis.

7) menyusun matriks prioritas program dan plafon anggaran menurut oganisasi.

d) BAPPEDA bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

C. BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH

a) Bagian Pembangunan sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :

1) Melakukan penelitian/analisis dalam proses penyusunan KUA, PPAS, RKA-SKPD/DPA-SKPD terutama terhadap aspek efesiensi dan efektivitas program/kegiatan.

2) Melakukan penelitian/analisis terhadap keselarasan dan keterkaitan program dengan bidang urusan pemerintahan daerah dan program dengan kegiatan.

b) Bagian Pembangunan bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Sekretaris Daerah.

D. BAGIAN ORGANISASI DAN PENDAYAGUNAAN APARATUR SEKRETARIAT DAERAH

a) Bagian Organisasi dan Pendayagunaan Aparatur sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :

1) Menganalisis dan merumuskan aspek kelembagaan dalam pengelolaan keuangan daerah;

2) Menganalisis dan merumuskan kompensasi kerja berdasarkan tupoksi, analisa jabatan dan uraian tugas Jabatan.

3) Menganalisis keselarasan indicator kinerja kegiatan berupa input, output, outcome, dan Sasaran Program.

b) Bagian Organisasi dan Pendayagunaan Aparatur bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Sekretaris Daerah. E. BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH

a) Bagian Hukum Sekretariat Daerah sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :

(15)

2) Menganalisis Rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD.

b) Bagian Hukum bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada Sekretaris Daerah.

F. DINAS PENDAPATAN DAERAH

a) Dinas Pendapatan Daerah sebagai Anggota TAPD mempunyai tugas dan wewenang :

1) menganalisis target dan rencana pendapatan daerah;

2) bersama-sama dengan Anggota TAPD lainnya, memproyeksikan pendapatan daerah disertai dengan asumsi yang mendasarinya. b) Dinas Pendapatan Daerah bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas

dan wewenangnya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Bagian Ketiga

Tahapan dan Mekanisme Penyusunan APBD

Pasal 7 Mekanisme penyusunan APBD meliputi : a. Penyusunan RKPD;

b. Penyusunan Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Belanja Daerah dan Standar Biaya Belanja Daerah;

c. Penyampaian Rancangan KUA kepada Bupati;

d. Penyampaian Rancangan KUA dari Bupati kepada DPRD; e. KUA disepakati antara Bupati dengan DPRD;

f. Penyusunan Rancangan PPAS;

g. Penyampaian Rancangan PPAS ke DPRD; h. PPAS disepakati antara Bupati dengan DPRD;

i. Penetapan Pedoman Penyusunan RKA-SKPD oleh Bupati;

j. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA SKPD tahun rencana berdasarkan KU APBD dan PPAS;

k. RKA SKPD memuat rencana pendapatan, belanja untuk masing-masing program dan kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang direncanakan, dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan serta prakiraan untuk tahun berikutnya;

l. RKA SKPD dibahas oleh TAPD untuk dilihat kesesuaiannya dengan RKPD, Renja SKPD, KUA dan PPAS. Hasil pembahasan menjadi bahan lampiran Raperda APBD;

m. Penyusunan Nota Keuangan dan Pengantar Nota Keuangan tentang RAPBD dan Raperda tentang APBD;

n. Penyampaian Raperda APBD disampaikan kepada DPRD melalui nota pengantar keuangan tentang RAPBD oleh Bupati;

o. Pengambilan Keputusan bersama DPRD dan Bupati terhadap RAPBD; p. Tata cara pembahasan Raperda tentang APBD dilakukan sesuai dengan

peraturan tata tertib DPRD mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan;

q. Raperda APBD kemudian disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi; r. Penetapan hasil evaluasi;

s. Penetapan Perda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Bupati tentang penjabaran APBD bila sesuai hasil evaluasi;

t. Penyempurnaan sesuai hasil evaluasi; u. Pembatasan berdasarkan hasil evaluasi;

v. Penghentian dan pencabutan pelaksanaan Perda tentang APBD bersama DPRD;

w. Penetapan Keputusan DPRD tentang Penyempurnaan Perda APBD dan penyampaian hasil penyempurnaan berdasarkan hasil evaluasi;

x. Penetapan Perda APBD dan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD; y. Penyampaian Perda APBD dan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD

kepada Gubernur;

(16)

aa. Pengesahan Gubernur; bb. Persetujuan Gubernur;

cc. Penyampaian Rancangan Peraturan tentang APBD;

dd. Bupati menetapkan Raperda APBD menjadi Perda APBD serta Rancangan Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD menjadi Peraturan Bupati setelah mendapat persetujuan Gubernur;

ee. SKPD menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA SKPD) sebagai penjabaran dari Perda APBD dengan mempedomani Petunjuk Teknis Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan penyusunan Standar Biaya Belanja Daerah yang ditetapkan oleh Bupati;

Bagian Keempat Kebijakan Belanja Daerah

Pasal 8 (1) Belanja Tidak Langsung meliputi :

1. Belanja Pegawai terdiri atas :

a. Batas maksimal perhitungan acress adalah 2,5 % dari jumlah belanja pegawai (gaji pokok dan tunjangan);

b. Penganggaran gaji pokok dan tunjangan PNSD agar disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai yang sudah dilakukan dimasing – masing daerah dalam rangka perhitungan DAU Tahun Anggaran 2013 dan memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD yang ditetapkan pemerintah;

c. Untuk mengantisipasi pengangkatan CPNSD, Pemerintah Daerah menganggarkan belanja pegawai dalam APBD sesuai dengan kebutuhan pengangkatan CPNSD dan formasi pegawai tahun 2013; d. Dalam merencanakan anggaran tambahan penghasilan hanya

diperkenankan untuk PNSD/CPNSD dengan pertimbangan beban kerja, tempat tugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/atau pertimbangan obyektif lainnya, yang kriteria dan besarannya ditetapkan dengan peraturan kepala daerah;

e. Apabila Daerah telah menganggarkan tambahan penghasilan dalam bentuk uang makan, tidak diperkenankan menganggarkan penyediaan makanan dan minuman harian pegawai dalam bentuk kegiatan;

f. Dalam rangka efektifitas dan efisiensi pemanfaatan biaya pemungutan pajak daerah, pemerintah daerah dalam menganggarkan biaya pemungutan pajak daerah didasarkan atas rencana kebutuhan riil bagi aparat terkait dalam pemungutan dan pembinaan pajak daerah dan jumlahnya dibatasi paling tinggi sebesar 5% dari target penerimaan pajak daerah Tahun Anggaran 2013;

g. Penyediaan anggaran untuk penyelenggaraan asuransi kesehatan agar berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun serta Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 616.A/MENKES/SKB/VI/2004 Nomor 155A Tahun 2004 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas dan di Rumah Sakit Daerah. Sedangkan untuk asuransi jiwa bagi PNSD atau yang sejenis tidak diperkenankan dianggarkan dalam APBD.

h. Penganggaran penghasilan dan penerimaan lain Pimpinan dan Anggota DPRD serta belanja penunjang kegiatan harus didasarkan pada :

1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007;

(17)

Operasional Pimpinan DPRD serta Tata Cara Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional.

i. Belanja Bupati dan Wakil Bupati mempedomani ketentuan sebagai berikut :

1) Penganggaran belanja Bupati dan Wakil Bupati didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

2) Biaya Penunjang operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 yang semula tertulis ”Biaya Penunjang Operasional Kepala Daerah Kabupaten/Kota” termasuk didalamnya ”Biaya Penunjang Operasional Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota”.

2. Belanja Bunga

Untuk menyelesaikan kewajiban pembayaran bunga pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang diselesaikan dan dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2013.

3. Belanja Subsidi

Pemberian Subsidi hanya diperuntukkan kepada perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya terbatas. Produk yang diberi subsidi merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak serta terlebih dahulu dilakukan pengkajian agar tepat sasaran dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan.

4. Belanja Hibah

a. Pemberian hibah untuk mendukung fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dilakukan oleh pemerintah disesuaikan dengan Kemampuan Keuangan Daerah yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, dapat dianggarkan dalam APBD;

b. Dalam menentukan organisasi atau lembaga yang akan diberikan hibah, dilakukan secara selektif dan rasional dengan mempertimbangkan Kemampuan Keuangan Daerah;

c. Dalam rangka akuntabilitas penggunaan hibah kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya, Perusahaan Daerah, Organisasi Masyarakat dan Masyarakat, pemberian hibah dilengkapi dengan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) antara Pemerintah Daerah dengan penerima hibah yang di lengkapi dengan proposal dan rencana penggunaan dana /rencana biaya serta kewajiban penerima hibah mempertanggungjawabkan penggunaan dana yang diterima.

5. Belanja Bantuan Sosial

a. Dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan sosial kepada kelompok/anggota masyarakat namun tetap dilakukan secara selektif.

b. Untuk penganggaran bantuan keuangan kepada partai politik agar mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan pemberian bantuan keuangan kepada partai politik.

6. Belanja Bagi Hasil

Untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan daerah kepada pemerintah desa disesuaikan dengan rencana pendapatan pada Tahun Anggaran 2013, sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran 2012 yang belum direalisasikan kepada pemerintah daerah yang menjadi hak kabupaten/kota atau pemerintah desa ditampung dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013.

7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Desa

(18)

b. Bagian dari dana perimbangan yang diterima oleh Daerah untuk desa dapat diberikan bantuan keuangan bersifat umum yang pembagiannya untuk setiap desa dilakukan secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa (ADD) sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 68 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa; c. Bantuan keuangan yang bersifat khusus dari pemerintah kabupaten

kepada pemerintah desa diarahkan untuk percepatan atau akselerasi pembangunan desa.

8. Belanja Tidak terduga

Dalam penetapan anggaran Belanja Tidak Terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2012 dan merupakan belanja untuk kegiatan yang bersifat tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. (2) Belanja Langsung, meliputi :

1. Belanja Pegawai

a. Penganggaran honorarium bagi PNSD dibatasi frekuensinya sesuai dengan kewajaran beban tugas PNSD yang bersangkutan. Dasar perhitungan besaran honorarium disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

b. Penganggaran honorarium Non PNSD hanya dapat disediakan bagi pegawai tidak tetap yang benar – benar memiliki peranan dan kontribusi serta yang terkait langsung dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan di masing – masing SKPD termasuk narasumber/tenaga ahli di luar instansi pemerintah.

2. Belanja Barang Dan Jasa

a. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 pada jenis belanja barang/jasa ditambahkan obyek belanja pemeliharaan, jasa konsultasi, dan lain – lain pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis. Sehingga terhadap penganggaran upah tenaga kerja dan tenaga lainnnya yang terkait dengan jasa pemeliharaan atau jasa konsultansi baik yang dilakukan secara swakelola maupun dengan pihak ketiga agar dianggarkan pada belanja barang dan jasa dimaksud;

b. Dalam menetapkan jumlah anggaran untuk belanja barang pakai habis agar disesuaikan dengan kebutuhan riil dan dikurangi dengan sisa barang persediaan Tahun Anggaran 2012. Untuk menghitung kebutuhan riil disesuaikan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, dengan mempertimbangkan jumlah pegawai dan volume pekerjaan;

c. Dalam menetapkan anggaran untuk pengadaan barang inventaris agar dilakukan secara selektif sesuai kebutuhan masing – masing SKPD. Oleh karena itu sebelum merencanakan anggaran terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan pengkajian terhadap barang – barang inventaris yang tersedia baik dari segi kondisi maupun umur ekonomisnya;

d. Penganggaran belanja perjalanan dinas, baik perjalanan dinas luar negeri maupun perjalanan dinas dalam negeri agar dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi;

e. Untuk perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding dilakukan secara selektif dan hanya diperkenankan apabila terkait dengan upaya pengkayaan wawasan dan substansi kebijakan daerah yang sedang dirumuskan pemerintah daerah dan dilengkapi dengan laporan hasil kunjungan kerja dan studi banding dimaksud; f. Penganggaran untuk menghadiri pelatihan terkait dengan peningkatan

(19)

g. Dalam merencanakan belanja pemeliharaan barang inventaris kantor disesuaikan dengan kondisi fisik barang yang akan dipelihara dan lebih diprioritaskan untuk mempertahankan kembali fungsi barang inventaris yang bersangkutan;

h. Daerah dapat menganggarkan pemberian hadiah dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok masyarakat dan/atau perorangan yang berprestasi terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah, baik yang diperoleh melalui lomba antara lain lomba desa/kelurahan, kelompok masyarakat atau perorangan yang berprestasi dalam pelatihan;

3. Belanja Modal

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, maka untuk penganggaran belanja modal tidak hanya sebesar harga beli/bangun aset tetapi harus ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan.

Bagian Kelima

Ketentuan Penggunaan Belanja Tidak Langsung

Pasal 9 (1) Bantuan Keuangan Pemerintah Desa

1. Belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa wajib dimasukkan ke APBD, sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

2. Belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa ditransfer melalui Kas Daerah ke Rekening penerima dana bantuan, dengan dilengkapi SPM dan SP2D.

(2)

Belanja Subsidi, Belanja Hibah Dan Belanja Bantuan Sosial

1. Belanja ini diberikan kepada organisasi, badan atau lembaga yang berbadan hukum dan terdaftar di Badan KESBANGLINMAS atau lembaga yang membidanginya dan telah berdiri sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun. 2. Proposal/rencana penggunaan belanja subsidi, hibah dan bantuan sosial

yang diajukan kepada Bupati, wajib dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Surat permohonan / Proposal yang ditandatangani oleh Pemimpin Organisasi (ketua/direktur/pimpinan/ kepala);

b. Kwitansi yang telah ditandatangani oleh Pemimpin Organisasi (ketua/direktur/pimpinan/kepala) sebanyak rangkap 4 (empat) bermeterai cukup dan dibubuhi stempel panitia/organisasi;

c. Nomor Rekening Bank atas nama Pemimpin Organisasi;

d. Surat Pernyataan tentang penggunaan dana bantuan, yang ditandatangani oleh pemimpin organisasi (ketua/ direktur/ pimpinan/ kepala) dan ditujukan kepada Bupati;

e. Naskah Perjanjian Hibah antara Pemerintah Daerah dengan penerima hibah.

3. Belanja subsidi, belanja hibah dan belanja bantuan sosial ditransfer melalui Kas Daerah ke rekening penerima bantuan.

(3) Belanja Tidak Terduga

Penggunaan Belanja Tidak Terduga ditekankan pada penanggulangan yang bersifat tanggap darurat, sedangkan penanggulangan yang bersifat pasca bencana (meliputi penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi) dilakukan menggunakan belanja langsung, berdasarkan kesesuaian program dan kegiatan SKPD.

(4)

Penanggulangan yang bersifat tanggap darurat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

(20)

penanggulangan bencana alam yang diperlukan yang ditembuskan kepada Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah dan Bappeda ;

2. Bagian pembangunan dan Bappeda bersama SKPD terkait melakukan peninjauan lapangan (survey) untuk melakukan klarifikasi dan penentuan kriteria serta prioritas penanganan;

3. Bagian pembangunan menyampaikan analisis usulan biaya penanggulangan bencana alam kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah untuk ditetapkan dalam penggunaan belanja tidak terduga;

(5)

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi :

a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan sumber daya, yang meliputi cakupan lokasi, jumlah korban serta kemampuan sumber daya alam maupun buatan;

b. Penetapan status keadaan darurat bencana di daerah, yang ditetapkan oleh Bupati untuk skala Kabupaten;

c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana meliputi pemberian pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat bencana melalui upaya pencarian dan penyelamatan korban, pertolongan darurat dan/atau evakuasi korban;

d. Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi bantuan penyediaan kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial serta penampungan dan tempat hunian;

e. Perlindungan terhadap kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi pengamanan, pelayanan kesehatan dan psikososial terhadap bayi, balita dan anak-anak, ibu yang sedang mengandung dan menyusui, penyandang cacat dan orang lanjut usia;

f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital meliputi pemulihan fungsi dengan cara memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan prasarana dan sarana akibat bencana dalam rangka mencegah gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan;

g. Pemulihan fungsi prasarana dan sarana vital dilakukan dengan memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana;

h. Pengadaan barang/jasa untuk penyelenggaraan tanggap darurat bencana dilakukan secara khusus melalui pembelian/pengadaan langsung yang efektif dan efisien sesuai dengan kondisi pada saat keadaan tanggap darurat;

i. Pembelian/pengadaan langsung sebagaimana dimaksud huruf h tidak ditentukan oleh jumlah dan harga barang/jasa;

j. Pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud huruf i meliputi peralatan dan/atau jasa untuk :

1) pencarian dan penyelamatan korban bencana; 2) pertolongan darurat;

3) evakuasi korban bencana; 4) kebutuhan air bersih dan sanitasi; 5) pangan;

6) sandang;

7) pelayanan kesehatan; dan

8) penampungan serta tempat hunian sementara.

Bagian Keenam

Ketentuan Penggunaan Belanja Langsung

Paragraf 1

Penyusunan RKA – SKPD

Pasal 10 (a) Belanja Pegawai

Kelompok belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: Belanja pegawai yaitu untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan Daerah.

(21)

Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan Daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa, mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak / penggandaan, sewa rumah / gedung / gudang /parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai, dengan ketentuan : 1) Penyediaan anggaran untuk belanja barang pakai habis agar disesuaikan

dengan kebutuhan nyata dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi SKPD, dengan mempertimbangkan jumlah pegawai dan volume pekerjaan. Oleh karena itu, perencanaan pengadaan barang agar didahului dengan evaluasi persediaan barang serta barang dalam pemakaian.

2) Penganggaran pengadaan software untuk sistem informasi manajemen keuangan daerah dicantumkan dalam belanja barang dan jasa. Jika software tersebut dapat dioperasikan sesuai dengan fungsinya, harus dikapitalisasi menjadi aset Daerah.

3) Dalam upaya meningkatkan dan memberdayakan kegiatan perekonomian daerah, perencanaan pengadaan barang dan jasa agar mengutamakan hasil produksi dalam negeri dan melibatkan pengusaha kecil, menengah dan koperasi.

4) Dalam merencanakan kebutuhan barang Pemerintah Daerah, supaya menggunakan Daftar Inventarisasi.

5) Barang milik Pemerintah Daerah dan standar penggunaan barang sebagai dasar perencanaan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah.

6) Penganggaran belanja untuk penggunaan energi agar mempedomani Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi. 7) Penyusunan rencana kebutuhan pengadaan barang dan jasa agar

mempedomani ketentuan tentang standar satuan harga barang dan jasa yang ditetapkan oleh Peraturan Bupati.

8) Belanja perjalanan dinas baik dalam daerah maupun luar daerah untuk melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelayanan masyarakat dianggarkan dalam jenis belanja barang dan jasa. 9) Penyediaan belanja perjalanan dinas dalam rangka studi banding

dilakukan secara selektif baik orang, hari maupun frekuensinya agar tidak terlalu lama meninggalkan tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundangan-undangan.

Pelaksanaan studi banding dapat dilakukan sepanjang memiliki nilai manfaat guna kemajuan Daerah.

(c) Belanja Modal

Belanja modal yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan, digunakan untuk kegiatan pemerintahan, dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, jembatan, irigasi dan jaringan dan aset tetap lainnya. Kriteria Belanja Modal :

a) Masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan. b) Bukan merupakan objek pemeliharaan.

c) Jumlah nilai rupiah material sesuai dengan kebijakan akuntansi.

Pasal 11

Pengadaan software dalam rangka pengembangan sistem informasi manajemen dianggarkan pada belanja modal.

(22)

Nilai Pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset.

Pasal 13

Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian/ pembangunan untuk memperoleh setiap aset yang dianggarkan pada belanja modal, dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.

Pasal 14

Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan Daerah dianggarkan pada belanja SKPD.

Pasal 15

Ketentuan lain yang harus dilaksanakan dalam penyusunan RKA adalah sebagai berikut :

(a) Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam RKA Adalah :

1) Biaya/belanja yang ditetapkan dalam APBD harus dirinci penggunaannya di dalam RKA, dan biaya yang ditetapkan dalam RKA merupakan batas pengeluaran tertinggi untuk masing-masing kegiatan.

2) Pengeluaran biaya yang tercantum di dalam RKA harus mencapai sasaran fungsional kegiatan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan prinsip hemat dan efisien, dengan disusun berdasarkan Standar Biaya Daerah yang berlaku dengan ditetapkan melalui Peraturan Bupati.

3) Biaya ATK untuk kegiatan penulisannya disatukan, tidak terpecah per sub kegiatan.

4) Biaya Perjalanan Dinas penulisannya disatukan, tidak ditulis per sub kegiatan.

5) Penggunaan biaya perjalanan dinas khusus sebagai bagian dari perjalanan dinas luar daerah disesuaikan dengan urgensi kegiatan dan memperhatikan azas efisiensi dan efektivitas, dengan ketentuan bahwa untuk perjalanan dinas ke luar negeri dan ke luar provinsi hanya dapat dilakukan dengan melengkapi alasan perjalanan, rincian program, menyertakan undangan dan konfirmasi dari negara yang dikunjungi, dokumen yang berkaitan serta mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(b)

Lokasi Kegiatan Harus Secara Jelas Dicantumkan Dalam RKA dengan

ketentuan :

1) Untuk kegiatan yang lokasinya terletak pada 1 (satu) sampai sebanyak-banyaknya 5 (lima) Kecamatan, pada kolom “uraian kegiatan” dan “nama kegiatan” harus dicantumkan semua Kecamatan tersebut.

2) Untuk kegiatan yang lokasinya berada pada lebih dari 5 (lima) sampai 32 Kecamatan pada kolom “nama kegiatan” cukup dicantumkan kata-kata tersebar di ... Kecamatan di Daerah, dan dalam “kolom uraian” pada lembaran DPA harus dicantumkan semua nama Kecamatan tersebut. 3) Untuk kegiatan yang lokasinya tersebar di 32 Kecamatan pada kolom

“nama kegiatan” cukup dicantumkan tersebar di 32 kecamatan se-Kabupaten Kuningan.

4) Untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang dipandang perlu, lokasi kegiatan dan alokasi kegiatan dicantumkan sampai tingkat Kecamatan/Desa/Kelurahan.

(c)

Dalam RKA tidak diperkenankan mencantumkan kegiatan “Berupa Paket”. Pekerjaan Fisik Konstruksi Yang Dikontrakkan, pada saat Usulan harus melampirkan Keterangan :

1) Lokasi pekerjaan.

2) Bagi pekerjaan yang sudah dibuat Perencanaan Teknis dilengkapi dengan melampirkan gambar desain, rencana biaya, daftar analisa satuan harga, volume,dan target jadwal pelaksanaan.

(23)

(d)

Pengadaan ATK/bahan, dirinci dalam uraian objek/rincian objek yang bersangkutan.

(e) Dalam RKA kegiatan fisik atau belanja jasa yang akan dilaksanakan secara swakelola, agar nomenklatur "swakelola" dicantumkan dalam RKA dan kebutuhan kegiatan diuraikan secara rinci jenis swakelolanya.

(f) Belanja Konsultansi yang akan dilaksakan oleh penyedia jasa dengan cara pengadaan barang/jasa dituliskan sbb:

1) Untuk belanja Jasa konsultansi dalam RKA dan DPA harus mencantumkan secara jelas: Jenis pekerjaan, jumlah Kebutuhan dan kualifikasi personil dan jumlah Kebutuhan non personil.

2) Satuan pekerjaan ini adalah Orang per Bulan (OB). Jumlah OB sesuai dengan jumlah dari hasil perkalian semua tenaga ahli yang diperlukan dikalikan lama penugasan dalam pekerjaan tersebut.

3) Harga satuan merupakan harga satuan rata-rata hasil dari total kebutuhan Personil ditambah non personil dibagi jumlah OB yang diperlukan.

4) Besaran biaya yang diperlukan merupakan jumlah kebutuhan untuk pekerjaan tersebut yaitu biaya personil ditambah dengan kebutuhan non personil untuk pekerjaan tersebut.

5) Dalam pengajuan usulan pekerjaan jasa konsultansi yang akan dilaksanakan oleh pihak ketiga, pengusul harus bisa memberikan penjelasan tertulis perihal maksud, tujuan, sasaran, keluaran serta lama pelaksanaan pekerjan dan perhitungan biaya (RAB) yang diperlukan untuk pekerjaan yang diusulkan.

(g)

Belanja Konsultansi yang akan dilaksanakan oleh penyedia jasa dengan cara kerjasama dengan perguruan Tinggi dan atau dengan cara swakelola dituliskan sbb :

1) Biaya personil masuk ke Honorarium Non PNS dan Biaya Non personil disesuaikan dengan pengeluaran biaya dan kodering yang disediakan dengan penulisan yang cukup jelas dipahami.

2) Dalam pengajuan usulan pekerjaan jasa konsultansi yang akan dilaksanakan oleh pihak ketiga, pengusul harus bisa memberikan penjelasan tertulis perihal maksud, tujuan , sasaran ,keluaran serta lama pelaksanaan pekerjan dan perhitungan biaya (RAB) yang diperlukan untuk pekerjaan yang diusulkan.

(h)

Untuk kegiatan fisik yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas, diwajibkan sejak proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan, melibatkan unsur lingkup SKPD terkait selaku tenaga bantuan teknis.

(i)

Pada saat Asistensi RKA, wajib hadir selain dari Kepala Bagian Tata Usaha/Sekretaris/Pejabat Sub Dinas Bina Program atau Unit Perencanaan pada SKPD yang bersangkutan atau yang mewakili, juga didampingi oleh calon Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan Bendahara Pengeluaran Pembantu yang bersangkutan.

(j)

Konsep RKA yang mendapat koreksi dari TAPD agar diperbaiki oleh SKPD yang bersangkutan pada saat jadwal verifikasi RKA.

(k)

Konsep RKA yang telah ditelaah dan dikoreksi TAPD dan ditandatangani oleh TAPD, dapat langsung ditik net oleh SKPD Pengguna Anggaran/Barang yang bersangkutan.

(l) Hasil tik net RKA, selanjutnya ditandatangani/disahkan oleh TAPD.

Paragraf 2 Peyusunan DPA-SKPD

Pasal 16

(24)

(2) Penyerahan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan oleh PPKD tentang penyusunan rancangan DPA-SKPD.

(3) Verifikasi rancangan DPA-SKPD dilakukan oleh TAPD bersama-sama dengan Kepala SKPD paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak ditetapkannya Peraturan Gubernur tentang Penjabaran APBD.

(4) Berdasarkan hasil verifikasi, dilakukan pengesahan rancangan DPASKPD oleh PPKD dengan persetujuan Sekretaris Daerah.

(5) DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada Kepala SKPD dan tembusannya disampaikan kepada DPRD, Inspektorat dan TAPD paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan.

(6) Prosedur Penyusunan, Verifikasi dan Pengesahan DPA, berlaku dalam proses APBD murni/induk maupun APBD perubahan.

(7) Ketentuan lainnya yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan verifikasi DPA-SKPD, dokumen pelengkap yang harus diserahkan kepada TAPD adalah sebagai berikut :

a. Rencana Jadwal Kegiatan b. Rencana Anggaran Kas

c. Rencana Pemaketan Pekerjaan

Bagian Ketujuh Perubahan DPA – SKPD

Pasal 17

(1)

Perubahan/Pergeseran DPA – SKPD dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Kewenangan SKPD dalam hal :

1) Perubahan bersifat penurunan atau penambahan volume, tolok ukur yang terjadi karena adanya perubahan harga standar, sepanjang tidak melampaui batas biaya yang tersedia untuk keperluan termaksud.

2) Perubahan sampai setinggi-tingginya 20 persen (%) diatas atau di bawah volume tolok ukur yang tercantum dalam DPA-SKPD sepanjang tidak melampaui batas biaya yang tersedia untuk keperluan dimaksud.

3) Perubahan karena adanya kesalahan tekhnis administratif baik angka maupun huruf.

4) Apabila terjadi perubahan standar harga satuan akibat perubahan harga pasar yang mengakibatkan tidak terpenuhinya volume yang direncanakan, maka Kepala SKPD mengusulkan perubahan dimaksud kepada Bupati melalui Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah.

b. Kewenangan Bupati

1) Perubahan tolok ukur diatas 20 prosen (%) akan berakibat pada perubahan target dan perubahan standar biaya.

2) Perubahan standar harga satuan yang berakibat pada perubahan volume dan target kinerja ditetapkan dengan surat persetujuan Bupati.

(2) Prosedur Perubahan/Pergeseran DPA – SKPD

a. Perubahan/pergeseran DPA-SKPD Belanja Langsung dan Tidak Langsung harus diusulkan secara tertulis dari Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah kepada Bupati melalui Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (BPKAD).

b. Selanjutnya Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (BPKAD) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) terlebih dahulu melakukan pengkajian untuk bahan pertimbangan persetujuan Bupati. c. Perubahan/pergeseran yang sudah mendapat persetujuan Bupati

Referensi

Dokumen terkait

The exposure of various global portfolios to the unanticipated (actual) change in a multilateral exchange rate and three different bilateral rates are reported in Table 10 (Table

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian tentang implikatur percakapan yang terjadi dalam komunikasi antarsiswa di SMP N 1 Sawan yang telah diuraikan

HARGO SUKSES MANDIRI dengan menggunakan aplikasi website e-marketing untuk menarik banyak pelanggan atau perusahaan lain untuk memakai jasa keamanan... 32 • WO Strategies

Dari hasil rekapitulasi yang diperoleh akan digunakan Rating Scale untuk mengetahui pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan, dengan

Penelitian ini menghasilkan aplikasi kamus yang menerjemahkan kata bahasa Indonesia ke dalam tiga tingkatan Bahasa Jawa, yaitu Ngoko , krama madya dan krama

Pertumbuhan produksi IMK Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I 2014 (q-to-q) yang mengalami peningkaatan pertumbuhan sebesar 3,68 persen terutama disebabkan oleh peningkatan

1.2.3 Apakah kadar timbal pada gorengan rakik udang tersebut memenuhi syarat atau tidak untuk dikonsumsi berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan Kepala BPOM

PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) merupakan salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia dini (0-8 tahun) yang dilakukan melalui pemberian