Anggota II : Dra. B. Sunarti, M.Pd
A. Kajian Teori
3. Pengajaran Remedial
a. Pengertian Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau pengajaran yang membuat menjadi baik.
Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang ditujukan untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik. Perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian peserta didik (Depdikbud, 1983:59).
Abin Syamsudin yang dikutip oleh Ischak S.W dan Warji R. (1987:2) mengatakan tentang hal yang berhubungan dengan perbaikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar, faktor-faktor penyebabnya serta cara menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobjektif dan selengkap mungkin.
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa pengajaran remedial dalam penelitian ini adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang bersifat perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi anak khususnya tentang pengajaran
matematika mengenai konsep bilangan sehingga penguasaan konsep bilangan anak menjadi lebih baik dari sebelumnya. Perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing melalui perbaikan proses belajar mengajar.
b. Ciri-ciri Pengajaran Remedial
Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993:104), mengemukakan ada beberapa ciri-ciri pengajaran remedial, yaitu:
1). Dilakukan setelah diketahui kegiatan belajar mengajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan jenis, sifat dan latar belakang.
2). Tujuan instruksionalnya disesuaikan dengan kegiatan belajar yang dihadapi siswa.
Izhar Hasis (2001:66-67) memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri pengajaran remedial adalah sebagai berikut:
1). Pengajaran remedial adalah merupakan kegiatan pengajaran yang dilakukan setelah diketahui kesulitan belajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan jenis, sifat, dan latar belakangnya. 2). Tujuan instruksionalnya disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi. 3). Metode pengajaran remedial bersifat diferensial artinya disesuaikan
dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajarnya.
4). Pelaksanaan pengajaran remedial dapat bekerja sama dengan beberapa pihak seperti pembimbing, ahli khusus, dan sebagainya.
5). Alat-alat yang digunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi. 6). Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih
deferensial artinya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing anak yang mengalami kesulitan belajar.
7). Dalam hal evaluasi, alat evaluasi yang dipergunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi.
c. Jenis-jenis Pengajaran Remedial
Menurut Endang Supartini (2001:47), jenis pengajaran remedial dapat dibedakan berdasarkan waktu pemberiannya, yaitu:
1). Pengajaran remedial yang diberikan sebelum terjadinya proses pembelajaran. Siswa yang akan mengikuti mata pelajaran tertentu diberikan pre test. Bila hasil prestasinya rendah, karena siswa belum menguasai persyaratan atau untuk mempelajari mata pelajaran tersebut. Contohnya anak belum dapat diajar menulis apabila
xxxix
kemampuan motorik halusnya belum baik. Jadi pengajaran remedial diberikan untuk melatih motorik halus, dan ini terjadi sebelum anak diberi pelajaran menulis. Pengajaran remedial jenis ini sifatnya mempersiapkan anak untuk memudahkan menerima pengetahuan berikutnya.
2). Pengajaran remedial yang diberikan pada waktu berlangsungnya proses pembelajaran. Sebagai contoh guru matematika menjelaskan konsep bagi, guru mendemonstrasikan bagaimana operasional pembagian 8 : 2, lalu guru mnryuruh siswa melakukan operasional bilangan penbagian 12 : 3, siswa yang belum mampu atau salah dalam melakukan kegiatan tersebut, guru menjelaskan kembali dan mendemonstrasikan operasional pembagian. Ini yang dimaksud dengan pengajaran remedial yang dilakukan dalam proses pengajaran regular.
3). Pengajaran remedial yang dilakukan setelah pembelajaran regular, tujuannya supaya siswa mendapat pengetahuan yang lebih mendalam atau lebih luas. Ini yang disebut pengayaan. Dengan diberi pengayaan, diharapkan siswa lebih memahami materi pelajaran yang diberikan, selain supaya memiliki pengetahuan yang luas dan tidak cepat lupa.
d. Langkah-langkah Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan yang utama dalam keseluruhan kerangka pada layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Hal ini dilakukan agar tidak mengalami kesalahan dalam memberikan pengajaran remedial. Anak tunagrahita sedang dapat dibantu belajarnya sehingga anak dapat mengatasi hambatan-hambatan yang dialami melalui pengajaran remedial.
Agar pengajaran remedial dapat mencapai hasil yang diharapkan, pelaksanaannya perlu melalui prosedur / langkah-langkah yang memadai serta menggunakan metode yang tepat. Rochman Natawijaya (1980:32), mengemukakan yang menjadi ”tujuan pengajaran remedial ialah agar setiap murid memperoleh kesempatan untuk melakukan proses belajar yang sesuai dengan tingkat kemampuannya.”
Langkah-langkah pelaksanaan pengajaran remedial untuk membantu meningkatkan prestasi belajar anak kesulitan belajar menurut Izhar Hasis (2001:11) adalah sebagai berikut:
1). Mengadakan diagnostic
a). Mengetahui letak kesulitan matematika
b). Mengetahui sebab-sebab kesulitan matematika
c). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi di saat belajar
d). Mengetahui apakah ia dapat mengerjakan soal matematika dengan waktu lama atau tidak
2). Penelaah kasus
Penelaah kasus ini merupakan tahapan yang fundamental dalam kegiatan remedial, karena merupakan pangkal tolak langkah-langkah kegiatan selanjutnya. Sasaran dari penelaahan kasus ini adalah:
a). Dapat diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai karateristik dan permasalahan kasus.
b). dapat diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai tindakan remedial yang direkomendasikan.
3). Pilihan alternatif tindakan
Pilihan alternatif tindakan ini dilakukan untuk mencari data/usaha yang sebanyak-banyaknya untuk memperkirakan beberapa kemungkinan-kenungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Tindakan dilakukan sesuai dengan masalah yang dihadapi. Untuk menentukan tindakan yang tepat dapat dibantu dengan pertolongan sebagai berikut:
a). Apakah dilakukan pemeriksaan kesehatan
b). Apakah perlu diberikan tambahan pelajaran yang secara khusus. c). Apakah perlu diadakan bantuan penyuluhan
d). Apakah mengubah situasi dalam keluarga e). Apakah pengubah metode mengajar f). Perlukah pindah posisi duduk
Berdasarkan pilihan alternatif tersebut di atas, dalam penelitian ini tindakan yang diambil adalah pada point 1 dan 2 yang dilaksanakan dalam pengajaran remedial.
e. Tujuan Pengajaran Remedial Bagi Anak Tunagrahita Sedang
Menurut Moh. Surya dan Moh. Amin (1980:8), “tujuan pengajaran remedial tidak jauh berbeda dengan pengajaran secara umum yaitu untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”
Sebagaimana yang diungkap di atas bahwa pengajaran remedial adalah bertujuan agar murid-murid yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan, perbaikan atau pembetulan dalam:
xli
1). Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi dalam belajarnya yang menyangkut segi kekuatan, kelemahan, jenis dan sifat kesulitannya.
2). Mengubah dan memperbaiki cara-cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang dihadapi anak.
3). Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitannya.
4). Mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya.
5). Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang lebih baik.
Berdasarkan pendapat di atas, maka tujuan pengajaran remedial dalam penelitian ini adalah untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran matematika, khususnya tentang penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 anak tunagrahita sedang di kelas V di SDLB Negeri Purworejo.
f. Materi Pengajaran Remedial
Sumber bahan yang dipakai dalam mengajarkan materi matematika anak tunagrahita sedang dalam penelitian ini adalah dari buku Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita Sedang, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pebinaan Sekolah Luar Biasa, tahun 2006.
Pembagian bahan materi matematika kelas V semester II dengan Standar Kompetensi tentang bilangan dan Kompetensi Dasar yang melakukan penambahan bilangan 1-10 dengan benda secara bervariasi.
Bahan materi ini digunakan sebagai materi pengajaran remedial yang penulis lakukan.
g. Prosedur Pengajaran Remedial
Agar pengajaran remedial dapat mencapai hasil yang diharapkan maka pelaksanaannya perlu melalui prosedur atau langkah-langkah yang memadai serta menggunakan metode yang tepat.
Rohman Natawijaya (1980:32) mengemukakan beberapa langkah umum yang biasanya ditempuh dalam pengajaran remedial sebagai berikut:
1). Mengenali objek yang akan diadakan remidi dengan cara: observasi, analisa data, wawancara, dan cara yang paling mudah adalah dengan berangkat dari nilai-nilai hasil belajar yang dicapai.
2). Menentukan sifat dan jenisnya, dalam hal ini kita perlu mencari di mana letak kesulitan, sampai sejauh mana kesulitan yang dihadapi anak.
3). Mencari latar belakangnya, baik dari dalam maupun dari luar diri anak. 4). Menentukan kemungkinan-kemungkinan usaha bantuan atau
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan. 5). Pelaksanaan pemberian bantuan.
Berdasarkan dari keputusan di atas, maka dimulai pelaksanaan pemberian bantuan. Selama kegiatan bantuan berlangsung secara terus menerus diadakan penilaian untuk mengetahui ketepatan bantuan yang diberikan. Sesuai dengan sifat dan jenis kesulitan yang dihadapi, Rochman Natawijaya (1980:38) mengemukakan ada beberapa kegiatan bantuan pengajaran remedial yang mungkin diberikan seperti:
1). Memberikan tugas-tugas tambahan dalam pelajaran tertentu.
2). Mengubah metode mengajar dengan metode lain yang dipandang lebih sesuai dengan kemampuan murid.
3). Memindahkan ke kelompok atau kelas atau sekolah lain yang diperkirakan dapat membantu.
4). Meminta teman sebayanya yang lebih pandai untuk membantu dalam belajar.
5). Memberikan latihan-latihan keterampilan tertentu yang mendasari kemampuan belajar tertentu, misalnya membaca, menulis dan mengeja.
6).Mengirimkan kepada ahli-ahli khusus, misalnya ahli pendidikan matematika, IPA, bahasa untuk memperoleh bantuan.
7).Mengembangkan bakat-bakat khusus tertentu melalui berbagai kegiatan.
xliii
h. Faktor Pendukung Pengajaran Remedial
Menurut Izhar Hasis (2001:5), kualitas pengajaran turut menentukan penguasaan bagi para siswa, oleh karena itu usaha untuk menertibkan siswa secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar, usaha membuat pelajaran lebih konkrit, lebih praktis, mempergunakan berbagai cara penguatan (reinforcement) akan banyak membantu tingkat penguasaan bahan oleh para siswa. Metode mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karateristik siswa akan sangat membantu dalam rangka meningkatkan hasil penguasaan bahan oleh siswa.
i. Faktor Penghambat Pengajaran Remedial
Siswa tunagrahita sedang pada umumnya mengalami hambatan pada pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan oleh IQ siswa yang berada jauh di bawah normal sehingga mengakibatkan kurangnya berkonsentrasi terhadap pembelajaran dan kurang bisa berpikir abstrak dan perhatian siswa sering beralih-alih serta mudah bosan dalam pembelajaran. Guru dapat mempelajari hambatan dan kesalahan yang dibuat oleh muridnya dalam pembelajaran matematika setelah itu menyediakan bantuan untuk memperbaikinya.
Menurut Ashlock yang dikutip oleh Tompokan Runtuhaku (1996:193), mengemukakan bahwa :
Hambatan umum yang dialami siswa tunagrahita dalam pembelajaran matematika adalah kekeliruan dasar: kesalahan ini antara lain siswa tidak memiliki konsep serta konsentrasi bilangan, siswa belum memiliki keterampilan dasar berhitung, belum memiliki konsep bilangan membilang misalnya membilang maju mundur satu-satu serta dua-dua, membuat korespondensi satu-satu dan membandingkan objek-objek himpunan.
Dengan demikian peningkatan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 melalui pengajaran remedial mutlak diperlukan, dengan tujuan guru harus lebih kreatif dalam mengajarnya. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran harus lebih konkrit, mudah diterima, menarik perhatian anak serta menggunakan metode dan sarana yang bervariasi.