• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: ENDANG DWIASTUTI NIM X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: ENDANG DWIASTUTI NIM X"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGGUNAAN PENGAJARAN REMEDIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENAMBAHAN BILANGAN 1-10

PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V DI SDLB NEGERI PURWOREJO

TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009

Oleh:

ENDANG DWIASTUTI NIM X5107517

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

(2)

PENGGUNAAN PENGAJARAN REMEDIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENAMBAHAN BILANGAN 1-10

PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V DI SDLB NEGERI PURWOREJO

TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Ilmu Pendidikan

Oleh:

ENDANG DWIASTUTI NIM X5107517

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Munzayanah Dra. B. Sunarti, M.Pd. NIP19490215 197603 2 001 NIP. 19450913 197403 2 001

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa Tanggal : 21 Juli 2009 Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes . . . .

Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag . . . Anggota I : Dra. Munzayanah . . .

Anggota II : Dra. B. Sunarti, M.Pd . . . .

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001

(5)

v ABSTRAK

Endang Dwiastuti. PENGGUNAAN PENGAJARAN REMEDIAL

UNTUK MENINGKAKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENAMBAHAN BILANGAN 1-10 PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS V DI SDLB NEGERI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2009.

Penelitian ini beryuuan unuk mengetahui penggunaan pengajaran remedial untuk meningkatkan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo.

Penelitian dilaksanakan di SDLB Negeri Purworejo dengan subjek 3 siswa kelas V tunagrahita sedang yaitu 2 siswa laki – laki dan 1 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan dokumentasi.

Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif komparatif untuk data kuantitatif yakni dengan membandingkan hasil antar siklus. Dan teknik analisis kritis yaitu mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 dengan menggunakan pengajaran remedial meningkat dari kondisi awal rerata 50,00 pada siklus I menjadi 56,66, siklus II dengan rerata 61,66 dan siklus III menjadi 66,66 dan terdapat peningkatan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V setelah menggunakan pengajaran remedial dibanding dengan sebelum tindakan pengajaran remedial. Ini dibuktikan dengan rerata pada kondisi awal 50,00 sedangkan hasil siklus III dengan rerata 66,66.

Jadi penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pengajaran remedial dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo.

(6)

MOTTO

Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar – benar berada dalam keni’matan yang besar (surga).

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada: Ibu dan bapak tercinta, Suamiku tercinta, Ketiga anakku Eka, Tya dan Irfan tersayang, Almamater.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan–kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Drs. A. Salim Choiri, M.Kes dan Bapak Drs. Maryadi, M.Ag selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Ibu Dra. Munzayanah, selaku Pembimbing I. 7. Ibu Dra. B. Sunarti, M.Pd, selaku Pembimbing II.

8. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

(9)

ix

Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika.

Surakarta, Juli 2009

(10)

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL . . . i

HALAMAN PENGAJUAN . . . ii

HALAMAN PERSETUJUAN . . . iii

HALAMAN PENGESAHAN . . . iv

HALAMAN ABSTRAK . . . v

HALAMAN MOTTO. . . vi

HALAMAN PERSEMBAHAN . . . viii

KATA PENGANTAR . . . viii

DAFTAR ISI . . . x

DAFTAR TABEL . . . xiii

DAFTAR GRAFIK . . . xiv

DAFTAR LAMPIRAN . . . xv

BAB.I PENDAHULUAN . . . 1

A. Latar Belakang Masalah . . . 1

B. Perumusan Masalah . . . 4

C. Tujuan Penelitian . . . 4

D. Manfaat Penelitian . . . 5

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA . . . 7

A. Kajian Teori . . . 6

1. Anak Tunagrahita . . . 6

a. Pengertian Anak Tunagrahita . . . 6

b. Ciri-ciri Anak Tunagrahita . . . 8

c. Faktor-faktor Penyebab Anak Tunagrahita . . . . 9

d. Klasifikasi Anak Tunagrahita . . . 11

e. Karakteristik Umum Anak Tunagrahita . . . 13

2. Prestasi Belajar . . . 14

a. Pengertian Prestasi Belajar . . . 14

(11)

xi

c. Pengertian Pembelajaran Matematika SDLB-C

Sedang . . . 19

d. Tujuan Pembelajaran Matematika . . . 20

e. Ruang Lingkup Pelajaran Matematika SDLB-C Sedang . . . 21

f. Materi Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita . . . 21

3. Pengajaran Remedial . . . 22

a. Pengertian Pengajaran Remedial . . . 22

b. Ciri-ciri Pengajaran Remedial . . . 23

c. Jenis-jenis Pengajaran Remedial . . . 23

d. Langkah-langkah Pengajaran Remedial . . . 24

e. Tujuan Pengajaran Remedial bagi Anak Tunagrahita Sedang . . . 25

f. Materi Pengajaran Remedial . . . 26

g. Prosedur Pengajaran Remedial . . . 27

h. Faktor Pendukung Pengajaran Remedial . . . 28

i. Faktor Penghambat Pengajaran Remedial . . . . 28

B. Kerangka Berfikir . . . 29

C. Hipotesis . . . 30

BABIII METODE PENELITIAN . . . 31

A. Setting Penelitian . . . 31

1. Tempat Penelitian . . . 31

2. Waktu Penelitian . . . 31

B. Subjek Penelitian . . . 32

C. Data dan Sumber Data . . . 32

D. Teknik Pengumpulan Data . . . 32

1. Pengamatan . . . 32

2. Wawancara atau Diskusi . . . 33

3. Kajian Dokumen . . . 33

(12)

5. Tes . . . 34

E. Validitas Data . . . 34

F. Teknik Analisis Data . . . 35

G. Indikator Kinerja . . . 35

H. Prosedur Penelitian . . . 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . . . 43

A. Deskripsi Lokasi Penelitian . . . 43

1. Siklus I . . . 47

2. Siklus II . . . 50

3. Siklus III . . . 52

B. Hasil Penelitian . . . 55

C. Pembahasan . . . 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN . . . 59

A. Simpulan . . . 59

B. Saran . . . 59

DAFTAR PUSTAKA . . . 61

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada

Kondisi Awal . . . . . . 46 Tabel 2 Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada

Siklus I . . . . . . 49 Tabel 3 Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada

Siklus II . . . . . . 51 Tabel 4 Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada

Siklus III . . . . . . 54 Tabel 5 Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 dengan

Menggunakan Pengajaran Remedial . . . . . . 56 Tabel 6 Tingkat Ketuntasan Siswa dalam Tiga Siklus . . . 56

(14)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Bagan 1 Kerangka Berfikir . . . 29 Bagan 2 Pelaksanaan Siklus . . . 37 Gambar 1. Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan

Bilangan 1-10 Pada Kondisi Awal . . . 46 Gambar 2. Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan

Bilangan 1-10 Pada Siklus I . . . 49 Gambar 3. Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan

Bilangan 1-10 Pada Siklus II . . . 52 Gambar 4. Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan

Bilangan 1-10 Pada Siklus III . . . 54 Gambar 5 Grafik Histogram Perolehan Nilai Evaluasi

Penambahan Bilangan 1-10 dengan Menggunakan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Lembar Observasi untuk Siswa . . . 6 4 Lampiran 2 Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran

Siklus I . . . 65

Lampiran3 Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus II . . . 66

Lampiran 4 Lembar Pengamatan Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus III . . . 67

Lampiran 5 Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 Kondisi Awal . . . 68

Lampiran 6 Perolehan Nilai Evalusi Penambahan Bilangan 1-10 dengan Menggunakan Pengajaran Remedial Pada Siklus I . . . 69

Lampiran 7 Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bilangan 1-10 Siklus II . . . 70

Lampiran 8 Perolehan Nilai Evaluasi Penambahan Bialnagn 1-10 Siklus III . . . 71

Lampiran 9 RPP Siklus I . . . 72

Lampiran 10 RPP Siklus II . . . 77

Lampiran 11 RPP Siklus III . . . 81

Lampiran 12 Instrumen Tes Siklus I . . . 85

Lampiran 13 Instrumen Tes Siklus II . . . 87

Lampiran 14 Instrumen Tes Siklus III . . . 88

Lampiran 15 Lembar Pengamatan Proses Belajar Mengajar Responden Guru Siklus I . . . 89

Lampiran 16 Lembar Pengamatan Proses Belajar Mengajar Responden Guru Siklus II . . . 90

Lampiran 17 Lembar Pengamatan Proses Belajar Mengajar Responden Guru Siklus III . . . 91

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan.

Undang- Undang Republik Indonesia NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 32 Ayat 1 menyebutkan bahwa: Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan / atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan khusus tersebut di atas, maka peran lembaga pendidikan atau sekolah sangat penting. Dalam proses pendidikan khususnya pendidikan luar biasa ada dua komponen yang berperan besar dalam membantu dan mempengaruhi tercapainya tujuan PLB, yaitu komponen instrumental dan komponen environmental. Komponen instrumental meliputi guru dan non guru, materi, metode atau strategi, media, biaya dan sebagainya. Adapun komponen environmental meliputi lingkungan fisik, sosial, dan psikis. Setiap komponen saling berkaitan dan berperan sesuai dengan fungsinya untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal.

Penulis sebagai guru atau pendidik di pendidikan luar biasa yaitu Sekolah Dasar Luar Biasa yang mengajar anak tunagrahita sedang sangat berharap sekecil apapun yang dihasilkan anak didik, kita tetap berupaya semaksimal mungkin. Kerjasama antar rekan guru perlu digalang terus supaya permasalahan yang muncul pada anak didik bisa teratasi atas dasar kesepakatan bersama. Kita jalin komunikasi dengan orang tua supaya pendidikan berjalan selaras baik di sekolah maupun di rumah.

Anak tunagrahita sedang adalah anak luar biasa yang biasa juga disebut imbesil. Kelompok anak ini memiliki IQ diantara 51-36 pada Skala Binet dan 54-40 menurut skala Weschler ( WISC ). Anak terbelakang mental sedang biasanya mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat dididik

(17)

xvii

mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti berjalan di jalan raya, kebakaran, berlindung dari hujan dan sebagainya.

Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial misal menulis namanya atau alamat rumahnya sendiri dan lain-lain. Kemampuan berpikir anak tunagrahita sedang ini lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan anak tunagrahita ringan, sehingga mereka selalu mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah sederhana, perhatian dan ingatan lemah, mereka tidak dapat memperhatikan sesuatu dengan serius dan lama, perhatiannya mudah berpindah ke soal lain, mereka cepat bosan.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa di kelas. Melalui proses belajar akan dicapai tujuan pendidikan dalam bentuk terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri anak. Pada proses belajar mengajar tentunya akan menjadi harapan semua pihak baik sekolah, guru maupun orang tua siswa dan siswa itu sendiri. Harapan semua pihak adalah bahwa setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannnya. Namun kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak dan faktor dari luar anak, namun demikian setiap anak atau siswa bisa dibantu secara individual atau kelompok untuk memperbaiki hasil belajar yang dicapai sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.

Salah satu bantuan yang dapat dilaksanakan adalah pengajaran remedial yaitu suatu bentuk pengajaran khusus yang sifatnya memperbaiki proses belajar, yang menggunakan berbagai pendekatan metode, materi dan alat yang disesuaikan dengan hambatan belajar yang dialami anak.

Anak tunagrahita sedang membutuhkan penanganan khusus dalam pembelajaran metematika. Pada hakikatnya matematika adalah sesuatu yang

(18)

sangat sulit untuk dipelajari oleh anak tunagrahita sedang. Kesulitan yang timbul adalah ketidakmampuan anak dalam materi pelajaran dan aplikasinya dalam kehidupan sehari- hari.

Suatu pembelajaran akan memberikan hasil yang lebih baik bila guru senantiasa melakukan perbaikan di dalam mengajar terutama mengenai tujuan, materi, metode maupun media yang akan digunakan. Semua ini bisa berjalan bila disesuaikan dengan kondisi, karateristik dan keunikan yang ada pada masing-masing anak.

Di SLB atau SDLB banyak dijumpai siswa belum menguasai suatu materi matematika yang diajarkan, guru berkehendak pindah atau melanjutkan ke materi yang lain. Sehingga siswa yang belum mengusai materi tertinggal makin jauh dalam pelajaran matematika, bahkan bisa jadi anak ini bisa naik kelas. Terlihat di sini guru tidak memahami perbedaan individu bahkan sering beralasan tidak ada waktu untuk mengadakan remidi. Selain itu, guru kurang dalam menggunakan media saat mengajar sehingga anak mudah bosan.

Pengajaran remedial merupakan suatu pengajaran yang bertujuan untuk memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik, sehingga bisa mencapai hasil seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing–masing. Perbaikan bisa melalui keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian anak didik. Pengajaran remedial ini merupakan salah satu bentuk upaya penanganan dan pelayanan yang harus diberikan kepada anak tunagrahita sedang, mengingat kemampuan anak jauh dari kemampuan anak tunagrahita ringan apalagi anak normal.

Berdasarkan kenyataan yang ada siswa anak tunagrahita sedang kelas V SDLB Negeri Purworejo belum mampu melakukan penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 dengan benar. Hal ini yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas maka penulis mengadakan Penelitian Tindakan Kelas tentang Penggunaan Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Penambahan Bilangan 1-10 pada

(19)

xix

Anak Tunagrahita Sedang Kelas V di SDLB Negeri Purworejo Tahun Pelajaran 2008/2009.

Berdasarkan uraian latar belakang dan fakta di atas penulis menemukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Anak tunagrahita sedang mengalami hambatan berfikir abstrak, sehingga mempengaruhi prestasi belajar matematika.

2. Anak tunagrahita sedang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika.

3. Guru SLB maupun SDLB masih banyak yang belum memperhatikan tingkat kemampuan dan kondisi anak tunagrahita sedang, dalam penguasaan materi pada pelajaran matematika khususnya konsep penambahan bilangan 1 samapai dengan 10.

4. Penggunaan media pembelajaran yang kurang tepat atau kurang efektif. 5. Anak tunagrahita sedang banyak mengalami kesulitan dalam mempelajari

matematika sehingga diperlukan penanganan khusus dalam pembelajaran matematika.

6. Guru SLB maupun SDLB masih jarang yang menggunakan pengajaran remedial.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Apakah pengajaran remedial dapat meningkatkan hasil belajar matematika khususnya penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 bagi anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: untuk mengetahui pengaruh penggunaan pengajaran remedial terhadap peningkatan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 pada anak tunagrahita sedang kelas V di SDLB Negeri Purworejo.

(20)

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis Secara Teoritis yaitu :

a. Menambah khasanah ilmu dalam dunia Pendidikan Luar Biasa b. Pijakan untuk penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis, yaitu terutamna bagi : a. Lembaga :

Sebagai masukan atau sumbangan dalam pelaksanaan pengajaran remedial pada mata pelajaran matematika di SDLB bagian C.

b. Guru :

Sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan pengajaran remedial pada kegiatan belajar mengajar matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar penambahan bilangan 1-10.

c. Peneliti :

Sebagai usaha pengenalan lebih dekat terhadap cara melaksanakan pengajaran remedial khususnya dalam mata pelajaran matematika penambahan bilangan 1-10 bagi anak tunagrahita sedang.

d. Siswa :

Siswa lebih senang dan tidak bosan dalam mengikuti pengajaran remedial matematika penambahan bilangan 1-10 sehingga siswa dapat menguasai materi yang disampaikan guru.

(21)

xxi BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Anak Tunagrahita

a. Pengertian Anak Tunagrahita

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata – rata. Tunagrahita adalah kata lain dari retardasi mental. Tunagrahita ditandai oleh ciri utamanya adalah kelemahan dalam berfikir atau bernalar. Akibat dari kelemahan tersebut anak tunagrahita memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata.

Para ilmuwan telah mengalami kesulitan untuk menemukan suatu definisi yang memuaskan tentang anak tunagrahita atau retardasi mental. Tunagrahita bukan suatu penyakit tetapi suatu kondisi yang melibatkan berbagai variabel. Pada tahu 1961 American Assosiation on Mental Deficiency (AAMD) mendefinisikan retardasi mental sebagai kelainan yang (1) meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, (2) muncul sebelum usia 16 tahun, dan (3) menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.

Menurut Japan League for the Mentally Retarded ( 1992:p.22 ) yang dimaksud dengan “retardasi mental ialah (1) fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes intelegensi baku, (2) kekurangan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.”

Anak tunagrahita fungsi intelektualnya menyimpang di bawah rata-rata secara nyata dan muncul bersamaan dengan gangguan perilaku adaptif menunjukkan adanya perbedaan perkembangan dengan anak-anak normal yang sama usianya.

(22)

Subnormalitas intelektual menunjukkan secara esensial pada kelambanan kemampuan anak dalam memproses informasi yang diterima. Kemampuan anak tunagrahita untuk mengasosiasikan suatu ide dengan ide lain sangat terbatas, begitu pula kemampuannya dalam menggunakan informasi untuk menalar, memperhitungkan atau meramalkan kemungkinan dan mengevaluasi suatu keadaan.

Menurut (Kauffman dan Hallahan, 1986) yang dikutip oleh T.Sutjihati Somantri (2007:104). Pengertian anak tunagrahita adalah : ”Keterbelakangan Mental menunjukkan fungsi intelektual di bawah rata – rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan.”

Perlu kita ketahui bahwa ternyata dari IQ pun ditemukan bahwa anak yang selama ini disebut anak tunagrahita ringan, sedang, dan berat memiliki IQ sendiri yang tidak bisa ditukar-tukar.

Pada masa awal perkembangan, hampir tidak ada perbedaan antara anak-anak tunagrahita dengan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Akan tetapi semakin lama perbedaan pola perkembangan antara anak tunagrahita dengan anak normal semakin terlihat jelas.

Sedangkan T.Sutjihati Somantri (2007:105) berpendapat :

”Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi di mana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal.”

Penulis berpendapat bahwa tunagrahita atau terbelakang mental adalah suatu kondisi yang ada pada individu di mana fungsi intelektual atau kecenderungan di bawah rata-rata sehingga mengalami hambatan dalam perkembangannya serta memiliki perilaku yang tidak sewajarnya dan tidak bisa berkembang secara optimal.

(23)

xxiii b. Ciri-ciri Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kemampuan intelektual di bawah rata – rata. Selain itu juga mengalami hambatan terhadap perilaku adaptif selama masa perkembangan hidupnya.

Menurut Munzayanah (2000:23), ciri-ciri anak tunagrahita sebagai berikut :

1) Dapat dilatih tentang tugas – tugas yang ringan.

2) Mempunyai kemampuan yang terbatas dalam bidang intelektual sehingga hanya mampu dilatih untuk membaca, menulis dan menghitung pada batas – batas tertentu.

3) Dapat dilatih untuk mengerjakan pekerjaan – pekerjaan yang rutin maupun keterampilan.

4) Mengalami kelainan bicara speech difect, sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi.

5) Mengalami gangguan dalam bersosialisasi. 6) Peka terhadap penyakit.

Sedangkan menurut Bandi Delphie (2006:17) ciri – ciri anak tunagrahita sebagai berikut :

1) Mempunyai dasar secara fisiologis, sosial dan emosional sama seperti anak – anak yang tidak menyandang tunagrahita.

2) Selalu bersifat eksternal locus of control sehingga mudah sekali melakukan kesalahan (expectancy for filure).

3) Suka meniru perilaku yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan – kesalahan yang mungkin ia lakukan (outerdirectedness).

4) Mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri.

5) Mempunyai permasalahan berkaitan dengan perilaku sosial (social behavioral).

6) Mempunyai masalah berkaitan dengan karakteristik belajar. 7) Mempunyai masalah dalam bahasa dan pengucapan. 8) Mempunyai masalah dalam kesehatan fisik.

9) Kurang mampu untuk berkomunikasi. 10) Mempunyai kelainan pada sensori dan gerak.

11) Mempunyai masalah berkaitan dengan psikiatrik, adanya gejala – gejala depresif.

Menurut pendapat penulis ciri – ciri anak tunagrahita yaitu antara lain:

1). Memiliki cara berfikir yang konkrit atau tidak bisa berfikir secara abstrak.

(24)

2). Daya ingatannya sangat kurang.

3). Daya pengamatan terhadap lingkungan kurang.

4). Kurang sanggup untuk mengatur rangsangan-rangsangan dari luar. 5). Tidak bisa berkonsetrasi.

6). Perhatiannya sering terganggu.

c. Faktor-faktor Penyebab Anak Tunagrahita

Penyebab anak menjadi tunagrahita atau retardasi mental dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan usaha-usaha preventif.

Tunagrahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu: genetik, sebab pada masa prenatal, sebab pada masa perinatal, sebab-sebab pada masa postnatal, dan faktor-faktor sosio-kultural.

1). Faktor Genetik

Penemuan di bidang biokimia dan genetik telah memberikan penjelasan tentang penyebab tunagrahita. Teknik khusus telah dikembangkan yang memungkinkan dilakukannya studi jaringan kultur dan identifikasi beberapa kromosom. Penyebab tunagrahita berupa kerusakan biokimiawi dan abnormalitas kromosomal.

2). Pada Masa Prenatal

Terdapat beberapa kondisi yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio dan yang menyebabkan kesalahan perkembangan sistem syaraf serta mneyebabkan retardasi mental. Pada masa ini terdapat penyebab, antara lain:

a). Infeksi Rubella (cacar)

Pada awal tahun 1940-an telah ditemukan bahwa virus rubella yang mengenai ibu hamil 3 bulan pertama kehamilan mungkin menyebabkan kerusakan kongenital dan kemungkinan retardasi mental pada anak.

Kerusakan-kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh penyakit rubella misalnya gangguan penglihatan, tuli, penyakit hati dan retardasi mental.

(25)

xxv b). Faktor Rhesus (Rh)

Pada manusia 86 % memiliki Rh-positif dan 14 % memiliki Rh-negatif. Darah Rh-positif dan darah Rh-negatif merupakan pasangan yang saling menolak. Jika keduanya bertemu dalam satu aliran darah yang sama, maka akan terbentuk aglutinin yang menyebabkan sel darah menggumpal dan mneghasilkan sel-sel darah yang tidak dewasa dan gagal menjadi sel yang dewasa di dalam sumsum tulang.

Hasil penelitian Yannet dan Lieberman seperti dikutip oleh Kirk dan Gallagher ( 1979:p.119 ) menunjukkan adanya hubungan antara keberadaan Rh darah yang tidak kompatibel pada penderita retardasi mental.

Ketika janin (fetus) memiliki Rh yang tidak kompatibel dengan darah ibunya, anak tersebut menjadi retardasi mental kecuali kalau dilakukan perbaikan (tindakan medis) pada usia yang sangat dini.

3). Pada Masa Perinatal

Penyebab ini terjadi pada saat kelahiran yaitu: a). Luka-luka pada saat kelahiran

b). Sesak nafas

c). Prematuritas (lahir prematur).

Luka-luka pada saat kelahiran bisa menyebabkan anak menjadi retardasi mental. Proses kelahiran yang berhubungan dengan lamanya kelahiran dan kesulitan kelahiran, penggunaan alat kedokteran dan lahir sungsang bisa menyebabkan kerusakan pada otak. Kerusakan pada otak menjadi penyebab adanya retardasi mental. 4). Pada Masa Postnatal

Penyebab retardasi mental pada masa ini bisa karena

a). Penyakit-penyakit akibat infeksi, misal encephalitis dan meningitis b). Malnutrisi

(26)

Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan resiko yang lebih tinggi terhadap infeksi dan penyakit berbahaya lain.

Kekurangan nutrisi biasanya kekurangan protein terutama pada masa perkembangan anak usia balita sehingga berpengaruh negatif terhadap perkembangan intelektual.

5). Penyebab Sosiokultural

Para psikolog dan pendidik umumnya mempercayai bahwa lingkungan sosial budaya berpengaruh terhadap kemampuan intelektual manusia.

d. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Di sini penulis membatasi pengelompokan atau klasifikasi anak tunagrahita hanya dari dua sudut yaitu:

1). Klasifikasi Sosial-psikologis

Klasifikasi ini menggunakan dua kriteria, yaitu kriteria psikometrik dan kriteria perilaku adaptif.

Untuk dapat diklasifikasikan sebagai retardasi mental seorang individu harus memperlihatkan adanya penyimpangan-penyimpangan baik dalam fungsi intelektual maupun adaptif yang terukur.

Menurut Grossman seperti dikutip oleh Kirk dan Gallagher (1979:p.109) yang ditulis oleh Depdiknas (2003:25) ada empat taraf retardasi mental menurut skala intelegensi Weschler, yaitu:

a) retardasi mental ringan (mild mental retardation), IQ 55-69. b) retardasi mental sedang (moderate mental retardation), IQ 40-54. c) retardasi mental berat (severe mental retardation), IQ 25-39.

d) retardasi mental sangat berat (profound mnetal retardation), IQ 24-ke bawah.

Taraf retardasi mental berdasarkan perilaku adaptif juga terdiri dari empat macam, yaitu:

a). ringan, b). sedang, c). berat dan d). sangat berat

(27)

xxvii

2). Klasifikasi untuk keperluan pembelajaran

Untuk keperluan pembelajaran anak-anak berintelegensi rendah umumnya diklasifikasikan berdasarkan taraf subnormalitas intelektual mereka. Ada empat kelompok pembeda untuk keperluan pembelajaran, yaitu:

a) taraf perbatasan atau lamban belajar (the border or the slow learner) (IQ 70-85).

b) tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded) (IQ 50-70 atau 75).

c) tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) (IQ 30 atau 35–50 atau 55).

d) tunagrahita mampu rawat (dependent or profoundly mentally retarded) (IQ di bawah 25 atau 30).

Anak tunagrahita mampu didik karena perkembangan mentalnya yang tergolong subnormal akan mengalami kesulitan dalam mengikuti program regular di sekolah dasar. Namun anak tunagrahita mampu didik dipandang masih memiliki potensi untuk menguasai mata pelajaran, melakukan penyesuaian sosial yang dalam jangka panjang dapat berdiri sendiri di masyarakat, dan mampu bekerja untuk kehidupannya kelak di kemudian hari. Anak tunagrahita mampu didik umumnya baru diketahui setelah adanya tuntutan penguasaan kemampuan belajar menjadi lebih ditekankan.

Anak tunagrahita mampu latih dipandang sebagai anak yang tidak dapat dididik untuk mencapai prestasi akademik. Meskipun demikian, anak tunagrahita mampu latih masih mempunyai potensi untuk belajar: a). Keterampilan untuk menolong diri sendiri.

b). Penyesuaian sosial dalam kehidupan keluarga dan bertetangga, dan c). Dapat melakukan pekerjaan sederhana di tempat kerja terlindung.

Anak-anak tunagrahita mampu latih umumnya sudah dapat diketahui sejak masa bayi atau masa kanak-kanak awal. Anak tunagrahita mampu latih umumnya dapat ditandai oleh adanya gejala

(28)

klinis atau tanda-tanda fisik atau adanya keterlambatan secara nyata dalam berbicara dan berjalan.

Anak tunagrahita mampu rawat adalah anak yang karena retardasi mental sangat berat maka ia tidak dapat dilatih untuk menolong diri sendiri maupun sosialisasi. Anak ini memerlukan pemeliharaan secara penuh dan pengawasan sepanjang hidupnya.

e. Karateristik Umum Anak Tunagrahita

Ada beberapa karateristik umum anak tunagrahita yang dapat kita pelajari, yaitu:

1). Keterbatasan Intelegensi

Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yaitu sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah, situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, berfikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan dan kemampuan untuk merencanakan masa depan.

Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut di atas. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti berhitung, menulis dan membaca sangat terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.

2). Keterbatasan Sosial

Anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu mereka memerlukan bimbingan dari orang lain.

Anak tunagrahita cenderung suka berteman dengan anak yang lebih muda usianya, tergantung kepada orangtua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Anak

(29)

xxix

tunagrahita juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.

3). Keterbatasan Fungsi-fungsi Mental Lainnya

Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu lama.

Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa. Mereka membutuhkan kata-kata konkrit yang sering didengarnya. Perbedaan dan persamaan harus sering ditunjukkan secara berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua, dan terakhir perlu menggunakan pendekatan yang konkrit.

Selain itu, anak tunagrahita kurang mampu mempertimbangkan sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk dan membedakan antara yang benar dan yang salah. Ini semua karena kemampuannya terbatas sehingga anak tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajar. Hadari Nawawi (1991:100), mengemukakan prestasi belajar adalah suatu tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Pendapat Astiwi yang dikutip oleh Winkel. W.S. (1996:38), bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai siswa setelah siswa melakukan proses belajar. Maka prestasi belajar adalah bukti keberhasilan siswa yang dicapai oleh suatu proses psikis yang berlangsung dalam suatu interaksi subjek dengan

(30)

lingkungan yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pengalaman, nilai yang disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan. Sutratinah Tirtonegoro (1988:24), mengartikan bahwa ”prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol, angka-angka, huruf-huruf atau hal yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh peserta didik dalam periode tertentu.”

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan mengenai prestasi belajar matematika yaitu suatu tingkat keberhasilan siswa yang meliputi perubahan dalam aspek pengalaman, sikap dan keterampilan dalam menguasai pelajaran matematika yang dinyatakan dalam bentuk nilai dari hasil suatu tes. Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah prestasi belajar yang dicapai dalam penguasaan konsep penambahan bilangan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu merupakan suatu hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut berasal dari dalam diri maupun dari luar individu.

Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993:100-101) mengemukakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar yaitu: 1). Faktor internal yaitu yang ada dalam diri anak itu sendiri, antara lain:

a) Kelemahan mental yang berkaitan dengan faktor kecerdasan, intelegensi/kecakapan, dan bakat khusus.

b) Kelemahan fisik yang berkaitan dengan panca indera, syaraf, dan cacat.

c) Gangguan yang bersifat emosional (emosional instability) d) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam belajar.

2). Faktor eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar diri siswa antara lain: a) Situasi belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk

aktif

b) Kurikulum kurang fleksibel atau kaku

c) Beban studi yang terlalu berat, terlalu banyak tugas yang harus diselesaikannya.

d) Metode mengajar yang monoton atau membosankan.

e) Situasi di rumah yang kurang memotivasi anak untuk melakukan belajar.

(31)

xxxi

Setiap individu mempunyai keunikan-keunikan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, demikian juga dalam proses belajar mengajar ada siswa yang cepat dan ada yang lambat dalam belajar, ada yang kreatif dan ada yang tidak, semua itu terjadi karena keunikan masing-masing individu.

Kegiatan belajar di sekolah bertujuan untuk membantu memperoleh perubahan tingkah laku bagi setiap siswa dalam rangka mencapai tingkat perkembangan secara optimal. Oleh karena itu pengenalan terhadap sifat-sifat individual para siswa sangat penting.

Beberapa sifat dalam proses belajar mengajar antara lain: 1). Cepat dalam belajar

Anak yang cepat dalam belajar biasanya dapat menyelesaikan kegiatan belajar mnegajar dalam waktu lebih cepat dari perkiraan waktu yang ada. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah dalam menerima materi pelajaran.

Golongan anak seperti ini sering mengalami kesulitan dalam penyesuaian belajar karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah menggunakan ukuran rata-rata. Salah satu usaha yang harus dilakukan pada anak ini adalah dengan menggunakan media pengajaran.

2). Lambat dalam belajar

Anak yang mengalami lambat belajar ini memerlukan waktu yang banyak dalam menyelesaikan suatu materi dari waktu yang telah diperkirakan. Akibatnya anak ini sering ketinggalan dalam belajar dan juga merupakan salah satu penyebab yang menjadikan ia tinggal kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak golongan lambat belajar, memiliki taraf kecerdasan di bawah rata-rata. Anak golongan ini memerlukan perhatian khusus, antara lain dengan pengajaran remedial.

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, menurut Maman Rachman (1998:150-155),yaitu:

(32)

1). Faktor intern, yang meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

a). faktor jasmaniah

Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu. Selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan atau kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.

b). Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologi yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut yaitu:

(1) Intelegensi

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendatipun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.

(2) Perhatian

Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan menarik perhatian.

(3) Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya. (4) Bakat

Siswa yang memiliki bakat maka pelajaran akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Lain halnya pada siswa yang kurang berbakat. Guru harus bersabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulang kali menjelaskan bahan tersebut. Dengan seringnya menjelaskan bahan akhirnya siswa tadi diharapkan dapat menguasai bahan yang diajarkan.

(5) Motif

Dalam proses belajar mengajar guru harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa. Dengan mengetahui latar belakang atau motif belajar siswa, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berfikir dan memusatkan

(33)

xxxiii

perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar.

(6) Kematangan

Kematangan merupakan tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan terus-menerus.

(7) Kesiapan

Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa dikatakan sudah memiliki kesiapan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh para peserta didik yang memiliki kesiapan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal

c). Faktor Kelelahan

Kelelahan baik jasmani ataupun rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.

2). Faktor ekstern, yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

a). Faktor Keluarga

Siswa yang sedang belajar menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi atau hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, sikap dan perhatian orang tua, latar belakang kebudayaan orang tua.

b). Faktor Sekolah

Faktor sekolah mempengaruhi belajar meliputi hal-hal yang berkaitan dnegan metode mengajar, kurikulum, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media pengajaran, waktu sekolah, sarana dan prasarana sekolah, metode belajar siswa dan tugas sekolah.

c). Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa yang pada akhirnya mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini banyak berkaitan dengan kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media yang beredar/ ada dalam masyarakat, pengaruh teman bergaul, dan pola hidup masyarakat.

Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam dan dari luar siswa. Faktor dari dalam yaitu faktor fisik

(34)

dan psikis. Faktor dari luar siswa yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh positif ataupun negatif. Anak tunagrahita sedang pada umumnya mengalami hambatan dalam belajar. Hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam dan luar siswa. IQ anak tunagrahita sedang yang berada jauh di bawah normal sehingga mengakibatkan kurang dapat berkonsentrasi terhadap pembelajaran, kurang berfikir abstrak dan perhatian, siswa mudah beralih serta mudah bosan terhadap pembelajaran. Faktor dari luar juga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak tunagrahita sedang antara lain faktor keluarga, lingkungan, serta sekolah seperti metode, media yang digunakan oleh guru.

c. Pengertian Pembelajaran Matematika SDLB-C Sedang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan pengusaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam

(35)

xxxv

pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah,.dan menafsirkan solusinya.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

d. Tujuan Pembelajaran Matematika

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1). Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2). Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3). Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4). Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.

(36)

5). Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

e. Ruang Lingkup Pelajaran Matematika SDLB-C Sedang

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar Tunagrahita Sedang (SDLB-C1) meliputi aspek–aspek sebagai berikut:

1). Bilangan

2). Geometri dan Pengukuran 3). Pengolahan Data

f. Materi Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita

Kurikulum yang digunakan di SDLB Negeri Purworejo pada tahun ajaran 2008/2009 adalah kurikulum 2006. Materi pelajaran dalam pelajaran matematika pada penelitian ini adalah pelajaran matematika tentang bilangan dengan kompetensi dasar, melakukan penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 dengan benda secara bervariasi untuk selanjutnya materi tersebut digunakan pada pembelajaran matematika dengan pengajaran remedial. Adapun materi pelajaran matematika meliputi penambahan bilangan 1 sampai dengan 10, untuk meningkatkan kemampuan matematika anak tunagrahita sedang yaitu operasi hitung penambahan.

Dalam mengajarkan matematika pada anak tunagrahita sedang harus memperhatikan kondisi berikut ini yaitu: usia mental (umur kecerdasan), kemampuan berpikir, belajar melalui aktifitas konkrit, memperkaya pengalaman dengan memfungsikan seluruh penginderaan (sensori) dan tingkat kemandirian anak.

Proses pengajaran konsep bilangan bagi anak tunagrahita sedang adalah sebagai berikut: hal pokok yang harus dikuasai anak tunagrahita

(37)

xxxvii

sedang adalah pengertian bilangan dan mengenal serta dapat menulis angka. Dalam mengerjakan konsep bilangan selalu diajarkan kepada anak didik dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang dinyatakan, sehingga dapat memecahkan soal disertai dengan pemikiran. Untuk menganalisa soal tersebut bagi anak tunagrahita sedang dapat dilakukan dengan cara mengkonkritkan soal-soal tersebut sehingga anak memperoleh pengalaman konkrit tentang konsep bilangan. Pengalaman tersebut dapat diperkuat melalui kegiatan yang diulang-ulang dengan variatif dan dinamis melalui pengajaran remedial. Dengan cara ini dapat dihindari hambatan psikologis yang berlangsung terhadap pelajaran matematika.

3. Pengajaran Remedial

a. Pengertian Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau pengajaran yang membuat menjadi baik.

Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang ditujukan untuk menyembuhkan atau memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik. Perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan kepribadian peserta didik (Depdikbud, 1983:59).

Abin Syamsudin yang dikutip oleh Ischak S.W dan Warji R. (1987:2) mengatakan tentang hal yang berhubungan dengan perbaikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar, faktor-faktor penyebabnya serta cara menetapkan kemungkinan-kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobjektif dan selengkap mungkin.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa pengajaran remedial dalam penelitian ini adalah suatu bentuk khusus pengajaran yang bersifat perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi anak khususnya tentang pengajaran

(38)

matematika mengenai konsep bilangan sehingga penguasaan konsep bilangan anak menjadi lebih baik dari sebelumnya. Perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing melalui perbaikan proses belajar mengajar.

b. Ciri-ciri Pengajaran Remedial

Moh Uzer Usman dan Lilis Setiawati (1993:104), mengemukakan ada beberapa ciri-ciri pengajaran remedial, yaitu:

1). Dilakukan setelah diketahui kegiatan belajar mengajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan jenis, sifat dan latar belakang.

2). Tujuan instruksionalnya disesuaikan dengan kegiatan belajar yang dihadapi siswa.

Izhar Hasis (2001:66-67) memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri pengajaran remedial adalah sebagai berikut:

1). Pengajaran remedial adalah merupakan kegiatan pengajaran yang dilakukan setelah diketahui kesulitan belajar dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan jenis, sifat, dan latar belakangnya. 2). Tujuan instruksionalnya disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi. 3). Metode pengajaran remedial bersifat diferensial artinya disesuaikan

dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajarnya.

4). Pelaksanaan pengajaran remedial dapat bekerja sama dengan beberapa pihak seperti pembimbing, ahli khusus, dan sebagainya.

5). Alat-alat yang digunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi. 6). Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih

deferensial artinya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing anak yang mengalami kesulitan belajar.

7). Dalam hal evaluasi, alat evaluasi yang dipergunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi.

c. Jenis-jenis Pengajaran Remedial

Menurut Endang Supartini (2001:47), jenis pengajaran remedial dapat dibedakan berdasarkan waktu pemberiannya, yaitu:

1). Pengajaran remedial yang diberikan sebelum terjadinya proses pembelajaran. Siswa yang akan mengikuti mata pelajaran tertentu diberikan pre test. Bila hasil prestasinya rendah, karena siswa belum menguasai persyaratan atau untuk mempelajari mata pelajaran tersebut. Contohnya anak belum dapat diajar menulis apabila

(39)

xxxix

kemampuan motorik halusnya belum baik. Jadi pengajaran remedial diberikan untuk melatih motorik halus, dan ini terjadi sebelum anak diberi pelajaran menulis. Pengajaran remedial jenis ini sifatnya mempersiapkan anak untuk memudahkan menerima pengetahuan berikutnya.

2). Pengajaran remedial yang diberikan pada waktu berlangsungnya proses pembelajaran. Sebagai contoh guru matematika menjelaskan konsep bagi, guru mendemonstrasikan bagaimana operasional pembagian 8 : 2, lalu guru mnryuruh siswa melakukan operasional bilangan penbagian 12 : 3, siswa yang belum mampu atau salah dalam melakukan kegiatan tersebut, guru menjelaskan kembali dan mendemonstrasikan operasional pembagian. Ini yang dimaksud dengan pengajaran remedial yang dilakukan dalam proses pengajaran regular.

3). Pengajaran remedial yang dilakukan setelah pembelajaran regular, tujuannya supaya siswa mendapat pengetahuan yang lebih mendalam atau lebih luas. Ini yang disebut pengayaan. Dengan diberi pengayaan, diharapkan siswa lebih memahami materi pelajaran yang diberikan, selain supaya memiliki pengetahuan yang luas dan tidak cepat lupa.

d. Langkah-langkah Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan yang utama dalam keseluruhan kerangka pada layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Hal ini dilakukan agar tidak mengalami kesalahan dalam memberikan pengajaran remedial. Anak tunagrahita sedang dapat dibantu belajarnya sehingga anak dapat mengatasi hambatan-hambatan yang dialami melalui pengajaran remedial.

Agar pengajaran remedial dapat mencapai hasil yang diharapkan, pelaksanaannya perlu melalui prosedur / langkah-langkah yang memadai serta menggunakan metode yang tepat. Rochman Natawijaya (1980:32), mengemukakan yang menjadi ”tujuan pengajaran remedial ialah agar setiap murid memperoleh kesempatan untuk melakukan proses belajar yang sesuai dengan tingkat kemampuannya.”

Langkah-langkah pelaksanaan pengajaran remedial untuk membantu meningkatkan prestasi belajar anak kesulitan belajar menurut Izhar Hasis (2001:11) adalah sebagai berikut:

(40)

1). Mengadakan diagnostic

a). Mengetahui letak kesulitan matematika

b). Mengetahui sebab-sebab kesulitan matematika

c). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi di saat belajar

d). Mengetahui apakah ia dapat mengerjakan soal matematika dengan waktu lama atau tidak

2). Penelaah kasus

Penelaah kasus ini merupakan tahapan yang fundamental dalam kegiatan remedial, karena merupakan pangkal tolak langkah-langkah kegiatan selanjutnya. Sasaran dari penelaahan kasus ini adalah:

a). Dapat diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai karateristik dan permasalahan kasus.

b). dapat diperolehnya gambaran yang lebih definitif mengenai tindakan remedial yang direkomendasikan.

3). Pilihan alternatif tindakan

Pilihan alternatif tindakan ini dilakukan untuk mencari data/usaha yang sebanyak-banyaknya untuk memperkirakan beberapa kemungkinan-kenungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Tindakan dilakukan sesuai dengan masalah yang dihadapi. Untuk menentukan tindakan yang tepat dapat dibantu dengan pertolongan sebagai berikut:

a). Apakah dilakukan pemeriksaan kesehatan

b). Apakah perlu diberikan tambahan pelajaran yang secara khusus. c). Apakah perlu diadakan bantuan penyuluhan

d). Apakah mengubah situasi dalam keluarga e). Apakah pengubah metode mengajar f). Perlukah pindah posisi duduk

Berdasarkan pilihan alternatif tersebut di atas, dalam penelitian ini tindakan yang diambil adalah pada point 1 dan 2 yang dilaksanakan dalam pengajaran remedial.

e. Tujuan Pengajaran Remedial Bagi Anak Tunagrahita Sedang

Menurut Moh. Surya dan Moh. Amin (1980:8), “tujuan pengajaran remedial tidak jauh berbeda dengan pengajaran secara umum yaitu untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”

Sebagaimana yang diungkap di atas bahwa pengajaran remedial adalah bertujuan agar murid-murid yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan, perbaikan atau pembetulan dalam:

(41)

xli

1). Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut prestasi dalam belajarnya yang menyangkut segi kekuatan, kelemahan, jenis dan sifat kesulitannya.

2). Mengubah dan memperbaiki cara-cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang dihadapi anak.

3). Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitannya.

4). Mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya.

5). Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang lebih baik.

Berdasarkan pendapat di atas, maka tujuan pengajaran remedial dalam penelitian ini adalah untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran matematika, khususnya tentang penambahan bilangan 1 sampai dengan 10 anak tunagrahita sedang di kelas V di SDLB Negeri Purworejo.

f. Materi Pengajaran Remedial

Sumber bahan yang dipakai dalam mengajarkan materi matematika anak tunagrahita sedang dalam penelitian ini adalah dari buku Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita Sedang, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pebinaan Sekolah Luar Biasa, tahun 2006.

Pembagian bahan materi matematika kelas V semester II dengan Standar Kompetensi tentang bilangan dan Kompetensi Dasar yang melakukan penambahan bilangan 1-10 dengan benda secara bervariasi.

Bahan materi ini digunakan sebagai materi pengajaran remedial yang penulis lakukan.

(42)

g. Prosedur Pengajaran Remedial

Agar pengajaran remedial dapat mencapai hasil yang diharapkan maka pelaksanaannya perlu melalui prosedur atau langkah-langkah yang memadai serta menggunakan metode yang tepat.

Rohman Natawijaya (1980:32) mengemukakan beberapa langkah umum yang biasanya ditempuh dalam pengajaran remedial sebagai berikut:

1). Mengenali objek yang akan diadakan remidi dengan cara: observasi, analisa data, wawancara, dan cara yang paling mudah adalah dengan berangkat dari nilai-nilai hasil belajar yang dicapai.

2). Menentukan sifat dan jenisnya, dalam hal ini kita perlu mencari di mana letak kesulitan, sampai sejauh mana kesulitan yang dihadapi anak.

3). Mencari latar belakangnya, baik dari dalam maupun dari luar diri anak. 4). Menentukan kemungkinan-kemungkinan usaha bantuan atau

tindakan-tindakan yang dapat dilakukan. 5). Pelaksanaan pemberian bantuan.

Berdasarkan dari keputusan di atas, maka dimulai pelaksanaan pemberian bantuan. Selama kegiatan bantuan berlangsung secara terus menerus diadakan penilaian untuk mengetahui ketepatan bantuan yang diberikan. Sesuai dengan sifat dan jenis kesulitan yang dihadapi, Rochman Natawijaya (1980:38) mengemukakan ada beberapa kegiatan bantuan pengajaran remedial yang mungkin diberikan seperti:

1). Memberikan tugas-tugas tambahan dalam pelajaran tertentu.

2). Mengubah metode mengajar dengan metode lain yang dipandang lebih sesuai dengan kemampuan murid.

3). Memindahkan ke kelompok atau kelas atau sekolah lain yang diperkirakan dapat membantu.

4). Meminta teman sebayanya yang lebih pandai untuk membantu dalam belajar.

5). Memberikan latihan-latihan keterampilan tertentu yang mendasari kemampuan belajar tertentu, misalnya membaca, menulis dan mengeja.

6).Mengirimkan kepada ahli-ahli khusus, misalnya ahli pendidikan matematika, IPA, bahasa untuk memperoleh bantuan.

7).Mengembangkan bakat-bakat khusus tertentu melalui berbagai kegiatan.

(43)

xliii

h. Faktor Pendukung Pengajaran Remedial

Menurut Izhar Hasis (2001:5), kualitas pengajaran turut menentukan penguasaan bagi para siswa, oleh karena itu usaha untuk menertibkan siswa secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar, usaha membuat pelajaran lebih konkrit, lebih praktis, mempergunakan berbagai cara penguatan (reinforcement) akan banyak membantu tingkat penguasaan bahan oleh para siswa. Metode mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karateristik siswa akan sangat membantu dalam rangka meningkatkan hasil penguasaan bahan oleh siswa.

i. Faktor Penghambat Pengajaran Remedial

Siswa tunagrahita sedang pada umumnya mengalami hambatan pada pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan oleh IQ siswa yang berada jauh di bawah normal sehingga mengakibatkan kurangnya berkonsentrasi terhadap pembelajaran dan kurang bisa berpikir abstrak dan perhatian siswa sering beralih-alih serta mudah bosan dalam pembelajaran. Guru dapat mempelajari hambatan dan kesalahan yang dibuat oleh muridnya dalam pembelajaran matematika setelah itu menyediakan bantuan untuk memperbaikinya.

Menurut Ashlock yang dikutip oleh Tompokan Runtuhaku (1996:193), mengemukakan bahwa :

Hambatan umum yang dialami siswa tunagrahita dalam pembelajaran matematika adalah kekeliruan dasar: kesalahan ini antara lain siswa tidak memiliki konsep serta konsentrasi bilangan, siswa belum memiliki keterampilan dasar berhitung, belum memiliki konsep bilangan membilang misalnya membilang maju mundur satu-satu serta dua-dua, membuat korespondensi satu-satu dan membandingkan objek-objek himpunan.

Dengan demikian peningkatan hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 melalui pengajaran remedial mutlak diperlukan, dengan tujuan guru harus lebih kreatif dalam mengajarnya. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran harus lebih konkrit, mudah diterima, menarik perhatian anak serta menggunakan metode dan sarana yang bervariasi.

(44)

B. Kerangka Berfikir

Bagan 1. Kerangka Berfikir Guru: Menggunakan pengajaran remedial Multi metode Alat peraga menarik Pembimbingan secara individul Kondisi Akhir Siklus III Hasil belajar meningkat

Siswa: Hasil belajar meningkat

Guru: Lebih kreatif Kondisi Awal Guru: Belum menggunakan pengajaran remedial Guru: Menggunakan pengajaran remedial metode demonstrasi dan pemberian tugas Alat peraga belum konkrit Siswa: Hasil belajar rendah Siklus I

Hasil belajar masih rendah Tindakan Guru: Menggunakan pengajaran remedial Metode demonstrasi Pemberian tugas Alat peraga kurang menarik(sederhana)

Siklus II

Hasil belajar masih rendah

(45)

xlv C. Hipotesis

Berdasarkan pengkajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

Penggunaan Pengajaran Remedial dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika tentang Penambahan Bilangan 1-10 pada Anak Tunagrahita Sedang Kelas V di SDLB Negeri Purworejo Tahun Pelajaran 2008/2009.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDLB Negeri Purworejo. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan: (1) memungkinkan penulis untuk mudah melaksanakan penelitian karena penulis mengajar pada sekolah tersebut di atas. (2) memudahkan penulis untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan.

Adapun tempat yang penulis tetapkan dalam PTK ini adalah di dalam dan di luar kelas.

Tempat di dalam kelas untuk mengamati siswa dalam mengikuti kegiatan belajar matematika dengan pengajaran remedial. Penulis mengadakan pengamatan dalam PTK untuk menggali kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengikuti pelajaran matematika mengenai penambahan bilangan 1 sampai dengan 10, melihat kemampuan siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika yang berkaitan seperti faktor penulis atau guru dalam mengajar, alat peraga, sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, kondisi lingkungan kelas.

Tempat di luar kelas penulis gunakan untuk mencari data tentang kemampuan anak atau siswa yang tidak dapat diketahui di kelas, misalnya lingkungan pergaulan dan pemanfaatan fasilitas yang ada di sekolah sebagai penunjang pengajaran remedial.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan, yaitu bulan April sampai dengan Juli 2009. Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan ( perencanaan,

(47)

xlvii

tindakan, monitoring, dan evaluasi, dan refleksi), penyusunan laporan penelitian, penyempurnaan laporan.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan penulis. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas V C1 yang terdiri 2 laki-laki yaitu AA dan JVBP serta 1 anak perempuan yaitu AS. Dengan guru kelas penulis sendiri.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan siswa dalam matematika penambahan bilangan 1 sampai dengan 10, motivasi siswa dalam penambahan bilangan 1 sampai dengan 10, serta kemampuan penulis dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di kelas.

Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: 1) Informasi atau nara sumber yaitu guru dan siswa.

2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pengajaran remedial dan aktivitas lainnya

3) Dokumen atau arsip yang berupa kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, hasil belajar matematika penambahan bilangan 1-10 dan buku penilaian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan, wawancara/ diskusi, kajian dokumen, angket.

1. Pengamatan

Pengamatan yang penulis lakukan adalah pengamatan secara aktif. Penulis melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas dan kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Penulis mengarahkan kegiatan sebagai guru dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan

(48)

pertanyaan, dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan melakukan umpan balik serta melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

Pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, keaktifan bertanya, menanggapi stimuli baik yang datang dari guru atau pun teman, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas.

2. Wawancara atau Diskusi

Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen. Wawancara atau diskusi dengan guru lain dilaksanakan setelah penulis melakukan kegiatan belajar mengajar. Dari wawancara ini, setelah penelitian dan kajian dokumen yang telah dilakukan diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan pembelajaran remedial untuk matematika penambahan bilangan 1-10 serta faktor-faktor penyebabnya. Wawancara bisa dilakukan setelah dan atas dasar hasil kegiatan di kelas maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada. Kegiatan diskusi dilakukan penulis dengan tujuan :

a). Meminta pendapat guru tentang penampilannya dalam melaksanakan pembelajaran remedial di kelas, dengan meminta mengungkapkan kelebihan dan kekurangannnya dalamn melaksanakan pengajaran remedial.

b). Menyamakan persepsi tentang hal-hal yang dilakukan penulis dengan guru lain, sehingga ada kesepakatan hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya.

3. Kajian Dokumen

Kajian dokumen penulis lakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada seperti kurikulum, RPP yang dibuatnya, buku atau materi pelajaran, hasil belajar siswa tentang matematika penambahan bilangan 1-10 dan nilai.

Gambar

Tabel 1. Perolehan skor rerata Penambahan Bilangan 1-10 Pada Kondisi Awal
Tabel 2. Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Dengan Menggunakan Pengajaran Remedial pada Siklus I
Tabel 3. Perolehan Skor Rerata Penambahan Bilangan 1-10 Dengan Menggunakan Pengajaran Remedial pada Siklus II
Gambar 3. Grafik Histogram Perolehan Skor Penambahan Bilangan 1-10  dengan Menggunakan Pengajaran Remidial pada Siklus II.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kesalahan siswa dalam pemecahan masalah berdasarkan taksonomi SOLO pada siswa berkemampuan matematika

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif antara gaya kepemimpinan transformasional dengan disiplin dalam pemakaian alat pelindung diri.. Penelitian dilakukan di

Oleh karena itu, penulis menyarankan hal sebagai berikut; (1) bagi para pencipta lagu gawi agar terus berkaria dan meberikan inovasi-inovasi agar lagu tersebut semakin

Untuk tahapan cross selling yang akan diterapkan di website ini contohnya seperti jika pelanggan sedang melihat suatu item produk tertentu, maka sistem akan

Dengan demikian, keparahan nyeri punggung bagian bawah biasanya meningkat seiring paritas (Varney.2007). Selain faktor diatas, risiko nyeri punggung pada kehamilan

This study aimed at investigating the dominant type of cognitive domain used in reading tasks in Integrated Course book and the appropriateness of Integrated Course book

Tujuan kegiatan ini adalah memberikan solusi perbaikan tanah yang rusak; meningkatkan kepedulian dan empati mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan terhadap permasalahan lingkungan

Data yang dicatat meliputi nomor rekam medis, nama pasien, umur, jenis kelamin, tanggal masuk ICU dan tanggal keluar, diagnosis, penyakit penyerta, keadaan pulang