• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORITIS

B. Pengajian

Cipondoh pukul 08.00 sampai dengan 12.00 WIB. 2. Perayaan Hari Besar Islam

a. Tahun Baru Islam 1 Muharram . b. Maulid Nabi Muhammad SAW. c. Isra‟ Mi‟raj Rasulullah SAW.

4

46

3. Kegiatan lain

a. Peringatan HUT RI.

b. Pesantren kilat dan tadarus Ramadhan.

c. Pengajian tahlil warga yang meninggal dunia atau ngaji kubur. 4. Pelatihan Dasar kepemimpinan (LDK)

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan regenrasi kepemimpinan dalam organisasi IRMAS agar terus menerus dapat berjalan. Dalam kegiatan ini dibekali materi-materi kepemimpinan dan keorganisasian.

5. Bakti sosial

Kegiatan ini dilaksanakan bersama dengan warga untuk bergotong royong dalam pengerjaan umum.

Susunan kepengurusan IRMAS berbentuk garis-garis koordinasi semua bidang yang dikomandoi oleh ketua dengan dasar pertimbangan dengan pengurus harian dan atas persetujuan dari dewan Pembina dan pengawas. Seperti yang tertera didalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga IRMAS terdiri dari : Dewan Penasehat dan Dewan Pembina serta Badan pengawas. Begitu juga halnya “Dewan Pengurus harian adalah pimpinan yang mengurus organisasi sehari-hari, dan sekurang-kurangnya terdiri dari seorang Ketua, Sekretaris dan Bendahara”. Dewan Pengurus Harian diangkat dan diberhentikan oleh Majelis Musyawarah organisasi untuk masa bakti 2 (dua) tahun lamanya, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Dewan Pengurus Harian juga dapat mengusulkan kepada Dewan Kehormatan untuk mengangkat, memberhentikan dan mengisi lowongan anggota pengurus harian. Dewan Pengurus Harian dapat menetapkan program kerja berdasarkan garis-garis kebijaksanaan umum yang

ditetapkan oleh Majelis Musyawarah Organisasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lembar lampiran.5

4. Sarana

IRMAS berdiri dan beroperasi menggunakan fasilitas yang diberikan oleh Masjid Assalam, yakni IRMAS berada di bawah naungan DKM Masjid Assalam. Sekretariat IRMAS berlokasi di Masjid Assalam bersebelahan dengan kantor DKM Masjid Assalam yang beralamat di Kampung Poris Assalam RT.004 RW.010 Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang.

IRMAS memiliki beberapa asset yakni :

1. 25 Al-qur‟an

2. 30 Kitab Fiqih

3. 20 Panduan Tadjwid

4. 100 Surat Yasin

5. 1 buah Pengeras Suara

6. 1 Buah Mading

Sarana dan prasarana yang dimiliki IRMAS tersebut sudah cukup mendukung operasional IRMAS tapi belum dapat di katakana baik kerena

5

48

masih banyak kekurangan sarana dan pra sarana yang digunakan untuk menunjang operasional pengajian sampai saat ini.

12 A. Peranan

1. Pengertian Peranan

Pada kamus Bahasa Indonesia, arti kata “peranan” berasal dari kata “peran” yang berarti mengambil bagian atau turut aktif dalam suatu kegiatan. Sedangkan “peranan” adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau pun sesuatu yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa.1

Sedangkan menurut Grass, Masson dan A.W. Mc. Eachern, sebagaimana dikutip David Berry, mendefinisikan peranan sebagai perangkat harapan-harapn yang dikenakan pada individu yang menepati kedudukan sosial tertentu.2 Harapan tersebut masih menurut Berry, merupakan imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma didalam masyarakat. Artinya seseorang diwajibkan untuk menentukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Melalui penjelasan di atas dapat terlihat suatu gambaran bahwa yang dimaksud dengan peranan merupakan kewajiban dan keharusan yang

1

Departement Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakatra: Balai Pustaka. 1988), h. 751.

2

N. Grass, W.S. Masson, and A.W. Eachern, Explorations Role Analysis, dalam David Berry, Pokok-pokok pikiran dalam sosiologi , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet. Ke-3 h.29

13

harus dilakukan oleh seseorang karena kedudukannya dalam masyarakat atau lingkungan di mana ia berada sesuai dengan fungsi sosialnya.

Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat, maka dia akan semakin dituntut untuk memberikan peran dan kontribusinya kepada masyarakat sekitar ia tinggal, terlebih lagi keberadaan satu lembaga, organisasi, yang tentunya harus bisa berperan di tengah-tengah masyarakat dan peranannya harus berdampak kebaikan dan manfaatnya baik untuk pribadi, lembaga dan pada umumnya yaitu masyarakat dan remaja sekitar.

B. Pengajian

1. Pengertian Pengajian

Pengajian menurut bahasa berasal dari kata “kaji” yang berarti pengajaran (agama dsb), penyelidikan (tentang sesuatu).3 Kata kaji diberi awalan pe- dan akhiran an- menjadi pengkajian yang berarti mengkaji Al-qur‟an yang berarti juga mengkaji agama Islam. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Pengajian berarti pengajaran (agama Islam); menanamkan norma agama melalui pengajian dan dakwah; pembacaan Al-Qur‟an.4

Pengajian adalah salah satu media terbaik dalam menyampaikan dakwah, dan pengajian ini biasanya diberikan di tengah-tengah orang banyak, yang kemungkinan semuanya dikenal oleh juru dakwah atau hanya sebagian saja. Selain itu, pengajian juga biasanya dipergunakan

3

Purwadarminta, WS, Kamus Besar Bahasa Indoensia, (Jakarta:Balai Pustaka,1999), h.291

4

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indoensia,(Jakarta: Balai Pustaka,2002), ed-3, cet ke-2 h.491

untuk menerangkan ayat-ayat Al-Qur‟an, hadits-hadits, atau menerangkan suatu masalah agama, seperti Fiqih.

Adapun pengertian pengajian menurut Drs. Abdul Karim Zaidan adalah suatu forum yang dimiliki oleh orang-orang tertentu yang sengaja datang untuk mendengarkan materi pengajian, diantara keterangan ayat-ayat Al-Qur‟an, hadist atau menerangkan suatu masalah agama Islam seperti masalah akhlak, aqidah, fiqh dan sebagainya.5

Pengertian yang ditulis Ibnu Hibban pada penelitian “minat warga komplek IAIN dan sekitarnya terhadap pengjian ahad pagi di Masjid Fathullah”. Dikatan bahwa pengajian atau disebut dengan Majlis Ta‟lim adalah lembaga swadaya masyarakat yang memberikan pendidikan dan pengajaran di bidang agama Islam secara non formal.6

Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam dikatakan bahwa pengjian atau Majlis Ta‟lim adalah “suatu tempat yang di dalamnya terkumpul sekelompok manusia untuk melakukan aktivitas atau perbuatan.7

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengajian adalah suatu kegiatan atau aktivitas, bimbingan dan pembinaan umat baik secara perorangan maupun kelompok dalam rangka mewujudkan manusia yang sadar, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama dengan sebiak-baiknya.

5

Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta:Media Dakwah,1984), h.270

6

Hasanudin Ibnu Hiban, h.7

7

Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta:PT.Ichtar Baru Van Hoeve, 1994), cet.ke-3, h.720

15

2. Ciri-ciri Pengajian

Adapun ciri-ciri khusus pengajian yang dimiliki pengajian yaitu adanya kyai atau ustadz, adanya jama‟ah atau peserta, adanya sarana serta materi pelajaran.8 Pada prinsipnya dalam pengajian setiap murid atau santri diajarkan secara perorangan (sendiri-sendiri) atau kelompok, menurut kemampuan masing-masing.

Dalam pelaksanaannya, seperti yang dapat disaksikan di langgar atau musholla pada setiap maghrib, dalam pengajaran guru dan murid duduk-duduk bersila di lantai mengitari sebuah meja pendek, tempat meletakkan buku secara bergantian murid menghampiri gurunya.

3. Peran Pengajian

Apabila melihat keatas dari beberapa pengertian tentang arti, ciri dan fungsi pengajian, maka dipastikan akan adanya peran. Peran pengajian tersebut yaitu:

1) Dilihat dari segi pelaksanaanya, pengajian termasuk pembelajaran pendidikan luar sekolah (non formal) yang berlandaskan Islam.

2) Dilihat dari tinjauan fungsi, pengajian termasuk pelaksanaan dakwah sebagai siyar Islam yang berlandaskan Al-Qur‟an dan Hadits.

3) Dilihat dari strategi, pengajian merupakan upaya pembinaan umat. Pengajian juga merupakan upaya dakwah Islamiyah yang murni ajarannya yang memiliki peran sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama

8

dan lainnya guna menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran agamanya.

Jadi, peran pengajian secara fungsional adalah mengokohkan landasan hidup manusia khususnya dibidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan integritas lahiriyah dan bathiniyah, duniawiyah dan ukhrowiyah bersamaan sesuai tujuan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang.9

4. Unsur-unsur Dakwah 1) Subyek pengajian

Subyek pengajian memiliki arti yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu dakwah. Adapun arti dari subyek pengajian adalah seseorang yang melaksanakan dakwah dan lebih sering disebut dengan mubaligh atau da‟i. adapun tugas dari seorang da‟I adalah untuk menyuruh terhadap yang ma‟ruf dan melarang mengerjakan yang mungkar, maka secara umum dapat diketahui bahwa yang menjadi subyek pengajian adalah kaum muslim yang pada hakekatnya mempunyai kewajiban dalam menyampaikan dakwah Islamiyah.

Dalam menyampaikan dakwah atau pengajian, hendaknya seorang da‟i memperhatikan hal-hal berikut ini:

a) Mengetahui tentang isi Al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah serta hal -hal yang berhubungan dengan Islam.

9

M. Arifin, M. ed, Kapitaselekta Pendidikan:Islam dan Umum, (Jakarta:Bumi Aksara), cet.ke-4, h.119-120

17

b) Mengetahui bahkan sebaiknya menguasai ilmu pengetahuan yang ada hubungannya dengan tugas-tugas berdakwah, seperti ilmu sejarah, perbandingan agama, dsb.

c) Memahami terlebih dahulu hal-hal yang akan disampaikan kepada mad‟u (sasaran dakwah).

d) Menggunakan contoh-contoh yang biasa dilihat oleh mad‟u atau gambar-gambar yang mereka dapat pahami.

e) Bertekad dan berusaha mengamalkan apa yang disampaikan kepada mad‟u dan masyarakat.10

Dengan pengertian hal diatas, diharapkan apa yang akan disampaikan da‟i dapat diterima oleh mad‟unya. Sebab bagi da‟i yang tidak melengkapi dirinya dengan pengetahuan dan pengalaman terutama yang berkaitan dengan masalah ajaran agama Islam dan kemasyarakatan sering mendapat perhatian yang kurang baik.

Bila seperti ini keadaannya, maka proses dakwah Islamiyah dianggap kurang berhasil, untuk menghindari hal seperti itu, seorang da‟i harus bias membaca situasi dan kondisi, serta mampu menarik perhatian mad‟unya jangan sampai membingungkan tetapi bimbinglah mereka dengan senang terhadap apa yang mereka ilhami dan dirasakannya sehingga mereka tidak lari dari majlis. 11

10

Iskandar Zulkarnaian, Skripsi Peranan Pengajian Agama dalam Meningkatkan Kesadaran Agama, Jurusan Ilmu Dakwah Fakultas Usuludin Universitas Islam Assyafiiah Jakarta 1992.

11

2) Objek pengajian

Sasaran pengajian adalah mereka kumpulan dari individu dimana benih dari materi dakwah akan ditabur.12 Yang menjadi objek pengajian atau dakwah adalah masyarakat mulai dari keluarga sampai dengan masyarakat lingkungan sekitar. Masyarakat sebagai objek dakwah adalah salah satu unsur yang penting dalam dakwah. Dalam lingkungan masyarakat terdiri dari tingkatan-tingkatan yang perlu mendapatkan perhatian dari da‟i sebagai subyek dakwah, karena ini memudahkan tersebarnya dakwah dan sasaran dakwah menjadi lebih mengena.

3) Materi Pengajian

Pada dasarnya materi pengajian tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai, namun secara gelobal dapat dikatakan bahwa materi pengajian dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu: a) Masalah Keimanan (Akidah)

Akidah dalam Islam mencangkup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Dibidang akidah ini bukan saja pembahasannya tertuju pada masalah-masalah yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagi lawannya, seperti syirik, ingkar dengan Tuhan dan sebagainya.

b) Masalah Syar‟iyah

12

Hamzah Yakub, Publisistik Islam, Teknik dakwah dan Leadership, (Bandung:CV.Diponogoro,1981), cet. ke-11, h.2

19

Syar‟iyah dalam Islam berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan mengatur pergaulan antar sesame manusia.

c) Masalah Budi Pekerti (Akhlakul Karimah)

Masalah akhlak dalam aktivitas pengajian (sebagai materi) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keIslaman seseorang. Meskipun akhlak itu sebagai pelengkap., bukan berarti masalah akhlak itu kurang penting, dibandingkan masalah keimanan dan keIslaman, akan tetapi akhlak adalah masalah sebagai penyempurna keimanan dan keIslaman.

Masalah pengajian pada dasarnya mencngkup ajaran islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Karena agama Islam yang menganut kedua kitab tersebut merupakan sumber utama ajaran-ajaran Islam. 13

5. Tujuan Pengajian

Untuk mengetahui tujuan pengajian, dapat dilihat pada firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 104:

 



Artinya: dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung (Qs: Ali-Imran 104)

13

Drs. Selamet Muhaimin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya:Al-Ikhlas, 1994), cet.ke-1 h.6

Ayat tersebut menjelaskan tentang tujuan pengajian (dakwah) yaitu mengikuti jalan atau tuntunan Allah SWT dan mewujudkan kebaikan dengan cara menyuru orang berbuat baik dan mencegah orang lain dari perbuatan jelek, dengan harapan mereka dapat hidup bahagia sejahtera didunia dan akhirat.

Menurut A.Rosyad Shaleh, tujuan pengajian (dakwah Islam) adalah:

1. Meningkatkan dan memperdalam kesadaran dan pengertian umat Islam tentang ajaran Islam

2. Menanamkan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan 3. Memperhatikan kehidupan dan perkembangan masyarakat, khususnya

yang berhubungan dengan kehidupan manusia

4. Membendung tindakan-tindakan dari golongan agama atau aliran lain yang berusaha untuk berubah Islam dalam keyakinan agamanya. 5. Menghidupkan dan membina kebudayaan yang sesuai dengan ajaran

Islam.14

Dari uaraian diatas, nampak bahwa kegiatan pengajian mempunyai tujuan tertentu, yaitu mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.

6. Metode Pengajian

Metode adalah cara yang dalam fungsinya alat untuk mencapai tujuan.15 Metode dalam kaitannya dalam pelaksanaan pengajian adalah jalan atau cara yang dipakai, agar pengajian agama mendapatkan hasil atau

14

A. Rosid Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1997), h.80

15

B. Suryubroto, Mengenai Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar Mengajar, (Yogyakarta:Amarta,1986)h.3

21

sampai pada sasaran dengan baik dan tepat sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam ajaran Islam, penggunaan metode pengajian agama (dakwah) diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-nahl ayat 125. 

           

 

  

Artinya: serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya tuhan-mu dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang dapat petunjuk. (Qs. An-Nahl -125).

Ayat tersebut menjelaskan tentang metode atau cara dalam mengajak manusia kepada jalan Allah SWT, yaitu dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik, dan berdebat dengan yang baik pula. Pada dasarnya ketiga unsur inilah yang merupakan induk pengajian agama (dakwah).

Dilihat dari segi jama‟ah pengajian agama, metode yang disebut diatas berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, diantaranya adalah:

1. Metode Personal Approach

Metode Personal Approach yaitu metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan pada setiap pribadi.16 Metode ini pada prakteknya dilaksanakan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap muka meskipun jamaah yang hadir berjumlah banyak tetapi secara menghadapinya satu persatu.

Kelebihan dari metode ini antara lain : dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi individu. Sedangkan kekurangannya memerlukan tenaga dan waktu yang banyak.

2. Metode Ceramah

Metode Ceramah adalah suatu metode yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang mubaligh pada suatu aktivitas dakwah.17 Metode caramah ini sangat tepat apabila jama‟ah yang dihadapi merupakan kelompok yang berjumlah besar dan perlu dihadapi secara sekaligus.

Kelebihan dari metode caramah ini adalah dalam waktu cepat penceramah dapat menyampaikan materi yang sebanyak-banyaknya kepada jama‟ah. Sedangkan kekurangannya adalah jika penceramah tidak memperhatikan segi psikologis jama‟ahnya, maka ceramah dapat bersifat melantur-lantur dan membosankan.

3. Metode Tanya Jawab

16

Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah /Khutbah Agama Islam Pusat. Risalah Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana, (Jakarta,1978), h.36

17

Asumuni Sukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas), cet ke-1 h.104

23

Metode Tanya Jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya untuk menanyakan suatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh sebagai penjawabnya.18

Kelebihan metode Tanya jawab adalah kegiatan pengajian agama berlangsung lebih hidup yaitu mubaligh dan jama‟ah sama -sama aktif dan memberi kesempatan kepada jama‟ah untuk mengemukakan hal-hal yang dirasa kurang jelas. Sedangkan kekurangan metode Tanya jawab adalah apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak waktu untuk menyelesaikannya.

4. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu metode di dalam mempelajari atau penyampaikan materi dengan jalan mendiskusikan materinya sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku.

Kelebihan dari metode diskusi antara lain kesimpulan yang dihasilkan dari diskusi mudah dipahami. Adapun kekurangan dari metode diskusi antara lain sulit untuk meramalkan arah penyelesaian diskusi dan diskusi akan gagal bila tidak dapat mengarahkannya. 5. Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah suatu metode dengan cara memperlihatkan contoh, baik berupa benda, peristiwa, perbuatan dan sebagainya dapat dinamakan bahwa seorang mubaligh yang bersangkutan menggunakan demonstrasi. Kelebihan yang dimiliki metode ini diantara lain memungkinkan jama‟ah lebih menghayati

18

sepenuh hati, karena dapat memberikan nilai lebih dibandingkan dengan metode yang lain sedangkan kekurangannya adalah metode demonstrasi memerlukan waktu persiapan yang banyak dan memerlukan banyak pemikiran, karena tidak wajar bila alat peraga yang ditampilkan tidak dapat diamati dengan seksama, karena tidak semua materi dakwah dapat didemonstrasikan dan memerlukan keahlian khusus bagi para subjek, dalam hal ini adalah mubaligh. 6. Metode Khalaqah

Dalam metode khalaqah, peserta jama‟ah terlibat langsung dalam arti turut aktif dalam pembicaraan. Kelebihan metode khalaqah ditinjau dari segi pendidikan, dapat meningakatkan kualitas kepribadian seperti kerjasama, toleran, kritis, dan disiplin. Sedangkan kalau ditinjau dari segi ilmu jiwa akan menimbulkan persaingan yang positif.19

Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah memerlukan persaingan yang negatif, maka hasil pekerjaan akan lebih memburuk, serta bagi jama‟ah yang malas ada kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompok dan kemungkinan akan mempengaruhi kelompok.

Dokumen terkait