• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengalaman Berusahatani

Sebagian kecil (31,25%) petani yang sudah bertanam kentang lebih dari 5 tahun memilih untuk menggunakan kombinasi metode pengendalian kimiawi dan non kimiawi sebagai tindakan pengendalian yang utama dalam menangani serangan OPT. Sementara itu, sebagian besar (68,75%) petani yang sama memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun menggunakan metode pengendalian

Kehilangan Hasil Pe rs enta se Re spo nd en

kimiawi. Tampak bahwa petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih dari 5 tahun yang lebih sadar lingkungan untuk memilih kombinasi kedua pengendalian tersebut walaupun pengendalian kimiawi dinilai cukup menguntungkan dalam menghemat waktu dan tenaga (tampak pada Gambar 11).

Gambar 11. Hubungan pengalaman berusaha tani dengan tindakan pengendalian OPT yang dilakukan

2. Luas lahan

Hubungan antara luas lahan dengan tindakan pengendalian OPT memperlihatkan suatu kecenderungan yang bertentangan dengan pola yang diperkirakan sebelumnya, yaitu petani yang memiliki lahan lebih luas cenderung untuk lebih memilih pengendalian kimiawi daripada non kimiawi. Hasil survei menunjukkan bahwa persentase petani yang menggunakan hanya pestisida sintetik cenderung menurun dengan semakin besarnya luas lahan, sementara yang menggunakan cara lain selain pestisida semakin meningkat dengan semakin besarnya luas lahan. Ini dimungkinkan karena sebagian besar responden sudah berpengalaman (≥ 5 tahun) dalam berusahatani sehingga mengendalikan OPT dengan cara yang ramah lingkungan dan juga dimungkinkan karena biaya pestisida yang mahal apabila luas lahan semakin luas maka akan semakin besar biaya yang diperlukan untuk melakukan pengendalian kimiawi dengan menggunakan pestisida sintetik atau bahan kimia lainnya.

Pe rsen ta se Re sp ond en

Gambar 12. Hubungan luas lahan dengan tindakan pengendalian OPT yang dilakukan

3. Jenis Pelatihan Petani

Jenis pelatihan yang pernah diikuti petani cenderung mempengaruhi cara petani dalam melakukan tindakan pengendalian OPT. Hal ini tampak pada gambar 13 yang memperlihatkan persentase petani yang menggunakan cara pengendalian kombinasi kimiawi dan non kimiawi lebih tinggi pada petani yang pernah mengikuti pelatihan OPT 61,53% dibandingkan dengan petani yang pernah mengikuti pelatihan budidaya 29,41%. Sebaliknya, persentase petani yang hanya menggunakan pestisida sintetik lebih tinggi pada petani yang mengikuti pelatihan budidaya 70,58% daripada petani yang mengikuti pelatihan OPT sebanyak 38,46%.

Gambar 13. Hubungan jenis pelatihan yang diikuti petani dengan tindakan OPT yang dilakukan

Per sen tase Re sp ond en Jenis Pelatihan Pe rsentase Re spo nde n

Analisis Ekonomi Pengendalian OPT

Pada Gambar 14, sekitar lebih dari separuh seluruh petani (64%) membutuhkan biaya pembelian pestisida kurang dari Rp. 20.000.000,- dan selebihnya sebanyak 36 % petani mengeluarkan biaya pembelian pestisida di atas Rp 20.000.000,-. Biaya pestisida yang dikeluarkan oleh petani sangat tergantung oleh kondisi lingkungan dan ketahanan tanaman pada OPT yang menyerang. Biasanya pada umur tanaman 20 hingga 50 hari, banyak hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman kentang karena pada umur tersebut tanaman kentang sensitif terhadap gangguan OPT dan kemampuan antibiosis terhadap patogenesitas juga masih tergolong rendah. Pada umur tanaman antara 20-50 hari setelah tanaman, tanaman lebih banyak memerlukan kebutuhan pemeliharaan seperti naiknya kebutuhan pestisida.

Gambar 14. Persentase perkiraan biaya pestisida petani per hektar per musim tanam (ribu rupiah)

Rasio manfaat-biaya pada serangan yang ringan tidak memiliki perbedaan nilai yang cukup jauh baik pada metode kimiawi maupun campuran metode kimiawi dan non kimiawi. Pada saat OPT menyerang tanaman kentang, hasil rasio manfaat-biaya pada pengendalian secara kimiawi mendekati angka nol Itu menunjukan pada keadaan serangan cukup besar atau dapat dikatakan berat. Bahkan pada serangan yang berat, pengendalian dengan kombinasi non kimiawi dan kimiawi mencapai nilai minus yaitu -1,07, menunjukkan pengendalian non kimiawi pada saat serangan berat kurang efisien. Kombinasi pengendalian secara non kimiawi dan kimiawi maupun bagi pengendalian kimiawi sama-sama tidak layak mampu menangani bila serangan OPT berat (tampak pada Gambar 15).

Gambar 15. Perbandingan rasio manfaat-biaya antara dua teknik pengendalian pada kondisi serangan OPT yang berbeda Dalam menggunakan metode kimiawi, biaya produksi rata-rata dan pendapatan rata-rata tidak berbeda jauh. Ini dimungkinkan dengan adanya resistensi OPT terhadap penggunaan bahan kimia. Karena pada serangan yang cukup berat biasanya kebiasaan petani di Pangalengan sering melakukan penyemprotan pestisida dua atau tiga hari sekali. Namun, dengan cara ramah lingkungan secara langsung tidak memungkinkan apabila serangan OPT cukup berat seperti mencabut tanaman yang tertular penyakit atau patogen maupun membunuh serangga secara mekanis. Pada Gambar 17, tampak bahwa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan kombinasi metode kimiawi dan non kimiawi lebih besar daripada yang diperoleh dengan menggunakan metode kimiawi saja.

Gambar 16. Rata-rata biaya produksi dan pendapatan dalam kondisi serangan OPT berat

Pada pengendalian kimiawi, pendapatan petani mampu menghasilkan sekitar Rp. 123.965.333,- per hektar di atas pendapatan rata-rata yang diperoleh dengan menggunakan kombinasi dua pengendalian (non kimiawi dan kimiawi). Pada

Tindakan Pengendalian Ras io ma nfa at-bia ya

Jenis Pengendalian OPT

Rup ia h pe r H ektar

kondisi serangan yang ringan, biaya yang diperlukan cukup rendah dan pemasukan yang dapat diperoleh lumayan jauh lebih besar. Pada pengendalian kimiawi, keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh dari kombinasi kedua pengendalian (tampak Gambar 17).

Gambar 17. Rata-rata biaya produksi dan pendapatan dalam kondisi serangan OPT ringan

Pada produksi panen, metode kimiawi mampu menghasilkan panen yang lebih besar daripada panen yang menggunakan kombinasi pengendalian non kimiawi dan kimiawi dengan hasil masing-masing 22,18 ton dan 21,32 ton per hektar nya (lihat Gambar 18). Ini dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah, lingkungan yang mendukung dan OPT dalam kondisi stabil atau ringan.. Dalam keadaan untung maupun rugi, metode pengendalian kimiawi maupun gabungan non kimiawi dan kimiawi tidak menunjukan hasil panen yang terlalu berbeda. Seperti pada hasil panen, metode kimiawi memiliki perbedaan hampir satu ton dengan hasil panen metode gabungan kimiawi dan non kimiawi.

Gambar 18. Hasil produksi panen pada tindakan pengendalian OPT Jenis Pengendalian OPT

Pr oduk si Pa ne n (

ton per hek

tar)

Tindakan Pengendalian OPT

R up ia h pe r H ektar

Dokumen terkait