• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Ibu Primipara yang Melahirkan secara

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pengalaman Ibu Primipara yang Melahirkan secara

Dari hasil wawancara dengan tujuh partisipan telah ditemukan alasan ibu memilih seksio sesarea sebagai cara melahirkan anak pertama, perasaan yang ibu alami pre operasi, keadaan bayi saat lahir, hal-hal yang ibu alami selama dirawat di Rumah Sakit post operasi, proses pemulihan yang ibu alami setelah pulang dari rumah sakit.

1. Alasan ibu melahirkan anak pertama secara seksio sesarea

Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh partisipan berkaitan dengan pilihan dalam melahirkan anak pertamanya secara seksio sesarea, yakni kelainan jalan lahir, kelainan pada janin, kelainan kontraksi rahim, ketuban pecah sebelum waktunya, dan alasan nonmedis.

a. Kelainan jalan lahir

Tiga dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka memilih seksio sesarea sebagai cara melahirkan anak pertama karena adanya kelainan pada jalan lahir. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…pinggulnya sempit,..ya udahlah akhirnya dioperasilah,…”

(Partisipan 1)

b. Kelainan pada janin

Tiga dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka melahirkan anak pertama ini secara sekiso sesarea karena adanya kelainan pada janin, yaitu karena ukuran janin di dalam rahim lebih dari ukuran bayi normal, selain itu juga karena kondisi janin

42

61

di dalam rahim mengalami peningkatan denyut jantung janin yang biasa disebut fetal distress. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…anaknya besar, terus pinggulnya sempit, jadi itu la

sebab-sebab kenapa kok dioperasi,..” (Partisipan 2)

”..karena kan detak jantungnya itu diperhatikan meningkat, dia udah stress, tapi dia gak ada dorongan untuk keluar…”

(Partisipan 6) c. Kelainan kontraksi rahim

Tiga dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka melahirkan anak pertama ini secara seksio sesarea karena adanya kelainan kontrkasi rahim, yaitu tidak adanya kontrkasi pada rahim ibu, yang bisa disebabkan karena kurangnya produksi hormon oksitosin yang berfungsi untuk merangsang terjadinya kontrkasi. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“ ..anaknya gak itu, gak keluar juga, gak ada uwatnya gitu…”

(Partisipan 4) “ ,…..tapi gak ada mules cuma keluar air aja banyak kali

warna putih, karena kayak gitu dah takut terus ke dokter,

sama sekali gak ada mules..” (Partisipan 5)

d. Ketuban pecah sebelum waktunya

Dua dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka melahirkan secara seksio ini karena ketuban pecah sebelum waktunya, sehingga cairan ketuban yang ada didalam rahim ibu berkurang, Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“..pas kencing banyak kali keluar air, katanya dah pecah ketuban…” (Partisipan 5)

42

61

“ tiba-tiba ada cairan bening keluar pas itu pagi-pagi subuh, pas lah sembilan bulan sepuluh harinya itu, terus aja la cairannya itu keluarkan merembes, periksa la langsung, dibawa la kerumah sakit, terus di USG, dilihat rupanya

memang cairan ketubannya itu dah berkurang,..” (Partisipan 6)

2. Perasaan yang ibu alami pre operasi

Ada beberapa hal yang dikemukakan oleh partisipan berkaitan dengan perasaannya sebelum proses persalinan secara seksio sesarea berlangsung, yakni perasaan takut, pasrah dan perasaan tenang. Setiap ibu yang akan menjalani proses persalinan akan mengalami perasaan takut, bercampur aduk, cemas, khawatir. Mereka khawatir jika bayi yang dilahirkan cacat, takut salah satu di antara mereka (ibu dan bayi) meninggal, takut dengan rasa sakit. Bagi ibu-ibu primipara yang baru pertama kali melahirkan, akan mengalami rasa cemas sehubungan pengalaman pertama mereka melahirkan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

a. Perasaan takut

Empat dari tujuh partisipan merasa takut sewaktu melahirkan anak pertama secara seksio sesarea. Ketakutan yang dirasakan ibu bisa berasal dari ketakutan akan kondisi anaknya yang akan dilahirkan, takut kalau terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Bisa juga rasa takut itu muncul karena yang ada dalam benak ibu jika dilakukan operasi maka perutnya akan dibelah, dan ketakutan lainnya yang dapat membuat ibu stres sebelum menjalani proses operasi terutama bagi ibu yang belum punya pengalaman tentang proses persalinan secara seksio sesarea. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

42

61

“…takut terjadi sesuatu, khawatir aja kalau-kalau terjadi

sesuatu yang gak diinginkan,..” (Partisipan 3)

“..pertama ya takut, ya takutkan soalnya ya perutnya

kan dibelah gitu…” (Partisipan 5)

b. Bercampur aduk

Tiga dari tujuh partisipan mengalami perasaan yang berbaur mulai dari rasa cemas, takut, dan khawatir. Kondisi yang membuat ibu mengalami perasaan cemas dan takut lebih kepada kekhawatiran ibu akan kondisi bayinya, takut kalau terjadi sesuatu dengan anaknya, ada juga karena cemas menghadapi operasi yang belum pernah ibu rasakan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“iya semua la kak campur aduk, cemas, takut,… takut kalo terjadi apa-apa sama anaknya, kan dah dirasakan lama tu, sakitnya dirasain dari pagi

sampai pagi lagi kok gak keluar keluar anaknya,..” (Partisipan 2)

“ …gimana ya, rasanya deg-degkan iya cemas,

bercampur aduk la rasanya,…” (Partisipan 3)

“..rasanya ,..ya..campur aduk, namanya juga mau

menghadapi operasi…” (Partisipan 6)

c. Pasrah

Satu dari tujuh partisipan merasa pasrah sebelum melahirkan anak pertama secara seksio sesarea, hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

42

61

memang udah cukuplah dah dicoba dari awal normal..”

(Partisipan 7) d. Perasaan tenang

Tiga dari tujuh partisipan merasa tenang sebelum menjalani proses persalinan secara seksio sesarea, ibu merasa lebih tenang disebabkan karena ibu sudah merasa siap dengan segala resiko yang akan terjadi, walaupun kondisi yang terjadi tidak sesuai dengan yang ibu harapkan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…perasaan awak dah gak ada lagi la rasa takut, gak ada sedikitpun cemas, deg-deg kan pun gak, cuma awak tau, awak dah ngerasain diklinik kayak gimana sakitnya, pokoknya selamat anak ku, itu

ajalah, selamat awak udah.” (Partisipan 1)

“..juga dah harus persiapkan diri, untuk hal-hal terburuk. khawatir, takut tuh dah gak ada lagi,

malah semangat aja,…” (Partisipan 6)

3. Keadaan bayi saat lahir

Semua partisipan yang melahirkan secara seksio sesarea keadaan bayi saat lahir adalah segera menangis, karena proses operasi yang dialami ibu dengan menggunakan anastesi lokal, dan anastesi ini cenderung aman. Dan perasaan ibu saat mendengar bayinya telah lahir adalah Lima dari tujuh partisipan merasa lega, bahagia, dan haru pada saat mendengar bahwa bayi mereka yang telah ditunggu selama sembilan bulan telah lahir dengan selamat, setiap ibu pasti menunggu kelahiran bayi mereka dengan selamat, anugerah yang terbesar bagi seorang wanita ketika mampu melahirkan

42

61

seorang bayi yang akan menjadi penerus garis keturunan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…ya dengar aja kalau dia nangis…” (partisipan 1)

“…cuma dengar aja, pas suara nangis si adek dengar,

pas dibawa keluar dipakein baju terus di ciumkan ke saya,…”

(Partisipan 2) “…pas dah lahir tu rasanya lega la dah lahir

juga nya anakku gitu..” (Partisipan 1)

“…ya senang la, bayinya lahir selamat normal, lengkap la semuanya kan, jadi yang tadi takut-takut pun dah gak takut lagi, begitu nengok bayinya …”

(Partisipan 5)

4. Hal-hal yang ibu alami selama dirawat di rumah sakit pos operasi

Ada beberapa hal yang dialami ibu setelah menjalani proses operasi seksio sesarea selama ibu dirawat di rumah sakit, yakni, kondisi ibu pos operasi selama dua jam, mobilisasi dini yang ibu lakukan post operasi dan aktivitas dalam merawat bayi.

a. Kondisi ibu pos operasi selama 2 jam

Lima dari tujuh partisipan mengalamai beberapa kondisi setelah selesai operasi sampai dua jam seperti belum bisa bergerak, kaki terasa kebas, ada yang sudah merasakan denyut pada bagian bekas operasi, ada juga yang belum merasakan apa-apa karena respon tubuh terhadap obat bius berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…gak bisa bergerak awak, kadang mau rasanya berdenyut..”

42

61

“..belum terasa apa-apa, sampai di ruang perawatan

udah mulai terasa dikit-dikit la, kan dah agak ilang biusnya…”

(Partisipan 4)

b. Mobilisasi dini yang ibu lakukan pos operasi

Semua partisipan yang melahirkan secara seksio sesarea akan melakukan mobilisasi dini pos operasi, selama dirawat di rumah sakit ibu dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini agar proses penyembuhan dapat berlangsung dengan baik. Proses mobilisasi yang dapat ibu lakukan setelah operasi antara lain, miring ke kiri dan ke kanan, duduk, jongkok, berdiri, dan berjalan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…2 hari la dah bisa miring kiri miring kanan, kan 4 hari di rumah sakit, pas hari ke 3

dah bisa ya jalan, duduk, udah mulai bisa la…” (Partisipan 2)

“…hari pertama cuma bisa miring kanan, miring kiri….”

(Partisipan 3) c. Aktivitas dalam merawat bayi

Semua partisipan dapat melakukan aktivitas dalam merawat bayi, walaupun masih terbatas seperti memangku bayi, memberikan ASI pada bayi, dan ibu tetap dibantu oleh perawat atau bidan maupun keluarga dalam melakukan aktivitas dalam merawat bayi. Akan tetapi, ibu belum bisa memandikan bayinya karena kondisi ibu masih lemah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“kalau mandiin anak saya belum bisa, orang tua saya yang mandiin makein bajunya pun orang tua saya,

42

61

cuma disuruh duduk, pangkuin terus susui anak saya”

(Partisipan 3)

“…paling cuma bisa mangku si dedek aja la, dah bisa

nyusui juga la…” (Partisipan 4)

5. Proses pemulihan yang ibu alami setelah pulang dari rumah sakit

Setelah ibu pulang dari rumah sakit, ibu akan mulai melakukan aktivitas seperti biasanya. Namun, ada beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan ada pula yang tidak dapat dilakukan oleh ibu selama beberapa hari dirumah setelah operasi. Proses penyembuhan yang ibu alami tidak sama, ada yang proses penyembuhannya berjalan lancar, ada yang proses penyembuhannya lambat. Hasil jahitannya ada yang bagus, ada pula yang bermasalah, ibu juga masih mengalami nyeri pada bekas operasi, dan ibu juga harus menjaga bekas operasi.

a. Aktivitas yang dapat dilakukan

Empat dari tujuh partisipan selama beberapa hari dirumah setelah pulang dari rumah sakit dapat melakukan berbagai aktivitas, seperti, sudah bisa berdiri, jongkok, ke kamar mandi sendiri dan sudah bisa memberikan ASI dengan lancar. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“..ya kalau pas dirumah dah bisa lah awak mo berdiri mo jongkok, dah bisa karena gak naek-naek tempat tidur,..”

(Partisipan 1) “..nyusui semakin lancar, jadi gak dikasi lagi susu dodot,

cuma ya…malam itu jadinya bergadang…” (Partisipan 7)

42

61

Lima dari tujuh partisipan ada yang mengalami aktivitas yang terhambat selama beberapa hari dirumah setelah operasi, di antaranya ibu tidak bisa melakukan apapun, misalnya belum bisa merawat bayinya, belum bisa memandikan bayinya, BAB belum lancar. Kondisi lainnya seperti sulit berjalan, merasa lemas dan tidak lancar pengeluaran darah kotornya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…tapi belom bisa merawatnya, jadi ibu saya lah yang

ngerawatnya…” (Partisipan 2)

“….kalau mandiin belum bisa la, yang mandiin masih

perawatnya dari rumah sakit,…” (Partisipan 7)

“ ..lemas aja bawaannya, rasanya gak lancar la darah kotornya keluar, gak lancar kayak yang

lahir normal itu la..” (Partisipan 1)

c. Proses penyembuhan yang ibu alami post operasi

Enam dari tujuh partisipan mengalami proses penyembuhan pos operasi dengan lancar, empat dari tujuh partisipan mengalami proses penyembuhan yang lambat, serta tiga dari tujuh partisipan masih mengalami nyeri pada bekas operasi. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“..biasa aja la kayaknya, berjalan lancar aja ya, ya… agak cepat juga la, cepat kering karena kan dah sepuluh hari siap operasi kan dah bisa buka perban,

hasilnya dah bagus,..” (Partisipan 7)

“..lambat awak bisa berjalan, mau berjalan awak cuma bisa nunduk,….dah hampir sebulan tapi gak

42

61

“..sembuhnya lama, 2 minggu baru hilang denyut-denyutnya…

terus apa..pun perawatannya itu pun ribet ya,..” (Partisipan 5)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa beberapa alasan ibu melahirkan anak pertama secara seksio sesarea adalah karena kelainan jalan lahir, kelainan pada janin, kelainan kontraksi rahim, dan ketuban pecah sebelum waktunya.

Perasaan yang ibu alami pre operasi ada yang merasa takut, bercampur aduk, pasrah dan ada juga yang merasa tenang. Keadaan bayi saat lahir adalah semua partisipan mengatakan keadaan bayi saat lahir segera menangis, perasaan ibu saat mendengar bayinya telah lahir berbeda-beda ada yang merasa haru, lega dan bahagia,

Hal-hal yang ibu alami selama dirawat di rumah sakit pos operasi antara lain kondisi ibu pos operasi selama 2 jam, mobilisasi dini yang ibu lakukan pos operasi adalah miring kiri dan kanan, berdiri, jalan, jongkok, dan aktivitas dalam merawat bayi, ibu sudah bisa melakukan pemberian ASI.

Proses pemulihan yang ibu alami setelah pulang dari rumah sakit antara lain aktivitas yang dapat dilakukan, aktivitas yang terhambat, dan proses penyembuhan pos operasi yang ibu alami berbeda-beda ada yang berjalan lancar, ada juga yang berjalan lambat.

C. Interprestasi dan Diskusi Hasil

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh melalui wawancara akan diuraikan pembahasan dengan beberapa literatur yang ada, yakni hal-hal yang berkaitan dengan alasan ibu melahirkan anak pertama secara seksio sesarea, perasaan yang ibu alami pre

42

61

operasi, keadaan bayi saat lahir, hal-hal yang dialami ibu selama dirawat di rumah sakit pos operasi, dan proses penyembuhan pos operasi.

1. Alasan ibu melahirkan anak pertama secara seksio sesarea

Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh partisipan berkaitan dengan alasan mengapa ibu melahirkan anak pertama ini secara seksio sesarea, yakni karena ada kelainan jalan lahir, kelainan pada janin, kelainan kontraksi rahim, dan ketuban pecah sebelum waktunya. Partisipan yang melahirkan anak pertama secara seksio sesarea karena adanya kelainan jalan lahir seperti karena panggul sempit dimana ukuran panggul ibu tidak normal dan tidak sesuai dengan ukuran janin, sebagaimana menurut Prawirohardjo (2002), kelainan jalan lahir dapat meliputi kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir yang dapat menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan, dan ibu tidak dapat melahirkan secara normal sehingga ibu harus melahirkan secara sekisio sesarea, sesuai dengan tulisan Mochtar (1998), indikasi dilakukan seksio sesarea pada ibu antara lain karena panggul sempit, karena janin tidak dapat melewati jalan lahir.

Penyebab operasi seksio sesarea juga dipengaruhi oleh faktor janin, antara lain karena bayi yang terlalu besar yang juga menjadi alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea, yang mungkin saja ibu memiliki riwayat diabetes mellitus atau kencing manis, hal ini sebagaimana menurut Cendika dan Indarwati (2010) salah satu sebab dilakukan tindakan seksio sesarea adalah karena bayi terlalu besar. Selain ukuran bayi yang terlalu besar menjadi penyebab dilakukan tindakan seksio sesarea, alasan lainnya adalah karena bayi mengalami peningkatan denyut jantung sebagaimana menurut Whalley,

42

61

Simkin,dan Keppler (2009) salah satu alasan yang muncul selama proses persalinan yang menyebabkan ibu harus segera di operasi adalah karena bayi mengalami kesulitan mengatasi stress persalinan (fetal distress). Perubahan-perubahan tertentu pada detak jantung bayi selama persalinan dapat memperlihatkan bahwa bayi kemungkinan tidak mendapat cukup oksigen.

Alasan kelainan kontrkasi rahim juga merupakan salah satu penyebab ibu melahirkan secara seksio sesarea, salah satu tanda-tanda ibu akan melahirkan adalah adanya kontraksi pada rahim ibu yang akan membuka servik dan mendorong janin untuk segera lahir, jika kontraksi tidak ada maka akan terjadi kegagalan proses persalinan normal, sebagaiman menurut Cendika dan Indarwati (2010) bahwa salah satu sebab seksio sesarea pada proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (dystocia). Biasanya, sebelum diambil tindakan operasi, dokter akan memberikan induksi untuk membantu kontraksi. Namun, jika belum berhasil juga, untuk menyelematkan bayi dari stress dan komplikasi lain, maka akan dilakukan seksio sesarea.

Sebab lain yang menjadi alasan ibu melahirkan seksio sesarea adalah karena ketuban pecah sebelum waktunya atau disebut juga ketuban pecah dini (KPD) yaitu keluarnya cairan ketuban sebelum ibu memasuki fase persalinan. Menurut Mochtar (1998), ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis

42

61

sampai sepsis, serta menyebabkan infeksi pada ibu yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2002). Ketuban pecah dini kemungkinan besar menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu maupun janin dengan ketat (Achadiat,1995), untuk menghindari terjadinya bahaya pada ibu dan janin, maka persalinan harus segera dilakukan, bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan,dan bila gagal dilakukan bedah caesar.

2. Perasaan yang ibu alami pre operasi

Sedangkan perasaan yang telah dikemukakan oleh partisipan, bahwa sebelum ibu menjalani proses operasi ibu mengatakan adanya rasa takut, bercampur aduk, pasrah dan bahkan ada juga yang merasa tenang. Seperti apa yang dikemukakan Nolan (2010) selama masa persalinan berlangsung, ada kemungkinan seseorang menjadi tidak terkontrol. Setiap wanita yang akan menjalani proses persalinan akan mengalami rasa takut, cemas, khawatir, hal ini sesuai dengan teori bahwa menjalani persalinan adalah pengalaman yang menakutkan bagi sebagian besar wanita (Kaufman, 2006).

Namun, bagi wanita yang sudah mempersiapkan diri secara matang sebelum ia menjalani proses persalinan maka biasanya wanita tersebut akan merasa lebih tenang.

3. Keadaan bayi saat lahir

Dari hasil penelitian diperoleh keadaan bayi saat lahir adalah semua partisipan mengatakan kondisi bayinya saat lahir segera menangis dan perasaan ibu saat mendengar bayinya telah lahir meliputi perasaan lega, bahagia dan haru.

42

61

4. Hal-hal yang dialami ibu selama dirawat di rumah sakit pos operasi

Dari hasil penelitian diperoleh ada beberapa hal yang dialami ibu selama dirawat di rumah sakit setelah operasi seksio sesarea antara lain kondisi ibu pos operasi selama dua jam berbeda-beda, mobilisasi dini yang ibu lakukan pos operasi, dan aktivitas dalam merawat bayi.

Selama ibu dirawat dirumah sakit setelah menjalani proses persalinan dengan cara seksio sesarea, ibu akan mengalami beberapa kondisi awal selama beberapa jam pos operasi, di antaranya ibu belum bisa bergerak, kaki terasa kebas akibat pengaruh obat bius. Pada dua jam pertama pos operasi ibu juga belum bisa bergerak, dan pada beberapa kasus ada yang mengalami mual dan muntah, untuk mencegah agar ibu tidak mengalami mual muntah sebaiknya sebelum operasi ibu diberikan antasida yang dapat menaikkan pH isi lambung untuk mengurangi aspirasi selama induksi anastesi (Rayburn, 2001).

Seperti halnya melahirkan normal, melahirkan secara sekiso sesarea juga akan mengalami masa nifas, dimana ibu akan mengeluarkan darah kotor atau yang disebut Lochea, dan ibu akan mengalami nyeri seperti senggugut saat haid, akibat adanya kontraksi rahim yang berguna untuk mengembalikan bentuk dan ukuran rahim seperti sedia kala, seperti yang dikemukakan oleh Whalley, Simkin,dan Keppler (2009) bahwa bedah sesar memiliki resiko yang bisa dialami oleh ibu seperti masalah yang berhubungan dengan anastesi, rasa sakit selama beberapa minggu pascapersalinan, lebih sulit untuk ibu dalam merawat bayi.

Pada awal pos operasi biasanya ibu akan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini untuk mempercepat proses pemulihan ibu pos operasi, sebagaimana menurut teori mobilisasi dini ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing

42

61

penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan (UNPAD, 1983).

Mobilisasi dini dilakukan oleh semua ibu pos partum, baik ibu yang mengalami persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan dan mempunyai variasi tergantung pada keadaan umum ibu, jenis persalinan atau tindakan persalinan. Adapun manfaat dari mobilisasi dini antara lain dapat mempercepat proses pengeluaran lochea dan membantu proses penyembuhan luka (Manuaba, 1999).

Selain mobilisasi dini yang sudah dapat ibu lakukan, dari hasil penelitian partisipan mengatakan sudah bisa merawat bayinya seperti memangku, menyusui walaupun masih harus dibantu oleh orang lain baik suami atau perawat.

5. Proses pemulihan yang ibu alami setelah pulang dari rumah sakit

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa ibu yang melahirkan anak pertama mereka secara seksio sesarea sudah dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Tetapi, ada juga yang aktivitasnya sangat terhambat. Proses penyembuhan yang ibu alami pos operasi ada yang berjalan lancar, ada juga yang berjalan lambat.

Aktivitas yang dapat ibu lakukan pos operasi antara lain ibu sudah bisa berdiri, jongkok, dan berjalan untuk ke kamar mandi walaupun masih sulit untuk dilakukan

Dokumen terkait