• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebelumnya belum terfikir dibenak saya meneliti tentang judul skripsi yang saya ajukan ini. Hal ini muncul saat semester 7, saran judul skripsi ini saya dapat setelah berdiskusi ringan mengenai masalah pergerakan partai-partai politik di ruangan rapat Komisi Pemilihan Umum Kota Medan oleh salah seorang senior satu tingkat diatas saya yaitu Bendri Ritonga. Sebelumnya dia menyinggung soal agama dan politik, dan lantas beliau melanjutkan bicaranya dan mengatakan menaruh apresiasi dan simpatik mengenai sebuah partai politik Islam khususnya kepada Partai Keadilan Sejahtera, dimana tanpa sadar ternyata ia paham bahwa perkumpulan-perkumpulan mahasiswa yang dilakukan di masjid-masjid kampus khususnya di Universitas Sumatera Utara juga menjadi wadah pergerakan beberapa organisasi Islam yang dibelakangnya di design oleh sebuah partai politik Islam yang lahir dari aktivis-aktivis muda yang suka duduk dan berdiskusi di masjid khususnya, dan dari bagian organisasi itu, perempuan-perempuan

yang berjilbab panjang yang terulur hingga ke bawah dada merupakan bagian dari kader-kader Partai Keadilan Sejahtera atau yang disingkat dengan PKS.

Perkumpulan-perkumpulan itu ternyata bukan sekedar membaca ayat

suci Al-Qur‟an saja, tetapi membahas hal-hal keilmuan seperti pelatihan

jurnalistik, sejarah pergerakan pemuda dalam melawan rezim otoriter dan zalim, pelatihan menjadi wirausahawan muda, tak lupa juga khususnya ilmu-ilmu pengetahuan Islam juga seperti sejarah pergerakan Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama Islam dimuka bumi, dan aktivitas-aktivitas yang

harus sesuai dengan tuntunan syari‟at Islam yang disebut dengan ilmu fiqih.

Kegiatan itu semua dipimpin dan dibina oleh para alumni-alumni kampus yang sebagian telah bekerja dan meniti karir di PKS.

Di masyarakat umum juga tedapat lingkaran-lingkaran pengajian yang PKS terapkan berbeda dari pengajian yang biasanya masyarakat umum lakukan seperti wirid yasin, namun pengajian tersebut disebut dengan

halaqah/liqo’. Pembahasannya juga tak jauh berbeda yang dilakukan diranah

kampus seperti membahas sejarah-sejarah para nabi terdahulu, sejarah pergerakan nabi, para sahabat dan tokoh setelahnya dalam menyebarkan agama Islam dan pembahasan tentang pergerakan dan perjuangan umat Islam di dalam negeri dan luar negeri khususnya Timur Tengah seperti Palestina, Mesir, Turki, Irak dan lainnnya.

Saya pun sadar, ternyata saya juga bagian dari pengajian halaqah/liqo

yang di design oleh PKS dan termasuk dalam kategori kader pemula (tamhidi).Dengan adanya latar belakang saya yang menjadi bagian insider

PKS menjadi modal awal yang bagus untuk saya dapat membangun rapportkepada para kader-kader yang tingkatnya diatas saya, dan sekaligus

belajar menjadi outsider (sebagai peneliti).

Kronlogis saya menjadi bagian dari PKS dimulai pada tahun 2013 yang kebetulan saya suka ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan keagamaan di kampung halaman saya.Pertemuan saya dengan seorang murabbi sekaligus kader PKS terjadi di Masjid Al-Ikhlas yaitu Bang Hendrik atau yang akrab disapa dengan Bang Koko.Beliau juga pengurus Rumah Baca Ulinnuha di kampung halaman saya di Kelurahan Rejo. Beliau mengajak saya untuk ikut mengaji di Rumah Baca yang ia jaga setiap hari rabu di malam harinya. Tidak ada hal-hal yang berbau politik dan partai saat pertama kali kami memulai pengajian. Dalam lingkaran pengajian tersebut kami terdiri dari 6 orang yaitu: Adji, Pra Wiro, Hasan Basri, Bang Sutikno, Dodi, dan saya sendiri. Kami semua berbeda latar belakang kehidupannya, ada yang masih sekolah menengah atas, karyawan dan mahasiswa.

Selama di liqo‟an tidak pernah ada Bang Koko menampakkan atau

memunculkan simbol-simbol PKS di dalam pengajian (liqo) kami, kami selalu membahas hal-hal yang berbau ibadah personal, karena di dalam diri yang taat kepada Tuhan akan menghasilkan para pejuang dan pemimpin yang

suci dan baik nantinya. Ibadah itu disebut dengan amalan yaumiyah.Contoh

amalan itu seperti mengerjakan sholat lima waktu dengan tepat waktu khususnya di masjid bagi laki-laki, memperbanyak sholat dhuha dan sholat tahajjud, membaca Al-Qur;an dan menghafal juz 30 dan berinfaq.

Disela-sela liqo’an kami juga sering diajak mabit (malam bina iman dan taqwa) atau dalam istilah bahasa Indonesianya adalah bermalam dan tidur di masjid bersama orang-orang diluar kampung halaman kami disebuah

masjid yang besar, dimana mabit ini diikuti oleh banyak orang dan diisi

dengan ceramah-ceramah agama.Pernah mabit ini diisi ceramah oleh seorang

tokoh yang terkenal dari PKS seperti Pak Gatot Pujo Nugroho, Tifatul Sembiring dan Ikrimah Hamidy.Namun nalar saya belum sampai kesana

bahwa ada unsur-unsur partai dalam mabit tersebut. Saya hanya menikmati

ceramah-ceramahnya saja dan kebetulan para tokoh tersebut tidak membawa pembicaraan mengenai partai dan jati diri mereka bernaung di partai apa.

Selain itu disela-sela liqo kami juga beberapa kali diajak oleh Bang

Koko berwisata dan berlibur atau yang disebut dengan rihlah dalam lingkaran

tarbiyah PKS ini, juga bermain futsal setiap malam minggu bersama orang-orang yang banyak mengenakan seragam PKS.Disini mulai timbul pemikiran saya bahwa saya berada di perkumpulan kader-kader PKS dan saya juga pernah bermain futsal bersama tokoh-tokoh besar PKS yang saya sebutkan diatas.Juga kami sering diajak ke seminar-seminar keagamaan, aksi solidaritas kepada Palestina di Masjid Agung Medan.

Hal yang mulai tampak terlihat jelas adalah pada tahun 2014 tepatnya tahun pemilu, kami yang memiliki waktu luang diajak untuk ke Hotel Tiara Medan, namun Bang Koko tidak member tahu kami ada acara apa, yang pasti

beliau bilang ada pertemuan-pertemuan dengan kader-kader liqo diseluruh

jelas spanduk panjang yang bertuliskan “Konsolidasi Kader dan Pembekalan Calon Anggota Dewan Bersama Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Anis Matta”.

Semua tersusun rapi tanpa ada pengakuan secara eksplisit dari Bang Koko bahwa kami merupakan bagian dari internal dan kader-kader dakwah PKS dan kami harus pahami sendiri semua makna yang tersirat selama ini yang tak pernah beliau katakan.

Setelah panjang lebar membahas sampul dari sebuah kegiatan-kegiatan yang dilakukan beberapa organisasi Islam tersebut, saya mulai faham bahwa ilmu Antropologi itu luas kajiannya.Hal itu dapat dilihat dari sekelompok manusia yang berkumpul dan memilki tujuan bersama dan bernaung dalam sebuah organisasi merupakan bagain dari budaya manusia.

Dokumen terkait