• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera (Studi Etnografi Antropologi Politik Tentang Sistem Kaderisasi PKS di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera (Studi Etnografi Antropologi Politik Tentang Sistem Kaderisasi PKS di Kota Medan)"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Partai politik atau yang sering disebut juga dengan parpol merupakan

sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses

pengelolaan negara. Dewasa ini, parpol sudah sangat akrab di lingkungan

kita.Sebagai lembaga politik, partai bukan sesuatu yang ada dengan

sendirinya.Kelahirannya mempunyai sejarah yang cukup panjang, meskipun

belum cukup tua.Dapat dikatakan parpol merupakan organisasi yang baru

dalam kehidupan manusia, jauh lebih muda di bandingkan dengan organisasi

negara.

Menurut Mirriam Budiardjo (2008: 397), sebagai subjek penelitian

ilmiah, parpol tergolong relatif muda. Baru pada awal abad ke-20 studi

mengenai masalah ini dimulai. Sarjana-sarjana yang berjasa mempelopori

antara lain adalah M.Ostrogorsky (1902), Robert Michels (1911), Maurice

Duverger (1951), dan Sigmund Neumann (1956).

Parpol pada awalnya lahir di negara-negara Eropa bagian barat. Dengan

meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu

diperhitungkan dan diikutsertakan dalam proses politik, maka parpol telah

lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di

satu pihak dan pemerintah di lain pihak.

Pada awal perkembangannya, pada akhir abad 18 di negara-negara Barat

(2)

kelompok-kelompok politik dalam parlemen.Kegiatan ini mula-mula bersifat elitis dan

aristokratis, mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap

tuntutan-tuntutan raja.

Di negara-negara berkembang, keadaan politik sangatlah berbeda satu

sama lain, demikian pula keadaan partai politiknya menunjukkan banyak

sekali variasi. Kecuali di beberapa negara yang berlandaskan komunisme,

seperti Korea Utara, partai-partai politik umumnya lemah organisasinya dan

jarang memiliki dukungan massa yang luas dan kukuh (dalam Mirriam

Budiardjo, 2008:398).

Eksistensi parpol di Indonesia sebagai organisasi politik menunjukkan

perkembangan yang semakin meningkat peranannya, baik secara kualitas dan

kuantitas.Selaras dengan perkembangannya, parpol memerlukan sistem yang

modern, sehingga menghasilkan organisasi politik yang bisa bertahan di

kancah perpolitikan nasional yang serba penuh pertarungan sengit.Untuk

menghasilkan parpol modern, maka diperlukan sistem kaderisasi yang

mumpuni.

Pada umumnya parpol juga diharapkan akan melaksanakan

fungsi-fungsinya seperti di negara-negara yang sudah mapan kehidupan politiknya.

Ia diharapkan menjadi alat penting untuk mengorganisir kekuasaan politik,

memengaruhi keputusan-keputusan pemerintah serta turut melaksanakannya,

menghubungkan secara efektif ke masyarakat umum dengan proses politik,

merumuskan aspirasi dan tuntutan rakyat serta memasukkannya ke dalam

(3)

Satu peran yang sangat penting di harapkan dari parpol adalah sebagai

sarana untuk mengembangkan integrasi nasional dan memupuk identitas

nasional, karena negara-negara baru sering dihadapkan pada masalah

bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan, daerah, serta suku bangsa

yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya menjadi satu bangsa.

Parpol hadir di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan untuk

memperoleh dan mempertahankan kekuasaan yang diwujudkan melalui

program-program yang disusun berdasarkan ideologi partai. Salah satu cara

yang digunakan suatu parpol untuk mendapatkan dan mempertahankan

kekuasaan adalah ikut serta dalam pemilihan umum. Oleh sebab itu, parpol

harus menyediakan kader-kader yang qualified untuk bertarung.

Di sisi lain, parpol juga berfungsi memperbincangkan dan

menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijakan –kebijakan pemerintah.

Dengan demikian terjadi arus informasi dan dialog dua arah, dari atas ke

bawah dan dari bawah ke atas. Oleh karena itu parpol memainkan peran

sebagai penghubung antara yang memerintah dan yang diperintah. Peran

partai sebagai jembatan sangat penting, karena disatu pihak, kebijakan

pemerintah perlu dijelaskan kepada semua kelompok masyarakat , dan di

pihak lain pemerintah juga harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat..

Rekrutmen politik atau representasi politik memegang peranan

penting dalam sistem politik suatu negara. Karena proses ini menentukan

orang-orang yang akan menjalankan fungsi-fungsi sistem politik negara itu

(4)

tujuan suatu sistem politik yang baik tergantung pada kualitas rekrutmen

politik.Kehadiran suatu partai politik dapat dilihat dari kemampuan partai

tersebut melaksanakan fungsinya.Salah satu fungsi yang terpenting yang

dimiliki parpol adalah fungsi rekrutmen politik (Taupik Azhari, 2014:6).

Rekrutmen politik merupakan seleksi, pemilihan atau seleksi

pengangkatan seseorang untuk melaksanakan sejumlah peranan di sistem

politik dan sistem pemerintahan. Dalam rekrutmen politik, parpol umumnya

memiliki cara sendiri dalam perekrutan calon anggota. Menurut Drs. Fautisno

Cardoso Gomes (1995: 105) mengatakan bahwa rekrutmen merupakan proses

mencari, menemukan dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam

suatu organisasi1.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lahir dari gerakan tarbiyah2 dari

beberapa kampus di Indonesia. Gerakan Tarbiyah sendiri awalnya lebih

berfokus sebagai gerakan dakwah yang muncul di awal 1980-an di Era Orde

Baru. Gerakan tarbiyah bisa difahami sebagai alternatif dari berbagai gerakan

Islam. Untuk memahami di mana letak PKS dalam peta gerakan Islam lain

maka setting politik saat itu perlu dicermati. Di sini perlu diingat bahwa

penguasa Orde Baru melakukan represi hambatan terhadap aktivitas Islam

politik. Islam politik adalah kecenderungan sebagian muslim yang aktif di

sektor politik dengan membawa aspirasi agama Islam.

Partai ini lebih dikenal dengan partai dengan istilah partai dakwah

karena dakwah merupakan kegiatan yang mengajak orang kepada hal-hal

1

Imaduddin Rahmat (2012), Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen (hal: 278).

2

(5)

yang baik terutama dalam hal ibadah.Dakwah merupakan usaha sadar

mentransformasikan masyarakat untuk terus-menerus kearah yang lebih baik

lagi dengan menekankan tiga komitmen (komitmen moral, komitmen spiritual

dan komitmen aktivitas).

Politik sebagai media dakwah merupakan politik yang ditarik ke ranah

aspek agama Islam dalam ranah amanah yang didasari untuk membangun

kemaslahatan seluruh penduduk yang diajak kerjasamanya dalam

mempraktekkan kebaikan.Politik tidak semata untuk mencari kepentingan

pribadi atau kelompok semata. Akan tetapi, politik sebagai alat untuk

menegakkan syariat Islam dengan cara membangun, mengatur dan

membimbing segala aktivitasnya tidak keluar darisyariat Islam. Politik

sebagai media dakwah yang jelas bukan politik yang sekuler,tapi politik

sebagai komitmen untuk menjungjung tinggi syariat Islam. Ciri khas politik

sebagai media dakwah antara lain, menegakkan kejujuran, keterbukaan,

keberanian mengemukakan kebenaran dan menyalahkan yang salah (bathil)

serta penuh tanggung jawab3. Dalam berpolitik selalu berfungsi bagi tujuan

nilai-nilai Islam. Jadi cara berpolitiknya tidak boleh lepas dari syariat Islam.

Reformasi pasca Orde Baru telah menghidupkan kembali

demokrasi.Pertumbuhan parpol pada masa itu tidak terhindarkan lagi, sebab

parpol merupakan pilar dari demokrasi yang ada di dalam suatu negara

modern. Ada beberapa partai yang berdiri setelah Orde Baru, diantaranya

3

(6)

adalah Partai Keadilan4. Hal itu terbukti pada Pemilu tahun 1999 yang telah muncul 48 parpol, termasuk di dalamnya ada beberapa partai Islam. Situasi

ini mempengaruhi kembali aktifnya anak muda khususnya untuk

berpartisipasi dalam kancah perpolitikan.Kalangan mahasiswa di kampus

mulai mendirikan partai politik, yaitu Partai Keadilan yang disingkat dengan

PK.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu parpol yang

memiliki basis Islam sebelumnya bernama Partai Keadilan (PK) merupakan

salah satu partai yang masih bisa dikatakan baru eksis dikancah perpolitikan

nasional ini memiliki sejarah yang menarik.Parpol ini didirikan atas

usulan-usulan generasi muda kampus yang ada di Universitas Indonesia.

Pada 9 Agustus 1998, Partai Keadilan (PK) berdiri dengan

memunculkan Dr. Nur Mahmudi Ismail lulusan Amerika Serikat sebagai

presiden PK serta Dr. Hidayat Nur Wahid lulusan Madinah sebagai ketua

rapat (syuro). Namun, boleh jadi saat itu tidak banyak yang mengetahui sosok

penting dibelakang berdirinya PK, yakni Hilmi Aminuddin. Sosok Hilmi

Aminuddin tidak bisa dilepaskan dari gerakan tarbiyah (perkumpulan yang

membahas tentang keilmuan dan agama). Beliau bersama tiga orang

sahabatnya yang sama-sama alumni Universitas Madinah di Arab Saudi yakni

Salim Segaf Al-Jufri, Abdullah Baharmus dan Almarhum Encep

Abdussyakur mulai merintis aktivitas tarbiyah di Indonesia pada awal tahun

1980. Sepanjang dekade 1980-an gerakan tarbiyah masih menampakkan diri

4

(7)

sebagai gerakan keagamaan. Gerakan tarbiyah terorganisir rapi ini juga meningkatkan jumlah anggota dalam upaya merebut kepemimpinan di

lembaga-lembaga kampus, sehingga pada awal tahun 1990-an gerakan

tarbiyah memimpin Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di banyak perguruan tinggi paling bergengsi di Indonesia.

Dalam Mirriam Budiardjo (2008: 399), pimpinan partai yang biasanya

sangat sentralitas menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan

mengadakan saringan terhadap calon anggotanya dan memecat anggota yang

menyimpang dari garis partai yang telah ditetapkan. Maka dari itu partai

semacam itu sering dinamakan Partai Kader, Partai Ideologi, atau Partai Asas

(Sosialisme, Fasisme, Komunisme, atau Sosial Demokrat).Partai mempunyai

pandangan hidup yang digariskan dalam kebijakan pimpinan dan berpedoman

pada disiplin partai yang ketat dan mengikat.

Hal yang melatarbelakangi saya untuk meneliti pola kaderisasi Partai

Keadilan Sejahtera di Kota Medan karena pada partai ini memiliki sistem

perkaderan yang dapat dikatakan bagus, menarik dan

berkesinambungan.Dimana PKS menggunakan dua jalur strategi (double

track strategy) yaitu diranah universitas-universitas dan masyarakat umum dalam pengkaderannya.Selain itu, partai ini dapat dikatakan sukses di kancah

perpolitikan nasional meski termasuk partai baru berdiri. Hal ini dapat dilihat

dari perolehan hasil Pemilu secara berkala yang diikuti PKS dari tahun 1999

memperoleh suara 1,36%, Pemilu 2004 memperoleh suara 7,34%, Pemilu

(8)

6,79%.Manajemen sistem perekrutan dilakukan dengan swadah yang disebut

dengantarbiyah.Tarbiyahini merupakan salah satu metode dalam perekrutan

kader. Kurikulum dan materi yang dibuat oleh senior-senior partai PKS

sendiri melalui refrensi buku-buku tokoh-tokoh besar Islam yang pernah dan

memimpin daerah atau negara, seperti Hasan Al-Banna (Mesir) dan Sayyid

Quthb (Mesir) diamana hasil karya-karyanya tulisnya menjadi bacaan dan

rujukan dalam proses pengkaderan partai5. Kurikulum ini kemudian diajarkan

kepada anak-anak didiknya yang dipimpin oleh seseorang yang disebut

dengan Murabbi.6Tarbiyah PKS sendiri mengadopsi pemikiran-pemikiran

tokoh-tokoh melalui refrensi-refrensi yang dipakainya. Hasil dari perekrutan

kader bisa menghasilkan sebuah modul atau kurikulum untuk dipelajari oleh

kader.

Selain itu parpol ini juga banyak menggunakan kata serapan dari

bahasa Arab dalam proses pengkaderan dan pendidikan yang dilakukan untuk

para calon kader dan kader-kadernya seperti dakwah, tarbiyah, manhaj

rihlah, usrah, halaqah dan masih banyak yang lainnya. Hubungan bahasa dengan kebudayaan dikaitkan lebih erat lagi.Menurut Levi-Strauss (dalam

Robert Sibarani, 1972:68) dikaitkan bahwa bahasa merupakan hasil

kebudayaan. Artinya, bahasa dipergunakan atau diucapkan oleh suatu

kelompok masyarakat atau kelompok adalah suatu refleksi atau cerminan

keseluruhan kebudayaan masyarakat/kelompok tersebut. Pada pelaksanaan

5

http://www.rmol.co/read/2013/07/04/117138/Jubir-PKS:-Kita-Hanya-Punya-Hubungan-Hati-dengan-Ikhwanul-Muslimin-di-Mesir-

6

(9)

upacara ritual dalam suatu kebudayaan tertentu, misalnya selalu ada interaksi

manusia yang membutuhkan komunikasi dan ada juga ungkapan ritual, yang

masing-masing menggunakan bahasa. Peristiwa budaya semacam ini akan

menghasilkan bahasa.

Selain itu, banyak hal yang dapat dikatakan kompetibel dalam

berbagai aspek sistem partainya, seperti dalam pemilihan ketua umum partai,

tidak pernah terdengarnya isu gojang-ganjing politik uang, karena mekanisme

pemilihan ketua umum partai yang buttom-up, perekrutan bakal calon

legislatif dari hasil rapat struktural partai dan penjaringan murrabbi

(guru/senior) tanpa “tunjuk tangan” dan kekayaan yang dimiliki kader

ataupun bakal calon legislatif.PKS telah melakukannya dengan cara Pemira

(Pemilihan Raya) dari suara kader inti di PKS di Indonesia saat Lutfi Hasan

Ishaq tersangkut kasus import daging pada tanggal Januari 2013 dan selang

sehari pada tanggal 1 Februari 2013 secara resmi PKS mengumumkan Anis

Matta menjadi ketua umum partai tanpa adanya konflik ataupun keributan

memperebutkan jabatan ketua umum partai, tidak pernah mencuatnya isu

trend darah biru dalam memilih elit partai dan tidak adanya kalangan artis

yang merapat ke PKS disaat menjamurnya trend ini di berbagai parpol saat

mendekati Pilkada ataupun Pemilu7.

Musyawarah kader inti gerakan tarbiyah pada tahun 1998 yang saat

itu berjumlah 3000 orang di seluruh Indonesia diselenggarakan untuk

memilih apakah akan menjadi partai politik atau organisasi. Sebanyak 72%

7

(10)

kader setuju untuk membentuk partai politik, sementara 28% ingin

mendirikan organisasi yang kini dikenal dengan dengan organisasi KAMMI

(Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).

Organisasi eksternal kampus KAMMI muncul sebagai salah satu

organisasi yang vokal menyuarakan tuntutan reformasi dipimpin oleh Fahri

Hamzah, menurunkan Presiden Soeharto.Sejalan setelah lengsernya Soeharto

pada 21 Mei 1998, para tokoh organisasi KAMMI telah mempertimbangkan

berdirinya sebuah partai Islam. Partai tersebut di beri nama Partai Keadilan

disingkat PK. Meskipun tokoh elit KAMMI memiliki kontribusi dalam

pembentukan Partai Keadilan (PK), KAMMI dan PK secara tegas

menyatakan bahwa tidak memiliki hubungan formal.

PKS melalui bidang Kepanduan dan Olahraga yang berada sejajar

dengan bidang teritorial dan badan-badan lainnya dibawah presiden telah

mengembangkan berbagai organisasi kepanduan yang berfungsi sebagai

“sayap partai” yang berafiliasi secara formal dengan partai seperti Garuda

Keadilan, organisasi pemuda Gema Keadilan, Yayasan Pemuda dan pelajar

Asia Pasifik (YPPAP), serta Gugus Tugas Dakwah Sekolah (GTDS). Di

bidang Kebijakan Publik mengurusi teritorial politik dan berhubungan dengan

kelompok pemikir yang berafiliasi formal dan tidak formal dengan PKS,

antara lain Serikat Pekerja Keadilan (SPK), Perhimpunan Petani Nelayan

Sejahtera Indonesia (PPNSI), Central for Indonesian Reform (CIR), Pusat

(11)

Studies (INFES), Institute of Students and Youth for Democracy (INSYD)

dan Yayasan Pengembangan Sumber Daya Pemuda (CYFIS)8.

Partai Keadilan di deklarasikan di masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru,

Jakarta pada tanggal 20 Juli 1998 dan mengangkat Nurmahmudi Isma‟il

sebagai presiden pertamanya. Di pemilihan umum legislatif tahun 1999, PK

mendapat suara sebanyak 1.436.565 suara atau sekitar 1,36% dari total

perolehan suara nasional dan mendapatkan 7 kursi di Dewan Perwakilan

Rakyat9. Meskipun demikian, PK gagal memenuhi ambang batas parlemen

sebesar dua persen, sehingga partai ini melakukan stembus accord dengan 8

partai politik berbasis islam lainnya pada bulan Mei 1999. Karena kegagalan

PK memenuhi ambang batas parlemen di pemilihan umum selanjutnya,

menurut regulasi pemerintah, mereka harus menganti nama. Pada 2 Juli 2002,

PK menyelesaikan seluruh verifikasi di Departemen Hukum dan HAM di

tingkat Dewan Pimpinan Wilayah dan di tingkat Dewah Pimpinan Daerah

dan pada tanggal 20 April secara resmi PK berubah nama menjadi Partai

Keadilan Sejahtera (PKS).

Aspek utama dalam jaringan tarbiyah PKS adalah masjid

kampus.Masjid kampus menjadi fokus kelembagaan jaringan sosial dan

keagamaan kelompok tarbiyah.Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang

merupakan perkumpulan organisasi mahasiswa yang beragama Islam sendiri

8

Muhtadi, Burhanuddin (2012). Dilema PKS: Suara dan Syariah. Jakarta, Indonesia: Kepustakaan Populer Gramedia (hal:137)

9

(12)

dijadikan wadah formal para aktivis dakwah10 melalui rekrutmen besar-besaran pada mahasiswa baru khususnya yang beragama Islam.Terakhir,

jaringan sumber daya tarbiyah memiliki hubungan dengan organisasi

pergerakan KAMMI (Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia).Pembentukan

organisasi KAMMI dalam perjuangan saat masa reformasi merupakan

organisasi yang sumber daya manusianya mengambil peran dalam peran

pembentukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam memperjuangkan

cita-cita sosial dan politiknya11.Selain di ranah formal seperti kampus-kampus,

PKS juga melakukan perekrutan kader di tengah masyarakat umum dengan

sistem pengajian atau dalam bahasa Arabnya liqo, dan halaqah.Dalam liqo

dan halaqah ini hal-hal yang dibahas dibalut dengan pelajaran-pelajaran keilmuan Islam, sejarah perjuangan pergerakan para tokoh-tokoh besar dari

negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Mesir, Palestina, Turki dan lainnya

serta sejarah para nabi, tokoh-tokoh besar islam dan menghapal ayat suci

Al-Qur‟an.

Disela-sela pengajian tersebut, jika ada waktu luang ataupun uang kas

pengajian, seorang murrabi akan mengajak para mutarabbinya untuk

berekreasi atau disebut dengan rihlah .Hal ini dilakukan baik di ranah

pengajian kampus maupun di pengajian masyarakat umum agar terjalinnya

ikatan batin dan emosional yang lebih dekat dan akrab.

10

Aktivis dakwah adalah individu/kelompok yang aktif bergerak dibidang sosial,politik dan keagamaan dalam Islam di ranah kampus ataupun masyarakat.

11

(13)

Menurut Mujani dan Liddle mengenai partai-partai Islam dan

demokrasi juga menunjukkan bahwa sejauh ini PKS melakukan “strategi dua

jalur (double-track strategy), dengan memperluas jejaring kader melalui

rekrutmen baru di kampus-kampus sambil terus memperluas jangkauan

pesannya melalui partisipasi politik di tingkat pemerintahan pusat dan

daerah.Pengkaderan di kampus-kampus sangatlah penting karena selain

berdakwah dikampus, juga mencari bakat-bakat mahasiswa yang memiliki

kognitif yang baik untuk di rekrut kedalam partai nantinya (dalam

Burhanuddin Muhtadi, 2008: 9).

Sistem rekrutmen PKS dilakukan dengan dua cara yaitu, rekrutmen

fardhi dan jama’i. Rekrutmen fardhi dilakukan oleh anggota tarbiyah PKS

terhadap beberapa orang mahasiswa ataupun binaannya di dalam tarbiyah

secara berkesinambungan melakukan pendekatan emosional, sedangkan

rekrutmen jama’i dilakukan secara kolektif dengan formal dan informal atau

yang sering kita kenal perekrutan langsung seperti partai-partai lainnya tetapi

disisi lain PKS melakukan rekrutmen kader dari orang-orang yang berlatar

belakang yang non-tarbiyah, baik yang beragama Islam maupun yang

non-Islam.

Keputusan pemimpin tarbiyah menuju menjadi partai politik

merupakan sikap keberanian dan komitmen yang tinggi, karena dari

keputusan tersebut penuh resiko. Hal ini jika dilihat dari ormas lain yang

tidak berani untuk berpartisipasi dalam ranah politik nasional seperti HTI,

(14)

mereka tidak mau ikut serta dengan alas an karena demokrasi merupakan

produk barat12. Karena keberaniannya ini sekarang menjadi salah satu partai

yang berkembang di Indonesia mendapatkan suara yang cukup banyak di

pemilihan legislatif di berbagai kota dan kabupaten. Perkebangannya di

berbagai wilayah semakin tersebar, apalagi di kota Surabaya yang kadernya

semakin banyak yang terdiri dari anak muda13.

Sebagai organisasi politik bertaraf nasional, PKS memiliki sebuah

struktur-struktur yang memiliki peran dan fungsinya masing masing atau

yang disebut struktural fungsional.Struktur oganisasi PKS mengikuti struktur

pemerintahan yang ada di Indonesia yang memiliki tingkatan dari pusat

sampai tingkat daerah.Untuk tingkat paling atas partai disebut dengan Dewan

Pimpinan Pusat (DPP).

Provinsi Sumatera Utara memiliki 33 Kabupaten/Kota, hal itu sama

seperti PKS, dimana PKS juga memiliki 33 DPD di Provinsi Sumatera Utara

ini. DPD PKS Kota Medan dipimpin oleh ketua umum yang bernama

H.Salman Alfarisi, Lc. M.A, sekertaris dipegang oleh Irwansyah, S.Ag, S.H,

bendahara dipegang oleh Dhiyaul Hayati, S.Ag, M.Pd dan Ketua Bidang

Kaderisasi adalah Hamzah Sagimun, Lc.

Terlihatnya sinergitas yang kokoh dan kompak sebagai konsolidasi

para kader untuk tetap konsisten dan komitmen juga dapat dilihat dari

struktural partai, hal ini dikatakan oleh Sekertaris DPD PKS Kota Medan

pada tahun 2014, Abdul Rahim Siregar dalam kata sambutannya dalam

12Masdar Hilmy, “ Untung ada PKS ”

Jawa Pos, 5 Juli, 2013. (diakses 20 Mei 2015)

13Anik, “PKS Jaringan Pemilih Muda, PKB Pijat Penumpang”

(15)

Rakorda dan Pelatihan Kehumasan, yaitu” setiap kader adalah humas, akan

tetapi pengurus humas di setiap DPC harus menjadi ujung tombak, bangun

hubungan baik dengan para penggiat media dan aktifkan kembali akun-akun

sosmed di setiap DPC, kerja-kerja kita dipartai ini merupakan wahana

perjuangan, sehingga kami harapkan cirri-ciri jiddiyah (kesungguhan) tentu

harus selalu ada14.

Di sisi lain selama pengamatan penulis, lima tahun belakangan penulis

melihat, mayoritas kader-kader PKS berjiwa wirausaha di Kota Medan,

dimana para kader memiliki usaha sendiri seperti pemilik grosir makanan

atau jajanan, usaha butik dan pakaian, obat-obatan herbal, agen travel haji dan

lain-lain. Mungkin inilah salah satu faktor PKS ini dapat bertahan dan eksis di

kancah perpolitikan meski jumlah anggota legislatifnya tidak terlalu banyak

dibandingkan partai-partai berteraskan Islam seperti PKB, PPP, PBB dan

lainnya.

Dari paparan deskripsi diatas mengenai Partai Keadialn Sejahtera di

Kota Medan, penulis tertarik untuk mengkaji persoalan pengkaderan yang

tertata rapi dan berstruktur ini dapat dilakukan penelitian sebagai salah atu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik.

14

(16)

1.2 Tinjauan Pustaka

Menurut Koentjaraningrat (2009: 114) mendefinisikan kebudayaan

sebagai keseluruhan gagasan, pengetahuan, fikiran, tindakan dan hasil karya

cipta manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat. Dijadikan milik dari

manusia diperoleh melalui proses belajar dan pengalaman manusia. Sehingga

apa yang di dapat oleh manusia itu adalah melalui tahapan dari belajar dan

tersusun sedemikian rupa dalam mind (fikiran) manusia itu sendiri.

Kebudayaan tersebut memiliki 7 unsur antara lain meliputi: bahasa,

sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem peralatan

hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi dan kesenian.

Sebagai makhluk hidup yang selalu hidup bersama dan saling membutuhkan,

manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

yang mereka cari sendiri dan lakukan sendiri.Organisasi sosial adalah

perkumpulan lebih dari dua orang dan dibentuk oleh masyarakat baik yang

berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai

sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara15.

Organisasi politik yang merupakan bagian dari organisasi sosial memiliki

visi dan misi dari merupakan hasil pemikiran dari individu-individu

masyarakat merupakan strategi dalam aktivitas politiknya khususnya

merekrut masyarakat umum menjadi kader.Organisasi politik tidak berbeda

dengan organisasi-organisasi lainnya, karena di dalam organisasi politik juga

memiliki teori-teori yang menjelaskan tentang aspek-aspek organisasi yang

15

(17)

ada di ranah politik tersebut. Organisasi politik adalah organisasi atau

kelompok orang yang bergerak atau memiliki tujuan dalam hal kekuasaan dan

terlibat dalam proses politik formal seperti Pemilihan Umum dan Pemilihan

Kepala Daerah.

Menurut Schapera (dalam Ballandiers: xi) sendiri mendefiniskan

organisasi politik adalah aspek dari seluruh organisasi yang berkaitan dengan

penegakan dan pemeliharaan kemerdekaan intern maupun ekstern16. Hal ini

dapat dilihat bahwa dari parpol memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam

mendidik dan mengelola para kadernya sesuai dengan pola dan strategi yang

mereka miliki.

Organisasi politik dapat mencakup berbagai jenis organisasi seperti,

kelompok advokasi, yang melobi perubahan kepada politisi, lembaga yang

mengajukan alternatif kebijakan (think tank), partai politik dan kelompok

teroris yang menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan politiknya.

Namun pada dasarnya organisasi politik merupakan bagian dari suatu

kesatuan yang berkepentingan dalam pembentukan tatanan sosial pada suatu

wilayah oleh pemerintahan yang sah.Organisasi ini juga dapat menciptakan

suatu bentuk struktur untuk diikuti.

Sebagai suatu organisasi yang bergerak secara terorganir dan terstruktur,

PKS sebagai parpol yang berbasis dan berideologi Islam memiliki

acuan-acuan kurikulum yang berisikan doktrin-doktrin berupa nilai agama

Islam.Agama yang merupakan bagian suatu dari kepercayaan atau yang

16

(18)

disebut dengan religi dan supranatural.Meskipun bersifat abstrak,

kepercayaan ini memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pemikiran dan

mengatur tingkah laku manusia, termasuk juga interaksinya dengan manusia

lain, dan hubungan antara manusia dengan kekuatan supranatural tersebut

yang tak terlihat oleh mata.

Antropologi politik sebagai sebagai salah satu spesialis dari ilmu

antropologi, membahas pendekatan antropologi terhadap gejala-gejala politik

dalam kehidupan manusia.Pembahasannya meliputi teori-teori mengenai

perwujudan politik dalam kehidupan manusia serta sistem politik pada

masyarakat sederhana dan modern. Selain itu, antropologi politik juga

membahas bagaimana peran manusia di ranah politik, sebab dalam kehidupan

manusia tentu ada aktivitas-aktivitas yang mengatur, memberi arahan dan

perintah dari si-pemberi perintah (pemerintah) dalam tatanan kehidupan

bermasyarakat baik yang kompleks maupun yang tidak kompleks, seperti

antara tatanan kehidupan kota dan tatanan kehidupan desa. Dengan demikian,

cakupan pembahasan meliputi pula berbagai gejala politik dan organisasi

sosial dalam komuniti-komuniti masyarakat desa maupun kota.

Pengertian dasar mengenai kedua disiplin ini akan memudahkan

perumusan mengenai ruang lingkup antropologi politik dan ilmu politik.

Pendekatan-pendekatan antropologi politik dilakukan dengan pendekatan

objektif dikarenakan manusia yang merupakan objek dari penelitian dalam

ilmu antropologi politik.Sedangkan ilmu politik menyentuh aspek formal dari

(19)

administratif kelembagaan maupun kegiatan formal manusia di kancah

perpolitikan dalam persaingan mendapatkan kekuasaan dan pendekatannya

dilakukan dengan pendekatan subjektif dan formalis.

Secara tersirat dari istilah yang dipergunakan yaitu antropologi politik,

subdisiplin ini menempati wilayah kajian yang menjembatani disiplin

antropologi dengan ilmu politik. Ruang jembatan tersebut diisi dengan

titik-titik persentuhan dalam teori, konsep maupun metodologi dan pendekatan

yang dipergunakan.Dalam hal teori dan konsep, hubungan tersebut dapat

berupa “hubungan antara struktur dan masyarakat dengan struktur tebaran

kekuasaan dalam masyarakat” tersebut.Jadi dapat dikatakan bahwa jika antropologi merupakan kajian tentang struktur masyarakat dan pranata sosial,

dan ilmu politik secara umum memfokuskan kajiannya tentang pola pikir dan

prilaku manusia dalam mendapatkan kekuasaan.

Antropologi juga telah berpengaruh dalam bidang metodologi

penelitian ilmu politik, salah satu pengaruh yang sangat berguna dan terkenal

serta kini sering dipakai dalam ilmu politik ialah metode dan cara

pengamatan. Penelitian semacam ini memaksa sarjana ilmu politik untuk

menilai gejala-gejala kehidupan sosial “dari dan dalam” masyarakat menjadi

objek penelitiannya.

Dalam antropologi politik, antropologi mendefinisikan budaya politik

adalah sebagai sikap individu terhadap sistem politik dan kompenennya serta

(20)

sistem politik. Selain itu politik juga mempunyai orientasi yang menjadi

tujuannya, orientasi politik tersebut terbagi 3 antara lain:

1. Orientasi Kognitif, yaitu berisikan tentang pengetahuan, kesadaran

terhadap objek politik misalnya lambing negara, lambang partai

poilitik dan bentuk negara.

2. Orientasi afektif, yaitu berisi perasaan, emosi yang dimiliki oleh

individu terhadap sistem politik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya

prilaku aktif, kritisi-kritisi dan bahkan gejolak yang menggebu-gebu

terhadap ideology partai dimana individu itu berada.

3. Orientasi Evaluasi, yaitu merupakan aktivitas individu dalam

memandang fenomena dan gejala politik yang terjadi yang merupakan

merupakan tindakan sadar politik. Hal-hal ini meliputi standar nilai,

karakteristik informasi yang diterima dan sebuah partisipasi di dalam

aktivitas politik.

Partai politik dalam era modern dimaknai sebagai suatu kelompok yang

terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan

cita-cita yang sama. Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan politik

dan merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan

mereka. Sehingga dapat didefinisikan bahwa tujuan manusia berpolitik adalah

mencari kekuasaan yang memiliki pengertian:

a. Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau

(21)

kewenangan yang diberikan , kewenangan tidak boleh dijalankan

melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau

kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok

lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Mirriam Budiardjo, 2002).17

b. Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk

menimbulkan akibat-akibat terhadap orang atau barang.

c. Menurut Hume, kekuasaan hanyalah kemampuan untuk menimbulkan

akibat-akibat terhadap orang atau barang.

d. Menurut MG. Smith, kekuasaan sebagai kemampuan untuk bertindak

secara efektif terhadap orang atau barang, dengan mempergunakan

cara-cara yang berkisar dari bujukan (persuasi) hingga kekerasan.

e. Menurut Max Weber, kekuasaan adalah kemampuan yang terdapat

pada actor, didalam konteks hubungan sosial tertentu, memerintah

sebagaimana yang dikehendakinya sendiri18.

Dilihat dari pengertian tersebut, ada beberapa unsur penting yang ada

dalam partai politik, yaitu: orang-orang, ikatan antara mereka hingga

terorganisir menjadi satu kesatuan, serta orientasi nilai, cita-cita, tujuan dan

kebijaksanaan yang sama.

Beberapa pengertian partai politik menurut ahli partai politik adalah

sarana politik yang menjembatani elit-elit politik dalam upaya mencapai

kekuasaan politik dalam suatu negara yang bercirikan mandiri dalam hal

financial, memiliki platform atau haluan politik tersendiri, mengusung

17

Budiardjo, Miriam (2002); Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta: Gramedia (hal:398)

18

(22)

kepentingan-kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut

menyumbang political development sebagai suprastruktur politik.

Dalam rangka memahami partai politik sebagai salah satu komponen Infra

Struktur Politik dalam negara, berikut beberapa pengertian mengenai partai

politik menurut beberapa ahli:

1. Miriam Budiarjo (2008: 403) partai politik adalah suatu kelompok

yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,

nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh

kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik, biasanya

dengan cara konstitusional guna melaksanakan

kebijakan-kebijakan mereka.

2. Menurut Ramlan Surbakti (dalam Warjio, 2013:75) adalah sebuah

organisasi politik yang berakar umbi dalam masyarakat,

mempunyai ideologi, memiliki cawangan-cawangan di daerah,

mempunyai kegiatan yang berterusan, ikut di dalam pemilihan

raya dan mempunyai wakil di parlemen.

3. Georges Balandier: partai politik adalah alat utama modernisasi,

karena sifatnya sebagai inisiatif elit modernis, karena

organisasinya yang memberikan kontak lebih erat dengan

komunitas ketimbang yang dimiliki oleh negara19.

Partai politik juga memiliki fungsi, antara lain:

19

(23)

1. Partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka

ragam pendapat dan aspirasi masyarakat. Partai melakukan

penggabungan kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan

merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang teratur (interest

articulation). Rumusan ini dibuat sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan pada

masyarakat.

2. Partai sebagai sarana sosial politik, partai memberikan sikap,

pandangan, pendapat dan orientasi terhadap fenomena (kejadian,

peristiwa dan kebijakan) politik yang terjadi ditengah masyarakat.

Sosialisasi politik mencakup juga proses menyampaikan norma-norma

dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan partai

politik berusaha menciptakan image (citra) bahwa ia memperjuangkan

kepentingan umum.

3. Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik berfungsi

mencari dan mengajak orang untuk turut aktif dalam kegiatan politik

sebagai anggota partai.

4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Ditengah masyarakat

terjadi berbagai perbedaan pendapat, partai politik berupaya untuk

mengatasinya. Namun, semestinya hal ini dilakukan bukan untuk

kepentingan pribadi atau partai itu sendiri melainkan untuk

(24)

Pada penelitian ini, penelitiakan membahas tentang sistem kaderisasi

Partai Keadilan Sejahteradi Kota Medan, sehingga sebelum kita membahas

lebih jauh, alangkah baiknya kita dalam pengertian sistem.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah seperangkat unsur

yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk kesatuan yang

utuh20. Sedangkan berdasarkan historisnya, sistem berasal dari bahasa

Yunani, yaitu sustema yang berarti suatu kesatuan yang terdirin dari

komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran

informasi, materi atau energi.

Istilah sistem paling sering digunakan untuk menunjuk pengertian

metode atau cara dan sesuatu himpunan unsur atau komponen yang saling

berhubungan satu dengan yang lain dan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Istilah sistem itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu “systema” yang

berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara

teratur dan merupakan satu keseluruhan.

Dalam bukunya Tatang Amirin (1996) tentang pokok-pokok teori

sistem untuk mengetahui lebih lengkap, berikut ini beberapa pengertian

sistem menurut beberapa ahli, antara lain:

1. Elias Awad (1979:4) sistem merupakan sehimpunan komponen atau

sub sistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan rencana

untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.

20

(25)

2. Koontz dan O‟Donneell (1976:14) menunjuk sistem bukan hanya wujud fisik. Ilmu pengetahuan juga disebut sebagai suatu sistem yang

terdiri dari fakta, prinsip, doktrin dan sejenisnya.

Konsep pengertian sistem sebagai suatu metode ini dikenal dalam

pengertian umum sebagai pendekatan sistem (approach system).Pada

dasarnya pendekatan ini merupakan penerapan metode ilmiah di dalam usaha

memecahkan masalah.Atau “kebiasaan berfikir atau beranggapan bahwa ada banyak sebab terjadinya sesuatu” di dalam memandang atau menghadapi

polemik maupun mencari solusi.Pendekatan sistem berusaha menyadari

adanya kerumitan di dalam kebanyakan unsur sehingga terhindar dari

memandangnya sebagai sesuatu yang amat sederhana atau bahkan keliru.

Untuk mengetahui sistem atau bukan, kita dapat melihat dari ciri-cirinya.

Ada beberapa rumusan mengenai ciri-ciri sistem ini yang pada dasarnya satu

sama lain saling melengkapi. Pada umumnya ciri-ciri sistem itu antara lain:

1. Memiliki tujuan

2. Memiliki batas

3. Terbuka

4. Tersusun dari subsistem

5. Saling keterikatan dan saling ketergantungan

6. Melakukan transformasi

7. Memiliki mekanisme kontrol dan

(26)

Dengan adanya ciri-ciri sebuah sistem, sistem pada akhirnya tentu

memiliki tujuan, tujuan pokok dari sistem itu adalah menciptakan atau

mencapai sesuatu yang berharga, sesuatu yang mempunyai nilai, apa

wujudnya dan apa ukuran bernilai atau berharganya sesuatu yang menjadi

tujuan.

Sistem kaderisasi merupakan salah satu metode sebuah organisasi untuk

tetap dapat menjalankan aktivitas organisasi tersebut dengan adanya subjek

(individu) yang dituju dan objek (sasaran kelompok) untuk dijadikan anggota

ataupun kader.Karena kader merupakan bagian dari sub-sistem yang paling

vital sebuah organisasi itu dapat bergerak mencapai tujuannya.

Hal yang penting dalam sebuah sistem kaderisasi adalah pelaku

pengkaderan (subjek) dan kedua adalah sasaran kaderisasi (objek).Untuk

yang pertama, subjek sebagai pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah

sebuah kelompok orang yang diibaratkan dalam sebuah organisasi dan

kebijakan-kebijakan yang ada di internal yang melakukan sebuah

peregenerasian anggota, pengurus dalam pergerakan sebuah organisasi yang

berkelanjutan. Sedangkan yang kedua adalah objek dari kaderisasi, dengan

kata lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih dalam

merumuskan visi dan misi organisasi.

Dalam prspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial.

Pendekatan atau prspektif sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada di

(27)

dan memiliki hubungan yang relatif tetap diantara elemen-elemen

pemebntuknya21

Gabriel Almond, seorang tokoh ilmu politik mengungkapkan bahwa

sistem adalah kesatuan seperangkat struktur yang memilki fungsi

masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan sistem

politik adalah kesatuan (kolektivitas) seperangkat struktur politik yang

memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan suatu

negara.Pendekatan sistem politik ditujukan untuk memberikan penjelasan

yang bersifat ilmiah terhadap fenomena politik.Pendekatan sistem politik juga

ditujukan untuk menggantikan pendekatan klasik ilmu politik yang hanya

mengandalkan analisis pada negara dan kekuasaan.Pendekatan sistem politik

diinspirasikan oleh sistem yang berjalan pada makhluk hidup.

Dalam sebuah sistem terdapat struktur-struktur yang memiliki perannya

masing-masing.Struktur dalam hal ini adalah lembaga-lembaga yang

memiliki keabsahan dalam menjalankan suatu fungsi dalam sistem politik

khususnya. Dalam konteks sistem politik menurut Gabriel Almond, terdapat 3

struktur penting dalam sistem, yaitu input (pemasukan), output (pengeluaran)

dan proses. Struktur input bertindak selaku pemasok komoditas ke dalam

sistem politik, struktur proses bertugas mengolah masukan dari struktur input,

sementara struktur output bertindak selaku mekanisme pengeluarannya. Hal

ini mirip dengan organisme yang membutuhkan makanan, pencernaan, dan

metabolisme untuk tetap bertahan hidup. Berikut ini skema sistem:

21

(28)

Lingkungan

Input Tuntutan Sistem Politik KeputusanOutput

Dukungan Tindakan

Proses menghasilkanF eedback (umpan balik)

Sumber: Buku Sistem Politik Indonesia (dalam Anthonius Sitepu,

2004).

Partai politik bergerak karena adanya kader-kader yang memiliki

peran dan fungsinya masing masing. Kader Kader adalah orang atau

kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah

organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai “pemihak” dan

membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut (Nano Wijaya dalam

Taupik Azhar:2014). Dalam hal membantu tugas dan fungsi pokok organisasi

tersebut, seorang kader dapat berasal dari luar organisasi tersebut dan

biasanya merupakan simpatisan dan memiliki tujuan yang sama dengan

institusi organisasi yang membinanya.

Secara terminologis, definisi kaderisasi adalah pencetakan, sedangkan

definisi kader itu sendiri adalah orang yang dipercaya mampu melanjutkan

(29)

adalah proses, cara, atau perbuatan dalam usaha mendidik manusia yang

memiliki kompetensi tinggi yang mapan untuk menjalankan suatu amanah.

Kaderisasi merupakan usaha pembentukan seorang kader secara

berkelanjutan, terstruktur dalam organisasi yang biasanya mengikuti

silabus/kurikulum/manhaj tertentu. Kaderisasi secara harfiah memiliki

definisi sebagai pendidikan jangka panjang untuk pengoptimalan

potensi-potensi yang ada di dalam jiwa kader dengan cara mentransfer dam

menanamkan nilai-nilai tertentu, sehingga nantinya akan melahirkan dan

menciptakan kader-kader yang tanggung, bertanggung jawab dalam

meneruskan estafet kepengurusan dan tujuan organisasi.

Pasca lengsernya Presiden Soeharto yang otoriter dan korup dan

membawa harapan akhirnya membawa harapan baru dalam terbentuknya

partai-partai berbasis Islam setalah dimulainya sistem pemerintahan yang

lebih demokratis.Hal itu tercermin dari kebebasan mendirikan parpol.Tercatat

ada 48 partai baru yang mengikuti pemilu 1999 termasuk di dalamnya partai

Islam.Tercatat sejumlah parpol Islam yang saat ini (pernah) berada pada

peringkat 10 besar parpol di Indonesia memiliki sejarah kelahiran pada kurun

waktu 1998-1999.Beberapa diantaranya yaitu PPP, PKB, PAN, PBB dan

PKS.

Secara umum, parpol-parpol Islam pasca reformasi memiliki dua aliran

berbeda yang saling bertentangan.Aliran yang pertama menganut bahwa

syariat Islam22 harus diterapkan dalam sistem pemerintahan.Partai-partai yang

22

(30)

menganut aliran ini adalah Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).Sedangkan aliran

kedua menolak pengimplementasian syariat Islam dalam sistem

pemerintahan.Aliran ini dianut oleh dua parpol yang cukup besar yaitu Partai

Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa.23

Maka yang menjadi pilihan utama peneliti adalah Partai Keadilan

Sejahtera (PKS) khususnya di Kota Medan yang memiliki kultur budaya yang

beragam terutama dalam hal kaderisasinya. Dalam ini peneliti akan melihat

bagaimana PKS sebagai partai yang memasang Islam sebagai ideologinya

ditengah-tengah kota Medan yang memiliki kemajemukan di berbagai sisi

dan menguji konsep teori Van Ball dimana religi memiliki peran yang sangat

vital sebagai sarana menjalankan dan basis sakral kekuasaan dalam

menjalankan aktivitas politik dan memperoleh kekuasaan dimana religi

meliputi anggapan-anggapan baik yang implisit maupun yang eksplisit, yang

diterima kebenarannya dan berhubungan dengan realitas yang tidak dapat

dikaji secara empiris (dalam H.J.M Claessen, R.G Soekadjo, 1987: 51).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka fokus penelitian ini ialah

pada sistem kaderisasinya PKS di Kota Medan. Mengingat kajian ini

menggunakan pendekatan strukturasi sebagai salah satu ciri khas dari ilmu

antropologi dalam menggambarkan objek studinya, maka gambaran

23

(31)

penelitian tentang PKS ini akan tergambar dalam perumusan masalah yang

mencakup:

1. Bagaimanakah sistem kaderisasi di Partai Keadilan Sejahtera dalam

membina kader-kadernya menjadi kader yang solid khususnya di

daerah Kota Medan?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kaderisasi di PKS Kota

Medan?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan dan manfaat yang sangat

penting, karena melalui tujuan dan manfaat itulah maka suatu penelitian dapat

dimengerti dan dipahami.Tujuan penelitian ini salah satunya adalah untuk

mengetahui sistem kaderisasi PKS Kota Medan Kemudian penelitian ini juga

bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana sistem yang dilakukan oleh

DPD PKS Kota Medan.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah dan

mengembangkan wawasan keilmuan khususnya Antropologi. Kemudian

penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dalam proses pengkaderan suatu partai politik secara umum.

Secara lebih rinci, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk para

mahasiswa agar dapat mengetahui sistem suatu pengkaderan partai khususnya

PKS di Kota Medan sehingga para mahasiswa dapat menggunakan

(32)

juga diharapkan dapat bermanfaat bagi PKS Kota Medan dan sebagai refrensi

dalam memperbaiki lebih baik lagi mekanisme sistem pengkaderan di

beberapa parpol lainnya.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu tindakan seseorang yang dilakukan sistematis

dan mengikuti aturan-aturan metodologi, misalnya: Observasi, dikontrol

berdasarkan teori yang dapat diperkuat dengan gejala yang ada.

Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode

etnografi.Etnografi ditinjau secara harfiah berarti tulisan atau laporan tentang

suatu suku bangsa atau suatu kelompok masyarakat yang ditulis oleh seorang

antropolog atas hasil penelitian lapangan (field work) selama sekian bulan

atau sekian tahun.Penelitian antropologis untuk menghasilkan laporan

tersebut begitu khas, sehingga kemudian istilah etnografi juga digunakan

untuk mengacu pada metode penelitian untuk menghasilkan laporan tersebut.

Penelitian ini sendiri dilakukan di Kota Medan dan DPD PKS Kota Medan

jalan Sei Beras no.34, Medan sebagai lembaga partai yang bertanggung jawab

tingkat kota.

Etnografi, baik secara laporan penelitian maupun sebagai metode

penelitian, dapat dianggap sebagai dasar dan asal-usul ilmu antropologi.

Menurut James Spradley Berikut ini beberapa pengertian etnografi menurut

(33)

1. Margaret Mead berkata, antropologi sebagai sebuah ilmu

pengetahuan secara keseluruhan tergantung pada laporan-laporan

kajian lapangan yang dilakukan individu-individu dalam

masyarakat yang nyata hidup.

2. Cliffort Geertz mengatakan, jika anda ingin mengerti tentang

satu ilmu pengetahuan, pertama-tama seharusnya anda harusnya

tidak melihat teori-teori atau penemuannya, tetapi apa yang

dilakukan oleh praktisinya.

3. James Spradley sendiri mengatakan bahwa kajian lapangan

etnografi adalah tonggak antropologi kultural.

Jadi singkatnya, memahami etnografi berarti belajar tentang jantung

ilmu antropologi, khususnya antropologi sosial.Ciri khas dari metode

penelitian lapangan etnografi ini adalah sifatnya yang holistic-integratif, thick

description (deskripsi yang kental), dan analisa kualitatif dalam rangka

mendapatkan native’s point of view (sudut pandang hidupnya).

Seperti yang dikatakan oleh Spradley (2006: 108) etnografer harus

member perhatian khusus pada hubungan persahabatan di masing-masing

suasana budaya untuk mempelajari berbagai segi yang bersifat local, segi-segi

yang terikat pada budaya yang membangun hubungan.Membangun rapport24

yang baik terhadap informan sehingga bertujuan untuk mendapatkan

data-data yang diperlukan dalam penelitian serta membuat informan menjadi lebih

nyaman, tidak ragu dan merasa curiga kepada peneliti.Peneliti memposisikan

24

(34)

diri sebagai orang yang sedang belajar dan tidak mengetahui hal sistem

rekrutmen dan pola-pola pengkaderan yang dilakukan PKS di Kota Medan

dan menempatkan informan sebagai guru yang menjadi tempat bertanya.

Untuk menjalin rapport ini merupakan sutau keterampilan yang perlu

dilatih., cara-cara yang dilakukan dalam menjalin hubungan baik dengan

informan yaitu dengan terlebih dahulu memperkenalkan diri dan ikut di

agenda-agenda PKS Kota Medan dan melakukan tanya jawab kepada

informan.

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian ini adalah

observasi-partisipasi, dan juga wawancara terbuka dan mendalam yang

dilakukan dalam jangka waktu yang relatif, bukan kunjungan singkat dengan

daftar pertanyaan yang terstruktur seperti penelitian survey.

Dalam penelitian ini diperlukan data yang valid dan objektif sehingga

dibutuhkan suatu teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini agar mendapat data-data

di lapangan adalah dengan cara:

1.5.1.1Teknik Observasi Partisapasi (Observe of Partipatory)

Secara harfiah, observasi memiliki arti melihat dan

memperhatikan.Sedangkan partisipasi memiliki makna ikut dan turut serta

(35)

Observasi partisipasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dimana pengamat

ikut langsung terjun dan terlibat dalam agenda-agenda sosial dan keagmaan

yang dilakukan PKS Kota Medan sasaran objek yang diteliti.

Peneliti juga berusaha sedekat mungkin membangun rapport dengan

informan dengan menggunakan sudut pandang informan yang diteliti yang

disebut dengan emic view. Peneliti mencatat apa saja yang ditangkap dan

disaksikan. Catatan-catatan lapangan ini berfungsi sebagai alat bantu dalam

pengolahan data dan membantu untuk memperjelas data.

1.5.1.2Teknik Wawancara

Metode wawancara atau metode interview merupakan cara seseorang

untuk mengetahui informasi serta mencoba mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari seorang narasumber dengan cara bercakap-cakap

dan bertatap muka dan beramah-tamah.

Menurut Koentjaraningrat (1976), wawancara dalam suatu penelitian

yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam

suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu merupakan suatu

pembantu utama dari metode observasi.

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap

(36)

wawancara (guide interview) dimana peneliti dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Selanjutnya wawancara juga dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak

terstruktur, dan dapat dilakukan secara bertatap muka (face to face) maupun

tak langsung (Koentjaraningrat, 1976: 77).

Wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data dengan

menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun pertanyaan secara

sistematis dalam sebuah kertas ataupun lembaran-lembaran pedoman

pertanyaan. Maka pengumpulan data juga dapat menggunakan alat bantu

seperti brosur, kamera dan tape record dalam membantu berjalannya sebuah

wawancara.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara

sistematis dan pertanyaan-pertanyaan mengalir bebas dan terarah tanpa

melanggar etika wawancara kepada informan.

Informan adalah seseorang yang diwawancarai dan diharapkan

memberikan keterangan ataupun informasi mengenai hal-hal yang ingin

diketahui oleh si peneliti.Ada beberapa tipe informan seperti informan

pangkal, informan kunci dan informan biasa.Dalam penelitian pada ilmu

antropologi, biasanya menggunakan istilah informan ini kepada orang-orang

yang memberikan keterangan ataupun informasi.Dalam hal ini, responden

dan informan memiliki peran dalam hal memberikan informasi dan

(37)

Pak Razali Taat, S.Pd.I adalah informan pangkal yang membantu peneliti

dalam memberikan informasi awal tentang agenda-agenda PKS Kota Medan

dan mengarahkan peneliti kepada siapa saja kader yang memiliki pengalaman

dan rekam jejak di Kota Medan ini mengingat beliau juga kader PKS Kota

Medan dan kebetulan tetangga peneliti.

Selain itu wawancara yang dilakukan nantinya dilakukan melalui

percakapan-percakapan biasa dan sederhana.Meskipun percakapan biasa yang

dilakukan, peneliti tetap mengarahkan percakapan pada fokus pertanyaan

penelitian.Teknik wawancara ini dilakukan agar komunikasi antara subjek

peneliti dengan peneliti diharapkan agar tidak membuat subjek peneliti itu

merasa bosan.Selain itu, teknik ini dilakukan bertujuan untuk memperkuat

data yang sebelumnya didapat dari hasil observasi yang dilakukan oleh

peneliti25.

1.5.1.3 Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan untuk menganalisis makna yang ada di balik

data, informasi yang telah diperoleh dari informan.Data ini berasal dari

naskah wawancara, caratan lapangan, foto, dan buku-buku. Semua itu

dikumpulkan untuk menjadi kunci terhadap apa yang sudah di teliti.

Dalam hal ini, penelitian ini bersifat deskriptif.Penulisan deskriptif ini

bertujuan untuk menjelaskan dan memaparkan alur penelitian secara

sistematis dan terstruktur suatu gejala atau masalah suatu objek

25

(38)

penelitian.Memahami kebudayaan secara utuh, karena kebudayaan

merupakan hal yang eksplisit dan implisit, terungkap melalui perkataan, baik

di dalam komentar sederhana maupun dalam wawancara panjang, karena

bahasa merupakan alat utama untuk menyebarkan kebudayaan dari satu

generasi ke generasi berikutnya, kebanyakan kebudayaan dituliskan dalam

bentuk linguistik (James P.Spradley, 2006:36).

1.6 Pengalaman Peneliti

Sebelumnya belum terfikir dibenak saya meneliti tentang judul skripsi

yang saya ajukan ini. Hal ini muncul saat semester 7, saran judul skripsi ini

saya dapat setelah berdiskusi ringan mengenai masalah pergerakan

partai-partai politik di ruangan rapat Komisi Pemilihan Umum Kota Medan oleh

salah seorang senior satu tingkat diatas saya yaitu Bendri Ritonga.

Sebelumnya dia menyinggung soal agama dan politik, dan lantas beliau

melanjutkan bicaranya dan mengatakan menaruh apresiasi dan simpatik

mengenai sebuah partai politik Islam khususnya kepada Partai Keadilan

Sejahtera, dimana tanpa sadar ternyata ia paham bahwa

perkumpulan-perkumpulan mahasiswa yang dilakukan di masjid-masjid kampus khususnya

di Universitas Sumatera Utara juga menjadi wadah pergerakan beberapa

organisasi Islam yang dibelakangnya di design oleh sebuah partai politik

Islam yang lahir dari aktivis-aktivis muda yang suka duduk dan berdiskusi di

(39)

yang berjilbab panjang yang terulur hingga ke bawah dada merupakan bagian

dari kader-kader Partai Keadilan Sejahtera atau yang disingkat dengan PKS.

Perkumpulan-perkumpulan itu ternyata bukan sekedar membaca ayat

suci Al-Qur‟an saja, tetapi membahas hal-hal keilmuan seperti pelatihan

jurnalistik, sejarah pergerakan pemuda dalam melawan rezim otoriter dan

zalim, pelatihan menjadi wirausahawan muda, tak lupa juga khususnya

ilmu-ilmu pengetahuan Islam juga seperti sejarah pergerakan Nabi Muhammad

dalam menyebarkan agama Islam dimuka bumi, dan aktivitas-aktivitas yang

harus sesuai dengan tuntunan syari‟at Islam yang disebut dengan ilmu fiqih.

Kegiatan itu semua dipimpin dan dibina oleh para alumni-alumni kampus

yang sebagian telah bekerja dan meniti karir di PKS.

Di masyarakat umum juga tedapat lingkaran-lingkaran pengajian yang

PKS terapkan berbeda dari pengajian yang biasanya masyarakat umum

lakukan seperti wirid yasin, namun pengajian tersebut disebut dengan

halaqah/liqo’. Pembahasannya juga tak jauh berbeda yang dilakukan diranah

kampus seperti membahas sejarah-sejarah para nabi terdahulu, sejarah

pergerakan nabi, para sahabat dan tokoh setelahnya dalam menyebarkan

agama Islam dan pembahasan tentang pergerakan dan perjuangan umat Islam

di dalam negeri dan luar negeri khususnya Timur Tengah seperti Palestina,

Mesir, Turki, Irak dan lainnnya.

Saya pun sadar, ternyata saya juga bagian dari pengajian halaqah/liqo

yang di design oleh PKS dan termasuk dalam kategori kader pemula

(40)

PKS menjadi modal awal yang bagus untuk saya dapat membangun

rapportkepada para kader-kader yang tingkatnya diatas saya, dan sekaligus

belajar menjadi outsider (sebagai peneliti).

Kronlogis saya menjadi bagian dari PKS dimulai pada tahun 2013

yang kebetulan saya suka ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan

keagamaan di kampung halaman saya.Pertemuan saya dengan seorang

murabbi sekaligus kader PKS terjadi di Masjid Al-Ikhlas yaitu Bang Hendrik atau yang akrab disapa dengan Bang Koko.Beliau juga pengurus Rumah Baca

Ulinnuha di kampung halaman saya di Kelurahan Rejo. Beliau mengajak saya

untuk ikut mengaji di Rumah Baca yang ia jaga setiap hari rabu di malam

harinya. Tidak ada hal-hal yang berbau politik dan partai saat pertama kali

kami memulai pengajian. Dalam lingkaran pengajian tersebut kami terdiri

dari 6 orang yaitu: Adji, Pra Wiro, Hasan Basri, Bang Sutikno, Dodi, dan

saya sendiri. Kami semua berbeda latar belakang kehidupannya, ada yang

masih sekolah menengah atas, karyawan dan mahasiswa.

Selama di liqo‟an tidak pernah ada Bang Koko menampakkan atau

memunculkan simbol-simbol PKS di dalam pengajian (liqo) kami, kami

selalu membahas hal-hal yang berbau ibadah personal, karena di dalam diri

yang taat kepada Tuhan akan menghasilkan para pejuang dan pemimpin yang

suci dan baik nantinya. Ibadah itu disebut dengan amalan yaumiyah.Contoh

amalan itu seperti mengerjakan sholat lima waktu dengan tepat waktu

khususnya di masjid bagi laki-laki, memperbanyak sholat dhuha dan sholat

(41)

Disela-sela liqo’an kami juga sering diajak mabit (malam bina iman dan taqwa) atau dalam istilah bahasa Indonesianya adalah bermalam dan tidur

di masjid bersama orang-orang diluar kampung halaman kami disebuah

masjid yang besar, dimana mabit ini diikuti oleh banyak orang dan diisi

dengan ceramah-ceramah agama.Pernah mabit ini diisi ceramah oleh seorang

tokoh yang terkenal dari PKS seperti Pak Gatot Pujo Nugroho, Tifatul

Sembiring dan Ikrimah Hamidy.Namun nalar saya belum sampai kesana

bahwa ada unsur-unsur partai dalam mabit tersebut. Saya hanya menikmati

ceramah-ceramahnya saja dan kebetulan para tokoh tersebut tidak membawa

pembicaraan mengenai partai dan jati diri mereka bernaung di partai apa.

Selain itu disela-sela liqo kami juga beberapa kali diajak oleh Bang

Koko berwisata dan berlibur atau yang disebut dengan rihlah dalam lingkaran

tarbiyah PKS ini, juga bermain futsal setiap malam minggu bersama orang-orang yang banyak mengenakan seragam PKS.Disini mulai timbul pemikiran

saya bahwa saya berada di perkumpulan kader-kader PKS dan saya juga

pernah bermain futsal bersama tokoh-tokoh besar PKS yang saya sebutkan

diatas.Juga kami sering diajak ke seminar-seminar keagamaan, aksi

solidaritas kepada Palestina di Masjid Agung Medan.

Hal yang mulai tampak terlihat jelas adalah pada tahun 2014 tepatnya

tahun pemilu, kami yang memiliki waktu luang diajak untuk ke Hotel Tiara

Medan, namun Bang Koko tidak member tahu kami ada acara apa, yang pasti

beliau bilang ada pertemuan-pertemuan dengan kader-kader liqo diseluruh

(42)

jelas spanduk panjang yang bertuliskan “Konsolidasi Kader dan Pembekalan Calon Anggota Dewan Bersama Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Anis

Matta”.

Semua tersusun rapi tanpa ada pengakuan secara eksplisit dari Bang

Koko bahwa kami merupakan bagian dari internal dan kader-kader dakwah

PKS dan kami harus pahami sendiri semua makna yang tersirat selama ini

yang tak pernah beliau katakan.

Setelah panjang lebar membahas sampul dari sebuah

kegiatan-kegiatan yang dilakukan beberapa organisasi Islam tersebut, saya mulai

faham bahwa ilmu Antropologi itu luas kajiannya.Hal itu dapat dilihat dari

sekelompok manusia yang berkumpul dan memilki tujuan bersama dan

Referensi

Dokumen terkait

Pada perkembangan selanjutnya, partai politik tidak lagi diorientasikan semata untuk menyalurkan aspirasi, tetapi pada prakteknya juga dimanfaatkan oleh elitnya untuk

pemahaman kader itu sudah ada, maka kader tidak akan militan terhadap partai. saja, tetapi juga kepada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kaum perempuan melakukan perannya di dalam partai politik, selain itu juga ingin melihat strategi yang dilakukan oleh

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunianya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Perempuan Di Partai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kaum perempuan melakukan perannya di dalam partai politik, selain itu juga ingin melihat strategi yang dilakukan oleh

bagaimana metode atau strategi partai dalam mencari. kader-kader baru, dan

Selain itu, komunikasi merupakan bagian dari strategi politik untuk membangun citra partai yang inklusif dan menghilangkan citra partai yang eksklusif, menghilangkan stigma miring

Dalam prespektif institusionalisme yang mempelajari tentang aspek aspek dan juga proses politik yang bekerja pada lembaga politik seperti legislative, eksekutif dan