• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera. (Studi Etnografi Antropologi Politik Tentang Sistem Kaderisasi PKS di Kota Medan) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera. (Studi Etnografi Antropologi Politik Tentang Sistem Kaderisasi PKS di Kota Medan) SKRIPSI"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera

(Studi Etnografi Antropologi Politik Tentang Sistem Kaderisasi PKS di Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Antropologi

Disusun Oleh:

MUHAMMAD ROZAK 120905062

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

(2)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera

Studi Etnografi Antropologi Politik Tentang Sistem Kaderisasi PKS di Kota Medan

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah disajikan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam makalah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Oktober 2016

Muhammad Rozak

(3)

ii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera” (Studi Etnografi Antropologi tentang Sistem Kaderisasi PKS di Kota Medan) disusun oleh Muhammad Rozak (120905062), 2012. Skripsi ini terdiri dari 7 BAB, 176 halaman, 12 tabel dan 17 foto.

Penelitian ini mengkaji bagaimana sistem pengkaderan yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera di Kota Medan. Penelitian ini di latarbelakangi bagaimana sebuah partai politik yang bernuansa dan lahir dari anak-anak muda Islam. Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah untuk memberikan gambaran internal PKS dalam hal mencetak kader yang memiliki loyalitas, semangat militansi, kemandirian dan membangun tatanan pemerintahan yang baik dan bersih sesuai dengan acuan Islam serta mencari tahu “Bagaimana Sistem Kaderisasi PKS di Kota Medan?”

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat etnografi. Proses pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan model “Observasi Partisipasi” dimana peneliti juga merupakan bagian langsung dari internal PKS sebagai kader pemula.

Hasil dari penelitian ini gambaran strategi dan kebijakan PKS di Kota Medan, melakukan pengkaderan dengan sistem dan pola yang merupakan bagian dari sistem sesuai dengan Munas di PKS Pusat dengan cara bertahan, berkelanjutan dari anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua. Hal ini dilakukan dengan dua cara baik di masyarakat (informal) dan bekerjasama serta berafiliasi dengan institusi pendidikan formal. Untuk di ranah formal PKS menggunakan poros (mihwar) untuk meraup calon-calon kader yaitu secara kolektif (jama’i).

Sistem kedua yaitu pendekatan orang per orang, meliputi komunikasi secara langsung (fardhi). Setelah itu calon kader diajak untuk mengikuti agenda dan forum-forum yang telah diorganisir oleh PKS yang disebut dengan tarbiyah.

Tarbiyah memiliki beberapa sarana seperti liqo/halaqah (pertemuan rutin mingguan), ta’lim dan tatsqif (pembekalan intelektual Islam), dauroh (pelatihan), mukhayyam (perkemahan), mabit (malam bina iman dan taqwa) dan rihlah (rekreasi). Selain agenda tersebut, PKS sendiri memiliki kurikum sendiri dalam membentuk watak dan karakter para kadernya yang disebut dengan manhaj tarbiyah.

Faktor penentu dalam hal pengkaderan adalah aktifnya kader dalam lingkaran tarbiyah, loyalitasnya terhadap agenda-agenda yang diadakan oleh partai. Selain itu, di dalam tubuh PKS Kota Medan, faktor kesabaran (tawadhu) menjadi hal utama agar kader dapat menjadi kader tingkat inti dan memegang jabatan fungsional baik di instansi negara maupun partai.

Kata Kunci: Partai Kader, Dakwah, Tarbiyah, Manhaj, Mihwar

(4)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji syukur penulis haturkan kepada

Allah SWT, Tuhan semesta alam yang selalu memberikan rahmat, hidayah dan

karunia-Nya kepada penulis hingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam juga penulis panjatkan kepada

teladan seluruh alam dan panutan umat manusia yaitu Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah (kebodohan) ke zaman

yang cerah penuh dengan ilmu bagi seluruh umat manusia. Dalam kesempatan ini

penulis ingin ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak

membantu dalam proses penulisan skripsi ini baik dari awal hingga akhir. Pertama

sekali penulis ingin haturkan terima kasih dari relung hati yang paling dalam

kepada kedua orangtua saya, ayahanda tercinta Subianto dan Ibunda tercinta

Supini yang telah membesarkan saya dengan sepenuh hati dan mengajarkan

kepada saya untuk tidak menyerah dalam menjalani kehidupan ini, kepada adik-

adikku yang cantik-cantik dan cerewet, Putri Nur Aisyah dan Nadhila Zafira. Juga

kepada seluruh keluarga besar saya terutama kepada Bulik Desy Julianti dan

Bukde Rosminah, S.Pd yang banyak membantu dalam hal materiil kepada

penulis, kepada Abangda Baskoro Pakusadewo yang bisa diajak bertukar ilmu dan

nasihat-nasihatnya kepada penulis.

(5)

iv

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada pihak Universitas Sumatera Utara, diantaranya:

1. Kepada Bapak Runtung Sitepu, S.H, M.H selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah membuat kebijakan-kebijakan yang bermanfaat bagi seluruh mahasiswa Universitas Sumatera Utara

2. Kepada Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan FISIP USU, Bapak Dr.Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU, yang telah membuat kebijakan dan pengarahan terbaik kepada seluruh mahasiswa Antropologi Sosial, Bapak Agustrisno, M.SP selaku Sekertaris Departemen Antropologi Sosial yang telah membantu mahasiswa dalam proses administrasi dan ilmunya.

3. KepadaPenasihat Akademik saya, Bapak Ermansyah, M. Hum, yang telah membimbing saya selama masa perkuliahan dari awal hingga akhir, dan kepada dosen pembimbing penulis Bapak Wan Zulkarnain, S.Sos, M.Si yang telah banyak memberi bantuan, semangat dan arahan dari awal hingga akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan apa yang diharapkan,

4. Kepada Kak Nurhayati dan Kak Sofie yang telah membantu administrasi surat menyurat penulis selama masa perkuliahan saya ucapkan terima kasih banyak.

5. Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih

banyak kepada seluruh Dewan Pengurus Daerah PKS Kota Medan, dan

seluruh kader PKS Kota Medan khususnya Bapak Hamzah Sagimun, Lc,

(6)

v

Bapak Salman Alfarisi, Bu Dhiyaul Hayani, S.Pd.I, M.Pd, Kak Nana Indrayani, S.Si, Pak Yandi Zulfikar, Bang Hendrik (Koko), Bapak Basyir S.E, Bang Ridwan dan Bapak Razali Taat, S.Pdi yang membantu penulis dalam memberikan bantuan buku sebagai refrensi dan waktunya terutama canda dan tawanya disaat penulis merasa kesulitan.

6. Untuk ranah keilmuan dan kognitif dalam analisis sistem saya ucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Warjio, Ph.D, Kak Siti selaku dosen Ilmu Politik FISIP USU, Ustadz Fitrah Ginting selaku Murabbi penulis, Bang Muhammad Rifa’i, Bang Asrul Wijaya Saragih, Bang Bendri Ritonga dan Bang Abdul Rahman Matondang untuk bantuan refrensi buku, ilmu dan nasihat-nasihatnya kepada penulis.

7. Saya juga tak ingin lupa kepada teman-teman di seperjuangan yang selalu

menghibur penulis dengan canda tawa dan kejahilan kalian yang gila

Chairunisa Siregar, Fitri Indrayani Sondang Malau selama masa

perkuliahan kita. Mungkin penulis takkan melupakan pepatah “tidak ada

yang namanya mantan sahabat, yang ada hanya mantan pacar”, serta Bang

Viktor Manalu yang telah membantu penulis dalam menyusun teknis

pengetikan skripsi ini. Dan tak lupa kepada seluruh sahabat seperjuangan

penulis di jurusan Antropologi Sosial stambuk 2012 yaitu Hendra

Fernandez Simangunsong, Fritz Octo Saragih, Alm. Hendro Hutagalung,

Vande Sitanggang Sofwan Al-Faroqy Hasibuan, Irfan Sukma, Endang Sri

Wedari, Jella Sembiring, Devi Prianti, Sari Maria Silalahi, dan seluruhnya

(7)

vi

yang tak dapat penulis tuliskan satu persatu disini. Kalian adalah bagian dari semangat hidup ini, terima kasih atas persahabatan ini.

8. Penulis juga ingin mengucapkan terim kasih banyak kepada sahabat- sahabat karibku selama di bangku SMA dan teman sehari-hariku yaitu Muhammad Irsan, Muhammad Arifin Lubis, Bang Ade Hermawan dan Pra Wiro yang selalu membuat suasana menjadi lucu dan cair, semoga kau bisa menjadi pelawak tingkat nasional. Di UKM Taekwondo USU ada Kak Winda Ayu, Novika Yana, dalam membantu penerjemahan bahasa- bahasa Arab, Bang Feriandi, Naufal dan Dek Adetya Sabrina penyemangat penulis kalau galau dan plin plan. Terima kasih untuk semuanya.

9. Terakhir kepada wanita yang pernah memberi semangat dan tawa selama

ini kepada penulis, Fitriani, Atika Nurladiza Siregar, Ira Maya Sari dan

Imah Wardiana. Semoga kalian selalu diberikan kesehatan, kelancaran

dalam segala urusan dan umur yang panjang oleh-Nya. Semoga kita bisa

saling tetap terjaga dalam setiap waktu dan kesempatan untuk tetap bisa

berjumpa.

(8)

vii

Akhir kata penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu kritik, saran dan masukan penulis akan menerimanya agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi kedepannya dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu Antropologi. Amin ya robbal a’lamin.

Medan, Oktober 2016

Muhammad Rozak

(9)

viii

RIWAYAT SINGKAT PENULIS

Muhammad Rozak, lahir pada 22 Juli 1994 di Medan. Anak pertama dari ketiga bersaudara dari Subianto dan Supini.

Riwayat pendidikan penulis, menjalani pendidikan sekolah dasar di SD MIS Muhajirin Medan (2000-2006) kemudian melanjutkan ke SMPNegeri 34 Medan (2007-2009) dan melanjutkan sekolah menengah atas di MAN 3 Medan (2010- 2012). Terakhir pada akhir tahun 2012 penulis diterima menjalani pendidikan sarjana (S-1) di Departemen Antropologi Sosial Fakultas FISIP USU. Selama perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa organisasi di intrnal kampus maupun eksternal kampus antara lain:

1. Anggota UKMI AS-Siyasah FISIP USU periode 2012-2013.

2. Anggota PA (Pengkaderan Anggota) HMI Komisariat FISIP USU periode 2013-2014

3. Kepala Bidang Dewan Kebijakan Publik KAMMI Komisariat Merah Putih USU periode 2014.

4. Sekertaris Umum UKM Taekwondo USU periode 2014-2016 dan

(10)

ix

5. Kepala Dinas Eksternal Pemerintahan Mahasiswa FISIP USU periode 2015-2016.

6. Ketua Bidang Kepemudaan dan Olahraga Remaja Masjid Al-Ikhlas periode 2010-2011.

Untuk kepelatihan keilmuan selama masa perkuliahan, penulis juga pernah mengikuti seminar-seminar nasional seperti:

1. Siaga 1 UKMI As-Siyasah FISIP USU tahun 2012.

2. Latihan Kepemimpinan (LK-1) HMI Komisariat FISIP USU tahun 2013.

3. Dauroh Marhalah 1 KAMMI Merah Putih USU tahun 2014.

4. Kepelatihan Dauroh Pementor L-MAI UKMI Ad-Dakwah USU 2014.

5. XL Future Leaders di Universitas Sumatera Utara tahun 2013.

6. Sosialisasi 4 Pilar oleh Anggota DPR-RI, Ruhut Sitompul di Hotel Madani Medan tahun 2014.

7. Seminar Nasional, Bagaimana Peluang Sumatera Utara dalam Mengadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), tahun 2015

Untuk prestasi yang pernah diraih penulis selama masa perkuliahan antara lain 1. Juara 3 under-54 Kg Pekan Olahraga Kota Medan tahun 2014

2. Juara 3 under-58 Kg Pekan Olahraga Kota Medan tahun 2015

3. Juara 3 under-54 Kg Open Tournament Taekwondo Yayasan Universal Taekwondo Sumatera Utara

4. Juara 2 under-58 Open Tournament USU Cup 3 Piala Rektor USU se- Indonesia.

5. Penerima Beasiswa Peduli Pendidikan oleh Bank BRI tahun 2013

(11)

x

6. Penerima Beasiswa Bidik Misi pengganti tahun 2015-2016.

Hingga saat ini penulis masih tetap aktif dalam lingkaran tarbiyah halaqah di Kelurahan Sari Rejo, Medan Polonia.

Kontak yang bisa dihubungi: 0812-3213-5386

Email yang bisa dihubungi: muhammadrozak54@gmail.com

(12)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kuasa dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan kelengkapan lainnya dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera (Studi Antropologi Politik Tentang Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera di Kota Medan) yang menjadi judul skripsi ini, merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara dalam bidang Antropologi. Skripsi ini berisi kajian etnografi yang di dasarkan pada observasi partisipasi dan wawancara penulis di lapangan.

Secara sistematis, kajian tentang sistem kaderisasi ini berfokus kepada bagaimana pola-pola yang terjadi di dalam sistem kaderisasi yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan, dan apa-apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi seseorang bergabung di Partai Keadialan Sejahtera ini.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, penulis melihat ada banyak elemen- elemen organisasi yang ikut berperan dalam terbentuknya kader-kader PKS di Kota Medan.

Pengkaderan yang berkelanjutan, dan adanya afiliasi organisasi-organisasi

yang bergerak dibidang sosial membuat partai ini memiliki kader-kader yang

loyal, solid, militan dan mandiri merupakan nilai positif dari kader-kader yang

(13)

xii

dimiliki oleh PKS. Partai ini bergerak perlahan menarik simpatik masyarakat

melalui aksi-aksi sosialnya seperti kepengurusan jenazah, khitanan massal,

pembangunan-pembangunan masjid, organisasi penyalur zakat, penyalur bantuan

sosial ketika bencana merupakan beberapa contoh kegiatan sosial yang mereka

motori.

(14)

xiii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORIGINALITAS……… i

ABSTRAK………..…. ii

UCAPAN TERIMA KASIH………..…. iii

RIWAYAT HIDUP……….… vi

KATA PENGANTAR……….… viii

DAFTAR ISI……… x

DAFTAR TABEL……… xiii

DAFTAR FOTO……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Tinjauan Pustaka………..… 16

1.3 Rumusan Masalah……… 30

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 31

1.5 Metode Penelitian……… 32

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data……… 34

1.5.1.1 Observasi Partisipasi……… 34

1.5.1.2 Wawancara………..…… 35

1.5.1.3 Analisis Data……… 37

1.6 Pengalaman Peneliti………. 38

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……… 43

2.1 Mengenal Kota Medan……… 43

2.1.1 Sejarah Kota Medan……… 43

2.1.2 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik………… 47

2.1.3 Demografi Kota Medan……….…. 52

2.1.4 Keuangan dan Perekonomian Daerah……… 55

2.2 Partai Keadilan Sejahera di Kota Medan……….……..… 58

2.2.1 Sejarah PKS di Kota Medan……….. 58

2.2.2 Struktur Kepengurusan DPD PKS Kota Medan….. 62

2.2.3 Budaya PKS di Kota Medan………. 64

2.2.4 Sumber Dana PKS Kota Medan……… 66

2.2.5 Perolehan Suara PKS di Kota Medan Pada Tiga Pemilihan Legislatif……….. 67

BAB III PARTAI KEADILAN SEJAHTERA..……… 73

3.1 Partai Keadilan Sejahtera Nasional………... 73

3.1.1 Sejarah PKS Nasional……… 73

3.1.2 Visi dan Misi Partai Keadilan Sejahtera Nasional … 85 3.1.2.1 Visi Umum……… 85

3.1.2.2 Visi Khusus………..… 86

3.1.2.3 Misi Umum……… 86

(15)

xiv

3.2 Falsafah Pergerakan PKS……… 88

3.3 Struktur Organisasi PKS……… 90

3.4 Ideologi PKS……….. 91

3.5 Partisipan Politik PKS Kota Medan……… 94

3.6 Penjaringan BakalCalon Legislatit PKS Kota Medan..… 98

BAB IV SISTEM KADERISASI PKS DI KOTAMEDAN…..………... 103 4.1 Sistem Rekrutmen PKS Nasional……… 103

4.1.1 Sistem Rekrutmen Jama’i ……… 108

4.1.2 Sistem Rekrutmen Fardhi ……… 110

4.2 Pola Kaderisasi PKS Kota Medan……….…..……… 112

4.2.1 Pola Tarbiyah………..………... 113

4.2.2 Pola Underbrow Organisasi……….. 127

4.2.3 Pola Pengkaderan Formal Partai……… 133

4.3 Sang Murabbi, Tokoh Sentral PKS ………... 137

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADERISASI……….... 144

5.1 Faktor Agama……….……….…… 144

5.2 Kemauan Diri………. 146

5.3Aktivis Organisasi Keagamaan Islam ……… 147

5.4 Faktor Pendidikan……….………..…… 149

5.5 Faktor Keluarga…..………... 152

5.6 Faktor Interaksi Sosial………..….…. 153

5.7 Memiliki Popularitas di Masyarakat………..… 154

5.8 Faktor Jenis Kelamin (Gender)……….….…………. 155

BAB VI PROFIL KADER PKS KOTA MEDAN………..…. 159

6.1 Salman Al-Farisi……….… 159

6.2 Dhiyaul Hayati, S.Pd.I, M.Pd ……… 161

6.3 Razali Taat, S.Pd.I……….………….…. 164

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……… 166

7.1 Kesimpulan………....… 166

7.2 Saran………. 171

DAFTAR PUSTAKA………...…. 173 LAMPIRAN

SURAT PERNYATAAN KADER

SURAT KETERANGAN RISET

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Bangunan Bersejarah di Kota Medan……….… 51

Tabel 2: Jumlah Kelurahan dan Luas Wilayah Per-Kecamatan di Kota Medan……… 53

Tabel 3: Jumlah Perbandingan Etnis di Kota Medan Tahun 1930, 1980 dan 2000……... 54

Tabel 4:Persentase Agama di Kota Medan……….. 55

Tabel 5:Upah Minimum Regional Kota Medan Tahun 2015…..…... 56

Tabel 6: Statistik Ekonomi Kota Medan Tahun 2014-2016………... 58

Tabel 7:Daftar Alamat DPC PKS se-Kota Medan………. 60

Tabel 8: Daftar Kepengurusan DPD PKS Kota Medan Masa Bakti 2015- 2020………..……… 62

Tabel 9: Badan Pengurusan Harian DPD PKS Kota Medan Tahun 2015- 2020... 63

Tabel 10:Perolehan Suara PKS di Kota Medan di 3 Pemilihan Legislatif... 69

Tabel 11: Ketua Umum PKS Dari Masa ke Masa………….……….. 85

Tabel 12: Pengurus Harian DPD PKS Kota Medan tahun 2015-2020 berdasarkan tingkat pendidikan formal ………. 151

.

(17)

xvi

DAFTAR FOTO

Foto 1: Sekertariat DPD PKS Kota Medan..……….… 61

Foto 2:Buku-buku refrensi tarbiyah PKS…... 74

Foto 3:Logo Partai Keadilan Sejahtera……... 84

Foto 4: Kelompok Non-Asosiasional PKS Kota Medan…………... 96

Foto 5: Kelompok Asosiasional………... 97

Foto 6: Kader PKS Kota Medan Sekaligus Pengurus Lembaga Sosial….. 98

Foto 7: Bakti Sosial sebagai strategi rekrutmen jama’i PKS Medan……. 109

Foto 8: Afiliasi PKS Medan dengan organisasi KAMMI sebagai poros (mihwar) PKS dalam sistem perekrutan jama’i PKS Kota Medan di kampus………. 110

Foto 9: Kegiatan Halaqah/Liqo……... 118

Foto 10: Kegiatan Tatsqif/Ta’lim Masyarakat……... 119

Foto 11: Kegiatan Tatsqif/Ta’lim di Kampus………... 119

Foto 12:Kegiatan Mukhayyam……... 121

Foto 13: Kegiatan Rihlah………... 123

Foto 14: Kegiatan Mabit…... 124

Foto 15: Kegiatan Dauroh…... ….... 126

Foto 16: Ikrimah Hamidy dan KAMMI Kota Medan…………... 132

Foto 17: Ahmad Rosidi Ketua JPRMI Kota Medan dan PKS Kota

Medan……… 133

(18)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Partai politik atau yang sering disebut juga dengan parpol merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara. Dewasa ini, parpol sudah sangat akrab di lingkungan kita.Sebagai lembaga politik, partai bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya.Kelahirannya mempunyai sejarah yang cukup panjang, meskipun belum cukup tua.Dapat dikatakan parpol merupakan organisasi yang baru dalam kehidupan manusia, jauh lebih muda di bandingkan dengan organisasi negara.

Menurut Mirriam Budiardjo (2008: 397), sebagai subjek penelitian ilmiah, parpol tergolong relatif muda. Baru pada awal abad ke-20 studi mengenai masalah ini dimulai. Sarjana-sarjana yang berjasa mempelopori antara lain adalah M.Ostrogorsky (1902), Robert Michels (1911), Maurice Duverger (1951), dan Sigmund Neumann (1956).

Parpol pada awalnya lahir di negara-negara Eropa bagian barat. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan dan diikutsertakan dalam proses politik, maka parpol telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di lain pihak.

Pada awal perkembangannya, pada akhir abad 18 di negara-negara Barat

seperti Inggris dan Prancis, kegiatan politik dipusatkan pada kelompok-

(19)

2

kelompok politik dalam parlemen.Kegiatan ini mula-mula bersifat elitis dan aristokratis, mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-tuntutan raja.

Di negara-negara berkembang, keadaan politik sangatlah berbeda satu sama lain, demikian pula keadaan partai politiknya menunjukkan banyak sekali variasi. Kecuali di beberapa negara yang berlandaskan komunisme, seperti Korea Utara, partai-partai politik umumnya lemah organisasinya dan jarang memiliki dukungan massa yang luas dan kukuh (dalam Mirriam Budiardjo, 2008:398).

Eksistensi parpol di Indonesia sebagai organisasi politik menunjukkan perkembangan yang semakin meningkat peranannya, baik secara kualitas dan kuantitas.Selaras dengan perkembangannya, parpol memerlukan sistem yang modern, sehingga menghasilkan organisasi politik yang bisa bertahan di kancah perpolitikan nasional yang serba penuh pertarungan sengit.Untuk menghasilkan parpol modern, maka diperlukan sistem kaderisasi yang mumpuni.

Pada umumnya parpol juga diharapkan akan melaksanakan fungsi- fungsinya seperti di negara-negara yang sudah mapan kehidupan politiknya.

Ia diharapkan menjadi alat penting untuk mengorganisir kekuasaan politik,

memengaruhi keputusan-keputusan pemerintah serta turut melaksanakannya,

menghubungkan secara efektif ke masyarakat umum dengan proses politik,

merumuskan aspirasi dan tuntutan rakyat serta memasukkannya ke dalam

proses membuat keputusan.

(20)

3

Satu peran yang sangat penting di harapkan dari parpol adalah sebagai sarana untuk mengembangkan integrasi nasional dan memupuk identitas nasional, karena negara-negara baru sering dihadapkan pada masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan, daerah, serta suku bangsa yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya menjadi satu bangsa.

Parpol hadir di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan yang diwujudkan melalui program-program yang disusun berdasarkan ideologi partai. Salah satu cara yang digunakan suatu parpol untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan adalah ikut serta dalam pemilihan umum. Oleh sebab itu, parpol harus menyediakan kader-kader yang qualified untuk bertarung.

Di sisi lain, parpol juga berfungsi memperbincangkan dan menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijakan –kebijakan pemerintah.

Dengan demikian terjadi arus informasi dan dialog dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Oleh karena itu parpol memainkan peran sebagai penghubung antara yang memerintah dan yang diperintah. Peran partai sebagai jembatan sangat penting, karena disatu pihak, kebijakan pemerintah perlu dijelaskan kepada semua kelompok masyarakat , dan di pihak lain pemerintah juga harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat..

Rekrutmen politik atau representasi politik memegang peranan

penting dalam sistem politik suatu negara. Karena proses ini menentukan

orang-orang yang akan menjalankan fungsi-fungsi sistem politik negara itu

melalui lembaga-lembaga yang ada. Oleh karena itu, tercapai atau tidaknya

(21)

4

tujuan suatu sistem politik yang baik tergantung pada kualitas rekrutmen politik.Kehadiran suatu partai politik dapat dilihat dari kemampuan partai tersebut melaksanakan fungsinya.Salah satu fungsi yang terpenting yang dimiliki parpol adalah fungsi rekrutmen politik (Taupik Azhari, 2014:6).

Rekrutmen politik merupakan seleksi, pemilihan atau seleksi pengangkatan seseorang untuk melaksanakan sejumlah peranan di sistem politik dan sistem pemerintahan. Dalam rekrutmen politik, parpol umumnya memiliki cara sendiri dalam perekrutan calon anggota. Menurut Drs. Fautisno Cardoso Gomes (1995: 105) mengatakan bahwa rekrutmen merupakan proses mencari, menemukan dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam suatu organisasi

1

.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lahir dari gerakan tarbiyah

2

dari beberapa kampus di Indonesia. Gerakan Tarbiyah sendiri awalnya lebih berfokus sebagai gerakan dakwah yang muncul di awal 1980-an di Era Orde Baru. Gerakan tarbiyah bisa difahami sebagai alternatif dari berbagai gerakan Islam. Untuk memahami di mana letak PKS dalam peta gerakan Islam lain maka setting politik saat itu perlu dicermati. Di sini perlu diingat bahwa penguasa Orde Baru melakukan represi hambatan terhadap aktivitas Islam politik. Islam politik adalah kecenderungan sebagian muslim yang aktif di sektor politik dengan membawa aspirasi agama Islam.

Partai ini lebih dikenal dengan partai dengan istilah partai dakwah karena dakwah merupakan kegiatan yang mengajak orang kepada hal-hal

1Imaduddin Rahmat (2012), Ideologi Politik PKS Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen (hal: 278).

2Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan.Makna luas tarbiyah adalah pola pendidikan yang berasaskan nilai-nilai agama Islam.

(22)

5

yang baik terutama dalam hal ibadah.Dakwah merupakan usaha sadar mentransformasikan masyarakat untuk terus-menerus kearah yang lebih baik lagi dengan menekankan tiga komitmen (komitmen moral, komitmen spiritual dan komitmen aktivitas).

Politik sebagai media dakwah merupakan politik yang ditarik ke ranah aspek agama Islam dalam ranah amanah yang didasari untuk membangun kemaslahatan seluruh penduduk yang diajak kerjasamanya dalam mempraktekkan kebaikan.Politik tidak semata untuk mencari kepentingan pribadi atau kelompok semata. Akan tetapi, politik sebagai alat untuk menegakkan syariat Islam dengan cara membangun, mengatur dan membimbing segala aktivitasnya tidak keluar darisyariat Islam. Politik sebagai media dakwah yang jelas bukan politik yang sekuler,tapi politik sebagai komitmen untuk menjungjung tinggi syariat Islam. Ciri khas politik sebagai media dakwah antara lain, menegakkan kejujuran, keterbukaan, keberanian mengemukakan kebenaran dan menyalahkan yang salah (bathil) serta penuh tanggung jawab

3

. Dalam berpolitik selalu berfungsi bagi tujuan nilai-nilai Islam. Jadi cara berpolitiknya tidak boleh lepas dari syariat Islam.

Reformasi pasca Orde Baru telah menghidupkan kembali demokrasi.Pertumbuhan parpol pada masa itu tidak terhindarkan lagi, sebab parpol merupakan pilar dari demokrasi yang ada di dalam suatu negara modern. Ada beberapa partai yang berdiri setelah Orde Baru, diantaranya

3 Syam, Firdaus (2003). Amien Rais dan Yuzril Ihza Mahendra di Pintas Politik Indonesia Modern.Jakarta:Khairu Bayan, Sumber Pemikiran Islam (hal: 67)

(23)

6

adalah Partai Keadilan

4

. Hal itu terbukti pada Pemilu tahun 1999 yang telah muncul 48 parpol, termasuk di dalamnya ada beberapa partai Islam. Situasi ini mempengaruhi kembali aktifnya anak muda khususnya untuk berpartisipasi dalam kancah perpolitikan.Kalangan mahasiswa di kampus mulai mendirikan partai politik, yaitu Partai Keadilan yang disingkat dengan PK.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu parpol yang memiliki basis Islam sebelumnya bernama Partai Keadilan (PK) merupakan salah satu partai yang masih bisa dikatakan baru eksis dikancah perpolitikan nasional ini memiliki sejarah yang menarik.Parpol ini didirikan atas usulan- usulan generasi muda kampus yang ada di Universitas Indonesia.

Pada 9 Agustus 1998, Partai Keadilan (PK) berdiri dengan memunculkan Dr. Nur Mahmudi Ismail lulusan Amerika Serikat sebagai presiden PK serta Dr. Hidayat Nur Wahid lulusan Madinah sebagai ketua rapat (syuro). Namun, boleh jadi saat itu tidak banyak yang mengetahui sosok penting dibelakang berdirinya PK, yakni Hilmi Aminuddin. Sosok Hilmi Aminuddin tidak bisa dilepaskan dari gerakan tarbiyah (perkumpulan yang membahas tentang keilmuan dan agama). Beliau bersama tiga orang sahabatnya yang sama-sama alumni Universitas Madinah di Arab Saudi yakni Salim Segaf Al-Jufri, Abdullah Baharmus dan Almarhum Encep Abdussyakur mulai merintis aktivitas tarbiyah di Indonesia pada awal tahun 1980. Sepanjang dekade 1980-an gerakan tarbiyah masih menampakkan diri

4 Syarifuddin, Jurdi (2008). Pemikiran Politik Islam Indonesia Pertautan Negara Khilafah, Masyarkat Madani dan Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar (hal: 187)

(24)

7

sebagai gerakan keagamaan. Gerakan tarbiyah terorganisir rapi ini juga meningkatkan jumlah anggota dalam upaya merebut kepemimpinan di lembaga-lembaga kampus, sehingga pada awal tahun 1990-an gerakan tarbiyah memimpin Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di banyak perguruan tinggi paling bergengsi di Indonesia.

Dalam Mirriam Budiardjo (2008: 399), pimpinan partai yang biasanya sangat sentralitas menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon anggotanya dan memecat anggota yang menyimpang dari garis partai yang telah ditetapkan. Maka dari itu partai semacam itu sering dinamakan Partai Kader, Partai Ideologi, atau Partai Asas (Sosialisme, Fasisme, Komunisme, atau Sosial Demokrat).Partai mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam kebijakan pimpinan dan berpedoman pada disiplin partai yang ketat dan mengikat.

Hal yang melatarbelakangi saya untuk meneliti pola kaderisasi Partai

Keadilan Sejahtera di Kota Medan karena pada partai ini memiliki sistem

perkaderan yang dapat dikatakan bagus, menarik dan

berkesinambungan.Dimana PKS menggunakan dua jalur strategi (double

track strategy) yaitu diranah universitas-universitas dan masyarakat umum

dalam pengkaderannya.Selain itu, partai ini dapat dikatakan sukses di kancah

perpolitikan nasional meski termasuk partai baru berdiri. Hal ini dapat dilihat

dari perolehan hasil Pemilu secara berkala yang diikuti PKS dari tahun 1999

memperoleh suara 1,36%, Pemilu 2004 memperoleh suara 7,34%, Pemilu

2009 memperoleh suara 7,88% dan Pemilu 2009 memperoleh suara

(25)

8

6,79%.Manajemen sistem perekrutan dilakukan dengan swadah yang disebut dengantarbiyah.Tarbiyahini merupakan salah satu metode dalam perekrutan kader. Kurikulum dan materi yang dibuat oleh senior-senior partai PKS sendiri melalui refrensi buku-buku tokoh-tokoh besar Islam yang pernah dan memimpin daerah atau negara, seperti Hasan Al-Banna (Mesir) dan Sayyid Quthb (Mesir) diamana hasil karya-karyanya tulisnya menjadi bacaan dan rujukan dalam proses pengkaderan partai

5

. Kurikulum ini kemudian diajarkan kepada anak-anak didiknya yang dipimpin oleh seseorang yang disebut dengan Murabbi.

6

Tarbiyah PKS sendiri mengadopsi pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh melalui refrensi-refrensi yang dipakainya. Hasil dari perekrutan kader bisa menghasilkan sebuah modul atau kurikulum untuk dipelajari oleh kader.

Selain itu parpol ini juga banyak menggunakan kata serapan dari bahasa Arab dalam proses pengkaderan dan pendidikan yang dilakukan untuk para calon kader dan kader-kadernya seperti dakwah, tarbiyah, manhaj rihlah, usrah, halaqah dan masih banyak yang lainnya. Hubungan bahasa dengan kebudayaan dikaitkan lebih erat lagi.Menurut Levi-Strauss (dalam Robert Sibarani, 1972:68) dikaitkan bahwa bahasa merupakan hasil kebudayaan. Artinya, bahasa dipergunakan atau diucapkan oleh suatu kelompok masyarakat atau kelompok adalah suatu refleksi atau cerminan keseluruhan kebudayaan masyarakat/kelompok tersebut. Pada pelaksanaan

5http://www.rmol.co/read/2013/07/04/117138/Jubir-PKS:-Kita-Hanya-Punya-Hubungan-Hati-dengan- Ikhwanul-Muslimin-di-Mesir-

6Murabbi berasal dari Bahasa Arab yang artinya guru/pendidik

(26)

9

upacara ritual dalam suatu kebudayaan tertentu, misalnya selalu ada interaksi manusia yang membutuhkan komunikasi dan ada juga ungkapan ritual, yang masing-masing menggunakan bahasa. Peristiwa budaya semacam ini akan menghasilkan bahasa.

Selain itu, banyak hal yang dapat dikatakan kompetibel dalam berbagai aspek sistem partainya, seperti dalam pemilihan ketua umum partai, tidak pernah terdengarnya isu gojang-ganjing politik uang, karena mekanisme pemilihan ketua umum partai yang buttom-up, perekrutan bakal calon legislatif dari hasil rapat struktural partai dan penjaringan murrabbi (guru/senior) tanpa “tunjuk tangan” dan kekayaan yang dimiliki kader ataupun bakal calon legislatif.PKS telah melakukannya dengan cara Pemira (Pemilihan Raya) dari suara kader inti di PKS di Indonesia saat Lutfi Hasan Ishaq tersangkut kasus import daging pada tanggal Januari 2013 dan selang sehari pada tanggal 1 Februari 2013 secara resmi PKS mengumumkan Anis Matta menjadi ketua umum partai tanpa adanya konflik ataupun keributan memperebutkan jabatan ketua umum partai, tidak pernah mencuatnya isu trend darah biru dalam memilih elit partai dan tidak adanya kalangan artis yang merapat ke PKS disaat menjamurnya trend ini di berbagai parpol saat mendekati Pilkada ataupun Pemilu

7

.

Musyawarah kader inti gerakan tarbiyah pada tahun 1998 yang saat itu berjumlah 3000 orang di seluruh Indonesia diselenggarakan untuk memilih apakah akan menjadi partai politik atau organisasi. Sebanyak 72%

7http://www.pksmedan.com/2015/04/pks-mazhab-baru-politik-islam-dan.html

(27)

10

kader setuju untuk membentuk partai politik, sementara 28% ingin mendirikan organisasi yang kini dikenal dengan dengan organisasi KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).

Organisasi eksternal kampus KAMMI muncul sebagai salah satu organisasi yang vokal menyuarakan tuntutan reformasi dipimpin oleh Fahri Hamzah, menurunkan Presiden Soeharto.Sejalan setelah lengsernya Soeharto pada 21 Mei 1998, para tokoh organisasi KAMMI telah mempertimbangkan berdirinya sebuah partai Islam. Partai tersebut di beri nama Partai Keadilan disingkat PK. Meskipun tokoh elit KAMMI memiliki kontribusi dalam pembentukan Partai Keadilan (PK), KAMMI dan PK secara tegas menyatakan bahwa tidak memiliki hubungan formal.

PKS melalui bidang Kepanduan dan Olahraga yang berada sejajar dengan bidang teritorial dan badan-badan lainnya dibawah presiden telah mengembangkan berbagai organisasi kepanduan yang berfungsi sebagai

“sayap partai” yang berafiliasi secara formal dengan partai seperti Garuda

Keadilan, organisasi pemuda Gema Keadilan, Yayasan Pemuda dan pelajar

Asia Pasifik (YPPAP), serta Gugus Tugas Dakwah Sekolah (GTDS). Di

bidang Kebijakan Publik mengurusi teritorial politik dan berhubungan dengan

kelompok pemikir yang berafiliasi formal dan tidak formal dengan PKS,

antara lain Serikat Pekerja Keadilan (SPK), Perhimpunan Petani Nelayan

Sejahtera Indonesia (PPNSI), Central for Indonesian Reform (CIR), Pusat

Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM), Institute for Economics

(28)

11

Studies (INFES), Institute of Students and Youth for Democracy (INSYD) dan Yayasan Pengembangan Sumber Daya Pemuda (CYFIS)

8

.

Partai Keadilan di deklarasikan di masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta pada tanggal 20 Juli 1998 dan mengangkat Nurmahmudi Isma‟il sebagai presiden pertamanya. Di pemilihan umum legislatif tahun 1999, PK mendapat suara sebanyak 1.436.565 suara atau sekitar 1,36% dari total perolehan suara nasional dan mendapatkan 7 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat

9

. Meskipun demikian, PK gagal memenuhi ambang batas parlemen sebesar dua persen, sehingga partai ini melakukan stembus accord dengan 8 partai politik berbasis islam lainnya pada bulan Mei 1999. Karena kegagalan PK memenuhi ambang batas parlemen di pemilihan umum selanjutnya, menurut regulasi pemerintah, mereka harus menganti nama. Pada 2 Juli 2002, PK menyelesaikan seluruh verifikasi di Departemen Hukum dan HAM di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah dan di tingkat Dewah Pimpinan Daerah dan pada tanggal 20 April secara resmi PK berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Aspek utama dalam jaringan tarbiyah PKS adalah masjid kampus.Masjid kampus menjadi fokus kelembagaan jaringan sosial dan keagamaan kelompok tarbiyah.Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang merupakan perkumpulan organisasi mahasiswa yang beragama Islam sendiri

8Muhtadi, Burhanuddin (2012). Dilema PKS: Suara dan Syariah. Jakarta, Indonesia: Kepustakaan Populer Gramedia (hal:137)

9Ananta, Aris; Arifin, Evi Nurvidya & Suryadinata, Leo (2004), Indonesian Electoral Behaviour: A Statistical Perspective, Indonesia's Population Series, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, ISBN 978-981-230-224-3, diakses tanggal 2015-04-06.

(29)

12

dijadikan wadah formal para aktivis dakwah

10

melalui rekrutmen besar- besaran pada mahasiswa baru khususnya yang beragama Islam.Terakhir, jaringan sumber daya tarbiyah memiliki hubungan dengan organisasi pergerakan KAMMI (Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia).Pembentukan organisasi KAMMI dalam perjuangan saat masa reformasi merupakan organisasi yang sumber daya manusianya mengambil peran dalam peran pembentukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam memperjuangkan cita- cita sosial dan politiknya

11

.Selain di ranah formal seperti kampus-kampus, PKS juga melakukan perekrutan kader di tengah masyarakat umum dengan sistem pengajian atau dalam bahasa Arabnya liqo, dan halaqah.Dalam liqo dan halaqah ini hal-hal yang dibahas dibalut dengan pelajaran-pelajaran keilmuan Islam, sejarah perjuangan pergerakan para tokoh-tokoh besar dari negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Mesir, Palestina, Turki dan lainnya serta sejarah para nabi, tokoh-tokoh besar islam dan menghapal ayat suci Al- Qur‟an.

Disela-sela pengajian tersebut, jika ada waktu luang ataupun uang kas pengajian, seorang murrabi akan mengajak para mutarabbinya untuk berekreasi atau disebut dengan rihlah .Hal ini dilakukan baik di ranah pengajian kampus maupun di pengajian masyarakat umum agar terjalinnya ikatan batin dan emosional yang lebih dekat dan akrab.

10 Aktivis dakwah adalah individu/kelompok yang aktif bergerak dibidang sosial,politik dan keagamaan dalam Islam di ranah kampus ataupun masyarakat.

11Muhtadi, Burhanuddin (2012)Dilema PKS: Suara dan Syariah. Jakarta, Indonesia: Keputakaan Populer Gramedia (hal:121)

(30)

13

Menurut Mujani dan Liddle mengenai partai-partai Islam dan demokrasi juga menunjukkan bahwa sejauh ini PKS melakukan “strategi dua jalur (double-track strategy), dengan memperluas jejaring kader melalui rekrutmen baru di kampus-kampus sambil terus memperluas jangkauan pesannya melalui partisipasi politik di tingkat pemerintahan pusat dan daerah.Pengkaderan di kampus-kampus sangatlah penting karena selain berdakwah dikampus, juga mencari bakat-bakat mahasiswa yang memiliki kognitif yang baik untuk di rekrut kedalam partai nantinya (dalam Burhanuddin Muhtadi, 2008: 9).

Sistem rekrutmen PKS dilakukan dengan dua cara yaitu, rekrutmen fardhi dan jama’i. Rekrutmen fardhi dilakukan oleh anggota tarbiyah PKS terhadap beberapa orang mahasiswa ataupun binaannya di dalam tarbiyah secara berkesinambungan melakukan pendekatan emosional, sedangkan rekrutmen jama’i dilakukan secara kolektif dengan formal dan informal atau yang sering kita kenal perekrutan langsung seperti partai-partai lainnya tetapi disisi lain PKS melakukan rekrutmen kader dari orang-orang yang berlatar belakang yang non-tarbiyah, baik yang beragama Islam maupun yang non- Islam.

Keputusan pemimpin tarbiyah menuju menjadi partai politik

merupakan sikap keberanian dan komitmen yang tinggi, karena dari

keputusan tersebut penuh resiko. Hal ini jika dilihat dari ormas lain yang

tidak berani untuk berpartisipasi dalam ranah politik nasional seperti HTI,

MMI dan FPI yang cenderung tidak ikut serta dalam sistem partai politik,

(31)

14

mereka tidak mau ikut serta dengan alas an karena demokrasi merupakan produk barat

12

. Karena keberaniannya ini sekarang menjadi salah satu partai yang berkembang di Indonesia mendapatkan suara yang cukup banyak di pemilihan legislatif di berbagai kota dan kabupaten. Perkebangannya di berbagai wilayah semakin tersebar, apalagi di kota Surabaya yang kadernya semakin banyak yang terdiri dari anak muda

13

.

Sebagai organisasi politik bertaraf nasional, PKS memiliki sebuah struktur-struktur yang memiliki peran dan fungsinya masing masing atau yang disebut struktural fungsional.Struktur oganisasi PKS mengikuti struktur pemerintahan yang ada di Indonesia yang memiliki tingkatan dari pusat sampai tingkat daerah.Untuk tingkat paling atas partai disebut dengan Dewan Pimpinan Pusat (DPP).

Provinsi Sumatera Utara memiliki 33 Kabupaten/Kota, hal itu sama seperti PKS, dimana PKS juga memiliki 33 DPD di Provinsi Sumatera Utara ini. DPD PKS Kota Medan dipimpin oleh ketua umum yang bernama H.Salman Alfarisi, Lc. M.A, sekertaris dipegang oleh Irwansyah, S.Ag, S.H, bendahara dipegang oleh Dhiyaul Hayati, S.Ag, M.Pd dan Ketua Bidang Kaderisasi adalah Hamzah Sagimun, Lc.

Terlihatnya sinergitas yang kokoh dan kompak sebagai konsolidasi para kader untuk tetap konsisten dan komitmen juga dapat dilihat dari struktural partai, hal ini dikatakan oleh Sekertaris DPD PKS Kota Medan pada tahun 2014, Abdul Rahim Siregar dalam kata sambutannya dalam

12Masdar Hilmy, “ Untung ada PKS ” Jawa Pos, 5 Juli, 2013. (diakses 20 Mei 2015)

13Anik, “PKS Jaringan Pemilih Muda, PKB Pijat Penumpang” Jawa Pos 20 Maret 2015)

(32)

15

Rakorda dan Pelatihan Kehumasan, yaitu” setiap kader adalah humas, akan tetapi pengurus humas di setiap DPC harus menjadi ujung tombak, bangun hubungan baik dengan para penggiat media dan aktifkan kembali akun-akun sosmed di setiap DPC, kerja-kerja kita dipartai ini merupakan wahana perjuangan, sehingga kami harapkan cirri-ciri jiddiyah (kesungguhan) tentu harus selalu ada

14

.

Di sisi lain selama pengamatan penulis, lima tahun belakangan penulis melihat, mayoritas kader-kader PKS berjiwa wirausaha di Kota Medan, dimana para kader memiliki usaha sendiri seperti pemilik grosir makanan atau jajanan, usaha butik dan pakaian, obat-obatan herbal, agen travel haji dan lain-lain. Mungkin inilah salah satu faktor PKS ini dapat bertahan dan eksis di kancah perpolitikan meski jumlah anggota legislatifnya tidak terlalu banyak dibandingkan partai-partai berteraskan Islam seperti PKB, PPP, PBB dan lainnya.

Dari paparan deskripsi diatas mengenai Partai Keadialn Sejahtera di Kota Medan, penulis tertarik untuk mengkaji persoalan pengkaderan yang tertata rapi dan berstruktur ini dapat dilakukan penelitian sebagai salah atu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

14http://dpcpksciracas.blogspot.ae/2015/02/tingkatkan-kinerja-partai-partai-pks-kota.html?m=1 (diakses 20 Maret 2015)

(33)

16

1.2 Tinjauan Pustaka

Menurut Koentjaraningrat (2009: 114) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan, pengetahuan, fikiran, tindakan dan hasil karya cipta manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat. Dijadikan milik dari manusia diperoleh melalui proses belajar dan pengalaman manusia. Sehingga apa yang di dapat oleh manusia itu adalah melalui tahapan dari belajar dan tersusun sedemikian rupa dalam mind (fikiran) manusia itu sendiri.

Kebudayaan tersebut memiliki 7 unsur antara lain meliputi: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi dan kesenian.

Sebagai makhluk hidup yang selalu hidup bersama dan saling membutuhkan, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang mereka cari sendiri dan lakukan sendiri.Organisasi sosial adalah perkumpulan lebih dari dua orang dan dibentuk oleh masyarakat baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara

15

.

Organisasi politik yang merupakan bagian dari organisasi sosial memiliki visi dan misi dari merupakan hasil pemikiran dari individu-individu masyarakat merupakan strategi dalam aktivitas politiknya khususnya merekrut masyarakat umum menjadi kader.Organisasi politik tidak berbeda dengan organisasi-organisasi lainnya, karena di dalam organisasi politik juga memiliki teori-teori yang menjelaskan tentang aspek-aspek organisasi yang

15http://id.m.wikipedia.org/wiki/organisasi_sosial. (diakses 17 september 2016)

(34)

17

ada di ranah politik tersebut. Organisasi politik adalah organisasi atau kelompok orang yang bergerak atau memiliki tujuan dalam hal kekuasaan dan terlibat dalam proses politik formal seperti Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah.

Menurut Schapera (dalam Ballandiers: xi) sendiri mendefiniskan organisasi politik adalah aspek dari seluruh organisasi yang berkaitan dengan penegakan dan pemeliharaan kemerdekaan intern maupun ekstern

16

. Hal ini dapat dilihat bahwa dari parpol memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam mendidik dan mengelola para kadernya sesuai dengan pola dan strategi yang mereka miliki.

Organisasi politik dapat mencakup berbagai jenis organisasi seperti, kelompok advokasi, yang melobi perubahan kepada politisi, lembaga yang mengajukan alternatif kebijakan (think tank), partai politik dan kelompok teroris yang menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan politiknya.

Namun pada dasarnya organisasi politik merupakan bagian dari suatu kesatuan yang berkepentingan dalam pembentukan tatanan sosial pada suatu wilayah oleh pemerintahan yang sah.Organisasi ini juga dapat menciptakan suatu bentuk struktur untuk diikuti.

Sebagai suatu organisasi yang bergerak secara terorganir dan terstruktur, PKS sebagai parpol yang berbasis dan berideologi Islam memiliki acuan- acuan kurikulum yang berisikan doktrin-doktrin berupa nilai agama Islam.Agama yang merupakan bagian suatu dari kepercayaan atau yang

16Classen, H.J.M. 1987. Antropologi Politik Suatu Orientasi. Jakarta: Erlangga (hal: xi)

(35)

18

disebut dengan religi dan supranatural.Meskipun bersifat abstrak, kepercayaan ini memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pemikiran dan mengatur tingkah laku manusia, termasuk juga interaksinya dengan manusia lain, dan hubungan antara manusia dengan kekuatan supranatural tersebut yang tak terlihat oleh mata.

Antropologi politik sebagai sebagai salah satu spesialis dari ilmu antropologi, membahas pendekatan antropologi terhadap gejala-gejala politik dalam kehidupan manusia.Pembahasannya meliputi teori-teori mengenai perwujudan politik dalam kehidupan manusia serta sistem politik pada masyarakat sederhana dan modern. Selain itu, antropologi politik juga membahas bagaimana peran manusia di ranah politik, sebab dalam kehidupan manusia tentu ada aktivitas-aktivitas yang mengatur, memberi arahan dan perintah dari si-pemberi perintah (pemerintah) dalam tatanan kehidupan bermasyarakat baik yang kompleks maupun yang tidak kompleks, seperti antara tatanan kehidupan kota dan tatanan kehidupan desa. Dengan demikian, cakupan pembahasan meliputi pula berbagai gejala politik dan organisasi sosial dalam komuniti-komuniti masyarakat desa maupun kota.

Pengertian dasar mengenai kedua disiplin ini akan memudahkan perumusan mengenai ruang lingkup antropologi politik dan ilmu politik.

Pendekatan-pendekatan antropologi politik dilakukan dengan pendekatan

objektif dikarenakan manusia yang merupakan objek dari penelitian dalam

ilmu antropologi politik.Sedangkan ilmu politik menyentuh aspek formal dari

suatu lembaga/instansi pemerintahan yang ada secara formal baik itu secara

(36)

19

administratif kelembagaan maupun kegiatan formal manusia di kancah perpolitikan dalam persaingan mendapatkan kekuasaan dan pendekatannya dilakukan dengan pendekatan subjektif dan formalis.

Secara tersirat dari istilah yang dipergunakan yaitu antropologi politik, subdisiplin ini menempati wilayah kajian yang menjembatani disiplin antropologi dengan ilmu politik. Ruang jembatan tersebut diisi dengan titik- titik persentuhan dalam teori, konsep maupun metodologi dan pendekatan yang dipergunakan.Dalam hal teori dan konsep, hubungan tersebut dapat berupa “hubungan antara struktur dan masyarakat dengan struktur tebaran kekuasaan dalam masyarakat” tersebut.Jadi dapat dikatakan bahwa jika antropologi merupakan kajian tentang struktur masyarakat dan pranata sosial, dan ilmu politik secara umum memfokuskan kajiannya tentang pola pikir dan prilaku manusia dalam mendapatkan kekuasaan.

Antropologi juga telah berpengaruh dalam bidang metodologi penelitian ilmu politik, salah satu pengaruh yang sangat berguna dan terkenal serta kini sering dipakai dalam ilmu politik ialah metode dan cara pengamatan. Penelitian semacam ini memaksa sarjana ilmu politik untuk menilai gejala-gejala kehidupan sosial “dari dan dalam” masyarakat menjadi objek penelitiannya.

Dalam antropologi politik, antropologi mendefinisikan budaya politik

adalah sebagai sikap individu terhadap sistem politik dan kompenennya serta

sikap individu terhadap peranan yang dapat dimainkannya dalam sebuah

(37)

20

sistem politik. Selain itu politik juga mempunyai orientasi yang menjadi tujuannya, orientasi politik tersebut terbagi 3 antara lain:

1. Orientasi Kognitif, yaitu berisikan tentang pengetahuan, kesadaran terhadap objek politik misalnya lambing negara, lambang partai poilitik dan bentuk negara.

2. Orientasi afektif, yaitu berisi perasaan, emosi yang dimiliki oleh individu terhadap sistem politik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya prilaku aktif, kritisi-kritisi dan bahkan gejolak yang menggebu-gebu terhadap ideology partai dimana individu itu berada.

3. Orientasi Evaluasi, yaitu merupakan aktivitas individu dalam memandang fenomena dan gejala politik yang terjadi yang merupakan merupakan tindakan sadar politik. Hal-hal ini meliputi standar nilai, karakteristik informasi yang diterima dan sebuah partisipasi di dalam aktivitas politik.

Partai politik dalam era modern dimaknai sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Sehingga dapat didefinisikan bahwa tujuan manusia berpolitik adalah mencari kekuasaan yang memiliki pengertian:

a. Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau

kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan

(38)

21

kewenangan yang diberikan , kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Mirriam Budiardjo, 2002).

17

b. Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk

menimbulkan akibat-akibat terhadap orang atau barang.

c. Menurut Hume, kekuasaan hanyalah kemampuan untuk menimbulkan akibat-akibat terhadap orang atau barang.

d. Menurut MG. Smith, kekuasaan sebagai kemampuan untuk bertindak secara efektif terhadap orang atau barang, dengan mempergunakan cara-cara yang berkisar dari bujukan (persuasi) hingga kekerasan.

e. Menurut Max Weber, kekuasaan adalah kemampuan yang terdapat pada actor, didalam konteks hubungan sosial tertentu, memerintah sebagaimana yang dikehendakinya sendiri

18

.

Dilihat dari pengertian tersebut, ada beberapa unsur penting yang ada dalam partai politik, yaitu: orang-orang, ikatan antara mereka hingga terorganisir menjadi satu kesatuan, serta orientasi nilai, cita-cita, tujuan dan kebijaksanaan yang sama.

Beberapa pengertian partai politik menurut ahli partai politik adalah sarana politik yang menjembatani elit-elit politik dalam upaya mencapai kekuasaan politik dalam suatu negara yang bercirikan mandiri dalam hal financial, memiliki platform atau haluan politik tersendiri, mengusung

17Budiardjo, Miriam (2002); Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta: Gramedia (hal:398)

18Balandier, Georges. Antropologi Politik.1996. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (hal:234)

(39)

22

kepentingan-kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut menyumbang political development sebagai suprastruktur politik.

Dalam rangka memahami partai politik sebagai salah satu komponen Infra Struktur Politik dalam negara, berikut beberapa pengertian mengenai partai politik menurut beberapa ahli:

1. Miriam Budiarjo (2008: 403) partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik, biasanya dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijakan- kebijakan mereka.

2. Menurut Ramlan Surbakti (dalam Warjio, 2013:75) adalah sebuah organisasi politik yang berakar umbi dalam masyarakat, mempunyai ideologi, memiliki cawangan-cawangan di daerah, mempunyai kegiatan yang berterusan, ikut di dalam pemilihan raya dan mempunyai wakil di parlemen.

3. Georges Balandier: partai politik adalah alat utama modernisasi, karena sifatnya sebagai inisiatif elit modernis, karena organisasinya yang memberikan kontak lebih erat dengan komunitas ketimbang yang dimiliki oleh negara

19

.

Partai politik juga memiliki fungsi, antara lain:

19Balandier, Georges. Antropologi Politik. 1996. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (hal: 234-235).

(40)

23

1. Partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan pada masyarakat.

2. Partai sebagai sarana sosial politik, partai memberikan sikap, pandangan, pendapat dan orientasi terhadap fenomena (kejadian, peristiwa dan kebijakan) politik yang terjadi ditengah masyarakat.

Sosialisasi politik mencakup juga proses menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan partai politik berusaha menciptakan image (citra) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum.

3. Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik berfungsi mencari dan mengajak orang untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai.

4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Ditengah masyarakat

terjadi berbagai perbedaan pendapat, partai politik berupaya untuk

mengatasinya. Namun, semestinya hal ini dilakukan bukan untuk

kepentingan pribadi atau partai itu sendiri melainkan untuk

kepentingan umum.

(41)

24

Pada penelitian ini, penelitiakan membahas tentang sistem kaderisasi Partai Keadilan Sejahteradi Kota Medan, sehingga sebelum kita membahas lebih jauh, alangkah baiknya kita dalam pengertian sistem.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk kesatuan yang utuh

20

. Sedangkan berdasarkan historisnya, sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu sustema yang berarti suatu kesatuan yang terdirin dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi.

Istilah sistem paling sering digunakan untuk menunjuk pengertian metode atau cara dan sesuatu himpunan unsur atau komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Istilah sistem itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu “systema” yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan.

Dalam bukunya Tatang Amirin (1996) tentang pokok-pokok teori sistem untuk mengetahui lebih lengkap, berikut ini beberapa pengertian sistem menurut beberapa ahli, antara lain:

1. Elias Awad (1979:4) sistem merupakan sehimpunan komponen atau sub sistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.

20http://kbbi.web.id/sistem/sistem(diakses pada tanggal 28 April 2016)

(42)

25

2. Koontz dan O‟Donneell (1976:14) menunjuk sistem bukan hanya wujud fisik. Ilmu pengetahuan juga disebut sebagai suatu sistem yang terdiri dari fakta, prinsip, doktrin dan sejenisnya.

Konsep pengertian sistem sebagai suatu metode ini dikenal dalam pengertian umum sebagai pendekatan sistem (approach system).Pada dasarnya pendekatan ini merupakan penerapan metode ilmiah di dalam usaha memecahkan masalah.Atau “kebiasaan berfikir atau beranggapan bahwa ada banyak sebab terjadinya sesuatu” di dalam memandang atau menghadapi polemik maupun mencari solusi.Pendekatan sistem berusaha menyadari adanya kerumitan di dalam kebanyakan unsur sehingga terhindar dari memandangnya sebagai sesuatu yang amat sederhana atau bahkan keliru.

Untuk mengetahui sistem atau bukan, kita dapat melihat dari ciri-cirinya.

Ada beberapa rumusan mengenai ciri-ciri sistem ini yang pada dasarnya satu sama lain saling melengkapi. Pada umumnya ciri-ciri sistem itu antara lain:

1. Memiliki tujuan 2. Memiliki batas 3. Terbuka

4. Tersusun dari subsistem

5. Saling keterikatan dan saling ketergantungan 6. Melakukan transformasi

7. Memiliki mekanisme kontrol dan

8. Memiliki kemapuan mengatur dan menyesuaikan diri.

(43)

26

Dengan adanya ciri-ciri sebuah sistem, sistem pada akhirnya tentu memiliki tujuan, tujuan pokok dari sistem itu adalah menciptakan atau mencapai sesuatu yang berharga, sesuatu yang mempunyai nilai, apa wujudnya dan apa ukuran bernilai atau berharganya sesuatu yang menjadi tujuan.

Sistem kaderisasi merupakan salah satu metode sebuah organisasi untuk tetap dapat menjalankan aktivitas organisasi tersebut dengan adanya subjek (individu) yang dituju dan objek (sasaran kelompok) untuk dijadikan anggota ataupun kader.Karena kader merupakan bagian dari sub-sistem yang paling vital sebuah organisasi itu dapat bergerak mencapai tujuannya.

Hal yang penting dalam sebuah sistem kaderisasi adalah pelaku pengkaderan (subjek) dan kedua adalah sasaran kaderisasi (objek).Untuk yang pertama, subjek sebagai pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah sebuah kelompok orang yang diibaratkan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakan yang ada di internal yang melakukan sebuah peregenerasian anggota, pengurus dalam pergerakan sebuah organisasi yang berkelanjutan. Sedangkan yang kedua adalah objek dari kaderisasi, dengan kata lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih dalam merumuskan visi dan misi organisasi.

Dalam prspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial.

Pendekatan atau prspektif sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada di

dalam suatu sistem yakni suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya

(44)

27

dan memiliki hubungan yang relatif tetap diantara elemen-elemen pemebntuknya

21

Gabriel Almond, seorang tokoh ilmu politik mengungkapkan bahwa sistem adalah kesatuan seperangkat struktur yang memilki fungsi masing- masing yang bekerja untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan sistem politik adalah kesatuan (kolektivitas) seperangkat struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan suatu negara.Pendekatan sistem politik ditujukan untuk memberikan penjelasan yang bersifat ilmiah terhadap fenomena politik.Pendekatan sistem politik juga ditujukan untuk menggantikan pendekatan klasik ilmu politik yang hanya mengandalkan analisis pada negara dan kekuasaan.Pendekatan sistem politik diinspirasikan oleh sistem yang berjalan pada makhluk hidup.

Dalam sebuah sistem terdapat struktur-struktur yang memiliki perannya masing-masing.Struktur dalam hal ini adalah lembaga-lembaga yang memiliki keabsahan dalam menjalankan suatu fungsi dalam sistem politik khususnya. Dalam konteks sistem politik menurut Gabriel Almond, terdapat 3 struktur penting dalam sistem, yaitu input (pemasukan), output (pengeluaran) dan proses. Struktur input bertindak selaku pemasok komoditas ke dalam sistem politik, struktur proses bertugas mengolah masukan dari struktur input, sementara struktur output bertindak selaku mekanisme pengeluarannya. Hal ini mirip dengan organisme yang membutuhkan makanan, pencernaan, dan metabolisme untuk tetap bertahan hidup. Berikut ini skema sistem:

21Sistem politik.http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_politik (diakses, 9 Mei 2016).

(45)

28

Lingkungan

Input Tuntutan Sistem Politik KeputusanOutput

Dukungan Tindakan

Proses menghasilkanFeedback (umpan balik)

Sumber: Buku Sistem Politik Indonesia (dalam Anthonius Sitepu, 2004).

Partai politik bergerak karena adanya kader-kader yang memiliki peran dan fungsinya masing masing. Kader Kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai “pemihak” dan membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut (Nano Wijaya dalam Taupik Azhar:2014). Dalam hal membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut, seorang kader dapat berasal dari luar organisasi tersebut dan biasanya merupakan simpatisan dan memiliki tujuan yang sama dengan institusi organisasi yang membinanya.

Secara terminologis, definisi kaderisasi adalah pencetakan, sedangkan

definisi kader itu sendiri adalah orang yang dipercaya mampu melanjutkan

tugas-tugas yang ada dalam suatu organisasi. Dalam urgensinya kaderisasi

Referensi

Dokumen terkait

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada si pembelajar (siswa) (Zainal

Curah hujan menjadi faktor penting dalam memanfaatkan lahan kota semarang baik sebagai lahan hunian maupun sebagai lahan perkebunan, hal ini dikarenakan curah hujan sangat

Sebagaimana yang telah dijalaskan oleh Sternberg d English (dalam Siswono,2009:4-5) bahwa Encoding merupakan komponen proses berpikir analogi yang mana pada tahap

Curah hujan menjadi faktor penting dalam memanfaatkan lahan kota semarang baik sebagai lahan hunian maupun sebagai lahan perkebunan, hal ini dikarenakan curah hujan sangat

Hal ini terlihat juga dari nilai efisiensi penyapuan areal saat breakthough (EABT) yang rendah yaitu sebesar 0,55. Harga efisiensi penyapuan areal yang rendah tersebut

(1) Bidang Destinasi Pariwisata mempunyai tugas mengoordinasikan, membina, mengatur, dan mengendalikan pengembangan destinasi wisata, peningkatan kesadaran wisata serta

yaitu orang yang menanamkan nilai atau adab kepada peserta didik; (2) Kedudukan guru PAI dalam pandangan Hasan Langgulung adalah sejajar dengan ulama atau satu tingkat di bawah

menyiapkan bahan dan menyusun laporan kinerja pelaksanaan kegiatan penelitian, pengkajian, dan analisis kebijakan dalam pengembangan teknologi dan inovasi;