• Tidak ada hasil yang ditemukan

Foto 17.Ahmad Rosadi, S.Pd.I, Ketua JPRMI Kota Medan Sumber: Facebook Ahmad Rosadi tahun 2014

5.2 Kemauan Diri

Kemauan diri merupakan sebuah hasrat, naluri dan aspek yang mendorong seseorang untuk mencari tahu lebih jauh sesuatu hal yang mengganjal di hatinya.Hal ini juga melatarbelakangi seseorang calon kader untuk menjadi kader sebuah partai, contohnya adalah Pak Kamariansyah.Beliau kebetulan rumahnya dekat dengan Masjid Al-Ikhlas, Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia.Sebelumnya beliau baru saja mendaftar sebagai kader Partai PDI.P DPC Medan Polonia.Beliau melihat hal aneh dan curiga mengapa setiap malam di ruangan Madrasah Masjid Al-Ikhlas ada pengajian rutin setiap seminggu sekali di malam harinya.Akhirnya beliau memberanikan diri mendatangi dan bertanya kepada Pak Basyir yang merupakan kader PKS Kota Medan tentang pengajian tersebut.

147

Berikut pernyataan Pak Kamariansyah (43 tahun) sebelum menjadi Kader PKS Kota Medan:

Dulu om sebelum masuk PKS sempat tertengok om Pak Basyir sering bawa anak-anak mud abaca Al-Qur‟an yang kecil-kecil itu. Disitu terus om datangi Pak Basyir, Bang ini pengajian apa ini bang? Kok ku tengok seminggu sekali kalian ngaji di ruangan ini?Pak Basyir jawab “Ya ngaji-ngaji biasa bang, kalo mau ikut gabunglah bang, gratis ngajinya kok. Disitulah om mulai coba skali, rupanya enak, ngajinya belajar baca Qur‟an yang betul pertama-pertama, tentang amalan-amalan wajib juga kayak puasa, zakat, sholat. Oh ternyata om rasa ada enaknya juga, trus ngelanjutlah om.

Ketauannya ini pengajian partai pas abis ngaji bahas-bahas pergerakan penyebaran Islam zaman Nabi Muhammad trus dikaitkannya sama keadaan politik Indonesia juga pas mau dekat-dekat Pemilulah itu tahun 2003 Pak Basyir ngajak om,

“Bang mau ikut partai dakwah kita bang? Ikut-bantu kita nanti pas kampanye ya. Partai apa itu bang? Partai PK bang.

“Oh yauda boleh lah bang, om bilang.

5.3 Aktivis Organisasi Keagamaan Islam di Ranah Formal dan Informal Berorganisasi merupakan dari budaya manusia sebagai makhluk sosial.Organisasi sendiri merupakan bagian dari pranata sosial yang ada di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai tempat beberapa manusia untuk berkomunikasi, belajar dan mencapai tujuan yang mereka inginkan.Namun tidak kita pungkiri, kegiatan dari berorganisasi tersebut terdapat unsur-unsur mencapai dan mendapatkan kekuasaan dan jabatan yang merupakan unsur dari politik.Organisasi sosial juga merupakan sarana untuk mencari bakal calon kader-kader yang memiliki potensi dan keilmuan teoritis maupun kreativitas di sebuah organisasi.Organisasi politik juga memiliki strategi

148

tersembunyi (hidden-strategy) dalam meraup calon kader di ranah organisasi sosial baik yang berada di institusi formal maupun institusi informal.

Berikut ini salah satu pernyataan Kak Nana Indrayani (31 tahun) yang juga mantan aktivis kampus fakultas FMIPA USU:

Awal kenalnya liqo atau halaqah itu dari menthoring,menthoringkan wadah dari UKMI fakultas yang memprasarani matakuliah agama Islam. Dari mulai ikut menthoring kakak merasa nyaman dan ada perubahan dari diri kakak ke arah lebih baik, trus stelah siap matakuliah agama Islamnya, siap juga menthoringnya trus kakak juga ditanya sama murabbi kakak mau lanjut gak menthoringnya? Kakak jawab mau, dan setelah itulah menthoring berlanjut ke jenjang liqo.

Selain itu, berikut ini penulis paparkan pernyataan Bang Hendrik (32 tahun) yang juga merupakan kader PKS Kota Medan yang dahulunya hingga sekarang yang aktif di organisasi informal (masyarakat) di lingkungannya:

Sejak SMA abang udah jadi ketua Remaja MasjidAr-Rahman simpang pelangi selama dua periode. Pas SMA tahun abang ikut OSIS tapi di bidang Rohis. Disitulah mulai sering ikut-ikut pengajian rutin, tamat SMA sekitar tahun 2002 abang diajak liqo sama senior abang. Murabbinya pertama abang Pak Jamhur Abdullah yang sekarang anggota DPRD Medan fraksi PKS.Habis tamat SMA abang tetap lanjut liqo‟annya walau abang udah dua kali ganti murabbi.Kalo pergantian murabbi ya yang ngasi tau senioran abang.

149 5.4 Pendidikan

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh manusia dengan manusia lain, khususnya orangtua dengan anaknya demi terwujudnya sikap dan pola prilaku yang terarah dan lebih baik. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi mungkin juga terjadi secara otodidak (sendiri).

Kata pendidikan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “didik” dan kemudian mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an”, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara dan perbuatan mengarahkan.

Manusia sebagai makhluk sosial yang tumbuh dari bayi hingga tua tentunya mengalami proses belajar agar dapat berbaur dan diterima di dalam lingkup masyarakat dan lingkungannya. Belajar yang merupakan salah satu proses menerima pendidikan yang dilalui oleh semua manusia merupakan hasil dari konsep pemikiran yang dihasilkan manusia dan merupakan sesuatu proses yang terus menerus dilalui dan merupakan dari budaya.

Dalam prspektif antropologi, menurut Koentjaraningrat (2009: 185) belajar pada manusia melalui tiga cara yaitu internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi. Internalisasi sendiri terjadi pada manusia lahir hingga mati.

Internalisasi sendiri merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidupnya hingga akhir hayatnya, dimana seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang kemudian membentuk kepribadiannya. Sosialisasi adalah semua proses pola tindakan

individu-150

individu yang saling mempengaruhi dan kemudian diserap ke fikirannya dan dicerna dan diterapkannya di dalam kehidupan bermasyarakat sepanjang masa. Sedangkan enkulturasi adalah proses belajar dan menyesuaikan alam fikiran serta sikap terhadap adat, sistem norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang.

Jika dirunut dari segi jenisnya, pendidikan sendiri terdiri dari 2 jenis, yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal.Pendidikan formal sendiri merupakan pendidikan yang dilakukan di sebuah lembaga formal pendidikan seperti sekolah, kuliah dan seminar-seminar pendidikan.Sedangkan pendidikan informal sendiri merupakan pendidikan yang di dapat diluar sekolah seperti di keluarga, dan lingkungan bermasyarakat yang terjadi sepanjang masa. Berikut kutipan wawancara dari Pak Hamzah Sagimun:

Kalo tingkat pendidikan pengurus di setiap DPC PKS yang ada di Medan itu kebanyakan S1.Ya nentui juga pendidikan dia itu bisa jadi calon kader, karena kebanyakan kader kita di Medan banyak yang udah S1.

Tujuannya supaya setiap DPC kreatif dalam pola pikirannya buat-buat agenda orangpun simpatik dan suka sama PKS di Medan ini

Pendidikan formal pada kader PKS Kota Medan sangat diutamakan.

Hal menurut pendapat Pak Hamzah Sagimun ini dimaksudkan agar PKS di Kota Medan mampu memberikan sumbangan fikiran dan pola-pola strategis yang dihasilkan melalui kognitif dalam proses kaderisasi dan aktivitas PKS di ranah perpolitikan yang membutuhkan kader-kader yang berkompeten secara kognitif dan motorik dalam kreativitas pembangunan kreativitas dalam

151

strategi mengelola DPC-nya masing-masing di Kota Medan demi menarik simpati masyarakat.

Pengetahuan kognitif sendiri dapat diterima dan di dapat dari pendidikan formal yang dilakukan manusia di dalam jenjang pendidikan formal yang bertingkat seperti SD, SMP, SMA bahkan kuliah baik Strata 1, 2 dan 3.

Berikut ini data BPH DPD PKS Kota Medan berdasarkan pendidikan formal Tabel 12. Pengurus Harian DPD PKS Kota Medan tahun 2015-2020 berdasarkan tingkat pendidikan formal

No. Nama Jabatan

1. Krido Wardoyo Bidang Kepemudaan

2. Dzulfikar, S.Ag Bidang Kepanduan dan Olahraga 3. Hj. Sri Rezeki, A.Md Bidang Perempuan dan Ketahanan

Keluarga

4. Hamzah Sinaga, S.Sos Bidang Pemenangan Pemilu dan Pilkada

5. M. Nasir, S.H Bidang Polhukam (Politik Hukum dan Keamanan)

6. M. Yani S.T Bidang Ekuintek (Ekonomi, Teknologi dan Informasi) dan LH (Layanan

Hukum)

7. Son Haji Harahap, S.Ag Bidang Pembangunan Keummatan dan Dakwah

8. H. Djumadi, S.Pd.I Bidang Kesejahteraan Umum 9. H. Tukijan Bidang Pemberdayaan Jaringan Usaha

dan Ekonomi Kader

10. Eddy Syam Bidang Pekerja Petani dan Nelayan

11. Syaiful Ramadhan Bidang Humas

12. H. Asmu‟I Lubis, S.Pd.I Ketua Cada 1 Sumber: Facebook DPD PKS Kota Medan tahun 2015

152 5.5 Keluarga

Keluarga merupakan adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari seorang kepala keluarga, seorang istri dan beberapa orang anak yang tinggal di suatu rumah.Keluarga merupakan awal tempat seseorang berinteraksi, dan belajar.Dalam hal ini, kedua orangtua berperan penting dalam pola asuh dan pendidikan anak-anaknya.Suami khususnya merupakan pemimpin dan kepala keluarga mempunyai peran penting dalam kebijakan dan menuntun keluarganya lebih baik.

Kader PKS khususnya di Kota Medan menikah dengan cara perjodohan secara syari‟at Islam yang disebut dengan ta’aruf54. Tahap awal pernikahan di jembatani oleh murabbi si laki-laki dan murabbi si perempuan yang telah ikut liqo tanpa melewati proses umum yang disebut dengan pacaran. Jika pihak laki-laki cocok maka akan berlanjut ke tahap selanjutnya yaitu pernikahan.

Setelah pernikahan, sebagian besar peran dan kebijakan rumah tangga dipegang oleh seorang suami. Kultur gender berpadu dokrin agama Islam yang mengatakan “ridho suami akan mengantarkan istri ke surga manapun yang ia (perempuan) mau” menjadi alasan seorang suami harus diikuti.

Untuk seorang istri yang belum pernah sama sekali mengikuti liqo, kemungkinan besar dituntut dan dianjurkan untuk mengikuti agenda liqo yang merupakan sarana tarbiyah miliki PKS. Berikut ini salah satu pernyataan Ibu Emi (37 tahun) istri Pak Razali Taat, S.Pd.I:

54Ta’aruf adalah proses saling perkenalan antara pihak keluarga laki-laki dan perempuan sebelum melakukan pernikahan tanpa melakukan proses pacaran yang dikenal secara umum.

153

Ibu, dulu sebelum nikah sama Bapak, gak tau apa itu liqo, sejak nikah sama Bapak lah, ibu mulai dianjurin Bapak ikut pengajian yang namanya liqo itu. Ya ibu sih gak keberatan karna kan suami imamnya di rumah tangga, jadi ibu ikuti aja liqo‟annya.

Dalam kutipan wawancara dengan Ibu Emi terlihat peran seorang laki-laki sebagai suami terlihat karena dalam sudut pandang Islam perempuan adalah makmum dan pengikut apa yang dianjurkan laki-laki sebagai suami dan pemimpin dalam keluarga.