• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan di terminal Pinang Baris Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten. Deli Serdang. Penulis menganggkat kasus anak pekerja penyapu angkot untuk Skripsi atau tugas akhir ini, yang merupakan salah satu sayarat kelulusan memperoleh gelar S1. Sebelumnya penulis pernah magang di salah satu lembaga yayasan PKPA. Mendapat penugasan kelapangan oleh salah satu Unit PKPA yakni ke SKA (Sanggar Kreatifitas Anak) yang terletak di Pinang Baris. Itulah awal mula penulis melihat di terminal banyak anak-anak yang bekerja setiap harinya menyapu angkot. Penulis langsung tertarik mengangkat kasus itu sebagai bahan penulisan Skripsi. Sebelumnya penulis mengakrabkan diri dan mendekatkan diri terlebih dahulu

dengan mereka, agar nantinya penulis lebih leluasa berjumpa dan ngobrol dengan mereka.

Penulis dikenalkan oleh salah satu karyawan SKA kepada anak-anak pekerja penyapu angkot ini, dan memperkenalkan diri kepada mereka. Saya dan Kak Dewi karyawan SKA duduk-duduk dengan mereka dan sambil ngobrol-ngobrol seputar pekerjaannya dan kehidupannya. Disana pada saat itu terdiri 7 orang anak pekerja penyapu angkot, karena salah satu temannya memanggil teman-temannya yang lain ikut bersama kami ngumpul-ngumpul.

Pada saat ngumpul penulis dan kak Dewi menyuruh salah satu anak itu membeli cemilan, penulis memberikan uang kepadanya senilai Rp.20.000 untuk membeli cemilan untuk kami makan sambil ngobrol. Penulis melihat mereka sangat senang melihat kedatangan kami, mereka menyambut kami dengan baik. Kami duduk-duduk sambil bercerita-certia dan ketawa-ketawa mendengar candaan dari salah satu mereka. Perasaan penulis pada saat itu sangat senang sekali karena melihat anak-anak ini tidak seseram seperti yang penulis bayangkan sebelumnya. Karena anak jalanan biasanya di identik nakal, brandalan, dan suka memalaki orang baru yang datang menjumpai mereka. Namun berbeda dengan anak-anak pekerja penyapu angkot ini, mereka sangat baik kepada penulis dan kak Dewi. Mereka menghargai penulis karena mereka tahu kalau penulis dan kak Dewi dari SKA, karena SKA merupakan yang pembimbing mereka. Setelah dua jam penulis duduk dengan mereka penulis kembali pulang dengan mengendarai sepeda motor, dan anak-anak itu kembali bekerja.

Keesokan harinya penulis kembali kelapangan, yakni terminal Pinang Baris. Jam 12:30 WIB penulis kembali kesana dengan menggunakan sepeda motor pribadi penulis sendiri. Penulis sekitar setengah jam mengelilingi terminal sampai dua kali sambil mencari dan melihat-lihat keberadaan mereka hingga pada akhirnya Penulis tidak melihat mereka di terminal. Pada saat jam pukul 12:30 WIB, dan penulis terus mencari keberadaan mereka, dan pada akhirnya penulis melihat mereka sedang bergerombolan di sepanjang jalan Pinang Baris tersebut. Penulis melihat mereka bergerombolan anak di tepi jalan Pinag Baris tersebut, tidak memikir panjang penulis langsung menghampiri mereka disana dan langsung ikut bergabung dengan mereka.

Penulis dilapangan menjumpai mereka dan mereka bertanya kenapa penulis mencari mereka, dan penulis menjawab penulis ingin melihat mereka bekerja sambil mengabadikan moment mereka bekerja. Penulis pada saat itu melihat mereka ada yang duduk dan berdiri di pinggir jalan raya Pinang Baris ini, mereka terus berdiri di tengah terik matahari menyengat kulit, dan polusi serta debu. Penulis melihat mereka ada yang sedang bergurau dengan sesama mereka dan ada yang duduk karena kecapekan.

Penulis melihat mereka terus menggangkat sapu kecil dan botol kecil berisi solar di setiap angkutan umum melintas dan sambil menawarkan menyapu angkot tersebut kepada si sang supir pengendara tersebut. Penulis juga melihat apabila si sang supir menggelengkan kepalanya dan terus melajukan kendaraannya itu tandanya sang supir tidak bersedia di sapu angkotnya, tetapi apabila si sang supir

menganggukkan kepalanya dan mehentikan angkotnya maka anak tersebut langsung berlari mengejar angkot itu dan langsung masuk kedalam angkot tersebut lalu langsung membersihkan angkot sang supir tersebut. Namun penulis melihat sebagian si supir pengendara angkot ini tidak langsung mengginjak habiskan remnya, masih dalam keadaan melaju, namun anak-anak ini langsung masuk dan melompat kedalam angkot tersebut. Dua orang anak pekerja penyapu angkot ini telah menaiki angkot dan langsung menuju terminal sedangkan anak-anak yang lainnya masih menunggu dan terus mencari dan menawarkan jasanya di tepi jalan Pinang Baris. Penulis melihat dua orang anak ini berdiri tidak di tepi jalan lagi justru penulis melihat mereka berdiri sudah sampai ketengah jalan, kebetulan pada saat mereka ketengah kendaraan sudah sepi namun kendaraan tetap masih ada melintas, namun penulis tidak melihat ada rasa takut dalam diri si-anak pekerja penyapu angkot ini pada saat di jalan, mereka bisa-bisa saja terserempet kendaraan yang melintas, bahkan bisa tertabrak. Ini sangat beresiko pada keselamatan mereka saat bekerja.

Dihari berikutnya penulis kembali kelapangan, penulis berangkat pukul 14:30 WIB dengan seperti biasa menggendarai sebuah sepeda motor, penulis ke-lapangan sendiri saja. Sesampainya penulis di terminal penulis kembali memutari terminal dan di berbagai titik-titik pangkalan angkot, dan mencari keberadaan anak-anak tersebut. Setelah beberapa kali berkeliling penulis menemukan dua orang anak pekerja penyapu angkot di SPBU yang tidak jauh dari terminal, penulis melihat mereka sedang mengisi solar kedalam botolnya dengan sendiri.

Penulis terus mengamati kegiatan mereka, penulis melihat salah satu petugas SPBU tidak memberikan respon apa-apa kepada mereka, sepertinya sang petugas telah biasa membiarkan anak-anak ini mengisi dengan sendiri botol kecil milik anak ini, setelah itu penulis melihat anak itu memberikan uang setelah mengisi solar ke botol miliknya.

Setelah mereka selesai membeli solar, penulis melihat mereka ada yang langsung pergi keterminal dan ada yang duduk di SPBU tersebut sambil berjalan menuju angkot yang singgah di sana mengisi bensin. Namun penulis melihat tidak ada satu pun supir yang bersedia untuk disapu angkotnya, dan anak tersebut lalu pergi menuju jalan Pinang Baris, dan penulis langsung memanggilnya untuk bersedia penulis wawancarai, ia pun bersedia untuk penulis wawancarai, penulis langsung mengajak ia duduk dan sambil memakan cemilan yang telah penulis sediakan. Pada saat penulis mewawancarai salah satu anak pekerja penyapu angkot ini tidak lama kemudian datanglah dua orang anak sesama pekerja penyapu angkot, mereka ikut bergabung dengan kami. Perasaan penulis pada saat itu tidak konsentrasi mewawancarai seorang anak tadi, sehingga penulis menunda untuk mewawancarai si anak tadi, penulis pada akhirnya ngobrol-ngobrol dengan mereka semua seputar pekerjaanya. Pada saat penulis duduk-duduk dengan mereka salah satu anak pekerja penyapu angkot ini ada yang ngelem, dan teman-temannya yang lain menyuruh ia pergi menghindari penulis karena mereka menghargai penulis dan supaya mereka tidak ketahuan ada yang ngelem, namun penulis tidak memperlihatkan muka heran, penulis mencoba menanggapi itu hal

yang biasa sehingga mereka tidak ada yang di tutup-tutupi dari penulis dan pada akhirnya mereka menggaku semua anak pekerja penyapu angkot ini telah pernah ngelem dan ikut-ikutan ngelm, namun sebagian dari mereka mengaku telah meninggalkan kebiasaan itu dan tidak pernah lagi ngelem.

Penulis rasakan kepala penulis pusing ketika mencium aroma lem tersebut, karena aromanya sangat menyengat ke hidung penulis. Kemudian meminta kepada anak tersebut mengikat plastik lemnya itu agar tidak tercium aromanya kemana-mana. Penulis pun tidak konsentrasi untuk ngobrol-ngbrol dengan mereka, namun penulis mencoba menahan aroma tersebut dan memperlihatkan muka biasa-biasa saja dan tidak terlihat terganggu dengan hal itu. Satu persatu dari mereka pamit kepada penulis untuk melanjutkan bekerja mencari angkot untuk di sapu, tinggalah seorang anak yang ngelem tadi duduk bersama penulis. Penulis pun langsung mewawancarai tanpa sadarnya, pada saat penulis mewawancarai anak itu, ia menanggis saat penulis bertanya seputar keluarganya, satu jam sudah kami bercengrama datanglah seorang salah satu kariawan SPBU tempat kami duduk, dan bertanya kenapa ia menanggis dan kami menjawab dengan santai seolah tidak ada terjadi apa-apa. Sang anak ini langsung berlinangan air mata pada saat penulis singgung nama ayahnya, ia bercerita kepada penulis sepanjang-panjangnya masalah keluarganya, sehingga penulis jadi ikut meneteskan air mata.

Penulis mencoba menenangkannya hingga pada akhirnya teman-temannya yang lain datang dan ia pun langsung mengusap air matanya, ia tidak mau

teman-temannya melihat ia menangis karena takut di ejek oleh mereka. Setelah penulis selesai mewawancarainya penulis pun bersalaman dan memberikan sedikit uang salam untuk membeli nasi bungkus padanya, karena ia mengatakan dari pagi belum makan jadi penulis merasa kasihan langsung memberinya uang. Setelah itu penulis pamit kepada mereka untuk pulang. Dengan menggendari sepeda motor penulis kembali pulang, dan di ke-esok harinya lagi penulis kembali menyaksikan mereka bekerja.

Pada hari Senin pada tanggal 1 Mei 2016 penulis kembali ke lapangan untuk kembali mewawancarai anak-anak pekerja penyapu angkot sebagai informan. Sesampai di lapangan penulis melihat ada anak sedang menyapu angkot dan penulis pun langsung mengabadikannya berupa foto. Penulis melihat ada sekumpulan bapak-bapak duduk sambil memain kan kartu dan menggunakan koin serta seonggok uang, dan bertanya kepada salah satu anak atau informan ini mengatakan disana tempat para bapak-bapak main judi. Penulis melihat yang berada disana adalah supir angkot dan tukang becak dan masyarakat sekitar, tidak lama kemudian datanglah tiga mobil polisi dan mereka semua berhamburan melarikan diri. Perasaan penulis pada saat itu sangat ketakutan karena penulis seorang wanita dan berada di lingkungan yang penuh bahaya. Penulis melihat beberapa preman di tangkap oleh petugas kepolisian itu. Penulis pun langsung mengabadikan kejadian itu. Dan penulis melihat ada seorang anak menyaksikan kejadian ini dan ternyata ia adalah salah satu anak pekerja penyapu angkot di terminal Pinang Baris ini. Setelah itu penulis memutarkan arah kendaraan penulis

menuju jalan Pinang Baris mencari anak-anak pekerja penyapu angkot, dan pada akhirnya penulis berjumpa dengan mereka. Penulis pun meminta kesediaan mereka untuk menjadi informan penulis, akhirnya mereka pun bersedia untuk penulis wawancara.

Suka duka penulis berada dilapangan adalah pada saat di lapangan penulis tentu pernah mengalami suka dan duka. Suka penulis alami selama di lapangan yakni, senang bisa mengenal anak-anak pekerja penyapu angkot ini. Selama penulis penelitian penulis bisa paham dan mengerti kehidupan anak-anak pekerja penyapu angkot ini. Paham bagaimana mereka bekerja dan mencari uang untuk mereka sendiri maupun untuk keluarganya. Serta hal-hal yang tidak diketahui oleh orang lain pada saat melihat mereka secara kasat mata saja. Sesungguhnya mereka adalah anak yang baik namun orang sering beranggapan bahwasanya anak turun kejalan dan bekerja merupakan anak preman, brandal, bandel, suka mencuri, mabuk-mabukan dan lain-lain. Padahal tidak semua anak yang masuk kedalam kategori tersebut, masih ada dari mereka merupakan anak yang masih di bentengi oleh keluarganya dari hal-hal tersebut.

Sedangkan duka penulis pada saat dilapangan adalah penulis sering digodai dan diganggu oleh beberapa preman- preman yang ada diterminal tersebut, sehingga penulis tidak fokus dalam mewawancarai anak-anak pekerja penyapu angkot. Karena pada saat penulis penelitian, penulis pergi dengan seorang diri sedangkan penulis adalah wanita, jadi penulis sering diganggu oleh preman disana. Selain itu selama dilapangan setiap penulis mendatangi anak-anak pekerja

penyapu angkot ini, mereka selalu ngotot meminjam sepeda motor yang penulis bawa kelapangan. Penulis selalu memberi pengertian kepada mereka bahwasanya mereka belum cukup umur dalam mengendarai sepeda motor, namun mereka selalu ngotot meminjam sepeda motor tersebut. Pada akhirnya pernah penulis berikan sekali sepeda motor itu kepada salah satu anak tersebut, namun yang terjadi adalah ia membawa sepeda motor tersebut dengan kecepatan tinggi sehingga jatuh dari sepeda motor tersebut. Untung ia tidak terluka, namun beberapa goresan terlihat di sepeda motor penulis. Setelah itu penulis tidak pernah memberikannya lagi kepada mereka meskipun mereka ngotot meminjamnya.

Itulah suka duka yang pernah penulis alami selama berada dilapangan dalam menyelesaikan karya ilmiah untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Antropologi. Penelitian ini penulis lakukan selama dua bulan terakhir ini. Hingga pada akhirnya penulis bisa memperoleh data selama dilapangan dan menganalisa data tersebut.

Dokumen terkait