• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Usaha Tani Responden di Desa Arabika

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1 Identitas Responden

5.1.4 Pengalaman Usaha Tani Responden di Desa Arabika

Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani menekuni suatu usaha tani. Semakin lama petani melakukan usahanya maka semakin besar pengalaman yang dimiliki. Dengan pengalaman yang cukup besar akan berkembang suatu keterampilan dan keahlian dalam menentukan cara yang lebih tepat untuk mengembangkan usahatani tanaman cabainya secara efektif dan efisien.

Tabel 8. Pengalaman Usaha Tani Responden di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat

No Pengalaman (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 2-3 8 38,10

2. 4-5 8 38.10

3. 6-7 5 23,80

Jumlah 21 100

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2014.

Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa pengalaman petani respondendalam usaha tani cabai adalah2-3 tahun berjumlah 8 orang atau (38,10%), pengalaman responden 4-5 tahun sebanyak 8 atau (38,10%) dan pengalaman responden 6-7 tahun sebanyak 5 orang atau (23,80%), hal ini dapat dijelaskan bahwa tinggi rendahnya pegalaman usaha tani responden tidak menjadi faktor dalam menentukan keputusan responden untuk mengadopsi alat siram sprinkler. Semua petani responden memiliki peluang untuk mengadopsi spinkler dan tidak dipengaruhi berapa lama pengalaman responden dalam berusaha tani.

39 5.1.5 Luas LahanUsaha Tani Responden di Desa Arabika

Luas lahan usahatani yang dimaksud disini adalah luas lahan yang dikelolah petani untuk komuditi tanaman Cabai yang dikonversi dalam hektar. Menurut soekartowidkk (2001) menyatakan bahwa luas lahan lebih dari 0,5 hektar merupakan luas lahan yang tergolong luas untuk pengembangan suatu komuditi.

Luas lahan yang dimiliki petani responden dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 9. Luas Lahan Responden di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat No Luas Lahan (ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 0,50-0,76 13 61,90

2. 0,77-1,03 6 28,52

3. 1,04-1,30 2 9,53

Jumlah 21 100

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2014.

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan jumlah responden yang memiliki luas lahan 0,50-0,76 Ha sebanyak 13 orang atau (61,90%), 0,77-1,03 Ha sebanyak 6 orang atau (28,52%), dan 1,04-1,30 Ha sebanyak 2 orang atau (9,53%).

Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa lahan petani tergolong luas sehingga luas lahan petani berpengaruh dalam pengambilan keputusan petani untuk mengadopsi alat siram sprinkler. Ini menunjukkan bahwa petani yang mempunyai lahan yang luas lebih berani untuk mencoba menerapkan suatu inovasi, dengan alasan apabila dalam percobaa penggunaan adopsi tersebut mengalami kegagalan masih banyak lahan lain yang dapat dikelola.

40 5.2. Inovasi Tekhnologi Alat Siram Sprinkler

Inovasi tehnologi sprinkler adalah suatu metode pemberian air keseluruh lahan yang akan disiram dengan menggunakan pipa yang bertekanan. Sistem spinkler yang digunakan oleh petani ditempat penelitian adalah sistem portabel atau sistem sprinkler yang dapat di pindah-pindahkan sehingga penyiraman dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Dari segi konstruksinya, sistem konstruksi yang digunakan adalah konstruksi sederhana yang belum di lengkapi dengan alat-alat penutup atau pembuka pintu air secara otomatis.

Berdasarkan sumber tenaga yang digunakan ada dua yaitu, sumber irigasi grafitasi dan sumber irigasi bertekanan. Sumber irigasi grafitasi mengambil sumber air dari tempat yang lebih tinggi dari lahan yang ingin disiram jadi biarpun tidak menggunakan mesin pompa, air tetap memiliki tekanan yang cukup untuk melakukan semburan atau semprotan melalui lobang sprinkler.

Sumber air bertekanan dengan mengambil sumber air yang letaknya lebih rendah atau sejajar dengan lokasi lahan dengan menggunakan mesin pompa air untuk mengalirkan dan memberikan tekanan agar air dapat disemprotkan ke tanaman melalui lubang kecil yang terdapat pada kepala sprinkler. Kepala sprinkler disambungkan dengan tiang yang biasa disebut dengan paser, agar sumber pancuran yang keluar dari lobang sprinkler lebih tinggi dari tanaman, sehingga jangkauan semprotan dapat maksimal. Inovasi sprinkler ini sangat tepat untuk di tawarkan kepada petani khususnya petani cabai pada saat memasuki musim kemarau. Adapun karakteristik inovasi sprinkler sebagai berikut: .

41 1. Keuntungan Relatif (Relative Advantage),

Keuntungan Relatif yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima, makin cepat tersebarnya inovasi.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan keuntungan yang dapat di peroleh petani dari inovasi sprinkler tersebut adalah dapat menghemat waktu dan tenaga petani, sebelumnya dalam melakukan penyiraman tanaman cabai petani menggunakan tenaga manual tentunya akan sangat menyita waktu dan tenaga petani. Dengan adanya inovasi sprinkler ini petani dapat menghemat, tenaga dan waktunya dan dapat digunakan untuk kegiatan lainnya dan tentunya akan semakin menguntungkan petani untuk menambah penghasilannya.

2. Kompatitibilitas/keselarasan

Kompatibililitas berkaitan dengan nilai sosial budaya dan kepercayaan, dengan gagasan yang diperkenalkan sebelumnya, atau dengan keperluan yang dirasakan oleh petani. Sebagai contoh, akan sangat sulit untuk memperkenalkan peternakan babi di kalangan umat islam, walaupun peternakan tersebut memeberi keuntungan yang sangat tinggi. Dari hasil penelitian, teknologi alat siram sprinkler ini sangat sesuai dengan nilai sosial budaya masyarakat setempat, khusunya dalam sistem pembagian air irigasi. Sprinkler ini dapat menghemat penggunaan air, dan dapat di kontrol dengan mudah sehingga tidak mengganggu pengguna air lainnya. Penyiraman yang dilakukan petani pada malam hari,

42 tentunya tidak menggangu pengguna air pada siang harinya. hal Ini dapat menghindari terjadinya perselisihan antara petani satu dengan petani lainnya khususnya petani yang menggunakan sprinkler dengan petani yang tidak menggunakan sprinkler .

3. Kompleksitas

Kompleksitas adalah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Inovasi sering gagal karena tidak diterapkan secara benar.

Beberapa diantaranya memerlukan pengetahuan atau keterampilan khusus.

Dari hasil penelitian di lapangan, teknologi sprinkler ini tidak memerlukan keahlian dan keterampilan khusus karena komponen-komponen atau bahanbahan utama yang di gunakan dalam sistem irigasi sprinkler ini seperti selang plastik, pipa pvc sudah tidak asing lagi bagi petani dan banyak dijual ditoko-toko yang ada di daerah tersebut.Cara pemasangan dan fungsi bahan-bahan tersebut tentunya sudah diketahui oleh petani, resiko yang dapat ditimbulkan apabila ada kesalahan dalam pemasangan jaringan sprinkler ini tidak terlalu besar.

4. Trialabilitas

Trialabilitas adalah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.

Suatu inovasi yang dapat dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat dari pada inovasi yang tidak dapat dicoba terlebih dahulu. Dari hasil penelitian dilapangan tehnologi inovasi sprinkler ini dapat dicoba dalam skala kecil, seperti mencoba dihalam rumah petani dengan satu buah sprinkler menggunakan selang plastik sebagi saluran air yang harganya jauh lebih murah dari pada pipa pvc, dengan menggunkan kerang air bersih dari rumah sebagai sumber air.

43 5. Dapat diamati (Observebelity)

Dapat diamati adalah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasinya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati, hasilnya akan lama diterima oleh masyarakat. Hasil pengamatan dilapangan spinkler ini hasilnya mudah untuk diamati karena lahan yang menggunakan spinkler tidak tersembunyi sehingga siapapun dapat melihat dan mengamati hasilnya dengan menggunakan indra penglihatan secara langsung.

Dari pembahasan sebelumnya dapat dijelaskan bahwa inovasi spinkler adalah sebuah inovasi teknologi alat siram yang bersifat semi otomatis yang menggunakan daya tekanan grafitasi ataupun dengan menggunakan mesin pompa sebagai sumber tenaga untuk menyemprotkan air secara otomatis ketanaman.

kepala spinkler sebagai pusat semburan dapat dipindah pindahkan sesuai dengan kebutuhan lahan yang ingin disiram.

Inovasi ini dapat meringankan pekerjaan dan menghemat waktu petani dalam melakukan penyiraman hususnya pada saat musim kemarau. Inovasi spinkler ini dapat menghemat air dan memanfaatkan sumber air yang terbatas sehingga tidak mengganggu petani pengguna air lainnya, dalam pemasangan irigasi spinkler cukup mudah karena komponen yang digunakan cukup sederhana dan sudah dikenal oleh masyarakat, komponen tersebut berupa pipa atau selang plastik yang berfungsi sebagai saluran air dan disemprotkan pada sebuah lubang yang ada pada kepala spinkler. Alat ini dapat dicoba pada lahan yang kecil dan mudah diamati hasil dari penggunaan spinkler tersebut.

44 5.3.Proses Komunikasi Penyuluhan Pertanian

Proses komunikasi adalah penyampaian informasi dari sumber kepada penerima pesan, dalam hal ini penyampaian mengenai inovasi teknologi alat siram sprinkler yang disampaikan oleh penyuluh pertanian kepada petani cabai.

Berdasarkan pendekatan sasaran Dalam melakukan komunikasi tentang sprinkler penyuluh di Desa Arabika menggunakan tiga metode yaitu metode pendekatan massa, metode pendekatan kelompok, dan metode pendekatan individu. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Metode-metode dalam proses komunikasi penyuluhan tentang Spinkler di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

No Uraian Keterangan

1 Metode Kelompok Pemberian materi, demonstrasi, diskusi dan kunjungan lapangan secara kelompok.

2 Metode Individu

Melakukan pendekatan dan dialog secara langsung kepada petani yang dianggap berpengaruh dalam masyarakat.

3 Metode Massa

Mencetak brosur dan baliho yang memuat gambar spinkler disertai dengan penjelasan tentang manfaat dan cara aplikasinya

Sumber: Data primer setelah diolah, 2014

Tabel 10 menjelaskan bahwa pelaksanaan proses komunikasi secara kelompok dilakukan dengan carapendekatan kelompok ditentukan berdasarkan lokasi tempat tinggal petani yaitu dilakukan pada tiap-tiap Dusun yang berada dalam wilayah Desa Arabika, tempat yang digunakan dalam pertemuan di Dusun Arango bertempat di Aula Kantor Desa Arabika, dan dilokasi lahan salahseorang petani cabai, untuk pertemuan di Dusun Kasuarang pertemuan/penyuluhan

45 berlangsung di Rumah Kepala Dusun dan dilokasi lahan petani dan pertemuan di Dusun Bondu juga bertempat dikediaman Kepala Dusun Bondu dan dilokasi lahan percontohan tanaman cabai yang menggunakan sprinkler. Adapun kegiatan yang dilakukan pada pertemuan itu adalah pemberian materi tentang spinkler, demonstrasi pemasangan sprinkler, diskusi antara penyuluh dan petani, maupun diskusi antara sesama petani mengenai spinkler.

Metode selanjutnya adalah Metode proses komunikasi secara massal.

Metode pendekatan massal dilakukan dengan tujuan agar semua lapisan masyarakat dapat mengetahui dan mengadopsite tehnologi sprinkler, media yang digunakan adalah media brosur dan baliho. Brosur disebar dan ditempelkan pada tempat-tempat umum seperti ditempel ditembok-tembok bangunan pasar, dimesjid dan tiang-tiang listrik. Brosur ini berisi gambar dan materi cara penggunaan sprinkler, sama halnya dengan brosur, Baliho juga dipasang ditempat sarana umum seperti didepan pasar, depan tempat ibadah dan tempat-tempat umum lainnya. Baliho dan brosur dicetak semenarik mungkin dengan jenis tulisan dan warna yang mudah dimengerti oleh petani, serta menampilkan gambar-gambar yang mampu menarik perhatian, sehingga brosur dan baliho diharapkan mampu mempengaruhi dan memotivasi petani untuk menggunakan alat siram spinkler.

Metode yang terakhir adalah Metode proses komunikasi secara individu.

Metode ini dilakukan oleh penyuluh dengan melakukan pendekatan dan dialog secara langsung dengan masyarakat yang dianggap berpengaruh dalam menyebarkan inovasi yang ditawarkan penyuluh dalam hal ini adalah para ketua kelompok tani dan pemuka-pemuka masyarakat yang dianggap berpengaruh dan

46 dapat memberikan contoh kepada masyarakat lainnya. Pada metode ini penyuluh selalu mengawasi dan mendampingi petani yang telah ditunjuk dalam melakukan percobaan penggunaan spinkler pada lahan petani, sehingga dapat dijadikan contoh dan sebagai salah satu sumber informasi dalam penggunaan spinkler oleh masyarakat/petani sekitar tempat tinggalnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, tidak semua metode tersebut direspon secara baik. Menurut keterangan dari responden, diantara ketiga metode proses komunikasi yang dilakukan penyuluh dalam memperkenalkan dan memotivasi petani untuk mengadopsi spinkler, metode kelompok adalah metode yang paling banyak mendapat respon dari petani, dengan alasan selain dapat berdiskusi dengan penyuluh, petani juga dapat berdiskusi dengan petani lainnya dan dapat melihat, memperagakan cara penggunaan spinkler sehingga timbul keyakinan untuk mengadopsi spinkler.

Berdasarkan penjelasan, maka identifikasi jumlah dan persentase jawaban responden terhadap metode proses komunikasi yang paling banyak diminati dan mampu memotivasi petani dalam dalam mengadopsi spinkler dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Klasifikasi responden berdasrkan metode–metode proses komunikasi yang dilakukan penyuluh pertanian di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

No Motode proses

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014.

47 Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa metode kelompok adalah metode proses komunikasi yang paling banyak disukai dan dianggap paling berperan dalam memotivasi petani untuk mengadopsi spinkler yaitu 17 atau 80,94% responden, pada metode massa 2 orang atau9,52% responden yang aktif dan mengadopsi spinkler melalui metode ini, dan pada metode individu 2 orang atau 9,52% responden yang aktif dan mengadopsi spinkler melalui metode ini.

Dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa adanya motivasi petani untuk mengadopsi spinkler banyak dipengaruhi oleh penyaksian dan pengaplikasian secara langsung, dengan adanya komunikasi langsung dengan penyuluh maupun komunikasi dengan sesama petani lainnya melalui suatu diskusi dan pertemuan kelompok akan lebih meyakinkan petani untuk mengadopsi suatu inovasi, khususnya inovasi spinkler.

Pada metode media massa hanya dua orang petani yang aktif dan mengadopsi spinkler dengan memanfaatkan informasi dari brosur dan baliho, ini menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan penyuluh belum bisa direspon dan kurang dipahami secara baik oleh sebagian besar masyarakat. Meskipun demikian penggunaan metode ini cukup efektif dalam tahap awal yaitu tahap tahu dan tahap minat karena sebagian besar responden pertama kali mengenal spinkler ini melalui baliho dan brosur, namun petani belum yakin dan takut untuk mencoba sebelum melihat langsung manfaat dan cara pengaplikasian alat spinkler tersebut.

Pada metode proses komunikasi secara individu hanya dua orang responden yang aktif didalamnya, hal ini menunjukkan bahwa metode ini sasarannya sangat terbatas dan tentunya sangat membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih banyak.

48 Meskipun demikian metode seperti ini sangat efektif dan mudah dimengerti oleh petani, selain dapat belajar secara langsung kepada penyuluh, petani juga dapat menyampaikan keluhan-keluhan apabila ada kendala yang dihadapi tanpa ada rasa canggung dan malu, sehingga meningkatkan kepercayaan diri petani karena proses komunikasi ini dilakukan dari hati-kehati. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan didalamnya maka pendekatan ini jarang diterapkan pada program-program penyuluhan yang membutuhkan waktu yang relatif cepat.

Dokumen terkait