• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN DALAM ADOPSI PENGGUNAAN ALAT SIRAM SPINKLER PADA TANAMAN CABAI

DI DESA ARABIKA KECAMATAN SINJAI BARAT KABUPATEN SINJAI

FAISAL 105960054810

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

MODEL KOMUNIKASI PENYULUHAN PERTANIAN DALAM ADOPSI

PENGGUNAAN ALAT SIRAM SPINKLER PADA TANAMAN

CABAI DI DESA ARABIKA KECAMATAN SINJAI BARAT

KABUPATEN SINJAI

Adalah merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Pebruari 2015 FAISAL

105960054810

(5)

v

ABSTRAK

FAISAL, 1059600548 10. Model Komunikasi Penyuluhan Pertanian Dalam Adopsi Penggunaan Alat Siram Spinkler Pada Tanaman Cabai di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai dibimbing oleh RATNAWATI TAHIR dan DEWI PUSPITASARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model komunikasi penyuluhan pertanian dalam adopsi penggunaan alat siram spinkler pada tanaman cabai di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai. Untuk mengetahui penyajian komunikasi yang efektif pada kegiatan penyuluhan pertanian dalam tahap proses adopsi teknologi sprinkler.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani cabai yang memakai spinkler di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai yang berjumlah 105 orang. Penentuan sampel dalamp enelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive sampling dengan mengambil responden sebanyak 20%

atau 21 responden dari 105 populasi, Penentuan 21 sampel tersebut dilakukan secara kebetulan atau Accidental dimana setiap petani cabai yang ditemukan menggunakan sprinkler maka petani tersebut dipilih menjadi respoden.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai model komunikasi penyuluhan pertainan dalam adopsi penggunaan alat siram sprinkler pada tanaman cabai di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai dapat disimpulkan bahwa Model komunikasi dalam adopsi penggunaan sprinkler yang digunakan adalah model komunikasi interaksional yang dapat kita temukan pada kegiatan penyuluhan langsung, peragaan dan demonstrasi pelatihan dan diskusi langsung antara penyuluh dan petani. Model komunikasi linear yang dapat kita temukan dalam kegiatan komunikasi seperti penyuluhan melalui media cetak dan media massa lainnya. Penyajian komunikasi yang efektif pada tahap kesadaran dan minat, media massa (model komunikasi linear) lebih efektif sedangkan pada tahap selanjutnya yaitu tahap penilaian dan tahap pencobaan lebih efektif menggunakan komunikasi secara langsung antara petani dengan penyuluh. (model komunikasi interaksional).

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis haturkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena berkat petunjuk dan hidayah-Nya jualah sehingga skripsi yang berjudul Model Komunikasi Penyuluhan Pertanian Dalam Adopsi Penggunaan Alat Siram Spinkler Pada Tanaman Cabai ini dapat diselesaikan.

Meskipun skripsi telah dapat diselesaikan namun penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan sebagai karya yang sempurna. Oleh karena itu, satu kebanggaan dan kehormatan bagi penulis, jika para pembaca dapat memberikan sumbangan pikiran dan saran guna pengembangan wawasan bagi penulis khususnya

Ucapan terimakasih kepada Dr. Ir. Ratnawati Tahir, M.Si Selaku pembimbing I dan Dewi Puspitasari, S.P., M.Si Selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta perhatian sampai penulisan skrpsi ini selesai.

Makassar, Pebruari 2015

Faisal

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan dan Kegunaan ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Penyuluh Pertanian ... 6

2.2. Pengertian Komunikasi ... 8

2.3. Proses Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian ... 9

2.4. Model-model Komunikasi ... 10

2.5. Model Komunikasi Linear ... 10

2.6. Model Komunikasi Interaksional ... 11

(8)

viii

2.7. Rintangan-ritangan Dalam Komunikasi dan Cara Mengatasinya 12

2.8. Spinkler ... 16

2.9. Adopsi Inovasi ... 17

2.10. Cabai ... 22

2.11. Kerangka Pikir ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Penentuan Lokasi dan Waktu... 25

3.2. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 25

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 26

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5. Teknik Analisi Data ... 27

3.6. Definisi Operasional ... 28

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 29

4.1. Keadaan Umum Wilayah ... 29

4.2. Penggunaan Lahan ... 30

4.3. Potensi Sumber Daya Manusia... 31

4.3.1. Jumlah Penduduk ... 31

4.3.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur Desa Arabika .. 31

4.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Arabika ... 32

4.3.4. Mata Pencaharian ... 34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1. Identitas Responden ... 35

5.1.1. Tingkat Umur ... 35

5.1.2. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Arabika ... 36

5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Arabika ... 37

5.1.4. Pengalaman Usaha Tani Responden di Desa Arabika ... 38

5.1.5. Luas lahan Usaha Tani Responden di DesaArabika ... 39

5.2. Inovasi Teknologi Alat Siram Spinkler ... 40

(9)

ix

5.3. Proses Komunikasi Penyuluhan Pertanian ... 44

5.4. Model Komunikasi ... 48

5.5. Adopsi Sprinkler... 50

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 53

6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Penggunaan Lahan Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat ... 30 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur dan Jenis Kelamin di

Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat ... 31 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikandi Desa Arabika

Kecamatan Sinjai Barat ... 33 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Arabika

Kecamatan Sinjai Barat ... 34 5. Tingkat Umur Responden di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat... 35 6. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Arabika Kecamatan Sinjai

Barat ... 36 7. JumlahTanggungan Keluarga Petani Responden di Desa Arabika

Kecamatan Sinjai Barat ... 37 8. Pengalaman Usaha Tani Responden di Desa Arabika Kecamatan Sinjai

Barat ... 38 9. Luas Lahan Responden di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat ... 39 10. Metode-metode dalam proses komunikasi penyuluhan tentang spinkler

di Desa Arabika ... 44 11. Klasifikasi Responden Berdasarkan metode-metode Proses

Komunikasi yang dilakukan Penyuluh Pertanian di Desa Arabika ... 46 12. Sumber Informasi Proses Adopsi Sprinkler ... 50

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Fikir ... 24 2. Alat Spinkler ... 62 3. Cara Kerja Spinkler ... 62

4. Informasi Alat Siram Spinkler Melalui Media Massa (Model Komunikasi Linear) ... 63

5. Informasi Alat Siram Spinkler Melalui Brosur

(Model Komunkasi Linear) ... 63 6. Penyuluhan Langsung (Model Komunikasi Interaksional)... 64 7. Penyuluhan Langsung (Model Komunikasi Interakional) ... 64

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuisioner Penelitian ... 57 2. Identitas Responden ... 60 3. Klasifikasi responden berdasarkan metode–metode proses

komunikasi yang dilakukan penyuluh pertanian di Desa Arabika ... 61 4. Dokumentasi ... 62

(13)

xiii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang diselenggarakan secara sistematis ditujukan pada orang dewasa (masyarakat) agar mau, mampu dan berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan masyarakat luas. Dengan kata lain, penyuluhan merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, sikap, kebiasaan dan keterampilan dengan membantu, mempengaruhi dan memotivasi masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. Pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, mentaati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, adalah suatu proses komunikasi. Komunikasi penyuluhan banyak digunakan oleh lembaga atau instansi baik pemerintah maupun nonpemerintah, untuk menyampaikan dan mempersuasi masyarakat menuju ke arah modernisasi dalam segala bidang atau sektor yang berdampak langsung pada peningkatan ekonomi mereka secara khusus dan menekan laju pembangunan secara umumnya. Salah satu bidang yang sering dan erat kaitannya dengan komunikasi penyuluhan adalah bidang pertanian.

Perkembangan pembangunan pertanian saat ini sudah mulai tampak dengan mulai berkembangnya pola atau teknik bertani yang dikembangkan oleh para petani. Perkembangan itu dapat dilihat pada misalnya mulai banyak petani yang mengembangkan teknik bertani dengan tanpa menggunakan sistem irigasi

(14)

xiv permukaan, atau tidak mengandalkan air hujan. inovasi - inovasi tentang irigasi yang dihasilkan oleh para ilmuwan kemudian di kembangkan Oleh Penyuluh, dan pada saat ini yang sedang menjadi perhatian banyak para petani adalahirigasi Spinkler.Irirgasi sprinkler adalah suatu metode pemberian air ke seluruh lahan yang akan diirigasi dengan menggunakan pipa bertekanan. Sistem sprinkler dapat diklasifikasikan menjadi sistem pemanen dan portabel, irigasi sprinkler selain bisa di gunakan untuk menyiram tanaman, juga dapat digunakan untuk pemupukan dan pengobatan dan untuk menjaga kelembaban tanah, dan mengontor kondisi iklim agar sesuai bagi pertumbuhan tanaman.

Suatu inovasi dikatakan bermanfaat apabila semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari inovasi tersebut. Komunikasi penyuluhan berperan untuk dapat menyebarkan inovasi yang ada ke masyarakat atau dalam hal ini para petani.

Penyerapan inovasi pada masyarakat memiliki tujuan akhir untuk merubah perilaku masyarakat tersebut dan dapat merubah pola pikir mereka sesuai dengan inovasi yang mereka terima atau yang disebut dengan adopsi.Spinkler sebagai suatu inovasi telah banyak diadopsi oleh masyarakat di Indonesia khususnya para petani, yang memanfaatka irigasi spinkler tersebut untuk kegiatan pertanian mereka.

Masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani umumnya berada di wilayah pedesaan sehingga akses untuk mendapatkan informasi tergolong masih rendah.Demikian halnya dengan masyarakat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat yang menjadi objek penelitian penulis.

(15)

xv Jauhnya jarak daerah ini dengan kota menyebabkan adanya keterbatasan informasi–informasi yang didapatkan oleh masyarakat, terutama petani yang masih menggunakan cara–cara tradisional dalam kegiatannya.Seperti jelas terlihat pada kegiatan mereka sehari–hari dalam mengolah lahan pertaniannya, sebagian besar mereka hanya mengandalkan irigasi permukaan dan mengandalkan air hujan yang biasa digunakan untuk irigasi tanaman mereka. Apabila memasuki musim kemarau mereka sulit mendapatkan air maka mereka tidak akan melakukan penanaman, sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan dan tidak terpakainya lahan pertanian.

Penyuluhan penggunaan sistem irigasi sprinkler yang dilakukan oleh penyuluh pertanian kepada masyarakat yang ada di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat dilakukan bukan tanpa pertimbangan terlebih dahulu, karena telah banyak juga ditemui kisah sukses dalam pemakaian Irigasi sprinkler dalam bidang pertanian, salah satunya di Desa Kanreapia Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa yang telah berhasil dalam mengatasi keterbatasan air dan mencegah kekeringan pada tanaman mereka.Penyuluhan yang dilakukan kepada masyarakat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat dianggap tepat karena pada saat memasuki musim kemarau dan sumber air semakin menyusut. Sistem irigasi spinkler ini dapat dijadikan sebagai suatu alternatif dalam menghadapi kondisi seperti ini. Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat dari segi pendidikan dan pola pikirnya, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian dari masyarakat tersebut agar

(16)

xvi penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi masyarakat yang telah disuluh tersebut menerima atau mengadopsi inovasi.

Penyuluhan melalui tindakan nyata yakni mau mencoba menerapkan dan menggunakan sistem irigasi sprinkler dalam kegiatan pertaniannya.

Hal ini melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai”Model komunikasi penyuluhan pertanian dalam adopsi penggunaan alat siram spinkler pada tanaman cabai di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah, antara lain:

1. Bagaimanakah model komunikasi penyuluhan pertanian dalam adopsi penggunaan alat siram spinkler pada tanaman cabai di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai?

2. Bagaimana penyajian komunikasi yang efektif pada kegiatan penyuluhan pertanian dalam proses tahap adopsi tehnologi spinkler?

1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui bagaimana model komunikas penyuluhan pertanian dalam adopsi penggunaan alat siram spinkler pada tanaman cabai di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

(17)

xvii 2. Untuk mengetahui penyajian komunikasi yang efektif pada kegiatan

penyuluhan pertanian dalam tahap proses adopsi teknologi spinkler

Kegunaan penelitan ini adalah

1. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah atau instansi terkait yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang akan datang guna memperoleh manfaat lebih baik.

2. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyuluhan merupakan proses pendidikan diluar sekolah yang diselenggarakan secara sistematis ditujukan pada orang dewasa (masyarakat) agar mau, mampu dan berswadaya dalam memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan masyarakat luas. Dengan kata lain, penyuluhan merupakan usaha untuk mengubah pengetahuan, sikap, kebiasaan dan keterampilan dengan membantu, mempengaruhi dan memotivasi masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. Pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, mentaati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, adalah suatu proses komunikasi. Komunikasi penyuluhan banyak digunakan oleh lembaga atau instansi baik pemerintah maupun nonpemerintah, untuk menyampaikan dan mempersuasi masyarakat menuju ke arah modernisasi dalam segala bidang atau sektor yang berdampak langsung pada peningkatan ekonomi mereka secara khusus dan menekan laju pembangunan secara umumnya. Salah satu bidang yang sering dan erat kaitannya dengan komunikasi penyuluhan adalah bidang pertanian.

Perkembangan pembangunan pertanian saat ini sudah mulai tampak dengan mulai berkembangnya pola atau teknik bertani yang dikembangkan oleh para petani. Perkembangan itu dapat dilihat pada misalnya mulai banyak petani yang mengembangkan teknik bertani dengan tanpa menggunakan sistem irigasi

(19)

2 permukaan, atau tidak mengandalkan air hujan. inovasi - inovasi tentang irigasi yang dihasilkan oleh para ilmuwan kemudian di kembangkan Oleh Penyuluh, dan pada saat ini yang sedang menjadi perhatian banyak para petani adalahirigasi Spinkler.Irirgasi sprinkler adalah suatu metode pemberian air ke seluruh lahan yang akan diirigasi dengan menggunakan pipa bertekanan. Sistem sprinkler dapat diklasifikasikan menjadi sistem pemanen dan portabel, irigasi sprinkler selain bisa di gunakan untuk menyiram tanaman, juga dapat digunakan untuk pemupukan dan pengobatan dan untuk menjaga kelembaban tanah, dan mengontor kondisi iklim agar sesuai bagi pertumbuhan tanaman.

Suatu inovasi dikatakan bermanfaat apabila semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari inovasi tersebut. Komunikasi penyuluhan berperan untuk dapat menyebarkan inovasi yang ada ke masyarakat atau dalam hal ini para petani.

Penyerapan inovasi pada masyarakat memiliki tujuan akhir untuk merubah perilaku masyarakat tersebut dan dapat merubah pola pikir mereka sesuai dengan inovasi yang mereka terima atau yang disebut dengan adopsi.Spinkler sebagai suatu inovasi telah banyak diadopsi oleh masyarakat di Indonesia khususnya para petani, yang memanfaatka irigasi spinkler tersebut untuk kegiatan pertanian mereka.

Masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai petani umumnya berada di wilayah pedesaan sehingga akses untuk mendapatkan informasi tergolong masih rendah.Demikian halnya dengan masyarakat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat yang menjadi objek penelitian penulis.

(20)

3 Jauhnya jarak daerah ini dengan kota menyebabkan adanya keterbatasan informasi–informasi yang didapatkan oleh masyarakat, terutama petani yang masih menggunakan cara–cara tradisional dalam kegiatannya.Seperti jelas terlihat pada kegiatan mereka sehari–hari dalam mengolah lahan pertaniannya, sebagian besar mereka hanya mengandalkan irigasi permukaan dan mengandalkan air hujan yang biasa digunakan untuk irigasi tanaman mereka. Apabila memasuki musim kemarau mereka sulit mendapatkan air maka mereka tidak akan melakukan penanaman, sehingga mengakibatkan penurunan pendapatan dan tidak terpakainya lahan pertanian.

Penyuluhan penggunaan sistem irigasi sprinkler yang dilakukan oleh penyuluh pertanian kepada masyarakat yang ada di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat dilakukan bukan tanpa pertimbangan terlebih dahulu, karena telah banyak juga ditemui kisah sukses dalam pemakaian Irigasi sprinkler dalam bidang pertanian, salah satunya di Desa Kanreapia Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa yang telah berhasil dalam mengatasi keterbatasan air dan mencegah kekeringan pada tanaman mereka.Penyuluhan yang dilakukan kepada masyarakat di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat dianggap tepat karena pada saat memasuki musim kemarau dan sumber air semakin menyusut. Sistem irigasi spinkler ini dapat dijadikan sebagai suatu alternatif dalam menghadapi kondisi seperti ini. Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat dari segi pendidikan dan pola pikirnya, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian dari masyarakat tersebut agar

(21)

4 penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi masyarakat yang telah disuluh tersebut menerima atau mengadopsi inovasi.

Penyuluhan melalui tindakan nyata yakni mau mencoba menerapkan dan menggunakan sistem irigasi sprinkler dalam kegiatan pertaniannya.

Hal ini melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai”Model komunikasi penyuluhan pertanian dalam adopsi penggunaan alat siram spinkler pada tanaman cabai di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah, antara lain:

1. Bagaimanakah model komunikasi penyuluhan pertanian dalam adopsi penggunaan alat siram spinkler pada tanaman cabai di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai?

2. Bagaimana penyajian komunikasi yang efektif pada kegiatan penyuluhan pertanian dalam proses tahap adopsi tehnologi spinkler?

1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui bagaimana model komunikas penyuluhan pertanian dalam adopsi penggunaan alat siram spinkler pada tanaman cabai di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

(22)

5 2. Untuk mengetahui penyajian komunikasi yang efektif pada kegiatan

penyuluhan pertanian dalam tahap proses adopsi teknologi spinkler

Kegunaan penelitan ini adalah

1. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah atau instansi terkait yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang akan datang guna memperoleh manfaat lebih baik.

2. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyuluh Pertanian

Menurut UU No. 16 tahun 2006 tentang penyuluh pertanian,perikanan, dan kehutanan. Memberikan definisi bahwa penyuluhan adalah pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dan mengakses informasi pasar tehnologi permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efesiensi usaha,pendapatan dan kesejahteraannya,serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup.

Penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti „obor‟, dalam arti kita mampu memberi penerangan dari keadaan gelap menjadi terang. (Mulyana, 2007) menyebut penyuluhan sebagai usaha pendidikan non formal untuk mengajak orang mau melaksanakan ide-ide baru. Penyuluhan juga merupakan kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan baru, agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya (Nasution, 1990:7).

Claar et al., (Nasution, 1990:11) membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif.Dengan demikian dapat dikatakan

(24)

7 bahwa penyuluhan dimaksudkan sebagai kegiatan memberi penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai suatu masalah tertentu.

Mardikanto (Yustina, 2003:191) mencatat bahwa penyuluhan dapat diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti :

1. penyebarluasan (informasi), 2. penerangan/penjelasan,

3. pendidikan non - formal (luar sekolah), 4. perubahan perilaku,

5. rekayasa sosial,

6. pemasaran inovasi (teknis dan sosial),

7. perubahan social (perilaku individu, nilai-nilai,hubungan antar individu, kelembagaan,dll), dan

8. pemberdayaan masyarakat (community empowerment), penguatan komunitas (community strengthening).

Karena itu penyuluhan diartikan sebagai proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholder (individu,kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan.

(25)

8 2.2 Pengertian Komunikasi

Theodornoson (1969) seperti diacu dalam Bungin (2007) memberi batasan lingkup communication berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari seorang atau kelompok kepada yang lain (atau lain-lainnya terutama melalui simbol-simbol. Komunikasi sebagai proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Definisi lain tentang komunikasi (Berlo 1960; Kincaid & Schramm 1987;

Rogers 2003) ialah proses penyampaian informasi atau pesan dari sumber kepada penerima, dengan tujuan timbulnya respons dari penerima sehingga melahirkan kesamaan makna.Komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian,baik secara perorangan maupun secara berkelompok, yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu yang sering dijumpai pada metode penyuluhan (Soekartawi,1988)

Menurut Totok Mardikanto(2009) Komunikasi adalah suatu proses penyampaiyan pesan (Informasi) dari sumber kepenerima, misalnya komunikasi antara penyuluh dengan petani. Penerapan komunikasi pertanian efektif dapat dilaksanakan dengan tiga metode, antara lain: (1) Metode pendekatan kelompok, dimana dilakukan pengelompokkan petani berdasarkan lokasi tempat tinggal atau

(26)

9 hamparan sawah;(2) Metode pendekatan massa, biasanya dilakukan secara massa dengan tujuan target seluruh khalayak ramai dan menggunakan media informasi seperti:tv, radio, dsb ; (3). Metode pendekatan individu, dimana penyuluh dapat melakukan komunikasi dialogis terhadap petani an informasi yang disampaikan pun lebih tepat sasaran dan terarah, hanya saja sasarannya terbatas.

2.3 Proses Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, proses komunikasi bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Pada umummnya komunikasi dilakukan secara verbal ataupun lisan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Melalui suatu proses komunikasi sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh orang lain.Pada saat menguraikan pengertian komunikasi telah disinggung bahwa komunikasi merupakan suatu proses. Sekarang marilah kita membahas bagaimana berlangsungnya proses komunikasi secara umum, khususnya komunikasi dalam penyuluhan pertanian.

Sumber mengirimkan pesan melalui saluran kepada penerima. Penerima menguraikan atau mengartikan pesan (menuangkan arti pada simbol) dan mengembangkan suatu gagasan di dalam pikirannya yang yang mungkin atau tidak akan digunakan (efek komunikasi). Sumber mengamati efek tersebut dan menggunakannya untuk mengevaluasi dampak pesannya (umpan balik).

(27)

10 2.4 Model-Model Komunikasi

Dari berbagai model komunikasi yang sudah ada, di sini akan dibahas dua model paling utama, serta akan dibicarakan pendekatan yang mendasarinya dan bagaimana komunikasi dikonseptualisasikan dalam perkembangannya.

2.4.1 Model Komunikasi Linear

Model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical of Communication. Mereka mendeskripsikan komunikasi sebagai proses linear karena tertarik pada teknologi radio dan telepon dan ingin mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan bagaimana informasi melewati berbagai saluran (channel). Hasilnya adalah konseptualisasi dari komunikasi linear (linear communication model). Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci: sumber (source), pesan (message) dan penerima (receiver) Model linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan dalam proses komunikasi. Suatu konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan.

(28)

11 Gangguan ini selalu ada dalam saluran bersama sebuah pesan yang diterima oleh penerima. Contoh dari model komunikasi linear dapat kita temukan pada setiap komunikasi satu arah seperti televisi, radio, media cetak, dan media massa lainnya, dimana penerima pesan tidak dapat memberikan umpan balik atas informasi yang sudah di terimanya secara langsung.

2.4.2 Model Komunikasi Interaksional

Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah, dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui pengambilan peran orang lain. Patut dicatat bahwa model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan. Model komunikasi interaksional dapat kita temukan pada kegiatan seperti penyuluhan secara langsung atau dengan tatap muka, kunjungan lapangan, pelatihan langsung ataupun melalui telefon dan surat menyurat. Dimana penerima pesan dapat memberikan umpan balik atau tanggapan secara langsung atas informasi yang di dapatkannaya.

(29)

12 2.5 Rintangan-Rintangan Dalam Komunikasi dan Cara Mengatasinya

Setelah kita membicarakan masalah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi, sampailah pada pembicaraan tentang rintangan-rintangan dalam komunikasi. Rintangan-rintangan tersebut akan selalu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu perlu mengenalinya dan sekaligus perlu memahami cara- cara mengatasi rintangan-rintangan tersebut. Adapun rintangan-rintangan terebut antara lain:

a. Kurang kecakapan berkomunikasi.

Misalnya kurang cakap berbicara (terutama di depan umum), kurang cakap menulis/mengarang, kurang cakap mendengarkan dan kurang cakap membaca.

Umumnya kegiatan–kegiatan tersebut sudah biasa dilakukan akan tetapi yang dapat dilakukan dengan baik atau efektif belum banyak. Untuk mengatasinya harus banyak belajar dan berlatih. Belajar dan berlatih berbicara, menulis, mendengarkan dan membaca mengenai teorinya dan setelah itu berlatih (memperaktekkannya).

a. Sikap kurang tepat

Di depan telah disebutkan bahwa sikap yang tidak tepat dapat merintangi komunikasi. Untuk dapat mengatasi hal ini perlu memperdalam hubungan kemanusiaan (human relation) dan mempelajari etiket, namun bagaimanapun juga dalam sikap tersebut yang diperlukan adalah sikap simpatik, muka manis, tidak sombong, rendah hati, akan tetapi cukup tegas.

(30)

13 b. Pengetahuan kurang

Pengetahuan kurang dapat menyangkut si komunikator (pembicara/penulis) dapat juga menyangkut si reseptor (pendengar/pembaca). Bila pengetahuan pembicara/penulis terlalu tinggi untuk pendengar/pembaca, maka dalam penyajiannya harus berusa menurunkan pengetahuannya tersebut, cara yang dapatditempuh adalah dengan banyak menggunakan contoh-contoh konkrit atau cerita-cerita yang dapat diambil hikmahnya.

c. Syakwasangka (prejudice) yang tak berdasar.

Bagi masyarakat yang kurang terpelajar akan mudah timbul perasaan syakwasangka. Sering syakwasangka tersebut kurang berdasar pikiran yang sehat.

Sebagai contoh sejak zaman Belanda telah ditanamkan oleh penjajahan tentang sifat dari suku-suku bangsa kita seperti orang Jawa suka menipu, orang Solo sombong, orang Semarang suka menggertak, Orang Batak suka kasar, dan sebagainya. Pemberian sifat khas tersebut oleh penjajahan di sengaja hanya untuk memecah belah (devide et impera). Dengan adanya sifat tersebut akan timbul saling mencurigai dan rasa curiga seperti itu akan beralasan. Oleh karena itu sifat tersebutk harus segera dihilangkan. Selanjutnya demi kelancaran komunikasi antara sumber dan sasaran, harus selalu di hindari adanya syakwasangka (prejudice) yang merupakan rintangan psikologis dalam komunikasi.

d. Jarak fisik.

Komunikasi menjadi tidak lancar bila antara komunikator dan reseptor terletak berjauhan. Misalnya yang satu di Jakarta sedangkan yang satu di Banyuwangi. Untuk mendekatkannya banyak cara dapat ditempuh. Misalnya

(31)

14 untuk kelompok formil (organisasi, kantor) dapat membuka hubungan telepon atau menggunakan alat komunikasi lainnya. Untuk perseorangan dapat menggunakan cara surat menyurat, telegram dan juga telepon.

e. Rintangan karena kesalahan bahasa.

Di depan telah disebutkan bahwa sering terjadi penafsiran yang keliru karena perbedaan arti suatu istilah. Sebagai contoh dalam suatu kantor seorang kepala kantor (militer) berkata ”coba saya dibuatkan PR mengenai pemilihan sejata yang terbaik guna menghancurkan suatu kubu-kubu musuh yang berupa rumah bawah tanah. PR disini berarti penilaian ringkas, yaitu suatu analisa yang berbentuk naskah. Sedang PR tersebut dalam dunia persekolahan berarti Pekerjaan Rumah (Home Work). Kesalahpahaman komunikasi yang disebabkan bahasa demikian itu disebut kesalahan semantik. Dalam kenyataannya tiap departemen/perusahaan atau masyarakat tertentu mempunyai bahasa yang khusus tersendiri. Juga masyarakat tertentu atau bahkan asrama tertentu dapat memiliki bahasa (istilah-istilah) tersendiri.

Kadang-kadang terjadi suatu komunikasi tidak lancar disebabkan karena pembicara hanya omong-omong melulu tanpa peragaan. Ada pepatah dalam pendidikan yang berbunyi ”Sekali meragakan, lebih berhasil dari pada sepuluh kali menerangkan dengan kata-kata belaka”. Oleh karena itu agar komunikasi lancar sebaiknya bila mungkin menggunakan alat-alat visual seperti gambar- gambar, tiruan-tiruan, dan sebagainya. Dalam menjelaskan tempat tinggal seseorang tidak cukup dengan kata-kata melulu, akan tetapi perlu digambarkan pada kertas.

(32)

15 f. Indera yang rusak

Kita sulit berkomunikasi dengan orang yang sudah tua yang inderanya, terutama mata dan telinganya yang sudah tidak sempurna, oleh karena itu agar komunikasi dapat lancar maka indera kita harus selalu sehat.

g. Komunikasi berlebihan

Kadang-kadang komunikasi tidak lancar dan tidak mencapai tujuan karena over komunikasi (komunikasi yang berlebihan). Sebagai contoh seorang atasan menyuruh anak buahnya untuk mengambil barang disebuah kantor tertentu.

“Sebelum berangkat atasan tadi menerangkan dimana letak kantor dan diterangkan pula toko-toko, kantor-kantor lain yang ada dan berdekatan dengan kantor yang dimaksud. Selanjutnya diterangkan bahwa pegawaikantoryang bakal didatangi tersebut telah tua, rambutnya telah memutih.Beliau mempunyai 4 orang anak. Anak yang ke 2 sekarang sedang belajar diluar negeri dan seterusnya dan seterusnya” Keterangan atasan tersebut bertele-tele, kurang menuju pokok.

Banyak penjelasan-penjelasan yang kurang berhubungan (iirelevant). Atasan tadi dapat disebut over komunikasi (komunikasi yang berlebihan).

h. Komunikasi satu arah

Oleh para ahli pernah dicoba dengan memberi perintah-perintah hanya dari atasan kepada bawahan (komunikasi satu arah) ternyata hasilnya banyak yang kurang sesuai dengan harapan atasan (pimpinan). Lalu waktu percobaan dilanjutkan dengan cara lain. Setelah menerima perintah bawahan diberi kesempatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau saran-saran. Hasilnya sangat menggembirakan, karena ternyata jauh lebih baik daripada percobaan yang

(33)

16 pertama tadi. Cara yang ke 2 ini disebut komunikasi dua arah. Artinya antara orang pertama dan orang kedua berganti-ganti berperan sebagai komunikator maupun reseptor. Oleh karena itu bila penyuluh berkomunikasi dengan petani ingin berhasil dengan baik disarankan menggunakan dengan cara berkomunikasi dua arah (two way traffic comunication). Apa yang disampaikan dalam komunikasi diharapkan ada respons atau feed back dari sasaran. Feed back ini penting bagi para penyuluh, yaitu untuk dapat mengambil tindakan-tindakan selanjutnya.

2.6 Spinkler

Irigasi Sprinkler adalah suatu metode pemberian air ke seluruh lahan yang akan diirigasi dengan menggunakan pipa yang bertekanan melalui nozzle. Sistem sprinkler dapat diklasifikasikan menjadi system permanen (Fixed/solid set), portable dan semi portable (hand move atau mechanical move), traveling irrigator (gun atau boom), center pivot atau linear move.

Irigasi Sprinkler merupakan suatu system irigasi yang fleksibel dimana selain dapat digunakan untuk menyiram tanaman juga dapat digunakan untuk pemupukan dan pengobatan dan untuk menjaga kelembaban tanah dan mengontrol kondisi iklim agar sesuai bagi pertumbuhan tanaman.Adopsi dari sistem sprinkler ini tergantung pada keuntungan ekonomis dan lingkungan yang akan didapatkan dibandingkan dengan sistem irigasi yang lain. Sistem sprinkler sekarang ini digunakan untuk berbagai jenis tanaman terutama komoditas yang bernilai tinggi seperti buah-buahan, sayuran dan digunakan pada berbagai jenis

(34)

17 lahan dan topografi. Sistem irigasi sprinkler cocok untuk semua jenis tanah apabila application ratenyasesuai dengan kapasitas inflitrasi tanahnya. Termasuk juga pada lahan marginal yang memiliki kapasitas infitrasi atau kapasitas menyimpan air yang rendah.

 Dapat mengontrol pemberian air pada tanaman sehingga dapat mengurangi

tingkat pertumbuhan tanaman yang vegetatif dan memperbesar peluang tanaman untuk tumbuh secara generatif dimana akan meningkatkan produktivitas hasil panen.

 Desain dapat dirancang secara fleksibel sesuai dengan jenis tanaman, tenaga kerja yang tersedia dan penghematan energi

 Dapat dilakukan fertigation atau pemberian nutrisi tanaman melalui system irigasi

 Dapat digunakan untuk mengontrol iklim bagi pertumbuhan tanaman

 Dapat menjaga tanah tetap lembut agar cocok bagi pertumbuhan seedling (persemaian)

 Mempercepat perkecambahan dan penentuan panen

2.7 Adopsi Inovasi

Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai: ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Sedang Lionberger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi tidak sekadar sebagai sesuatu yang baru, tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong

(35)

18 terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu.

Pengertian "baru" disini, mengandung makna bukan sekadar "baru diketahui" oleh pikiran (cognitive), akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude), dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan dilaksanakan/diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi saja, tetapi mencakup: ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian, pengertian inovasi dapat semakin diperluas menjadi: "Sesuatu ide, produk, informasi teknologi,kelembagaan, peri-laku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahandi segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidupsetiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan,

"(Mardikanto, 1988)". Pengertian "baru" yang melekat pada istilah inovasi tersebut bukan selalu berarti baru diciptakan, tetapi dapat berupa sesuatu yang sudah "lama" dikenal, diterima, atau digunakan/diterapkan oleh masyarakat di luar sistem sosial yang menganggapnya sebagai sesuatu yang masih "baru".

Pengertian “baru” juga tidak selalu harus datang dari luar, tetapi dapat berupa teknologi setempat (indegenuous technol-ogy) atau kebiasaan setempat (kearifan tradisional) yang sudah lama ditinggalkanAdopsi, dalam proses

(36)

19 penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang setelah menerima "inovasi" yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya.Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar "tahu", tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerap-kannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan ketrampilannya.

Proses adopsi inovasi merupakan proses kejiwaan/mental yang terjadi pada diri petani pada saat menghadapi suatu inovasi, dimana terjadi proses penerapan suatu ide baru sejak diketahui atau didengar sampai diterapkannya ide baru tersebut. Pada proses adopsi akan terjadi perubahan-perubahan dalam perilaku sasaran umumnya akan menentukan suatu jarak waktu tertentu. Cepat lambatnya proses adopsi akan tergantung dari sifat dinamika sasaran.

Menurut Rogers (1983) adopsi adalah proses mental, dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak ide baru dan menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan dan penolakan ide baru tersebut. Adopsi juga dapat didefenisikan sebagai proses mental seseorang dari mendengar, mengetahui inovasi sampai akhirnya mengadopsi.

(37)

20 Adopsi adalah suatu proses dimulai dan keluarnya ide-ide dari satu pihak, disampaikan kepada pihak kedua, sampai ide tersebut diterima oleh masyarakat sebagai pihak kedua. Selanjutnya menurut Mardikanto (1993) adopsi dalam penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh kepada sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu” tetapi dengan benar-benar dapat dilaksanakan atau diterapkan dengan benar serta menghayatinya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain sebagai cerminan dari adanya perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.

Herianto (2005) menjelaskan dari sisi intensitas adopsi yaitu tingkat penggunaan inovasi. Adopsi suatu inovasi baru biasanya diukur dari persentase penerapan komponen inovasi dari usaha tani tertentu pada persatuan luas lahan.

Bulu (2010) menjelaskan bahwa tingkat adopsi inovasi dapat diukur dari kualitas adopsi dan kuantitas adopsi. Kualitas adopsi diartikan sebagai ketepatan dalam menerapkan komponen inovasi dari usaha tani tertentu secara sempurna.

Kuantitas adopsi adalah jumlah penerapan komponen inovasi dari usaha tani tertentu sesuai anjuran. Pada situasi kondisi tertentu atau kondisi dari pengadopsi itu sendiri yang tidak memungkinkan sehingga tidak semua komponen inovasi dari usaha tani tertentu dapat diadopsi.

(38)

21 Sehubungan dengan itu Rogers (1983) dan Ray, (1998), mengemukakan lima tahap proses adopsi yaitu: (1) Awareness (tahu dan sadar), pertama kali mendapat suatu ide dan praktek baru, (2) Interest (minat), mencari rintisan informasi, (3) Evaluation (evaluasi), menilai manfaat inovasi yaitu penilaian tentang untung ruginya sesuatu inovasi bila ia melaksanakannya (mudah dikerjakan), (4) Trial (mencoba), mencoba menerapkan ivovasi pada skala kecil, (5) Adoption (adopsi), menerapkan inovasi pada skala besar pada usahataninya.

Lima tahap inovasi ini bukan merupakan pola kaku yang pasti diikuti oleh petani, tetapi sekedar menunjukkan adanya lima urutan yang sering ditemukan oleh peneliti maupun penyuluh. Peneliti menunjukkan perlunya waktu yang lama antara saat pertama kali petani mendengar suatu inovasi dengan saat melakukan adopsi.

Rogers (1983) mempertimbangkan bahwa tingkat adopsi dari suatu inovasi tergantung pada persepsi adopter tentang karakteristik teknologi tersebut. Lima atribut yang mendukung penjelasan tingkat adopsi dari suatu inovasi meliputi: (1) keuntungan relatif, (2) kecocokan, (3) kompleksitas, (4) trialabilitas, dan (5) observabilitas.

Keuntungan relatif: Keuntungan relatif menjadi tingkat yang mana suatu inovasi dirasa lebih baik daripada menggantikan gagasan yang baru. Kecocokan:

Kecocokan menjadi tingkat yang mana suatu inovasi dirasa konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan potensi kebutuhan adopter.

Kompleksitas: Kompleksitas merupakan tingkatan di mana suatu inovasi dirasa lebih lanjut secara relatif sukar untuk dipahami dan digunakan.

(39)

22 Trialabilitas: "Trialabilitas merupakan tingkatan di mana suatu inovasi mungkin dicoba dengan pada suatu basis terbatas." Trialabilitas merupakan tingkatan di mana suatu inovasi mungkin dicoba pada suatu basis terbatas.

Pengertian adopsi sering rancu dengan "adaptasi" yang berarti penyesuaian.

Di dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi itu sendiri lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan.Sedang adopsi, benar-benar merupakan proses penerimaan sesuatu yang "baru" (inovasi), yaitu menerima sesuatu yang "baru" yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain (penyuluh).

2.8 Cabai

Tanaman cabai (Capsicum Annuum L.) adalah tumbuhan perdu yang berkayu dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Di Indonesia tanaman tersebut dibudidayakan sebagai tanaman semusim pada lahan bekas sawah dan lahan kering atau tegalan.Cabai merupakan suatu komuditas sayuran yang tidak dapat ditinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

berdasarkan asal usulnya cabai (hot pepper) berasal dari peru. Selain berguna sebagai penyedap masakan,cabai juga mengandung zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia.

Cabai benar-benar merupakan komoditas sayuran yang sangat merakyat, semua orang memerlukannya. Tak heran bila volume peredaran cabai dipasaran sangat banyak jumlahnya. Mulai dari pasar rakyat,pasar swalayan,warung pinggir jalan,restoran kecil, usaha catering, hotel berbintang, pabrik saus hingga pabrik

(40)

23 mie instan sehari-harinya membutuhkan cabai dalam jumlah yang tidak sedikit.

Untuksementara ini permintaan cabai ditingkat nasional masih dipenuhi pasokan cabai dari daerah sentra produksi (Prajananta, 2003).

2.9 Kerangka Pikir

Spinkler adalah suatu inovasi alat siram yang masih baru khususnya di Desa Arabika,sehingga informasi tentang alat ini belum diketahui oleh petani setempat. Oleh karena itu penelitian ini diarahkan untuk mengkaji upaya penyuluh dalam memperkenalkan dan memotivasi petani untuk mengadopsinya. Seperti diketahui bahwa dalam memperkenalkan sesuatu yang baru kepada petani melalui suatu proses komunikasi. Proses komunikasi tentunya diperlukan suatu metode- metode yang tepat agar apa yang disaampaikan oleh pihak penyuluh dapat dimengerti dan dipahami oleh petani agar mereka tahu, mampu dan mau menggunakan atau mengadopsi alat siram spinkler. Secara rinci penjelasan tersebut digambarkan dalam bentuk skema kerangka pikir sebagai berikut:

(41)

24 Gambar Kerangka Pikir

Gambar 1.Skema Kerangka pikir model komunikasi penyuluhan pertanian dalam adopsi penggunaan alat siram sprinkler pada tanaman cabai.

Model Komunikasi Dalam memperkenalkan, penggunaan dan Manfaat sprinkler (model komunikasi

linear dan interaksional)

Adopsi Teknologi Spinkler pada tanaman cabai

Petani Penyuluh Pertanian

Proses Komunikasi Penyuluhan Pertanian Inovasi Teknologi Alat PenyiramSpinkler (sistem irigasi dengan menggunakan

pipa yang bertekanan)

(42)

25 III. METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Lokasi dan Waktu

Penelitian inidilaksanakan di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, dengan pertimbangan bahwa di Desa ini banyak terdapat petani yang menggunakan sistem irigasi sprinkler pada usaha taninya. Waktu penelitiandilaksanakan selama 2 bulan, yaitu Bulan November sampai Bulan Januari 2015.

3.2 Teknik Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani cabai yang memakai spinkler di Desa Arabika Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai yang berjumlah 105 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan mengambil responden sebanyak 20% atau 21 responden dari 105 populasi, sebagaimana yang dikatakan oleh Arikunto (2002) bahwa apabila subjek kurang dari 100, lebih baik populasi diambil semua sebagai sampel, tetapi kalau lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10% - 15%

atau 20 % - 25 % atau lebih

Penentuan 21 sampel tersebut dilakukan secara kebetulan (Accidental)dimana setiap petani cabai yang ditemukan menggunakan sprinkler maka petani tersebut dipilih menjadi respoden.

(43)

26 3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, tanggapan, bagan struktur dan lain-lain yang diperoleh baik dari hasil observasi maupun wawancara.

2. Data kuantitatif yaitu jenis data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini Yaitu :

1. Data primer adalah langsung dari informan atau objek yang diteliti yang ada hubungannya dengan apa yang diteliti.

2. Data sekunder adalah data pelengkap yamg lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi terkait, sumber ini dapat berupa buku, disertasi, ataupun tesis, majalah-majalah ilmiah, dan data-data statistik yang diterbitkan Pemerintah.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting serta data yang digunakan harus valid. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil data primer, dimana data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung dari tempat

penelitian, dan untuk melengkapi data yang dilakukan adalah wawancara mendalam kepada informan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan

yang erat kaitannya dengan permasalahannya yang akan diteliti.

(44)

27 Pada pengumpulan data primer, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain:

a. Observasi/ Pengamatan

Observasi/ pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti.

b. Wawancara Mendalam (Dept Interview)

Wawancara adalah pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara mendalam atau antara peneliti dan informan yang dilakukan untuk mendapatkan keterangan lebih lengkap dan jelas. Pengumpulan data yang dibimbing oleh pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan.

Teknik ini disertai pencatatan konsep, gagasan, pengetahuan informan yang dilakukan lewat tatap muka.

c. Dokumentasi

Merupakan salah satu cara memperoleh data dengan sejumlah dokumentasi yang berasal dari dinas dan instansi terkait, selain itu menghimpun dan merekam data yang bersifat dokumentatif.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis Data deskriptif.

Data deskriptif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka.

Data deskriptif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).

(45)

28 3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Petani adalah orang yang terlibat langsung dalam kegiatan usaha tani serta menetapkan keputusan apa yang akan diusahakan.

2. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (Informasi) dari sumber kepenerima,

3. Proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran, perasaan, gagasan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

4. Model Komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.

5. Irigasi Sprinkler adalah suatu metode pemberian air ke seluruh lahan yang akan diirigasi dengan menggunakan pipa yang bertekanan.

6. Adopsi adalah proses mental, dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak ide baru dan menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan dan penolakan ide baru tersebut.

7. Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau obyek yang di rasa baru oleh seseorang.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa identifikasi faktor internal dan eksternal usahatani bawang merah varietas lokana, dapat diketahui bahwa (1) Kekuatan yang

Dalam mengatur dan melaksanakan pembagian tugas terdapat 19 orang yang termasuk kategori tinggi karena setiap ada kegiatan yang dilaksanakan, mereka

“Kontribusi Industri Gula Aren Terhadap Rumah Tangga Petani di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan”. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan penerapan aspek greenship menurut para pelaku konstruksi, juga untuk mengetahui pengaruh penerapan

Data keadaan jalan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat ditinggalkan, karena dari keadaan ini dapat dilihat daerah dengan kecelakaan paling sering terjadi. Data ini

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, serta

angkatan kerja nasional termasuk di dalamnya 21,3 juta unit usaha skala kecil berupa usaha rumah tangga, maka sebesar 80% dari jumlah penduduk nasional menggantung hidupnya pada

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Peran Kelompok Peternak Dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi ( Studi Kasus Pada Kelompok Ternak Sikatutui Desa