• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KELOMPOK WANITA TANI DALAM

PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PROGRAM

PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) DI DESA

BALANGPESOANG KECAMATAN BULUKUMPA

KABUPATEN BULUKUMBA

ZUL FADLI

105961109516

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

i

PERAN KELOMPOK WANITA TANI DALAM

PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PROGRAM

PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) DI DESA

BALANGPESOANG KECAMATAN BULUKUMPA

KABUPATEN BULUKUMBA

ZUL FADLI 105961109516

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Peran Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan

Pekarangan melalui Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba

Nama : Zul Fadli

Stambuk : 105961109516

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian Disetujui Pembimbing Utama Dr. Jumiati, S.P, M.M NIDN. 0912087504 Pembimbing Pendamping Akbar, S.P, M.Si NIDN. 0931018803 Diketahui Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd NIDN. 0926036803

Ketua Prodi Agribisnis

Dr. Sri Mardiyati, S.P, M.P NIDN. 0921037003

(4)

iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul : Peran Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan

Pekarangan melalui Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba

Nama : Zul Fadli

Stambuk : 105961109516

Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1 Dr. Jumiati, S.P, M.M Ketua Sidang 2 Akbar, S.P, M.Si Sekertaris 3 Dr. Nurdin, M.M Anggota 4 Sahlan, S.P, M.Si Anggota

(5)

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Peran Kelompok

Wanita Tani Dalam Pemanfaatan Pekarangan Melalui Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar,14 Juli 2021

Zul Fadli 105961109516

(6)

v

ABSTRAK

ZUL FADLI. 105961109516. Peran Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan

Pekarangan Melalui Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Di bimbing oleh JUMIATI dan AKBAR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kelompok wanita tani dalam pemanfaatan pekarangan melalui program Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang, dengan menggunakan metode sampling jenuh. Analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode skala likert.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelompok wanita tani Kuncup Mekar II pada kelas belajar termasuk kategori tinggi dengan rata-rata skor 2,46, pada wahana kerjasama termasuk kategori sedang dengan rata-rata 2,14 dan pada unit produksi termasuk kategori tinggi dengan rata-rata skor 2,57. Secara keseluruhan, peran kelompok wanita tani Kuncup Mekar II termasuk kategori tinggi dengan rata-rata skor 2,39.

(7)

vi

ABSTRACT

ZUL FADLI. 105961109516. The Role of Women Farmers Groups in Utilization

of Yards through the Sustainable Food Garden Program (P2L) in Balangpesoang Village, Bulukumpa District, Bulukumba Regency. Supervised by JUMIATI and AKBAR

This study aims to determine the role of women's farmer groups in the use of the yard through the Sustainable Food Garden program (P2L). Respondents in this study were 30 members of the women's farmer group Kuncup Mekar II in Balangpesoang Village, by using the saturated sampling method. Analysis of the data used is by using the Likert scale method.

The results showed that the role of the Kuncup Mekar II farmer group in the class was in the high category with an average score of 2,46, on the cooperation vehicle is in the medium category with an average of 2,14 and the production unit is in the high category with an average score of 2,57. Overall, the role of the women's farmer group in Kuncup Mekar II is in the high category with an average score of 2,39.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha kuasa karena atas Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir pada Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar. Tak lupa pula mengirimkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi tauladan bagi kita semua.

Skripsi ini berjudul Peran Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan

Pekarangan melalui Program Pekarangan pangan Lestari (P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Jumiati, S.P., M.M., selaku pembimbing utama dan Akbar, S.P., M.Si., selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dan terimakasih kepada Dr. Nurdin, M.M., selaku penguji I dan Sahlan, S.P., Msi., selaku penguji II.

2. Dr. Ir. Andi Khaeriyah., M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammdiyah Makassar.

(9)

viii

3. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Kedua orang tua ayahanda Syamsul dan ibunda Saenab, beserta keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Bulukumpa khususnya pihak Desa Balangpesoang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerah tersebut

7. Semua pihak yang telah membantu menyusun skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat disebutkan satu persatu

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan dan semoga jasa baik dan amal bakti kita tercatatkan sebagai pahala di sisi-Nya.

Bulukumba,3 Mei 2021

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI PENGUJI... iii

PERNYATAAN KOMISI PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Peran Kelompok Wanita Tani ... 6

2.2 Lahan Pekarangan... 11

2.3 Pekarangan Pangan Lestari (P2L) ... 15

2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 18

2.5 Kerangka Pikir ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 23

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 23

(11)

x

3.5 Analisis Data ... 25

3.6 Definisi Operasional ... 26

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 28

4.1 Letak Geografis ... 28

4.2 Keadaan Penduduk ... 28

4.2.1 Jumlah Penduduk ... 28

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 29

4.2.3 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1 Karakteristik Responden... 33

5.1.1 Umur ... 33

5.1.2 Pendidikan ... 34

5.1.3 Luas Lahan Pekarangan ... 36

5.2 Peran Kelompok Wanita Tani ... 37

5.2.1 Kelas Belajar ... 38

5.2.2 Wahana Kerjasama ... 45

5.2.3 Unit Produksi ... 51

5.2.4 Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II ... 55

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(12)

xi

DAFTAR TABEL

1. Penelitian Terdahulu ... 19

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 30

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31

5. Identitas Responden Menurut Umur ... 34

6. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 36

7. Identitas Responden Menurut Luas Lahan Pekarangan ... 37

8. Peran Kelompok Wanita Tani Sebagai Kelas Belajar ... 39

9. Tingkat Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II sebagai Kelas Belajar ... 42

10. Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II Sebagai Wahana Kerjasama ... 43

11. Tingkat Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II Sebagai Wahana Kerjasama ... 47

12. Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II Sebagai Unit Produksi ... 51

13. Tingkat Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II Sebagai Unit Produksi ... 54

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir Peran Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan

Lahan Pekarangan melalui Pekarangan Pangan Lestari ... 22

2. Peta Lokasi Penelitian ... 61

3. Wawancara dengan responden ... 70

4. Wawancara dengan responden ... 70

5. Wawancara dengan responden ... 71

6. Lahan Pekarangan Responden ... 71

7. Lahan Pekarangan Responden ... 72

(14)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah. Pekarangan dapat berada di depan, belakang atau samping sebuah bangunan. Tergantung seberapa luas sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan tersebut. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan dalam rumah tangga. Lahan pekarangan dapat dijadikan aset berharga bagi pengembangan usaha tani untuk menambah pendapatan rumah tangga (BPTB Sulawesi Selatan, 2012).

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah salah satu program kementrian pertanian yang dibuat untuk mendukung tercapainya program ketahanan pangan. Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan lahan pekarangan mulai dengan luas lahan yang sempit, sedang, sampai batas seoptimal mungkin. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan pemberian dan pendampingan teknologi terutama mengenai budidaya. Melalui pelaksanaan kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), diharapkan lahan pekarangan akan dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga mewujudkan rumah tangga yang dapat menyediakan kebutuhan pangan dengan mudah yang pada akhirnya mencapai kemandirian pangan keluarga (Mardiharani.M, 2011).

Program kawasan Rumah Rumah Pangan Lestari (KRPL) pelaksanaannya melibatkan ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT). Kawasan rumah pangan lestari merupakan salah satu program kementrian

(15)

2

pertanian dalam rangka optimalisasi lahan pekarangan yang ramah lingkungan dalam suatu kawasan. Dalam pelaksanaannya kegiatannya mengembangkan beraneka ragam komoditas pertanian yang lestari dan berkelanjutan (M Yogi Hadi Atmadja dkk, 2020).

Upaya penganekaragaman pangan sebagaimana disebutkan dalam pasal 26 pada Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang ketahanan pangan dan gizi, salah satunya dapat melalui optimalisasi pemanfaatan lahan. Badan Ketahanan Pangan (BKP) melalui pusat penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan sejak tahun 2010 sampai dengan 2019 telah melaksanakan kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Dalam upaya memperluas penerima manfaat dan pemanfaatan lahan, pada tahun 2020 kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) berubah menjadi Pekarangan Pangan Lestari (P2L). kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah untuk penanganan prioritas daerah rentan rawan pangan atau pemanfaatan daerah tahan pangan. Kegiatan ini dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan, lahan tidur dan lahan kosong yang tidak produktif, sebagai penghasil pangan dalam memenuhi pangan dan gizi rumah tangga, serta berorientasi untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga (BKP Kementerian Pertanian, 2020).

Pekarangan Pangan Lestari (P2L) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan sebagai sumber pangan secara berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan, aksebilitas dan pemanfaatan serta pendapatan.

(16)

3

Tujuan kegiatan pekarangan pangan lestari yaitu untuk meningkatkan ketersediaan, aksebilitas dan pemanfaatan pangan untuk rumah tangga sesuai dengan kebutuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman serta meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penyediaan pangan yang berorientasi pasar.

Menurut Softi Nur Rahmah dkk (2013) dalam (I Ketut Sukanata dkk, 2015:3), Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan salah satu program kementrian pertanian dalam rangka optimalisasi lahan pekarangan yang ramah lingkungan dalam suatu kawasan. Keberlanjutan dalam pemanfaatan lahan pekarangan dalam kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), tentunya mempengaruhi dalam pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan. Faktor-faktor tersebut antara lain a.) tingkat pendidikan, b.) luas lahan dan c.) waktu luang. Sedangkan menurut Dedi Sugandi dkk (2012) dalam (I Ketut Sukanata dkk, 2015:3), faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan adalah a.) menghemat pengeluaran belanja, b.) memperindah halaman, c.) adanya program pemerintah, dan d.) memenuhi kebutuhan akan sayuran.

KWT Kuncup Mekar II merupakan salah satu kelompok wanita tani yang mendapat program pekarangan pangan lestari Tahun 2020 yang bertempat di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Para anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II sudah berperan serta dalam pemanfaatan pekarangan. Selain melakukan perawatan lahan pada pekarangan, tentunya anggota kelompok wanita tani juga mengurus pekerjaan rumah.

(17)

4

Pemanfaatan lahan pekarangan belum dilakukan secara optimal karena kesibukan atau pekerjaan rumah yang dimiliki oleh anggota kelompok tani tersebut untuk mengurus pekerjaan rumahnya masing-masing. Maka, rata-rata ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok wanita tani Kuncup Mekar II belum memanfaatkan lahan pekarangan secara optimal. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik membuat penelitian ini dengan judul “Peran Kelompok Wanita

Tani dalam Pemanfaatan Pekarangan Melalui Program Pekarangan Lestari (P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang dapat dikemukakan yaitu bagaimana peran kelompok wanita tani dalam pemanfaatan pekarangan melalui program pekarangan pangan lestari (P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kelompok wanita tani dalam pemanfaatan pekarangan melalui program pekarangan pangan lestari (P2L) di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

(18)

5

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam upaya pemanfaatan lahan pekarangan.

2. Untuk menambah pengetahuan tentang peran kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan.

3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya terutama yang berminat untuk meneliti tentang program pekarangan pangan lestari.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Kelompok Wanita Tani 2.1.1 Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada ketentuan dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut (Friedman 1998 dalam Destia Nurmayasari,2014).

Sedangkan peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat (Munifatuz Zahro, 2017).

2.1.2 Kelompok Wanita Tani

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kelompok merupakan beberapa orang yang berkumpul atau dikumpulkan menjadi satu. Kelompok berarti mengorganisasikan, menyusun dan mengatur berbagai bagian sehingga semuanya menjadi satuan yang teratur. Sedangkan menurut Mulyana 2005 dalam Kasriani (2018) kelompok adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan mempunyai struktur tertentu.

(20)

7

Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan kelompok swadaya yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat. Jumlah anggota kelompok idealnya berkisar 20-30 orang atau disesuaikan dengan kondisi dan wilayah kerja kelompok tidak melampaui batas administrasi desa. Anggota kelompok tani dapat berupa petani dewasa dan pemuda, wanita dan pria. Anggota keluarga petani yang berperan membantu usaha tani keluarga, tidak dimasukkan menjadi anggota kelompok tetapi diarahkan membentuk Kelompok Wanita Tani dan Pemuda Tani (Munifatuz Zahro, 2017).

Kelompok terbentuk karena adanya pertemuan yang berlangsung secara berulang kali yang didasari adanya kepentingan dan pengalaman yang sama. Kelompok tani terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara paksa. Kelompok ini menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usahatani yang optimal dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan hidupnya (Munifatuz Zahro, 2017).

2.1.3 Peran Kelompok Tani

Keterlibatan wanita yang semakin tinggi dalam pertanian adalah karena dorongan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga atau di sisi lain mungkin membuat posisi wanita semakin kuat dalam keluarga. Semakin tinggi pendapatan wanita tani dalam menyumbangkan pendapatan dalam pendapatan keluarga maka semakin tinggi diatas kedudukan laki-laki peranan perempuan tersebut dalam keluarga. Bila rendah pendapatan perempuan dalam menyumbangkan pendapatan keluarga maka peranannya dalam keluarga masih berada di bawah suami (Hutajulu,2004 dalam Destia Nurmayasari, 2014).

(21)

8

Wanita berperan sebagai ibu di rumah tangga berkewajiban membantu ayah dalam menyelamatkan rumah tangga, mengatur rumah, menyediakan makanan dan segala keperluan sehari-hari serta mengasuh dan mendidik anak. Di samping itu harus mampu mengatur keuangan keluarga, keluar masuk untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan tak terduga dan keperluan lainnya (Pujosuwarno,1994 dalam Destia Nurmayasari, 2014).

Wanita memiliki peranan pada setiap tahap kegiatan pertanian mulai dari usahatani sampai pengolahan pangan yang tersaji di meja makan, besar atau kecil kontribusinya tergantung pada curahan waktu dan tenaga yang digunakan. Wanita berperan pada produksi, pengolahan dan distribusi pangan di tingkat rumah (M Yogi Hadi Atmadja, 2020)

Peran anggota kelompok wanita tani tidak kecil, peran ganda anggota kelompok wanita tani adalah sebagai ibu rumah tangga dan sebagai anggota kelompok wanita tani. Para wanita dapat melakukan kegiatan selain mengurus rumah tangga dan hasil panen. Misalnya mereka sudah berperan mulai dari penanaman, pemeliharaan usaha tani sampai dengan pengelolaan pasca panen dilakukan oleh perempuan tani. Peran perempuan dalam membantu petani mengelola usahanya terus menerus ditingkatkan, agar mereka mampu untuk peningkatan kesejahteraan keluarga. Peranan dalam meningkatkan produksi pertanian, karena dengan peningkatan produksi diharapkan akan membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya (Destia Nurmayasari, 2014).

(22)

9

Adapun peran kelompok tani menurut Peraturan Menteri Pertanian No.82 (2013), yaitu:

1. Kelas belajar

Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

Agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, kelompok tani diarahkan agar mempunyai kemampuan yaitu menggali dan merumuskan kebutuhan belajar; merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar; menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi anggota kelompok tani; melaksanakan proses pertemuan dan pembelajaran secara kondusif dan tertib; menjalin kerjasama dengan sumber-sumber informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang berasal dari sesame petani, instansi Pembina maupun pihak-pihak lain; menciptakan iklim/lingkungan belajar yang sesuai; aktif dalam proses belajar-mengajar, termasuk mendatangkan dan berkonsultasi kepada kelembagaan penyuluhan pertanian, dan sumber-sumber informasi lainnya; mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun masalah yang dihadapi anggota kelompok tani; merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan masalah maupun untuk melakukan berbagai kegiatan kelompok tani; merencanakan dan melaksanakan pertemuan-pertemuan berkala baik di dalam kelompok tani, antar kelompok tani atau dengan instansi terkait.

(23)

10 2. Wahana kerjasama

Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesame petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

Sebagai wahana kerjasama, hendaknya kelompok tani memiliki kemampuan, yaitu menciptakan suasana saling kenal, saling percaya mempercayai dan selalu berkeinginan untuk bekerja sama; menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat dan pandangan diantara anggota kelompok tani untuk mencapai tujuan bersama; mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja di antara sesama anggota kelompok tani sesuai dengan kesepakatan bersama; mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab di antara sesama anggota kelompok tani; merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar tercapai kesepakatan yang bermanfaat bagi anggota kelompok tani; melaksanakan kerjasama penyediaan sarana dan jasa pertanian; melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan; mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam kelompok tani maupun pihak lain; menjalin kerjasama dan kemitraan usaha dengan pihak penyedia sarana produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan/atau permodalan; mengadakan pemupukan modal untuk keperluan pengembangan usaha anggota kelompok tani

(24)

11 3. Unit produksi

Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Sebagai unit produksi, kelompok diarahkan untuk memiliki kemampuan yaitu mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam bidang teknologi, social, permodalan, sarana produksi dan sumberdaya alam lainnya; menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama, serta rencana kebutuhan kelompok tani atas dasar pertimbangan efisiensi; memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani oleh para anggota kelompok tani sesuai dengan rencana kegiatan kelompok tani; menjalin kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan usahatani; mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam kelompok tani, maupun kesepakatan dengan pihak lain; mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan kelompok tani, sebagai rencana kegiatan yang akan dating; meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan; mengelola administrasi secara baik dan benar.

2.2 Lahan Pekarangan

Lahan dapat diartikan lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya, sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang. Lahan memiliki sifat atau karakteristik yang spesifik.

(25)

12

Lahan juga memiliki unsur-unsur yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah hujan, distribusi hujan, temperature, drainase tanah, serta jenis vegetasinya. Dalam lahan terbayang apa yang terkandung di dalamnya dan bagaimana keadaan tanahnya, serta menggambarkan bagaimana daya dukung dari lingkungan fisik dan biotik terhadap kehidupan manusia (Mulyani, 2011 dalam Ambo Umpa, 2018).

Novitasari (2011) dalam (Ashari dkk, 2012:15) pekarangan adalah tata guna lahan yang merupakan sistem produksi bahan pangan tambahan dalam skala kecil untuk dan oleh anggota keluarga rumah tangga dan merupakan ekosistem tajuk berlapis. Pekarangan memiliki batas yang jelas, secara utuh terdiri dari rumah, dapur, pecuren/pelataran, peceran, pawuhan, kandang, pelegongan dan kandang (Novitasari (2011) dalam Ashari dkk, 2012:15). Sedangkan menurut Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di sekitar rumah tinggal. Pekarangan rumah merupakan salah satu lahan potensial yang sering dilupakan penggunaannya. Pemanfaatan pekarangan rumah dengan menanamnya dengan tanaman yang berjual tinggi dapat meningkatkan pendapatan keluarga petani (Dewa Oka Suparwata, 2018).

Setiap orang akan dengan mudah menunjukkan apabila ditanya mana pekarangan atau mana yang disebut pekarangan. Maka orang akan segera menunjuk tanah di sekitar perumahan, kebanyakan berpagar keliling, dan biasanya ditanami padat dengan beraneka macam tanaman musiman maupun tanaman tahunan untuk keperluan sendiri sehari-hari dan diperdagangkan. Pekarangan kebanyakan sering berdekatan. Atau sebidang tanah darat yang terletak disekitar rumah tinggal dan

(26)

13

jelas batas-batasnya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan kepemilikan dan atau fungsional yang dimaksudkan disini adalah meliputi hubungan sosial dan budaya, dan hubungan ekonomi (Suaedi dkk,2013).

Pemanfaatan pekarangan dapat dilakukan dengan tiga model penanaman yaitu penanaman konvensional, penanaman dengan menggunakan pot dan penanaman secara vertikultur. Penanaman konvensional adalah penanaman langsung di tanah dan prinsipnya sama dengan berkebun sayuran dalam arti sebenarnya, tetapi skalanya lebih kecil sesuai dengan lahan tersedia. Sementara penanaman dengan menggunakan pot adalah sebuah alternatif untuk lebih memperbanyak jumlah tanaman dan jenis sayur yang diusahakan. Sedangkan penanaman secara vertikultur adalah pola bercocok tanam yang menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi keterbatasan lahan. Dan setiap model penanaman membutuhkan persiapan tersendiri (Agus 2001 dalam Ambo Umpa, 2018).

Memilih jenis-jenis tanaman yang akan ditanam di pekarangan memerlukan kiat tersendiri. Beberapa faktor yang harus diperhatikan diantaranya adalah luas pekarangan, iklim dan manfaat dari tanaman yang dihasilkan. Beberapa tanaman yang dikembangkan di pekarangan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu tanaman pagar, tanaman hias, tanaman sayur-sayuran dan tanaman buah-buahan (Sopiah, 2006 dalam Ambo Umpa, 2018). Menurut Sopiah, lahan pekarangan memiliki berbagai fungsi sebagai berikut:

(27)

14 1. Fungsi Lumbung Hidup

Untuk menghadapi musim paceklik, pekarangan biasanya dapat membantu penghuninya menyediakan sumber pangan yang hidup (lumbung hidup) seperti tanaman palawija, tanaman pangan dan hortikultura, hasil binatang peliharaan dan ikan.

2. Fungsi Warung Hidup

Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman dan binatang peliharaan yang setiap saat siap dijual untuk kebutuhan keluarga pemiliknya.

3. Fungsi Apotek Hidup

Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman obat-obatan, misalnya sembung, jeruk nipis, kunir, kencur, jahe, kapulaga, dan sebagainya. Tanaman tersebut dapat digunakan untuk obat-obatan tradisional yang tidak kalah khasiatnya dengan obat-obatan yang diproduksi secara kimiawi.

4. Fungsi Sosial

Lahan pekarangan yang letaknya berbatasan dengan tetangga biasanya digunakan untuk ngumpul-ngumpul hajatan, tempat bermain, berdiskusi, dan kegiatan sosial lainnya. Hasil pekarangan biasanya saling ditukarkan dengan hasil pekarangan tetangga untuk menjalin keeratan hubungan sosial.

5. Fungsi Sumber Benih dan Bibit

Pekarangan yang ditanami berbagai jenis tanaman dan untuk memelihara ternak atau ikan mampu menyediakan benih ataupun bibit baik berupa biji-bijian, stek, cangkok, okulasi maupun bibit ternak dan benih ikan.

(28)

15 6. Fungsi Pemberi Keasrian

Pekarangan yang berisi berbagai jenis tanaman, baik tanaman merambat, tanaman perdu maupun tanaman tinggi dan besar, dapat menciptakan suasana asri dan sejuk.

7. Fungsi Pemberi Keindahan

Pekarangan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman bunga-bungaan dan pagar hidup yang ditata rapi akan memberi keindahan dan ketenangan bagi penghuninya.

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan lahan merupakan penggunaan ataupun pemanfaatan lingkungan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

2.3 Pekarangan Pangan Lestari (P2L)

Pekarangan pangan lestari (P2L) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan sebagai sumber pangan secara berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan, aksebilitas dan pemanfaatan serta pendapatan. Tujuan dari pekarangan pangan lestari yaitu:

1. Meningkatkan ketersediaan, aksebilitas, dan pemanfaatan pangan untuk rumah tangga sesuai dengan kebutuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.

2. Meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penyediaan pangan yang berorientasi pasar.

(29)

16

Kegiatan pekarangan pangan lestari merupakan upaya untuk meningkatkan ketersediaan, aksebilitas dan pemanfaatan pangan bagi rumah tangga sesuai dengan kebutuhan pangan yang beragam, bergiziseimbang dan aman serta berorientasi pasar untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Dalam rangka mencapai upaya tersebut kegiatan pekarangan pangan lestari dilakukan melalui pendekatan pengembangan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), pemanfaatan sumberdaya lokal (local wisdom), pemberdayaan masyarakat (community engagement), dan berorientasi pemasaran (go to market).

Kegiatan pekarangan pangan lestari merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk budidaya berbagai jenis tanaman melalui kegiatan kebun bibit, demplot, pertanaman, dan pasca panen serta pemasaran. Kegiatan pekarangan pangan lestari dapat dilakukan pada lahan tidur dan/atau lahan kosong yang tidak produktif dan/atau lahan yang ada di sekitar rumah/bangunan tempat tinggal/fasilitas publik, serta lingkungan lainnya dengan batas kepemilikan yang jelas. Kegiatan pekarangan pangan lestari 2020 dilaksanakan melalui tahap penumbuhan, tahap pengembangan, dan tahap pembinaan.

Kegiatan tahap penumbuhan merupakan kegiatan pekarangan pangan lestari yang dialokasikan pada kabupaten/kota prioritas penurunan stunting yang dikeluarkan oleh Bappenas atau daerah prioritas penangan rentan rawan pangan atau daerah pemantapan tahan pangan berdasarkan peta Food Security Vulnerability (FSVA). Alokasi dana bantuan pemerintah pada tahap penumbuhan ini dibagi menjadi tiga zonasi, yaitu zona 1 sebesar Rp.50.000.000, zona 2 sebesar Rp.60.000.000, dan zona 3 sebesar Rp.75.000.000. pembagian zonasi tersebut

(30)

17

dilakukan berdasarkan atas perbedaan harga antar wilayah, baik harga barang fasilitas untuk pembangunan kebun bibit, pengembangan demplot, harga bibit dan/atau benih, biaya operasional serta fasilitas dan/atau bahan pendukung lainnya. Komponen kegiatan tahap penumbuhan terdiri atas kebun bibit, demplot, pertanaman, dan pasca panen serta pemasaran.

Kegiatan tahap pengembangan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pekarangan pangan lestari non bekerja dan kelompok pekarangan pangan lestari bekerja. Kegiatan tahap pengembangan kelompok pekarangan pangan lestari non pekerja tahun 2020 merupakan kegiatan lanjutan dari kawasan rumah pangan lestari non bekerja yang ditumbuhkan pada tahun 2019. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi dan kapasitas kebun bibit, demplot, dan pertanaman serta melaksanakan kegiatan pasca panen dan pemasaran. Sedangkan kegiatan tahap pengembangan kelompok pekarangan pangan lestari bekerja 2020 merupakan kegiatan lanjutan dari kawasan rumah pangan lestari bekerja yang ditumbuhkan pada tahun 2019. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi dan kapasitas pengembangan ternak (unggas), pertanaman dan demplot untuk mendukung kegiatan penyediaan, pemanfaatan dan pemasaran pangan oleh kelompok pekarangan pangan lestari. Alokasi dana bantuan pemerintah untuk kegiatan pekarangan pangan lestari tahap pengembangan bekerja maupun non bekerja sebesar Rp.15.000.000 pada 2.100 kelompok pekarangan pangan lestari do 34 provinsi.

Tanggungjawab dan kelanjutan pelaksanaan kegiatan tahap pembinaan diserahkan kepada dinas/ unit kerja yang menyelenggarakan urusan pangan

(31)

18

provinsi. Pada tahap ini pemerintah pusat hanya melakukan pemantauan dan monitoring terhadap kawasan rumah pangan lestari tahap pengembangan pada tahun 2019 di 33 provinsi.

2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini. Maka dalam kajian pustaka ini peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Analisis

Data Hasil 1. I Ketut Sukanata, Dodi Budirokhman dan Azy Nurmaulana (2015) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan lahan pekarangan dalam kegiatan kawasan rumah pangan lestari (Studi kasus di KWT Dewi Srikandi Desa Cipanas Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) Analisis regresi linear berganda Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan lahan pekarangan dalam kegiatan KRPL pada KWT Dewi Srikandi yaitu faktor pengetahuan, ketersediaan lahan pekarangan dan ketersediaan waktu

luang berpengaruh nyata terhadap pemanfaatan

lahan pekarangan.

Faktor yang paling berpengaruh terhadap

pemanfaatan lahan

pekaranagan dalam

kegiatan kawasan rumah pangan lestari (KRPL)

yaitu pengetahuan.

Karena dari ketiga faktor yang ada, nilai t hitung pengetahuan yang lebih besar yaitu sebesar 2,237.

(32)

19

No. Peneliti Judul Analisis Data Hasil 2. M. Yogi Hadi Atmadja (2020)

Peranan ibu rumah

tangga pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Analisis deskriptif

Peranan ibu rumah

tangga pada program kawasan rumah pangan lestari di Kecamatan Natar termasuk ke dalam klasifikasi tinggi. Hal ini

dibuktikan dengan

tingginya peranan yang dilakukan ibu rumah

tangga dalam

penanaman,

pemeliharaan tanaman,

pemanenan dan

pemasaran hasil pada

program Kawasan

Rumah Pangan Lestari.

3. Harmah Waliyah, Gunawan, M. Saikhu (2018) Peran anggota kelompok wanita tani dalam pemanfaatan pekarangan melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Pucangsari Kecamatan Purwasari Kabupaten Pasuruan Jawa Timur Analisis deskriptif dan analisis regresi linear

Peran anggota kelompok

wanita tani Mawar

dalam pemanfaatan

pekarangan berpengaruh positif terhadap adanya faktor eksternal dengan

dimensi intensitas

pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh. Sedangkan faktor internal dengan

dimensi umur,

pendidikan, luas lahan pekarangan, pendapatan, jumlah anggota keluarga serta motivasi tidak berpengaruh terhadap peran anggota kelompok

wanita tani Mawar

dalam pelaksanaan

pemanfaatan pekarangan.

(33)

20

No. Peneliti Judul Analisis Data Hasil 4. S.Masithoh, H. Miftah, dan A. Aina (2014) Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) dalam Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor

Analisis Deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman Program KRPL di

Kecamatan Bogor Barat terdiri dari empat

tahapan, yaitu

perencanaan, manfaat, dan evaluasi. Tingkat partisipasi anggota kelompok wanita tani termasuk tinggi dengan

jumlah skor 6443

dengan rataan skor 2,62. Tetapi didalam empat tahapan itu beragam hasilnya yaitu dalam

tahap perencanaan

partisipasi sedang, tahap pelaksanaan partisipasi tinggi, tahap manfaat partisipasi sedang dan

tahap evaluasi partisipasi tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan nyata terhadap partisipasi anggota kelompok

wanita tani dalam

program Kawasan

rumah pangan lestari di Kecamatan Bogor Barat

adalah dukungan

keluarga, ketersediaan sarana dan prasarana dan tingkat pendidikan.

Faktor yang

berhubungan paling kuat

adalah dukungan

keluarga dengan nilai korelasi 0,635.

(34)

21

No. Peneliti Judul Analisis

Data Hasil 5. Elisabeth Tan, Aphrodite M. Sahusilawane, Stephen F. W. Thenu (2020) Persepsi wanita tani terhadap pemanfaatan pekarangan dalam menunjang diversifikasi pangan di Kota Ambon Skala Likert

Tingkat persepsi wanita tani terhadap fungsi dan

manfaat pekarangan

berkategori tinggi dengan skor mencapai 4,2. Tingginya persepsi ini karena menurut wanita tani pekarangan sudah

berfungsi sebagai

penghasil bahan pangan keluarga. Selanjutnya persepsi wanita tani terhadap diversifikasi

pangan menunjukkan

skor 4,1. Penelitian ini

menunjukkan bahwa

diversifikasi pangan penting untuk kesehatan karena dapat dicukupkan gizi keluarga. Anggota

keluarga telah

mengonsumsi makanan yang beragam, namun

belum mampu

mengurangi konsumsi beras.

2.5 Kerangka Pikir

Pemanfaatan lahan pekarangan merupakan kegiatan mengelola lahan sekitar rumah. Agar lahan pekarangan dapat dimanfaatkan secara optimal, maka pemerintah menyediakan program pekarangan pangan lestari dimana Pekarangan pangan lestari adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan sebagai sumber pangan secara berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan, aksebilitas dan pemanfaatan serta pendapatan. Salah satu Kelompok Wanita Tani yang

(35)

22

mendapatkan program pekarangan pangan lestari yaitu KWT Kuncup Mekar II. Dalam pelaksanaan kegiatan pekarangan lahan pekarangan melalui pekarangan pangan lestari maka peran anggota Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II, dapat dilihat dari bagaimana anggotanya dalam melaksanakan kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi.

Pemanfaatan lahan pekarangan

Pekarangan Pangan Lestari (P2L)

Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II

Peran Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II

Kelas Belajar Wahana

Kerjasama

Unit Produksi

Gambar 1 Kerangka Pikir Peran anggota Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui Pekarangan Pangan Lestari.

(36)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Pemilihan lokasi ini karena di Desa Balangpesoang terdapat kelompok wanita tani yang mendapat program pekarangan pangan lestari. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 April-3 Mei 2021.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok wanita tani yang mendapat program pekarangan pangan lestari di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba sebanyak 30 orang di KWT Kuncup Mekar II. Pengambilan sampel yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode sampling jenuh yang artinya teknik penentuan sampel bila semua semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus. Dengan demikian jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi yang ada yaitu sebanyak 30 orang.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan, dengan teknik wawancara langsung kepada anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang.

(37)

24

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan melalui sumber-sumber yang telah dikeluarkan oleh pihak yang terkait seperti kantor desa, badan ketahanan pangan dengan website yang resmi, dan literatur-literatur yang ada berhubungan dengan penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan satu langkah yang harus digunakan dalam mengadakan suatu penelitian, agar mendapat data yang sesuai dengan apa yang diinginkan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung untuk mengetahui aktivitas responden di lapangan.

2. Wawancara

Wawancara dengan menggunakan kuesioner dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada responden yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen yang ada baik itu berupa buku, surat kabar dan lain-lain.

(38)

25

3.5 Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif dan skala likert. Analisis deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status atau gejala yang ada, yaitu keadaan gejala yang apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005). Skala likert atau likert scale adalah skala penelitian yang digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat. Dengan skala likert ini, responden diminta untuk melengkapi kuesioner yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan tingkat persetujuannya terhadap serangkaian pertanyaan. Pertanyaan atau pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini biasanya disebut dengan variabel penelitian dan ditetapkan secara spesifik oleh peneliti.

Tingkat persetujuan yang dimaksud skala likert dalam penelitian ini terdiri dari 3 pilihan skala yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Di mana gradasinya adalah sering, pernah dan tidak pernah. Agar dapat dihitung dalam bentuk kuantitatif, jawaban-jawaban dari responden tersebut diberi bobot nilai atau skor likert: S : Sering, diberi nilai 3

P : Pernah, diberi nilai 2 TP : Tidak Pernah, diberi nilai 1

Untuk menentukan interval skor dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 𝐼 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐾 = 3 − 1 3 = 2 3 = 0,66

(39)

26

Untuk menghitung skor tertinggi dan skor terendah dalam kelas belajar dapat dihitung dengan:

𝑋𝑚𝑖𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 1 𝑥 10 = 10 𝑋𝑚𝑎𝑥 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 3 𝑥 10 = 30

Untuk menentukan interval kelas dalam kelas belajar dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 𝐼 =𝑋𝑚𝑎𝑥 − 𝑋𝑚𝑖𝑛 𝐾 = 30 − 10 3 = 20 3 = 6,67 = 7

Untuk menghitung skor tertinggi dan skor terendah dalam wahana kerjasama dapat dihitung dengan:

𝑋𝑚𝑖𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 1 𝑥 10 = 10 𝑋𝑚𝑎𝑥 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 3 𝑥 10 = 30

Untuk menentukan interval kelas dalam wahana kerjasama dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

𝐼 =𝑋𝑚𝑎𝑥 − 𝑋𝑚𝑖𝑛 𝐾 = 30 − 10 3 = 20 3 = 6,67 = 7

Untuk menghitung skor tertinggi dan skor terendah dalam unit produksi dapat dihitung dengan:

𝑋𝑚𝑖𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 1 𝑥 8 = 8 𝑋𝑚𝑎𝑥 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 3 𝑥 8 = 24

Untuk menentukan interval kelas dalam unit produksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 𝐼 =𝑋𝑚𝑎𝑥 − 𝑋𝑚𝑖𝑛 𝐾 = 24 − 8 3 = 16 3 = 5,33 = 5

(40)

27

Sedangkan untuk menghitung skor tertinggi dan skor terendah dapat dihitung dengan:

𝑋𝑚𝑖𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 1 𝑥 28 = 28 𝑋𝑚𝑎𝑥 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 = 3 𝑥 28 = 84

Untuk menentukan interval kelas dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 𝐼 =𝑋𝑚𝑎𝑥 − 𝑋𝑚𝑖𝑛 𝐾 = 84 − 28 3 = 56 3 = 18,67 = 19 Dimana I = Interval kelas Xmax = Nilai tertinggi Xmin = Nilai terendah

K = Banyak kelas

3.6 Definisi Operasional

Untuk mempermudah dalam pengambilan data dan informasi pada penelitian ini, maka digunakan definisi atau konsep operasional sebagai berikut:

1. Pemanfaatan lahan pekarangan adalah salah satu kegiatan dari dilakukan oleh anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II dalam menjalankan program pekarangan pangan lestari dalam memanfaatkan lahan dengan berbagai jenis sayuran seperti kangkung, sawi, terong, kacang Panjang dan lain-lain.

2. Pekarangan pangan lestari adalah salah satu program pemerintah yang sedang dijalankan oleh KWT Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba

(41)

28

3. Kelompok wanita tani yang dimaksudkan disini yaitu kelompok wanita tani yang mendapatkan program pekarangan pangan lestari yaitu KWT Kuncup Mekar II yang ada di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.

4. Peran kelompok wanita tani Kuncup Mekar II adalah perilaku yang diharapkan dari anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang dapat dilihat dari kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi.

5. Kelas belajar adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap anggota kelompok dalam memanfaatkan lahannya. Kegiatan kelas belajar diantaranya pertemuan antara anggota kelompok dengan penyuluh.

6. Wahana kerjasama adalah tempat untuk menjalin kerjasama dengan sesama anggota kelompok maupun pihak lain dalam penyediaan benih maupun alat-alat yang akan digunakan.

7. Unit produksi adalah usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok dalam memanfaatkan lahannya.

(42)

IV.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Desa Balangpesoang merupakan salah satu desa di Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Balangpesoang berjarak ±30 KM dari ibukota Kabupaten Bulukumba dan ±180 KM dari Kota Makassar. Secara geografis desa ini terbagi atas 5 (lima) dusun, yaitu Dusun Talleang Lumu, Dusun Balampesoang, Dusun Buhung Tellang, Dusun Kampung Baru, dan Dusun Waecenning. Adapun batas-batas wilayah Desa Balangpesoang adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sinjai  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai  Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sinjai  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanete

4.2 Keadaan Penduduk 4.2.1 Jumlah Penduduk

Tabel menyajikan data mengenai jumlah penduduk Desa Balangpesoang dalam tahun 2021. Data jumlah penduduk ini merupakan data yang tersaji dari Pemerintah Desa setempat.

(43)

29

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba, 2021.

No. Dusun

Jenis

Kelamin Pengelompokan Umur LK PR 0-5 6-15 16-21 22-59 60> 1 Talleang Lumu 263 250 31 85 89 262 54 2 Balampesoang 297 299 31 110 110 246 57 3 Buhung Tellang 262 258 22 95 120 273 52 4 Kampung Baru 205 197 20 50 127 201 32 5 Waecenning 208 197 23 74 84 220 28 Jumlah 1235 1201 127 414 530 1202 223

Sumber : Kantor Desa Balangpesoang, 2021

Tabel 2 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk di Desa Balangpesoang yaitu sebanyak 1.235 orang laki-laki dan 1.201 orang perempuan. Dengan pengelompokan umur 0 sampai 5 tahun sebanyak 127 orang, 6 tahun sampai 15 tahun sebanyak 414 orang, 16 tahun sampai 21 tahun sebanyak 530 orang, 22 tahun sampai 59 tahun sebanyak 1.202 orang dan umur di atas 60 tahun sebanyak 223 orang.

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Sumber ekonomi masyarakat di Desa Balangpesoang bermacam-macam karena mata pencaharian mereka yang berbeda-beda. Sumber perekonomian dapat menentukan tingkat kemakmuran serta taraf hidup suatu masyarakat dan juga dapat menentukan kedudukan/status dari penduduk itu sendiri. Berdasarkan data jumlah penduduk di Desa Balangpesoang yang dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

(44)

30

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, 2021.

No Mata Pencaharian Jumlah Jiwa

(orang) Persentase (%)

1 Belum/Tidak Bekerja 1228 50,41

2 Petani 608 24,96

3 Pegawai Negeri Sipil 74 2,96

4 Pedagang 72 2,96 5 Peternak Ayam 63 2,59 6 Tukang Kayu 20 0,82 7 Tukang Batu 41 1,68 8 Penjahit 15 0,61 9 Wiraswasta 100 4,10 10 Karyawan 38 1,56 11 Supir 40 1,64 12 Bengkel 7 0,29 13 Pensiunan 6 0,25

14 TNI dan POLRI 6 0,25

15 Mata pencaharian lainnya 9 0,36

16 Industri  Gula merah  Pembuatan kripik  Warung makan  Salon 10 5 4 2 0,41 0,21 0,16 0,02 17 Honorer 33 0,33 18 Tukang 41 0,41 19 Bidan/perawat 14 0,14 Jumlah 2436 100

Sumber : Kantor Desa Balangpesoang, 2021

Tabel 3 menunjukkan bahwa di Desa Balangpesoang 1.228 orang yang belum/tidak bekerja dengan persentase 50,41%, penduduk yang mata pencahariannya petani berjumlah 608 orang dengan persentase 24,96%, sebagai pegawai negeri sipil berjumlah 74 orang dengan persentase 2,96%, sebagai pedagang berjumlah 72 orang dengan persentase 2,96%, sebagai peternak ayam berjumlah 63 orang dengan persentase 2,59%, sebagai tukang kayu berjumlah 20 orang dengan persentase 0,82%, sebagai tukang batu berjumlah 41 orang dengan

(45)

31

persentase 1,68%, sebagai penjahit berjumlah 15 orang dengan persentase 0,61%, sebagai wiraswasta 100 orang dengan persentase 4,10%, sebagai karyawan berjumlah 38 orang dengan persentase 1,56%, sebagai sopir berjumlah 40 orang dengan persentase 1,64%, sebagai bengkel berjumlah 7 orang dengan persentase 0,29%, sebagai pensiunan berjumlah 6 orang dengan persentase 0,25%, sebagai TNI dan POLRI berjumlah 6 orang dengan persentase 0,25%, sebagai honorer berjumlah 33 orang dengan persentase 0,33%, sebagai tukang berjumlah 41 orang dengan persentase 0,41%, sebagai bidan/perawat berjumlah 14 orang dengan persentase 0,14%, sebagai pekerja industri 21 dengan persentase 0,80% dan mata pencaharian lainnya berjumlah 9 dengan persentase 0,36%.

4.2.3 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi pola pikir seseorang dalam menentukan kemampuan usahataninya. Pendidikan juga akan mempengaruhi pola pikir seseorang dalam menjalankan usahatani dalam mengambil keputusan yang tepat.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemampuan dalam menerapkan suatu ilmu pada usahataninya akan semakin membaik sehingga menghasilkan produktivitas yang semakin membaik. Artinya dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi sumber daya manusia itu sendiri.

Pendidikan penduduk di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.

(46)

32

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, 2021.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD 299 30,86 2 SMP 262 27,03 3 SMA 271 27,97 4 D3 49 5,06 5 S1 88 9,08 Jumlah 969 100

Sumber : Kantor Desa Balangpesoang, 2021

Berdasarkan tabel 4 diatas bahwa di Desa Balangpesoang, penduduk yang tingkat pendidikannya tamat SD berjumlah 299 orang dengan persentase 30,86%, tingkat SMP berjumlah 262 orang dengan persentase 27,03%, tingkat SMA berjumlah 271 orang dengan persentase 27,97%, tingkat D3 berjumlah 49 orang dengan persentase 5,06% dan yang memiliki tingkat pendidikan S1 berjumlah 88 orang dengan persentase 9,08%.

(47)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Penduduk di Desa Balangpesoang Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba pada umumnya menjadi petani sebagai pekerjaan utama mereka. Di Desa Balangpesoang terdapat kelompok wanita tani yang menjalankan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yaitu Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II yang beranggotakan 30 orang. Karakteristik yang diamati adalah umur dan tingkat pendidikan.

5.1.1 Umur

Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah umur, ada suatu kecenderungan perbedaan tingkat umur akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam menentukan sikap terhadap suatu perubahan. Umur sangat berpengaruh terhadap kegiatan pemanfaatan lahan, terutama kemampuan fisik dan pola pikir.

Umur anggota Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba berkisar antara 25- 75 tahun yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut:

(48)

34

Tabel 5. Identitas Responden Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, 2021.

No. Umur Responden (Tahun) Jumlah Responden

(orang) Persentase (%) 1 25-33 3 10 2 34-42 12 40 3 43-51 9 30 4 52-59 5 17 5 60-67 - - 6 68-75 1 3 Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2021

Tabel 5 menunjukkan hasil penelitian yang telah dilakukan, umur responden berkisar 25-75 tahun sebanyak 30 orang. Umur yang paling muda yaitu 25 tahun dan yang tertua yaitu 75 tahun. Dimana jika umur dari semua responden dirata-ratakan maka didapatkan 44 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10% responden yang berumur antara 25 tahun – 33 tahun yang jumlahnya 3 orang, 12 orang dengan persentase 40% berumur antara 34 tahun sampai 42 tahun, 9 orang dengan persentase 30% responden berumur antara 43 tahun sampai 51 tahun, 5 orang berumur antara 52-59 tahun dengan persentase 17% dan 1 orang yang berumur antara 68 tahun sampai 75 tahun dengan persentase 3%. Dimana kategori yang memiliki jumlah responden yang paling tinggi yaitu kategori umur 34 tahun sampai 42 tahun sebanyak 57% atau 17 orang dan kategori yang memiliki jumlah responden paling sedikit yaitu kategori umur 68 tahun sampai 75 tahun sebanyak 3% atau 1 orang. Berdasarkan tabel 5 maka dapat dikatakan bahwa kebanyakan dari anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II termasuk usia produktif yang berdasarkan Kemenkes RI tahun

(49)

35

2011 yang menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara 15 tahun sampai 54 tahun.

5.1.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti oleh anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh petani responden sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan pengambilan keputusan dalam kelompok wanita tani.

Pendidikan formal anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II merupakan pendidikan yang ditempuh oleh anggota kelompok wanita tani, dihitung dari sistem pendidikan sekolah yang telah berhasil ditamatkan oleh anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kebijakan dalam mengambil suatu keputusan pada kegiatan yang dilaksanakan (Pekarangan Pangan Lestari). Semakin pesatnya perkembangan teknologi menyebabkan membutuhkan seseorang dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi agar dapat mengikuti perkembangan teknologi tersebut dengan baik, sehingga akan berdampak positif pada pelaksanaan kegiatan pemanfaatan pekarangan.

Pada anggota Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba tingkat pendidikan dibagi enam kelompok yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA, Diploma, dan S1. Tingkat pendidikan formal responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6.

(50)

36

Tabel 6. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan Anggota Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, 2021.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

(orang) Persentase (%) 1 Tidak Sekolah 5 16,67 2 SD 11 36,67 3 SMP 4 13,33 4 SMA 5 16,67 5 Diploma 2 6,66 6 S1 3 10,00 Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2021

Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal responden kelompok wanita tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang pada umumnya masih rendah yaitu sebanyak 5 orang atau sekitar 16,67% tidak sekolah, pada tingkat SD sebanyak 11 orang atau sekitar 36,67%, pada tingkat SMP sebanyak 4 orang atau sekitar 13,33%, pada tingkat SMA sebanyak 5 orang atau sekitar 16,67%, pada tingkat Diploma sebanyak 2 orang atau sekitar 6,66% dan pada tingkat S1 sebanyak 3 orang atau 10%.

Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan anggota kelompok wanita tani terhadap teknologi pemanfaatan lahan pekarangan. Semakin tinggi pendidikan anggota kelompok wanita tani maka pengetahuan anggota kelompok wanita tani semakin tinggi (Sumilah dkk, 2015). Maka dapat diduga bahwa sebagian besar anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap teknologi pemanfaatan lahan pekarangan karena tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu SD dengan jumlah responden 11 orang.

(51)

37

5.1.3 Luas Lahan Pekarangan

Luas lahan pekarangan mempunyai arti yang sangat penting karena berkaitan dengan kurang atau banyaknya hasil dari pemanfaatannya. Semakin luas pekarangan yang yang dimanfaatkan atau dikelola maka semakin banyak pula hasil yang akan mereka dapatkan. Klasifikasi luas lahan pekarangan anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Identitas Responden Menurut Luas Lahan Pekarangan Anggota Kelompok Wanita Tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, 2021.

No. Luas Lahan Pekarangan (m²) Jumlah Responden (orang) Presentase (%) 1 25-33 5 16,67 2 34-42 - - 3 43-51 16 53,33 4 52-59 - - 5 60-67 - - 6 68-75 9 30,00 Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2021

Tabel 7 menunjukkan bahwa anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang memiliki luas lahan pekarangan 25-40 m² sebanyak 5 orang dengan persentase 16,67%, yang memiliki luas lahan pekarangan 41-56 m² sebanyak 16 orang dengan persentase 53,33% dan anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang memiliki luas lahan pekarangan 57-75 m² sebanyak 9 orang dengan persentase 30%.

Hasil ini sejalan dengan penelitian I Ketut Sukanata (2010) bahwa lahan merupakan salah satu faktor produksi utama yang menghasilkan produk pertanian, mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya hasil produksi tanaman dari suatu usaha tani, antara lain dipengaruhi oleh luas atau

(52)

38

sempitnya lahan yang dipergunakan. Maka dapat diduga bahwa luas lahan pekarangan menyebabkan anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II lebih memungkinkan untuk memaksimalkan tingkat produksinya. Namun luas lahan pekarangan yang dimiliki tidak selamanya menjamin bahwa luas tersebut lebih produktif dibandingkan lahan pekarangan yang sempit dalam perolehan hasil produksi. Luas lahan sangat mempengaruhi produksi usahatani, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya.

5.2 Peran Kelompok Wanita Tani

Peran kelompok wanita tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan yaitu menjalankan kerjasama antar anggota yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusahatani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Dengan adanya kelompok wanita tani, para petani perempuan dapat bersama-sama memecahkan permasalahan antara lain pemenuhan sarana produksi pertanian, dan teknis produksi. Melihat potensi tersebut, maka kelompok wanita tani perlu di bina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.

Kelompok wanita tani merupakan perkumpulan yang beranggotakan para petani perempuan yang ada di desa tersebut yang memiliki tujuan yang sama. Ketua kelompok wanita tani dipilih dari salah satu petani yang dianggap memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas.

Peran anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang dari hasil penelitian di lapangan yang diamati adalah kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi.

(53)

39

5.2.1 Kelas Belajar

Untuk mengetahui peran kelompok wanita tani Kuncup Mekar II dalam kelas belajar, terdapat 10 indikator yang perlu dicapai. Untuk mengetahui tercapainya indikator tersebut, peneliti mengembangkan 10 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan melakukan proses wawancara pada 30 orang responden. Hasil wawancara yang diperoleh memiliki skor, kemudian dikategorikan. Adapun indikator dan jawaban anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 8. Peran Kelompok Wanita Tani Sebagai Kelas Belajar KWT Kuncup Mekar II di Desa Balangpesoang, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, 2021.

No. Kelas Belajar Kategori

Tinggi Sedang Rendah

1 Menggali dan merumuskan kebutuhan

belajar 13 12 5

2 Merencanakan dan mempersiapkan

kebutuhan belajar 16 9 5

3 Menumbuhkan kedisiplinan dan

motivasi 21 5 4

4 Melaksanakan proses pertemuan dan

pembelajaran secara kondusif dan tertib 23 3 4

5

Menjalin kerjasama dengan sumber-sumber informasi yang diperlukan dalam kelas belajar, baik sesama petani maupun instansi pembina

23 3 4

6 Menciptakan lingkungan belajar yang

sesuai 26 - 4

7

Aktif dalam proses belajar mengajar,

termasuk mendatangkan dan

berkonsultasi kepada kelembagaan penyuluhan pertanian

15 11 4

8

Mengemukakan dan memahami

keinginan, pendapat maupun masalah yang dihadapi

15 11 4

9 Merumuskan kesepakatan bersama 10 14 6

10 Merencanakan dan melaksanakan

(54)

40

Berdasarkan tabel 8, terdapat 13 orang yang termasuk kategori tinggi untuk indikator menggali dan merumuskan kebutuhan belajar, sedangkan 12 orang termasuk kategori sedang dan 5 orang lainnya termasuk kategori rendah. Yang termasuk ke dalam kategori tinggi yaitu anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang sering mengemukakan masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan lahan ke penyuluh pertanian dan yang termasuk ke dalam kategori sedang yaitu anggota kelompok yang pernah mengemukakan masalahnya ke penyuluh pertanian. Sedangkan yang termasuk kategori rendah yaitu anggota kelompok yang tidak pernah sama sekali mengemukakan masalahnya ke penyuluh pertanian.

“Assaleng bedasi kuita batena tuo tanennekku na tanennenna taue kukkutanassi aro iyya hada di penyulue ke engkai kada maga nappakkoro”. (A, wawancara, April 2021).

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa jika dia melihat adanya perbedaan pertumbuhan antara tanamanan yang dimilikinya dengan tanaman yang dimiliki oleh orang lain, maka ia akan menanyakan hal tersebut ke penyuluh pertanian. Dengan kata lain, dia mengemukakan masalah yang dihadapinya ke penyuluh pertanian untuk mengetahui apa penyebab dari masalah tersebut dan bagaimana solusinya.

Indikator merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar, 16 orang responden termasuk kategori tinggi, 9 orang termasuk kategori sedang dan 5 orang kategori rendah. Yang termasuk dalam kategori tinggi yaitu anggota kelompok wanita tani Kuncup Mekar II yang sering memberikan masukan waktu pelaksanaan pertemuan maupun ikut serta dalam mempersiapkan tempat dan kebutuhan dalam pertemuan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa identifikasi faktor internal dan eksternal usahatani bawang merah varietas lokana, dapat diketahui bahwa (1) Kekuatan yang

Program Studi Agribisnis, Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), merupakan salah satu penyelenggara pendidikan tinggi di Sukabumi. Program Studi Agribisnis yang

Berdasarkan hasil penelitian mengenai model komunikasi penyuluhan pertainan dalam adopsi penggunaan alat siram sprinkler pada tanaman cabai di Desa Arabika

20 Pemasaran Komoditas Beras dan Masalah yang dihadapi Oleh Gapoktan Harapan Jaya dalam Pemasaran Komoditas Beras” dimana peneliti saat ini akan melihat sejauh mana

Data keadaan jalan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat ditinggalkan, karena dari keadaan ini dapat dilihat daerah dengan kecelakaan paling sering terjadi. Data ini

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, serta

angkatan kerja nasional termasuk di dalamnya 21,3 juta unit usaha skala kecil berupa usaha rumah tangga, maka sebesar 80% dari jumlah penduduk nasional menggantung hidupnya pada

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Peran Kelompok Peternak Dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi ( Studi Kasus Pada Kelompok Ternak Sikatutui Desa