• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN KELEMBAGAAN GAPOKTAN DALAM PEMASARAN KOMODITAS BERAS

( Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Jaya di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa)

WARDALENA 105961118317

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

ii

PERAN KELEMBAGAAN GAPOKTAN DALAM PEMASARAN KOMODITAS BERAS

(Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Jaya di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa)

WARDALENA 105961118317

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(3)

iii

HALAMAN KOMISI PENGUJI

(4)

iv

(5)

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul Peran kelembagaan Gapoktan dalam Pemasaran komoditas Beras (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Jaya di Desa kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa) adalah benar merupakan hasil karya belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Skripsi ini.

Makassar, November 2021

Wardalena (105961118317)

(6)

vi

ABSTRAK

WARDALENA, 105961118317. Peran Kelembagaan Gapoktan dalam Pemasaran Komoditas Beras (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Jaya di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa). Di bimbing oleh RATNAWATI TAHIR dan ISNAM JUNAIS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Gapoktan dalam pemasaran komoditas beras di Desa Kalemandalle dan masalah yang dihadapi oleh Gapaoktan Harapan Jaya dalam pemasaran beras. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan teknik penentuan informan purposive sampling. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Informan dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani baik ketua kelompok maupun anggota lainnya yang berjumlah 17 orang petani dalam setiap perwakilan kelompok tani yang mewakili adalah 1 orang petani dari setiap kelompok.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran kelembagaan gapoktan dalam mengelolah pemasaran komoditas beras berjalan baik karena mampu menyumbangkan sebanyak 80 ton/tahun untuk wilayah Kabupaten Gowa dan mampu memenuhi permintaan beras untuk keberbagai daerah diluar Kabupaten Gowa seperti Takalar, Sinjai, Selayar, dan Papua dan daerah lainnya. Adapun masalah yang mempunyai 3 poin tertinggi yang dihadapi oleh Gapoktan Harapan Jaya adalah lambatnya informasi tersampaikan dimasyarakat, sulitnya menjaga mutu gabah utamanya standar kadar air dan sulitnya menjaga mutu beras. dari 3 masalah utama yang di hadapi oleh Gapoktan Harapan Jaya maka lambatnya informasi tersampaian di msayarakt yang paling tinggi dengan bobot skor sebesar 63 dari hasil rentang skala pengukuran berada pada tingkat tinggi. Kesibukan kerja oleh setiap petani yang menyebabkan kurangnya interaksi antara anggota kelompok tani dengan masyarakat sekitar, selain dari itu kurangnya pengetahuan didalam mengakses teknologi informasi sering membuat informasi lambat tersampaikan

Kata Kunci: Kelembagaan, Gapoktan, Pemasaran beras,

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami masih diberi kesehatan serta kesempatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Kelembagaan Gapoktan dalam Pemasaran Komoditas Beras (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Jaya di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat)” sebagai tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh Sarjana S1 Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa, penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi kedepannya. Dengan selesainya skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya atas dukungan, bantuan, dan kerjasama kepada semua pihak, khususnya:

1. Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Sri Mardiyati S.P., M.P selaku ketua program studi Agribisnis fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir, M.Si selaku pembimbing 1 dan Bapak Isnam Junais, S.TP., M. Si selaku pembimbing 2 yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(8)

viii

4. Seluruh Dosen program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis

5. Kedua orang tua Bapak Kaharuddin dan Ibunda Sugira dan kakak-kakak serta segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Kepada pihak pemerintah Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

7. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

Makassar, November 2021

Wardalena

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Peran ... 7

2.2 Kelembagaan ... 7

2.3 Gabungan Kelompok Tani ... 8

2.4 Peran kelembagaan Pemasaran Komoditas Beras ... 9

2.5 Kelompok Tani ... 14

2.6 Komoditas Beras ... 15

2.7 Penelitian Terdahulu ... 16

2.8 Kerangka Pemikiran ... 20

(10)

x

3 METODE PENELITIAN ... 22

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.3 Tekhnik Penentuan Informan ... 22

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 23

3.5 Tekhnik Pengumpulan Data ... 23

3.6 Tekhnik Analisis Data... 24

3.7 Defenisi Operasional ... 26

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 28

4.1 Letak Geografis ... 28

4.2 Kondisi Demografis ... 30

4.3 Kondisi Pertanian ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1 Identitas Resonden ... 34

5.2 Peran kelompok Tani dalam Pemasaran Komoditas Beras ... 38

5.3 Masalah yang Dihadapi Dalam Sistem Pemasaran Komoditas Beras ... 48

VI. PPENUTUP ... 54

6.1 Kesimpulan ... 54

6.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 62

RIWAYAT HIDUP ... 76

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Penelitian Terdahulu ... 17 2. Batas Wilayah Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa ... 27 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia/Umur di Desa

Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat... 32 5. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa

Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa ... 36 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa

Kalemandalle... 33 7. Umur Informan di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa ... 35 8. Pendidikan Informan di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng

Barat Kabupaten Gowa. ... 36 9. Jumlah Tanggungan Keluarga Informan di Desa Kalemandalle

Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa ... 37 10. Masalah yang Dihadapi Dalam Sistem Pemasaran Komoditas Beras ... 48 11. Rentang Skala dan Tingkat Masalah yang Dihadapi Gapoktan

Harapan Jaya Dalam Pemasaran Beras ... 67

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Pemikiran Peran Kelembagaan Gapoktan dalam Pemasaran Komoditas Beras ... 21 2. Struktur Organisasi Gapoktan Harapan Jaya ... 29

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kusioner Penelitian ... 62

2. Peta Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat... 70

3. Rekapitulasi Data ... 66

4. Dokumentasi Penelitian ... 71

5. Surat Izin Penelitian ... 74

(14)

1

I. PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan trategis dalam pembangunan perekonomian nasional. Peran pertanian yang merupakan dasar bagi kelangsungan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan diharapkan mampu memberikan pemecahan permasalahan bagi bangsa Indonesia, karena sektor pertanian mempunyai empat fungsi yang sangat fundamental bagi pembangunan suatu bangsa, yaitu mencukupi kebutuhan pangan dalam negri, penyediaan lapangan kerja dan berusaha, penyediaan bahan baku untuk industri, dan sebagai penghasil devisi bagi negara (Hotmaida 2010).

Kelompok tani ialah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya), dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota. Pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis dan peningkatan peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lain dengan menumbuh kembangkan kerjasama antar petani dan pihak lain yang terkait untuk mengembangkan usahatani petani. Selain itu, pembinaan kelompok tani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani anggota kelompok tani secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, dan permodalan, dan sumber daya lain. Keberadaan kelompok tani akan sangat membantu kegiatan usahatani, mengingat bahwa

(15)

2 program-program pembangunan semakin sulit untuk menjangkau petani kecil secara individu yang jumlahnya sangat banyak (Anantanyu, 2010).

Sulawesi Selatan terdapat beberapa daerah yang masuk dalam gabungan kelompok tani, salah satunya terdapat di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa. Dalam proses pendsitribusiannya terkadang mengalami kendala dibidang manajemen pemasaran yang biasanya tidak tepat waktu dikarenakan terkendala beberapa faktor karna banyaknya serangkaian kegiatan yang dilakukan maka biasanya akan dikerjakan untuk keesokan harinya.

Kemudian yang menjadi penghambat dalam pendistribusian beras di Gapoktan Harapan Jaya adalah faktor cuaca yang menyebabkan tertundanya proses pengeringan gabah untuk selanjutnya di giling dan di produksi. Faktor lain yang menjadi penghambat dalam proses pendistribusian yaitu pada saat proses penggilingan dan terjadi kerusakan mesin maka pekerjaan akan dihentikan untuk sementara waktu untuk selanjutnya akan diperbaiki agar proses pendistribusian beras segera dilakukan dan tepat waktu.

Kelompok tani yang terdapat di Desa Kalemandalle merupakan salah satu gabungan kelompok tani bahkan dapat dimaknai dengan adanya kekompakan dan keinginan masyarakat petani sehingga terbilang sudah tersalurkan pengembangan dibidang pertanian secara menyeluruh telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di desa kalemandalle dengan berkipranya Gapoktan Harapan Jaya untuk membangun kerjasama dengan pihak pemerintah Kabupaten Gowa untuk kiat meningkatkan potensi dibidang pertanian, itulah yang diutarakan ketua Gapoktan Harapan Jaya mengatakan kegiatan yang dilakukan sebagai wujud

(16)

3 kecintaan terhadap pemerintah sehingga stok beras dapat tersedia untuk memenuhi kebutuhan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sul-Sel, karena potensi tanaman pangan (pertanian) Kabupaten Gowa sangat menunjang, dimana potensi bercocok tanam sudah mencapai 3 kali dalam setahun dan ditunjang lahan yang sangat berpotensi di Kabupaten Gowa.

Desa Kalemandalle merupakan daerah yang terdapat pada Kabupaten Gowa. Petani yang ada di desa kalemandalle merupakan petani yang bercocok tanam sebagai petani padi yang dilakukan apabila masuk musim hujan dan musim kemarau. Ada beberapa tahap yang dilakukan para petani dalam mengolah hasil pertaniannya sampai pada akhirnya masuk musim panen dan berakhir pada proses pemasaran beras berlangsung. Dalam proses pemasaran beras dilakukan dengan beberapa tahap dari panen, pengeringan, penggilingan dan berakhir diproses

produksi sebelum beras di dipasarkan ke wilayah-wilayah yang ada di Kabupaten Gowa.

Dalam proses pemasaran beras tidak hanya dilakukan di dalam wilayah Kabupaten Gowa saja untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarkat, akan tetapi pemasaran beras dilakukan di beberapa daerah diluar Kabupaten Gowa dengan melibatkan tujuh orang tenaga kerja dibagian pemasaran beras. Salah satu pemasarnnya yaitu di beberapa daerah seperti Takalar, Sinjai, Selayar, Papua, dan lainnya, akan tetapi proses pemasaran beras ke luar kota bukan langsung melalui Gapoktan Harapan Jaya melainkan melalui perantara yaitu pembeli yang melakukan pembelian di Gapoktan Harapan Jaya yang selanjutnya pedaganglah

yang mengirim keluar daerah untuk sampai ketangan konsumen. Adapun

(17)

4 kendala-kendala yang dihadapi selama proses pemasaran beras yaitu seperti terkendala oleh kurangnya modal yang masuk di Gapoktan Harapan Jaya dikarenakan dana yang masuk mengalami pengurangan karena situasi yang sekarang sedang terjadi yaitu Covid-19 menjadi pemicu berkurangnya dana yang diberikan di Gapoktan Harapan Jaya, dimana modal yang masuk adalah bantuan dari beberapa pihak seperti bantuan dari pemerintah. Harapan Jaya juga telah bekerjasama oleh beberapa pihak untuk proses pemasaran beras seperti pemasaran beras untuk penyaluran bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu, penyaluran bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak Covid-19 selama pandemi berlangsung serta masih banyak lagi kerjasama lain lainnya yang dilakukan dalam proses pemasaran beras yang dilakuka di Gapoktan Harapan Jaya di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

Kelembagaan sebagai salah satu faktor penggerak dalam produksi sangat penting guna menunjang keberlanjutan pertanian. Kelembagaan dalam hal ini tidak hanya menyangkut kelembagaan usaha tani, melainkan juga peranan kelembagaan-kelembagaan penunjang yang dapat mendukung pengembangan model penyuluhan terpadu, disisi lain dalam pengembangan pertanian ketersediaan modal dalam jumlah cukup dan tepat waktu merupakan unsur strategis dan penting. Untuk itu pemerintah membantu dengan memberikan berbagai macam fasilitas permodalan seperti pemberian kredit melalui program KUR, KUT, KI, perbankan dan nonperbankan (Yunita, dkk, 2014).

Keberadaan kelompok tani akan sangat membantu kegiatan usahatani, mengingat bahwa program-program pembangunan semakin sulit untuk

(18)

5 menjangkau petani kecil secara individu yang jumlahnya sangat banyak (Anantanyu, 2010).

Berdasrakan latar belakang dan permasalahan tersebut, peneliti tertarik mengkaji lebih dalam mengenai Peran Kelembagaan Gapoktan dalam Pemasaran Komoditas Beras dan Masalah yang Dihadapi oleh Gapoktan Harapan Jaya.

Tujuan penelitian untuk mengetahui Peran Kelembagaan Gapoktan dalam Pemasaran Komoditas Beras dan Masalah yang Dihadapi Oleh Gapoktan Harapan Jaya di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam penyusunan skripsi ini yaitu :

1. Bagaimana peran kelembagaan gapoktan dalam pemasaran komoditas beras?

2. Apa saja masalah yang dihadapi gapoktan dalam pemasaran komoditas beras?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengkaji peran kelembagaan gapoktan dalam pemasaran komoditas beras!

2. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi gapoktan dalam pemasaran komoditas beras!

(19)

6

1.4 Kegunaan Penelitiaan

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Akademis, hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi positif dan dapat menunjang pengembangan bagi pengembangan ilmu terkait dengan kelembagaan pemasaran komoditas beras.

2. Untuk peneliti lain, sebagai rujukan penelitian yang selanjutnya berkaitan dengan peran kelembagaan dalam pemasaran komoditas beras.

(20)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran

Secara etimologi peran berarti seseorang yang melakukan tindakan yang dimana tindakan tersebut diharapkan oleh masyarakat lain. Artinya setiap tindakan yang dimiliki setiap individu memiliki arti penting untuk sebagian orang.

Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Peran adalah suatu pekerjaan yang dilakukan seseorang berdasarkan status yang disandang. Meskipun setiap tindakan untuk menunjukkan peran berdasarkan status yang disandang tetapi tetap dalam koridor keteraturan yang berbeda yang menyebabkan hasil peran dari setiap orang berbeda (Soekanto, 2012).

2.2 Kelembagaan

Kelembagaan adalah suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antar organisasi yang diwadahi dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal maupun informal untuk pengendalian perilaku sosial untuk bekerjasama dan mencapai tujuan bersama. Kelembagaan di dominasi oleh unsur-unsur aturan, tingkah laku atau kode etik, norma, hukum dan faktor pengikat lainnya antar anggota masyarakat yang membuat orang saling mendukung dan bisa memproduksi atau menghasilkan sesuatu karena ada keamanan, jaminan akan penguasaan atas sumber daya alam yang didukung oleh

(21)

8 peraturan dan penegakan hukum untuk mentaati aturan atau menjalankan institusi (Djogo, 2003).

2.3 Gabungan Kelompok Tani

Berdasarkan peraturan putusan Mahkama Konstitusi (MK) nomor 87/PUU- XI/2013 bahwa pasal 7 ayat (1), harus dimaknai sebagai kelembagaan petani termasuk kelembagaan petani yang dibentuk oleh para petani, Peraturan Menteri Pertanin Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok tani dan Gabungan Kelompok tani perlu disempurnakan, sebagai upaya memberikan kepastian hukum dan kepastian usaha dalam pelayanan dan pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani.

Kelembagaaan Petani ditumbuh kembangkan untuk memenuhi kelayakan usaha skala ekonomi dan efisinsi usaha, sehingga berfungsi sebagai unit usaha penyedia sarana dan prasarana produksi, unit usahatani/produksi, unit usaha pengolahan, unit usaha pemasaran dan unit usaha keuangan mikro (simpan pinjam).

Pada tahap pengembangannya, kelompok tani/gapoktan dapat memberikan pelayanan informasi, teknologi, dan permodalan kepada anggotanya serta menjalin kerjasama melalui kemitraan usaha dengan pihak lain. Penggabungan Kelompok Tani/Poktan ke dalam gapoktan, diharapkan akan mejadikan Kelembagaan Petani yang kuat dan mandiri serta berdaya saing.

Menurut Setyowati (2019), Gabungan Kelompok Tani yang mampu mandiri dan berdaya saing, memiliki karakteristik sebagai berikut:

(22)

9 a. Ciri Gabungan Kelompok Tani

1. Memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan di taati sesama.

2. Melaksanakan pertemuan berkala dan berkesinambungan, antara lain, rapat anggota dan rapat pengurus.

3. Menyusun dan merencanakan rencana kerja Gabungan Kelompok Tani/gapoktan sesuai dengan kesepakatan dan melakukan evaluasi secara partisipatif.

4. Memfasilitasi kegiatan usaha bersama mulai dari sektor hulu sampai sektor hilir.

5. Menfasilitasi usahatani secara komersial berorientasi agribisnis.

6. Melayani informasi dan teknologi bagi usahatani kelompok tani/poktan yang bergabung dalam gapoktan dan Petani lainnya.

7. Menajalin kerjasama melalui kemitraan usaha antara gapoktan dengan pihak lain.

8. Melakukan pemupukan modal usaha, baik melalui iuran anggota maupun dari penyisihan hasil usaha gapoktan dan sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.

2.4 Peran Kelembagaan Distirbusi Pemasaran

Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar dapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usaha tani dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup petani itu sendiri. Peran kelembagaan pertanian bagi petani

(23)

10 antara lain: (a) menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh petani (saran produksi), (b) meningkatkan posisi tawar menawar petani dalam kegiatan ekonomi, sehingga dapat mengurangi kesenjangan dan kerugian yang dialami oleh petani (Anonim, 2012).

Adapun peran kelembagaan pertanian secara spesifik dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Sebagai wadah petani untuk mengemukakan pendapat, keinginan, masalah- masalah yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis (Rusmono, 2012).

2. Memenuhi pemasaran produk pertanian, dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani (Syahyuti, 2011).

3. Saluran pemasaran yang mempunyai kegiatan untuk menyalurkan atau penyampaian barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen (Setyowati, 2008).

4. Menghasilkan teknologi pertanian dalam upaya memecahkan masalah- masalah petani dan pengguna lainnya (Adnyana, 1999).

5. Mengenalisis situasi-situasi yang sedang dihadapi oleh petani dan melakukan perkiraan kedepan, menemukan masalah, memperoleh pengetahuan atau informasi guna memecahkan masalah, mengambil keputusan dan petani menghitung besarnya resiko atas keputusan yang diambilnya (Erna, 2011).

6. Menunjang pertanian terutama yang berhubungan dengan benih, pupuk, pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

(24)

11 7. Menghimpun dana secara langsung dari masayarakat atau petani dan fungsi pembiayaan di Indonesia meliputi bank pemerintahan, bank swasta maupun lembaga keuangan non bank (Batubara, 2007).

8. Membantu menekan hilangnya hasil panen, peningkatan nilai produk dan memperlancar hasil pertanian dari petani, kemudian pemasaran yaitu suatu proses distribusi dari petani hingga produsen tingkat pasar bahkan samapai ke tangan konsumen (Lesmana, 2009).

Perkembangan saat ini memperlihatkan banyaknya asosiasi maupun paguyuban petani tumbuh dan berkembang secara mandiri. Meskipun pendekatan kelembagaan telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan pertanian dan pedesaan, namun kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan sebagai alat untuk mengimplemintasikan proyek belaka belum sebagai upaya untuk pemberdayaan yang lebih dasar. Kelembagaan kedepannya, diharapkan dapat berperan sebagai aset komunitas masyarakat desa yang partisipatif.

Pengembangan kelembagaan mestilah dirancang sebagai upaya untuk peningkatan kapasitas masyarakat itu sendiri sehingga menjadi mandiri (Syahyuti, 2011).

Peraturan menteri pertanian Republik Indonesia nomor:

67/Permentan/SM.050/12/2016 tanggal: 20 Desember 2016, sektor pertanian mempunyaai peranan strategis terutama sebagai penyedia pangan rakyat indoneia, berkontribusi nyaata dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, bionergi, penyerapan tenaga kerja yang akan berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan dan menjaga pelestarian lingkungan.

(25)

12 Penguaatan kelembagaan kelompok tani sangat diperlukan dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani. Oleh karena itu petani dapat menumbuhkembangkan kelembagaan dari, oleh, dan untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani itu sendiri sesuai dengan perpaduan antara budaya, norma, nilai, dan kearifan lokal petani.

Ruang lingkup pembinaan kelembagaan Petani yaitu:

a. Kelompok Tani

b. Gabungan Kelompok Tani

c. Asosiasi Komoditas Pertanian, dan d. Dewan komoditas Pertanian nasional.

Dalam peranturan Menteri ini yang dimaksud dengan yaitu:

a. Kelembagaan petani adalah lembaga yang ditumbuh kembangkan dari, oleh dan untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani, mencakup Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, Asosiasi Komoditas Pertanian, dan Dewan komoditas Pertanian Nasional.

b. Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingukngan sosial, ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

c. Klasifikasi Kemampuan Poktan adalah peningkatan kemampuan Poktan ke dalam 4 (empat) kategori yang terdiri dari: kelas pemula, kelas lanjut, kelas Madya dan kelas utama yang penilaiannya berdasarkan kemampuan Poktan.

(26)

13 d. Gabungan Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Gapoktan adalah kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

e. Kelembagaan Ekonomi Petani adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan usahatani yang dibentuk oleh, dari, dan untuk petani, guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani, baik yang berbadan hukum maupun yang belum berbadan hukum.

f. Asosiasi komoditas Pertanian adalah kumpulan dari petani, Kelompok Tani, dan/atau Gabungan Kelompok Tani yang mengusahakan komoditas sejenis untuk memperjuangkan kepentingan petani.

g. Dewan Komoditas Pertanian nasional adalah suatu lembaga yang beranggotakan Asosiasi Komoditas Pertanian untuk memperjuangkan kepentingan petani.

h. Pertanian adalah kegitan mengelola sumberdaya alam hayati dengan bantuan teknologi, model, tenaga kerja, dan manajemen untuk menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam suatu agroekosistem.

i. Usahatani adalah kegitan dalam bidang pertanian, mulai dari produksi/budidaya, penanganan pascapanen, pengolahan, sarana produksi, pemasaran hasil, dan/atau jasa penunjang.

j. Komoditas Pertanian adalah hasil dari Usahatani yang dapat diperdagangkan, disimpan, dan/atau dipertukarkan.

(27)

14 k. Pelaku Utama selanjutnya disebut petani adalah warga Negara Indonesia perseorangan dan/atau beserta keluarganya yang melakukan Usahatani di bidang tanaman pangan, holikultura, perkebunan, dan/atau peternakan.

l. Pelaku Usaha adalah setiap orang yang melakukan usaha sarana produksi pertanian, pengolahan pemasaran hasil pertanian serta jasa penunjang Pertanian yang berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia.

m. Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi Pelaku Utama dan Pelaku Usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

n. Penyuluhan Pertanian adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan pertanian, baik penyuluh Pegawai Negri Sipil, penyuluh swasta , maupun penyuluh swadaya.

2.5 Kelompok Tani

Kelompok tani merupakan sebuah lembaga yang menyatukan para petani secara horizontal dan dapat dibentuk beberapa unit dalam satu desa, bisa berdasarkan komoditas, areal tanam pertanian dan gender (Syahyuti, 2007).

Dengan demikian, untuk mengetahui gerak pembangunan pertanian perlu perhatian terhadap kelompok tani yang ada di desa (Hariadi, 2011). Kelompok tani didefinisikan sebagai sebuah kelembagaan di tingkat petani yang dibentuk

(28)

15 untuk mengorganisasikan para petani dalam menjalankan usahataninya (Hermanto dan Swastika, 2011).

Kelompok tani pada hakikatnya adalah untuk menggerakkan sumber daya manusia petani. Pembinaan kelompok tani berperan dalam meningkatkan pengetahun, sikap dan keterampilan petani (Thomas, 2008). Kelompok tani akan membantu petani yang tergabung dalam keanggotaan untuk memfasilitasi segala kebutuhan mulai dari pembelian sarana produksi sampai penanganan pascapanen dan pemasarannya (Hariadi, 2011).

Pemberdayaan Petani dilakukan melalui kegitan pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok. Kegitan penyuluhan melalui pendekatan kelompok untuk mendorong terbentuknya Kelembagaan Petani yang mampu membangun sinergitas antar petani dan antar Poktan dalam upaya mencapai efisiensi usaha, selanjutnya, dalam upaya meingkatkan kemampuan poktan dilakukan pembinaan dan pendampingan oleh Penyuluh Pertanian, dengan melaksanakan penilaian klasifikasi kemampuan poktan secara berkelanjutan yang disesuaikan dengan kondisi perkembangaannya.

2.6 Komoditas Beras

Beras adalah hasil olahan produk sektor pertanian yang dsisebut Padi (Oryza sativa). Beras merupakan komuditas pangan yang dijadikan makanan pokok bagi masyarakat bangsa di Asia, khususnya Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Jepang dan Myammar (Ambaryanti, 2007). Padi mempunyai nilai strategis, karena merupakan tulang punggung ketahanan pangan dan hajat hidup warga dunia. Ha ini tampak pada pertumbuhan beras yang terus meningkat sesuai

(29)

16 dengan pertambahan dan perkembangan jumlah penduduk. Jumlah produksi beras di Indonsia sangat di pengaruhi oleh jumlah luasan panen dan tingkat produktivitas. Semakin luas areal panen dan semakin tinggi produktivitasnya, maka semakin jumlah besar produksi. Selain kedua hal tersebut, produksi beras juga dipengaruhi oleh tingkat konversi dari gabah ke beras. Berdasarkan rod map Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) tahun 2012-2014 menuju surplus 10 juta ton beras. Berdasarkan angka ramalam II (ARAM II) Badan Pusat Statistik (BPS) produksi padi tahun 2012 mencapai 68.956 juta ton GKG atau meningkat 3.1999 juta ton (4.87%) dari pencapaian produksi tahun 2011 yang hanya sebesar 65. 756 juta ton. Dengan perkembangan produksi padi tahun 2012, maka sasaran produksi tahun 2013 hanya memerlukan peningkatan 3.111 juta ton GKG (4,51%) bukan 4.239 juta ton (6,25%) dari tahun 2012. Sasaran tersebut ditetapkan dengan perhitungan jumlah produk tahun 2013 sejumlah 248.334 juta ton dengan tingkat konsumsi beras per kapita per tahun sebesar 132, 98 kg.

Dengan sasaran produksi padi tersebut terjadi suplus beras sejumlah 7,49 juta ton (Departemen Pertanian, 2012).

2.7 Penelitian Terdahulu

Penggalian dari wacana penelitian terdahulu dilakukan sebagai upaya memperjelas tentang variabel-variabel dalam penelitian ini, sekaligus untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Umumnya kajian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dari kalangan akademis dan telah mempublikasikannya pada beberapa jurnal cetakan dan jurnal online (internet).

Penelitian ini mengenai Peran Kelembagaan Gapoktan dalam Pemasaran

(30)

17 Komoditas Beras (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Jaya di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa) antara lain:

Tabel 1. Penelitian Teterdahulu

Penelitian Judul Analisis Data

Hasil Penelitian Febrianto,

2018

Peran Kelompok Tani dalam Sisstem

Pemasaran Beras (Studi Kasus di Desa Parumpanai, Kecamatan Wasuponda, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi

Sulawesi Selatan)

Analisis Kualitatif

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran kelembagaan pemasaran beras dan hubungan antara kelembagaan pemasaran dengan kelembagaan kelompok tani beras yang ada di Desa Parumpanai. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan wawancara langsung dengan lembaga pemasaran .

Daniel Matanari, 2019

Peran Kelompok Tani dalam Peningkatan Status Sosial ekonomi Petani Padi sawah di Desa

Hutagugung kecamatan Sumbul

Kabupaten Dairi

Analisisis Kualitatif dan

Kuantitatif

Penelitian ini bertujuan untu mengetahui perbedaan produksi petani padi sawah sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani serta untuk mengetahui kendala yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha padi sawah.

Silvia Darina , 2017

Model Kelembagaan pemasaran cabai merah

dikawasan Sentra Produksi Pertanian

Sumatra Utara

Analisis Kualitatif

Penelitian ini untuk menyusun kebijakan pengembangan model kelembagaan pemasaran cabai merah disumatra utara. Hasil menunjukkan bahwa penerapan kemitraan Agribisnis di kawasan setra produksi pertanian di Sumatra utara merupakan hal yang penting dalam rangka mencapai mutu produk sesuai kebutuhan konsumen, spesialisasi kegiatan untuk efisiensi, dan wadah kerjasama pemerintah dan swasta dalam penyelenggaraan

(31)

18 penyuluhan pertanian. Untuk meningkatkan jumlah dan kulaitas kelembagaan pemasaran di kawasan setra produksi pertanian di Sumatra utara, pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/kota). Melalui instansi terkait di daerah agar membentuk unit-unit agribisnis dikawasan sentra produksi pertanian dengan melibatkan pedagang input , kelompok tani dan pedagang di daerah yang berbasis komuditas pertanian yang berada dalam satu kendala manajemen dan pemerintah daerah (Provinsi dan kabupaten/kota) di Sumatra utara agar melakukan perbaikan dan pengembangan sistem pemasaran komuditas pertanian di kawasan setra produksi melalui pengembangan sistem informasi produksi dan pasar komuditas untuk mengetahui data dan informasi tentang produksi, harga dan rantai distribusi guna menjaga stabilitas harga produksi pertanian. Serta meningkatkan koordinasi dan sinergitas untuk penguatan pemasaran meliputi: a.

mengembangkan sistem informasi pasar (harga, jenis, produk, mutu produk yang dibutuhkan konsumen) b. Mempertahankan dan memantapkan pasar yang ada, c. Promosi dalam rangka menjaring pasar yang baru untuk pasar local maupun pasar regional.

Eni Aristining sih, 2014

Peran Gabungan Kelompok Tani dalam

pengembangan

Mutu dan

pemasaran

Analisis Deskriptif Kualitatif

Penelitian ini bertujuan untuk: a.

mendeskripsikan peranan Gapoktan sumber suko dalam pengendalian mutu sayuran kangkung, b. Mendeskripsikan peranan Gapoktan Sumberseko

(32)

19 Sayuran

kangkung ke Pasar Modern (Studi Kasus di Desa

Pandanajeng Kecamatan tumpang

dalam pemasaran sayuran kangkung ke pasar modern, c.

Mengidentifikasi masalah- masalah yang dihadapi Gapoktan Sumber seko dalam pengendalian mutu sayuran kangkung, d.

mengindentifikasi masalah- masalah yang dihadapi Gapoktan Sumber seko dalam pemasaran sayuran kangkung kepasar modern.

Hendar nuryaman, 2018

Peran

kelembagaan dalam

Pengembangan Agribisnis Mendong

Analisis Deskriptif Kulaitatif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan petani terhadap kinerja kelembagaan agribisnis mendong. Hasil penelitian menunjukkan untuk kinerja kelembagaan agribisnis bahwa petani merasa puas dengan kios sarana produksi, pedagang pengumpul/Bandar., pengrajin, kelompoktani, penyuluh dan perguruan tinggi yang cukup baik kinerjanya dalam menjalankan fungsi kelembagaan terletak keberadaan koperasi, persyaratan pembelian mendong, harga jual mendong, kelompoktani sebagai unit produksi dan penyedia sarana produksi serta pelatihan oleh lembaga informasi dan teknologi.

Dari hasil penelitian terdahulu ditemukan bahwa peneliti menjelaskan tentang bagaimana menyusun kebijakan pengembangan model kelembagaan pemasaran, mendeskripsikan peranan gapoktan dalam pengendalian mutu suatu produk atau hasil pertanian serta mengetahui kepuasan petani terhadap kinerja kelembagaan dalam bidang pertanian. Berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu maka peneliti akan mengkaji tentang “Peran Kelembagaan Gapoktan dalam

(33)

20 Pemasaran Komoditas Beras dan Masalah yang dihadapi Oleh Gapoktan Harapan Jaya dalam Pemasaran Komoditas Beras” dimana peneliti saat ini akan melihat sejauh mana peran kelembagaan Gapoktan dalam memasarakan produk, kemudian melihat upaya-upaya pengembangan yang dilakukan oleh lembaga tersebut serta melihat masalah-masalah yang dihadapi oleh gapoktan harapan jaya dalam proses pemasaran beras dari awal samapai ketangan konsumen.

2.8 Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini maka disusun, kerangka pikir penelitian “Peran Kelembagaan Gapoktan dalam Pemasaran Komoditas Beras”. Kelembagaan merupakan salah satu komponen kegitatan uasahatani yang dilakukan.

Kelembagaan pertanian memberikan dampak terhadap kegiatan usahatani dalam kegiatan budidaya maupun terhadap kegiatan lainnya. Kelembagaan dapat meningkatkan produktivitas serta dapat mengurangi biaya produksi yang implikasinya meningkatkan dan kesejahteraan petani. Di dalam Gapoktan terdapat struktur organisasi. Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antar tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan di inginkan. Dari struktur organisasi tersebut terdapat 3 komponen dalam kinerja Gapoktan yaitu sebagai sumber informasi pasar, memfasilitasi pemasaran beras dan mengawasi mutu beras yang dipasarkan.

Dengan mengetahui kinerja Gapoktan tersebut maka dapat diketetahui masalah yang dihadapi Gapoktan dalam pemasaran komoditas beras. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat ppada gambar yang ada dibawah ini:

(34)

21 Gambar 1. Kerangka Pikir Peran Kelembagaan Gapoktan dalam Pemasaran

Komoditas Beras.

G Gabungan Kelompok Tani

Mengawasi Mutu Beras yang di Pasarkan Sumber

Informasi Pasar

Masalah yang dihadapi Gapoktan dalam Pemasaran Komoditas Beras

Memfasilitasi Pemasaran

Beras

Peran Kelembagaan Gapoktan dalam Pemasaran Komoditas Beras

(35)

22

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September-November 2021, Dengan pertimbangan bahwa di Desa Kalemandalle merupakan salah satu desa pengembangan hasil pertanian berupa komoditas beras.

3.1 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling. Menurut arikunto (2006), purposive sampling adalah tekhnik mengambil informan dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu. Dimana peneliti menentukan pngambilan informan yaitu yang paling berpengaruh di dalam kelompok sehingga diharapakan dapat menjawab permasalahan penelitian seperti ketua dalam kelompok dan sektretaris/bendahara.

Jumlah informan yang diambil yaitu terdiri dari 17 orang petani dalam setiap perwakilan kelompok tani yaitu 1 orang yang mewakili, dimana setiap 1 kelompok tani terdiri dari 20-25 orang, baik ketua kelompok maupun anggota lainnya yang mampu memberi informasi atau memberikan jawaban yang tepat dalam mencari sumber informasi yang diperlukan dengan dasar pertimbangaan bahwa 17 perwakilan anggota kelompok ditunjuk berdasarkan jawaban yang di dapatkan dari satu orang ke orang yang lain sesuai dengan arahan baik dari ketua

(36)

23 kelompok itu sendiri maupun dari pihak gapoktan bahwa orang tersebut berkompoten dalam memberi sumber informasi yang diinginkan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang di dapat dari sumber pertama dari individu berupa hasil wawancara, observasi langsung dilapangan. Sedangkan, data sekunder adalah data yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, dan arsip-arsip yang ada dikantor Harapan Jaya Desa Kalemandalle.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpuan data yang digunakan penulis, yaitu:

1. Observasi

Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap sasaran penelitian untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan komoditi beras.

2. Wawancara

Teknik ini di gunakan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang dibuat dalam suatu daftar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu petani padi di Desa Kalemandalle.

(37)

24 3. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan pencatatan data yang diperlukan baik dari informan maupun dari instansi terkait yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik data dalam penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan peran kelembagaan gapoktan dalam pemasaran komoditas beras adalah metode penelitian Kualitatif Deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case study).

Pemelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu objek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Metode studi kasus memungkinkan peneliti untuk tetap holistik dan signifikan. Menurut Arikunto (2013), metode penelitian ini adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.

Penelitian yang dilakukan penulis dengan judul “Peran Kelembagaan Gapoktan dalam Distribusi Pemasaran Komoditas Beras (Studi kasus pada Gapoktan Harapan Jaya di Desa Kalemandale Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa)”

adalah penelitian Deskriptif Kualitatif dengan pendekatan kasus. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif (penggambaran yang berupa kata-kata tertulis maupun lisan, gambar dari setiap perilaku orang-orang yang diamati. Adapun metode yang digunakan yaitu skala likert. Skala likert yang digunakan dalam setiap skala yaitu (Rangkuti, 2003):

(38)

25 Keterangan :

Xib : Skor terbesar yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban sangat puas/sangat tinggi (skor 5) terhadap setiap unsur i dari setiap atribut.

Xik : Skor terkecil yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban tidak puas/sangat rendah (skor 1) terhadap setiap unsur i dari setiap atribut.

Maka besarnya selang (range) untuk setiap kelas yang diteliti adalah:

Range =

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh rentang skala sebesar 11. Hal ini karena nilai rata-rata terkecil yang diperoleh dari jawaban responden dikalikan dengan jumlah anggota kelompok tani adalah 17. Dengan demikian, rentang skala untuk setiap kelas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rentang skala dan Tingkat Masalah yang Dihadapi Gapoktan Harapan Jaya dalam Pemasaran Beras.

Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2021

Rentang Skala Jawaban

17-31 Sangat Rendah

32-46 Rendah

47-61 Sedang

62-76 Tinggi

77-91 Sangat Tinggi

(39)

26 3.6 Definisi Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari segala bentuk kesalahpahaman dalam peneltian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

1. Peran Kelembagaan yaitu setiap anggota kelompok tani yang ada dalam lembaga tersebut melakukan dan melaksanakan fungsinya masing-masing agar tercapai kesepakatan bersama

2. Gapoktan Harapan Jaya adalah kumpulan dari beberapa orang petani yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama dalam bidang pertanian yang ada dilokasi tersebut.

3. Sumber informasi pasar, dimana perusahaan tepatnya di Harapan Jaya akan memberi atau menyampaikan setiap informasi pasar tentang harga jual saat ini, dimana produk akan dipasarkan untuk memudahkan hubungan antara pihak perusahaan dan para anggota kelompok tani untuk membantu para peetani memasarkan produk yang dihasilkan.

4. Memfasilitasi pemasaran beras, dimana para petani diberikan wadah/tempat untuk memasarakan hasil pertaniannya agar para petani mendapatkan hasil yang maksimal dari pertaniannya.

5. Mengawai mutu beras yang dihasilkan, dimana hasil produk yang dihasilkan akan diawasi dengan sebaik mungkin untuk menentukan kualitas antara yang paling baik dan kurang baik untuk menghasilkan hasil produk yang maksimal dan memenuhi standar jual yang akan di dipasarkan keberbagai tempat atau wilayah di Sulawesi Selatan.

(40)

27 IV.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Desa Kalemandalle merupakan desa yang terletak di wilayah Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa. Desa Kalemandalle merupakan salah satu desa dari desa di Kecamatan Bajeng Barat, Desa Kalemandalle merupakan bagian dari Desa Manjalling Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa. Pada tahun 2000 Desa Manjalling dimekarkan menjadi dua desa yaitu Desa Manjalling dan Desa Kalemandalle yang pada saat itu Desa Kalemandalle masih berbentuk desa persiapan dan pada tahun 2003 Desa Kalemandalle resmi menjadi Desa Definitif.

Tabel 2. Batas Wilayah Desa kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

No Letak Geografis Desa/kelurahan Kecamatan

1. Sebelah Urara Biringala’ Barombong

2. Sebelah Timur Manjalling Bajeng Barat

3. Sebelah Selatan Mandalle’ Bajeng Barat

4. Sebelah Barat Tamasaju Galesong utara

Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2021

Secara administratif Desa Kalemandalle mempunyai luas wilayah 298. 87 Ha yang terdiri dari lima dusun yaitu Dusun Balla’bua, Dusun Mandalle 1, Dusun Mandalle 2, Dusun Mattirobaji, dan Dusun Bontote’ne.

4.1.1 Gapoktan Harapan Jaya

Gapoktan Harapan Jaya teletak di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupatten Gowa. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Harapan Jaya yang didirikan oleh:

(41)

28 Ketua : Kamaruddi Dg Rowa

Alamat : Ballatabbua Kel/Desa : Kalemandalle Kecamatan : Bajeng Barat Potensi Lahan:

- Lahan Sawah 226,42 Ha - Lahan Kering 44,11 Ha Jenis Usaha:

- Tanaman Pangan : Padi, Jagunng

- Ternak : Sapi, Kambing

- Holikultura : Sayuran dataran rendah Jumlah Kelompok Tani yaitu : 21 Kelompok Tani

Pembina : Tim Teknis Dinas Pertanian, PMT

(42)

29 Struktur Organisasi Gapoktan “Harapan Jaya”

Gambar 2. Struktur Organisasi Gapoktan Harapan Jaya.

Adapun tugas dari masing-masing setiap anggota diatas:

1. (Ketua) sebagai pemilik Gapoktan Harapan Jaya yang mengurus semua kegiatan yang berlangsung di lokasi, seperti mengawasi para pekerja dalam bagian penggilingan, mengawasi pembelian gabah dan beras, mengawasi dalam pemasaran beras yang dikirim ataupun pembelian langsung ditempat dan menggaji para karyawan yang bekerja dengannya.

2. (Sekretaris) sebagai karyawan yang mengurus jika ada dana bantuan yang masuk di Gapoktan Hrapan Jaya,

Kamaruddin Dg Rowa (Ketua)

S Dg Tata (Sektretaris)

Muh. Zadi Dg Situ (Bendahara)

Unit usaha Pemasaran Unit usaha

Pengolahan

Anggota Kelompok Tani

Turirannuang, Balla Tabbua, Abbulo Sibatang, Tangara baji, Baji Minasa, Sunggumanai, Baji Pa’mai, Paraikatte, Sikatutui, Sipakainga, Bontobaddo I, Bonto baddo II,Pattarungang, Bunga Biraeng, Bonto Te’ne, Salangka, Sukamaju

Unit Usaha Keuangan Unit Usaha

Saprotan

(43)

30 3. (Bendahara) sebagai Mencairkan dana yang masuk ke gapoktan untuk pembelian sarana produksi seperti (benih, pupuk, dan obat-obatan yang selanjutnya akan disalurkan anggota kemasyarakat.

4. Unit usaha saprotan, yaitu mengurus masalah pupuk, bibit, pestisida, baik bantuan dari pemerintah maupun dari gapoktan itu sendiri.

5. Unit usaha pengolahan, mulai dari penyediaan traktor pertanian sampai penggilingan gabah menjadi beras.

6. Unit usaha pemasaran, yaitu mengawasi pemasaran beras yang dipasarkan keberbagai tempat seperti Gowa, Makassar dan antar pulau yang diantarkan langsung maupun mengambil langsung di Gapoktan Harapan Jaya.

7. Unit usaha keuangan, untuk mengatur semua keungan yang masuk dan keluar di Gapoktan Harapan Jaya, baik pendapatan yang dihasilkan oleh gapoktan maupun maupun semua pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh gapoktan .

4.2 Kondisi Demografis

Jumlah penduduk merupakan salah satu syarat bagi terbentuknya suatu pembangunan disegala bidang kehidupan. Oleh karena itu kehadiran dan peranan masyarakat sangat menentukan bagi perkembangan suatu wilayah baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Untuk mengetahui keadaan penduduk Desa Kalemandalle dapat dilihat dari segi umur, jenis kelamin, pendidikan dan mata pencaharian. Jumlah penduduk Desa Kalemandalle sebanyak 3.279 jiwa yang terdiri dari 795 kepala Keluarga (KK). Laki-laki

(44)

31 sebanyak 1.636 jiwa, dan perempuan sebanyak 1.643 jiwa. Dapat dilihat pada tabel 3:

4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Kalemandalle dapat di lihat pada tabel 3 sebagai berukut:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Laki-laki 1.636 49,89

2. Perempuan 1.643 50,16

Jumlah 3279 100

Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2021

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Kalemanndalle untuk perempuan jumlah paling banyak yaitu sebesar 1.643 jiwa dan untuk jumlah laki-laki yaitu sebedar 1.636 jiwa.

Dimana jumlah penduduk (jiwa) sebesar 3.279, dengan jumlah rumah tangga di desa kalemandalle sebesar 795 KK.

4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Jumlah penduduk suatu desa dapat diketahui dengan melakukan pendekatan pembagian berdasarkan kelompok usia/umur. Dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan usia pada tabel 4:

Tabel 4. Keadaan Penduduk berdasarkan Kelompok usia/umur di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat.

No Umur (Tahun) Laki-laki Wanita Jumlah Persentase (%)

1. 0-15 540 518 1.058 32,26

2. 16-55 859 881 1.740 53,06

3. >55 237 244 481 14,68

Jumlah 1.636 1.643 3.279 100

Sumber: Kantor Desa Kalemandalle 2021

(45)

32 4.2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan berperilaku. Umumnya orang berpendidikan tinggi lebih arif dan bijaksana, pengambilan keputusannya senantiasa didasari oleh pertimbangan rasional, respek pada hal-hal pembaharuan.

Tabel 5. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Tidak Tamat SD 840 27,559

2. SD 1.173 38,51

3. SLTP 501 16,44

4. SLTA 464 15,23

5. Diploma/Sarjana 68 2,23

Jumlah 3.046 100

Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2021

Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di desa kalemandalle terbesar adalah pada tingkat tamatan SD sebanyak 1.173 Sedangkat tingkat pendidikan penduduk di desa kalemandalle yang terkecil adalah pada tingkat Diploma/Sarjana sebanyak 68 orang.

(46)

33 4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian

Penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Kalemandalle dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Jumlah penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Kalemandalle.

No Mata pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Petani 877 38,24

2. Buruh Tani 242 10,57

3. Tukang Batu 238 10,37

4. Pedagang 98 4,27

5. PNS 37 1,63

6. Pensiunan 22 0,98

7. Tukang Kayu 10 0,43

8. Peraangkat Desa 10 0,43

9. Penajahit 7 0,30

10. Buruh Industri 5 0,21

11. TNI/Polri 4 0,17

12. Dan Lain-lain 743 32,40

Jumlah 2.293 100

Sumber: Kantor Desa Kalemandalle, 2021.

Tabel 6. Menunjukkan bahwa tingkat mata pencaharian yang ada di desa kalemandalle yaitu Petani sebanyak 877, Buruh Tani sebanyak 242 dengan, Tukang Batu 238, Pedagang 98, PNS 37, Pensiunan 37, Tukang Kayu 10, Perangkat Desa 10, Penjahit 7, Buruh Industri 5, TNI/Polri 4, dan yang tertinggi adalah dan Lain-lain sebanyak 743.

4.3 Kondii Pertanian

Kondisi Wilayah di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa merupakan suatu daerah yang sangat potensial untuk dijadikan daerah pertanian dengan komoditas yang beragam. Hal ini disebabkan karena luasnya lahan pertanian dan serta sarana dan prasaranan yang memadai.

(47)

34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Informan

Informan dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani yang ada di Gapoktan Harapan Jaya di Desa Kalemandalle Kabupaten Gowa. Karakteristik dalam penelitian ini meliputi: Umur, pendidikan, lama bergabung di kelompok tani, dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik responden adalah sebagai berikut:

1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi efisiensi belajar, karena akan berpengaruh terhadap minatnya pada macam pekerjaan tertentu sehingga umur seseorang juga akan berpengaruh terhadap motivasinya untuk belajar. Bertambah umur seseorang akan menumpuk pengalaman- pengalamannya yang merupakan sumberdaya yang sangat berguna bagi kesiapannya untuk belajar lebih lanjut (Mardikanto, 2009).

Umur merupakan salah satu waktu untuk mengukur keberadaan suatu benda atau makhluk berdasarkan waktu, baik yang hidup maupun yang sudah mati.

Umur mulai terhitung sejak lahir hingga sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan hitungan tahun.

(48)

35 Tabel 7. Umur informan di Desa Kalemandalle, Kecamatan Bajeng Barat

Kabupaten Gowa.

Umur Jumlah (Orang) Presentase (%)

36-45 8 47,05

46-55 3 17,65

56-65 5 29,41

66-75 0 0

76-85 1 5,89

Jumlah 17 100

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2021

Tabel 7 menunjukkan bahwa umur petani responden antara 36-45 tahun berjumlah 8 orang dengan presentase 47,05%, umur 46-55 tahun berjumlah 3 orang dengan prsentase 17,65%, umur antara 56-65 tahun berjumlah 5 orang dengan prsentase 29,41%, umur 66-75 tahun tidak terdapat jumlah orang dengan presentase 0% dan umur 76-85 berjumlah 1 orang dengan presentase 5,89%.

Artinya umur informan di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa rata-rata masih tergolong pada usia produktif dan memiliki fisik yang kuat untuk melakukan budidaya pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat Lesmana, dkk ( 2013), yang mengatakan umur petani yang produktif berkisaran antara 15-54 tahun.

2. Pendidikan Informan

Menurut (Notoatmojo, 2003) menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk menjadikan sumber daya manusia yang lebih baik, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pendidikan berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi sehingga cara pekerjaannya pada kemampuan psikomotor menjadi

(49)

36 baik. Pendidikan dengan berbagai programnya mempunyai peranan penting dalam proses memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan professional individu.

Pendidikan merupakan salah satu variabel penentu tingkat kemajuan suatu wilayah. Makin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi suatu wilayah, maka tingkat kemajuan suatu wilayah makin tinggi pula. Pendidikan bisa dikatakan sebagai roda pembangun kemajuan di masyarakat untuk pengembangan suatu wilayah. Pendidikan sangat mempengaruhi tingkat kemampuan dan kematangan petani.

Tabel 8. Pendidikan informan di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Baret Kabupaten Gowa.

Pendidikan Jumlah Presentase (%)

SD 10 58,83

SMP 3 17,64

SMA/SMK 3 17,64

D3 1 5,89

Jumlah 17 100

Sumber: Data primer setelah diolah, 2021

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa yang berpendidikan rendah yaitu SD berjumlah 10 orang dengan presentase 58,983% SMP berjumlah 3 orang dengan presentase 17,64%, SMA berjumlah 3 orang dengan presentase 17,64%, dan paling terendah yaitu D3 berjumlah 1 orang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat umur informan tergolong rendah yaitu 58,83%. Tingkat pendidikan yang rendah biasanya mempengaruhi wawasan dan pengetahuan, ini sesuai dengan pendapat Septiana (2019), yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi cara berfikir dalam mengelola usaha maupun dalam menetapkan suatu keputusan.

(50)

37 5.1.1 Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua anggota keluarga yang memiliki beban hidup bagi informan yang bersangkutan.

Anggota keluarga dapat berfungsi sebagai tenaga kerja dalam keluarga. Anggota keluarga terdiri dari informan itu sendiri, istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan informan. Jumlah anggota keluarga yang berpengaruh bagi petani dalam pengambilan keputusan.

Tabel 9. Jumlah Tanggungan Keluarga Informan di Desa Kalemandalle Kecamatan bajeng Barat Kabupaten Gowa.

Tangungan Keluarga (orang) Jumlah(orang) Presentase (%)

2-3 10 58,82

4-5 7 41,18

Jumlah 17 100

Sumber : Data primer setelah diolah, 2021

Tabel 9 Menjelaskan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbesar yaitu 2-3 sejumlah 10 orang dengan presentase 58,82%, dan paling rendah yaitu 4-5 berjumlah 7 orang dengan presentase 41,18%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak tanggungan dalam keluarga maka semakin banyak pula kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Ini sesuai dengan pendapat Septiana (2019), yang mengatakan apabila jumlah tanggungan keluarga semakin banyak dalam rumah tangga maka semakin banyak pula kebutuhan hidup yang harus dipenuhi oleh suatu keluarga tersebut.

(51)

38 5.2 Peran Kelembagaan Gapoktan dalam Pemasaran Komoditas Beras

5.2.1 Peran Kelembagaan Gapoktan Sebagai Sumber Informasi Pasar

Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial. Sedangkan lembaga yaitu instrument yang mengatur hubungan antar individu serta ketentuan yang mengatur masyarakta yang telah mendifinisikan bentuk aktivitas yang dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak istimewa yang telah diberikan serta tanggung jawab yang harus dilakukan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di Gapoktan Harapan Jaya di Dsa Kalemandalle, maka diketahui bahwa Desa Kalemandalle merupakan salah satu desa yang ada Kabupaten Gowa. Gapoktan Harapan Jaya berdiri sejak tahun 2007 yang artinya Gapoktan Harapan Jaya sudah berdiri selama 14 tahun lamanya. Dengan Konsisten dan kerja keras serta niat yang baik untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat maka Gapoktan Harapan Jaya bisa bertahan hingga sekarang. Gapktan Harapan Jaya didirikan oleh Bapak Kamaruddin Dg Rowa selaku pemilik. Gapoktan Harapan Jaya merupakan salah satu gapoktan yang terbaik yang ada di Kabupaten Gowa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan DR (56) mengatakan bahwa:

“Salah satu faktor atau kendala dalam memasarkan hasil produk pertanian utamanya gabah/beras karena tidak stabilnya harga yang ada dipasaran, serta apabila saat musim panen tiba maka hasil pertanian yang dihasilkan oleh para petani akan mengalami penurunan harga karena melimpahnya hasil panen”.

Dalam hal ini Peran Kelembagaan Gapoktan terhadap informasi pasar sangat diperlukan oleh para petani karena untuk mengatasi harga gabah/beras

(52)

39 tidak mengalami kegagalan dipasar. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan KR (57) mengatakan bahwa:

“Dengan kerjasama Gapoktan Harapan Jaya dengan para pengusaha dibidang pertanin yang ada diluar daerah Sulawesi Selatan petani akan dibantu memasarkan produknya jika niai harga dijual di satu daerah yang menjalin kerjasama dengan Gapoktan Harapan Jaya tidak mengalami penurunan harga beli suatu produk pertanian maka petani yang ingin memasarkan hasil produknya akan diarahkan ke sana sebagai upaya membantu para petani meraih keuntungan yang maksimal dan menghindari kerugian”.

Adapun hal lain yang dilakukan gapoktan dalam memberi informasi tentang pasar mengenai keterbukaan mengenai harga jual, dimana para petani yang ada dalam Gapoktan Harapan Jaya yaitu setiap ketua kelompok tani akan mengarahkan setiap anggotanya apabila dalam pembahasan yang dilakukan atau dihadiri setiap perwakilan anggota kelompok taninya jika terjadi perubahan harga produk untuk disampaikan kesetiap para petani yang ada di Desa Kalemandalle agar tidak terjadi kesalah fahaman antar petani apabila ingin menjual hasil panennya di Gapoktan Harapan Jaya.

Selain itu hal lain yang perlu di sampaikan anggota kelompok tani ke petani adalah apabila ada bantuan yang masuk dari pemerintah, maka akan disampaiakan ke masyarakat untuk segera mengambilnya. Ini sesuai hasil wawancara dengan salah satu Ketua Kelompok Tani AR (65) mengatakan Bahwa:

“Jika ada harga yang berubah untuk pembelian gabah/beras maka setiap perwakilan Kelompok Tani akan segera diberi tahu harga saat ini untuk disamaikan dimasyarakat agar diketahui halayak umum mengenai perubahan harga tersebut, begitu pun jika ada bantuan yang masuk seperti bantuan bibit, pupuk, pestisida, dan yang lainnya maka akan disampaian di masyarakat untuk mengambilnya langsung di Gapoktan harapan jaya”.

(53)

40 Gapoktan Harapan Jaya telah bekerjasama dengan pemerintah untuk menyalurkan jika ada bantuan yang masuk untuk para petani, seperti bantuan berupa pupuk, pestisida, dan bantuan lainnya untuk para petani yang ada di kalemandalle. Selain bantuan berupa pupuk dan obat-obatan lainnya maka Gapoktan Harapan Jaya juga telah memberi berbagai macam kemudahan untuk para petani seperti sewa menyewa alat pertanian untuk lebih memudahkan para petani dalam mengolah hasil pertaniannya. Dalam hal sewa-menyewa maka apabila petani menyewa alat pertanian di Gapoktan Harapan Jaya maka akan dikenakan biaya sewa yang akan dibayarkan apabila musim panen tiba.

Berdasarkan hasil wawancara dengan DP (53) mengatakan bahwa:

“Apabila petani memerlukan obat-obatan untuk keperluan pertanian terkhususunya pada padi, maka jika ada bantuan dari pemerintah yang masuk di Gapoktan Harapan Jaya maka kami para petani akan diberkan secara Cuma-Cuma/gratis begitupun jika masuk musim panen gapoktan telah memberikan bantuan alat dalam proses panen dan sebagai imbalan yaitu memeberikan sebagian hasil panen yang didapatkan sesuai kesepakatan antara petani dan pihak Gapoktan Harapan Jaya sebagai gantinya”.

Para anggota kelompok tani melakukan pertemuan rutin di Gapoktan Harapan Jaya yaitu 3 kali dalam sebulan untuk membahas berbagai macam hal mengenai pertanian yang ada di Desa Kalemandalle. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan SB (49) mengatakan bahwa:

“Untuk waktu pertemuannya tidak pasti biasanya dilakukan 2-3 kali pertemuan untuk mengumpulkan para anggota kelompok tani untuk membahas berbagai macam yang akan dibahas utamanya mengenai keaktifan para anggota kelompok tani dan juga mengenai pertanian seperti penggunaan obat-obatan pada padi dan lain sebagainya”.

(54)

41 5.2.2 Peran Kelembagaan Gapoktan dalam Memfasilitasi Pemasaran Beras

Peran lembaga merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial. Sedangkan lembaga yaitu instrument yang mengatur hubungan antar individu serta ketentuan yang mengatur masyarakta yang telah mendifinisikan bentuk aktivitas yang dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak istimewa yang telah diberikan serta tanggung jawab yang harus dilakukan. Berdasarkan teori peran lembaga sosial, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan peran lembaga adalah aktivitas yang dilakukan berdasarkan status masing-masing yang dimiliki seseorang inividu atau kelompok, dalam suatu sistem hubungan sosial yang terorganisir atau teratur yang memperlihatkan adanya nilai-nilai peraturan, peran, dan cara-cara berhubungan satu sama lain yang diatur bersama guna memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu masyarakat tertentu, yang tujuannya untuk bisa melakukan kontrol terhadap setiap anggota. (Suyanto, 2010).

Selain itu Gapoktan Harapan Jaya merupakan wadah petani dalam berkomunikasi, maksudnya adalah di mana para anggota kelompok tani yang tergabung di dalamnya diberi ruang untuk mengemukakan pendapat sebagai perwakilan seluruh petani yang ada di Desa Kalemandalle Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa untuk membahas berbagai hal di dalamnya. Adapun hal-hal yang dibahas dalam pertemuan yang dilakukan di Gapoktan Harapan Jaya yaitu:

membahas tentang bagaimana para petani membudidayakan pertaniannya agar menghasilkan hasil panen yang baik dan meminimalisir terjadinya gagal panen dengan menghadirkan para penyuluh pertanian yang berpengalaman dibidangnya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai tambah bruto yang dihasilkan dari pengolahan limbah kotoran ternak sapi menjadi pupuk kompos di komunitas swabina

Hasil penentuan alternatif prioritas bauran pemasaran yang tepat untuk diterapkan oleh Gapoktan Karya Mandiri Sejahtera dalam memasarkan produk Teh Hijau Celup Cap Dua

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat atas limpahan rahmat dan Hidayah-Nya, penulis diberikan kekuatan dan kesabaran untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) motivasi pemuda tani dalam regenerasi usaha pertanian di Desa Buttu-Batu, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang Yaitu berpengaruh

Fermentasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa lendir yang tersisa dari kulit tanduk dan merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terdapat dilapisan lendir dengan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai model komunikasi penyuluhan pertainan dalam adopsi penggunaan alat siram sprinkler pada tanaman cabai di Desa Arabika

angkatan kerja nasional termasuk di dalamnya 21,3 juta unit usaha skala kecil berupa usaha rumah tangga, maka sebesar 80% dari jumlah penduduk nasional menggantung hidupnya pada

Seperti (umur, jumlah produksi, jumlah pengrajin kopra, jumlah pengepul kopra, harga, dan besar margin ). Data kualitatif adalah data yang berupa kalimat atau