PERAN KELOMPOK PETERNAK DALAM PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI (Studi Kasus Pada Kelompok Ternak
Sikatutui di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
SULFIANA.M 105960202715
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PERAN KELOMPOK PETERNAK DALAM PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI (Studi Kasus Pada Kelompok Ternak Sikatutui di Desa
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
SULFIANA.M 105960202715
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strara Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Peran Kelompok Peternak Dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi ( Studi Kasus Pada Kelompok Ternak Sikatutui Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar) ’’ adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, Januari 2020
Sulfiana M 105960202715
ABSTRAK
SULFIANA.M.(105960202715). Peran Kelompok Peternak Dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi ( Studi Kasus Pada Kelompok Ternak Sikatutui di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Dibimbing oleh NURDIN dan FIRMANSYAH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Kelompok Peternak Dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi. Penelitian ini dilakukan pada Agustus sampai September 2019 di di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Populasi dalam Penelitian ini adalah para kelompok ternak sapi Sikatutui, di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, Untuk Informan sebanyak 8 peternak sapi Sikatutui. Penelitian mengunakan metode Sensus yakni sebanyak 8 peternak, Analisis data yang digunakan adalah Analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian Peran Kelompok Peternak Dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar dapat di simpulkan bahwa masih ada Kendala yang dihadapi kelompok ternak Sapi Sikatutui seperti masih kurangnya fasilitas dan prasarana kelompok ternak Sikatutui, sedangkan Peran Kelompok Ternak Sikatutui dinilai sangat membantu dalam upaya pengembangan usaha di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Kata Kunci : Peran Kelompok Peternak Dalam Usaha Ternak Sapi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Salawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW berserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Peran Kelompok Peternak Dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi ( Studi Kasus Pada Kelompok Ternak Sikatutui Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr.Ir.Nurdin.,M.M selaku pembimbing I dan Bapak Firmansyah., S.P., M. Si. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.
2. Bapak Amruddin, S.PT,. M.Pd., M.Si selaku peguji I dan ibu St. Khadijah Yahya Hiola, S.TP,. M.Si juga selaku peguji II yang telah meluangkan waktu mengikuti seminar-seminar penulis, serta terima kasih atas kritikan dan sarannya.
3. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Mappainga dan Ibunda St Syamsiah yang tiada henti-hentinya memberi support, doa yang terus dicurahkan untuk saya selama menimpah ilmu, bekerja keras dalam membiayai kuliahku dan semua dukungan sertai semangat dalam menjalani masa-masa kuliah.
6. Saudara-saudariku Agribisnis 015, terkhusus Masriana, Saraswati, Santri, Yayudi, Sriwulandari dan semua teman-teman yang tidak bisa saya sebut namanya satu persatu yang bersama-sama dengan penulis dari awal hingga akhir masa perkuliahan, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua takkan mungkin penulis sampai disini.
7. Kepada seseorang yang selalu mendukung dan menyemangati dalam penyusun skripsi.
8. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.
9. Kepada pihak pemerintahan, yang telah memberikan akses kepemerintahan dalam mengambil data-data analisis.
10. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi, yang penulis tidak dapat sebutkan satu-satu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga berkah Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.
Makassar, Januari 2020
Sulfiana M 105960202715
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan dan Kegunaan penelitian... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Pengertian Peran ... 8
2.2 Pengertian Kelompok Peternak ... 8
2.3 Peran Kelompok Peternak ... 11
2.4 Kendala Yang di Hadapi Kelompok Peternak ... 12
2.5 Usaha Ternak Sapi ... 12
2.6 Pemasaran ... 20
2.6 Kerangka Pemikiran ... 21
III. METODE PENELITIAN ... 23
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
3.2 Teknik Penentuan Informan ... 23
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 23
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 24
3.5 Teknik Analisis Data ... 25
3.6 Definisi Operasional ... 26
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 27
4.1 Kondisi Geografis ... 27
4.2 Kondisi Demografis ... 27
4.2.1 Jumlah Penduduk ... 27
4.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 28
4.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 39
4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 30
4.2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 31
4.3 Kondisi Lokasi Penelitian ... 31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
5.1 Hasil ... 33
5.1.1 Identitas Peternak Resposden ... 33
5.1.2 Umur Peternak ... 33
5.1.3 Tingkat Pendidikan ... 34
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 35
5.1.5 Pengalaman Beternak ... 36
5.1.6 Kepemilikan Ternak ... 37
5.2 Peran Kelembagaan ... 38
5.3 Pembahasan ... 39
5.3.1 Kepemilikan Ternak Dalam kelompok ... 39
5.3.2 Kendala yang di Hadapi Dalam Kelompok Ternak Sapi Sikatuti.... 5.3.3 Peran Kelompok Ternak sapi sikatutui…... . 46
VI. KESIMPULAN ... 48
6.1 Kesimpulan ... 48
6.2 Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Jumlah Penduduk Setiap Kelurahan di Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar ... 29 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Balangtanaya
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar ... 30 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Balangtanaya
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar ... 30 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian di Desa
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar 32 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten
Takalar ... 33 6. Identitas Peternak Responden Tingkat Umur di Desa Balangtanaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar ... 35 7. Identitas Peternak Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Balangtanaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar ... 36 8. Jumlah Tanggungan Keluarga peternak sapi Sikatutui di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten
Takalar ... 37 9. Identitas Peternak Menurut Pengalaman Beternak di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten
Takalar ... 38 10. Jumlah Kepemilikan Ternak Kelompok peternak sapi Sikatutui ... 38 11. Daftar Prean Kelembagaan yang ada di di Desa Balangtanaya,
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar ... 40
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Pikir penelitian ... 23 2. Peta Lokasi Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan ... 54 3. Tinjauan lokasi di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng
Utara, KabupatenTakalar ... 59 4. Proses wawancara dengan informan Peternak Sapi di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten
Takalar ... 59 5. Kandang ternak Sapi di Desa Balangtanaya, Kecamatan
Polongbangkeng Utara, KabupatenTakalar ... 60 6. Staf desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Provinsi
Sulawesi Selatan ... 60
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Kusioner Penelitian ... 52 2. Identitas Responden Peternak Sapi kelompok ternak sapi
Sikatutui ... 58 3. Dokumentasi lokasi bersama kelompok ternak sapi Sikatutui... 56
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan urgensi pentingnya sumber daya peternak yang berkualitas sangat dirasakan sekali. Saat ini berbagai kebutuhan terhadap protein asal hasil ternak sebagian besar masih tergantung pada impor. Padahal dilihat dari potensi wilayah dan tingkat kebutuhan konsumsi terhadap protein hewani yang terus meningkat, mengharuskan untuk memiliki kemandirian. Kemandirian pangan ini amat dipentingkan untuk terwujudnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Di sisi lain tingkat konsumsi per kapita per tahun tingkat Indonesia untuk berbagai produk pangan, masih sangat rendah. Tingkat konsumsi rakyat Indonesia untuk daging misalnya baru mencapai 7,1 kilogram pertahun. Jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging rakyat Malaysia dan
Filipina, yaitu masing-masing 46,87 kilogram per tahun dan 24,96 kilogram per tahun. Tingkat konsumsi protein hewani per kapita per tahun rakyat Indonesia perlu ditingkatkan, karena sangat menentukan kualitas pertumbuhan fisik dan kecerdasan bangsa (Siswono, 2006).
Kondisi peternakanpun saat ini sebagian besar masih merupakan
peternakan rakyat. Ada beberapa ciri yang menonjol dari peternakan rakyat ini, yaitu antara lain: tingkat skala kepemilikan ternaknya yang relatif kecil atau sedikit, penggunaan input teknologi dan inovasi yang relatif terbatas, dan mengandalkan kebutuhan pakan, khususnya untuk ternak ruminasia pada penyediaan hijauan yang sifatnya hanya cukup untuk sehari. Salah satu strategi yang dapat didayagunakan di dalam meningkatkan kualitas peternak sehingga memiliki keberdayaan adalah peningkatan peran kelompok peternak. Sampai saat ini kelompok peternak masih digunakan sebagai pendekatan utama dalam
kegiatan penyuluhan (Deptan, 2000).
Pendekatan kelompok dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para peternak, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku peternak ke arah yang lebih baik atau berkualitas (Margono, 2001). Dengan demikian kelompok ternak memiliki kedudukan strategis di dalam mewujudkan peternak yang berkualitas. Peternak yang berkualitas antara lain dicirikan oleh adanya kemandirian dan ketangguhan dalam berusaha ternak, sehingga memiliki keberdayaan. Keberdayaan peternak ini dipersonifikasikan sebagai pelaku usaha tani ternak yang berkualitas. Ternak sapi
mempunyai peran yang cukup penting bagi peternak sebagai penghasil pupuk kandang, tenaga pengolah lahan, pemanfaatan limbah perternakan dan sebagai sumber pendapatan. Sapi potong mempunyai fungsi sosial yang penting di masyarakat sehingga merupakan komoditas yang sangat penting untuk dikembangkan (Rary AR, 2017).
Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Peluang usaha berternak sapi potong sangat menjanjikan karena dengan melihat peningkatannya permintaan bahan makanan yang berasal dari hewan sebagai sumber protein hewani khususnya daging. Ternak sapi biasanya menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kompos, biogas, kulit, tulang dan lain sebagainnya (Sofyan Amir, 2017).
Untuk membuat proyeksi permintaan daging sapi nasional berdasarkan kategori penduduk golongan menengah, menengah atas, dan atas. Maka diambil kelompok penduduk dengan pengeluaran per kapita Rp.750.000,- s.d. lebih dari Rp.1.500.000. Dengan tingkat pertumbuhan konsumsi daging sapi rata-rata 7%
dan tingkat pertumbuhan penduduk 1,23% (Sri Rahayu dkk, 2019).
Secara keseluruhan maka total permintaan daging sapi rumah tangga Indonesia mencapai angka + 679.888 ton. Meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa konsumsi daging sapi tersebut bisa jadi adalah daging sapi dalam bentuk daging segar, maupun produk olahan daging yang dikonsumsi melalui sentra produksi seperti HoReKa, serta Industri RT dan Industri Besar. Demikian juga berdasarkan asal produk lokal maupun impornya, karena jika di kategorikan berdasarkan kategori potongan daging yang dikonsumsi maka proporsi konsumsi berdasarkan urutan terbesar sampai terkecil adalah; Daging sapi olahan
(kornet/sosis/bakso/lainnya) sebesar 31,49%; potongan primer (26,30%); jeroan (14%); potongan sekunder (11,18%); daging variasi (9,53%); dan kulit (7,5%) (Sri Rahayu dkk, 2019).
Program Swasembada daging sapi tahun 2014 (PSDS-2014) merupakan salah satu program prioritas pemerintah dalam lima tahun kedepan untuk
mewujudkan ketahanan pangan atas ternak berbasis sumberdaya lokal. Pencapaian Swasembada daging sapi merupakan tantangan. Pada tahun 2009 impor daging mencapai 70 ribu ton dan sapi bakalan setara dengan 250,8 ribu ton daging (Direktur Jenderal Peternakan dan kesehatan, 2010).
Pengembangan ternak sapi tentunya tidak terlepas dari
peranan kelompok tani ternak dalam mengupayakan ternaknya agar mendapat
nilai tambah serta efisien dalam pengelolaannya. Upaya yang perlu dikembangkan dalam membina dan memantapkan kelompok peternak adalah kelembagaan kelompok peternak. Untuk itu diperlukan pendekatan yang efektif agar peternak dapat memanfaatkan program pembangunan yang ada serta berkelanjutan melalui penumbuhan rasa memiliki, partipisipasi dan pengembangan kreatifitas, disertai dukungan masyarakat lainnya sehingga dapat berkembang dan dikembangkan oleh masyarakat tani disekitarnya. Upaya ini diarahkan untuk terbentuknya kelompok-kelompok peternak, kerjasama antar kelompok sehingga terbentuk kelompok yang produktif yang terintegrasi dalam satu koperasi dibidang peternakan (Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2002).
Kelembagaan merupakan suatu aturan didalam kelompok masyarakat yang mengatur anggotanya untuk dapat saling bekerja sama dalam pencapaian tujuan.
menyatakan bahwa kelembagaan adalah aturan-aturan (constraints)yang
diciptakan oleh manusia untuk mengatur dan membentuk interaksi politik,sosial dan ekonomi. Aturan-aturan tersebut terdiri dari aturan-aturan formal(misalnya:
peraturan-peraturan, undang-undang, konstitusi) dan aturan-aturaninformal (misalnya: norma sosial, konvensi, adat istiadat, sistem nilai) serta proses penegakan aturan tersebut (enforcement). Aturan-aturan tersebut diciptakan manusia untuk membuat tatanan (order) yang baik dan mengurangi ketidakpastian (uncertainty) di dalam proses pertukaran (Rary AR, 2017)
Suatu kelembagaan kelompok peternak dapat terlaksana secara baik, jika semua aspek kelembagaan (resources/sumber daya alam, sumber daya manusia dan finansial (R), organisasi (O) dan norma (N)) terlaksana secara baik guna pencapaian tujuan bersama dalam kelompok (Rary AR, 2017).
Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi sapi potong
terbesar ketiga di Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan populasi 4.125.333 ekor (Mirnatul Q dkk, 2017).
Di Kabupaten Takalar khusunya di Kecamatan Polongbangkeng Utara, merupakan salah satu sentra pengembangan sapi potong di Provinsi Sulawesi Selatan. Jarak dari ibu kota Provinsi atau Kota Makassar diperkirakan menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam atau sekitar 50 km. Wilayah Polongbangkeng Utara merupakan wilayah perbukitan dan gunung-gunung yang relatif rendah serta terdapat banyak ternak sapi potong dan merupakan pusat pengembangan sapi IB (inseminasi buatan) oleh Dinas Peternakan Kabupaten Takalar.
Peternak sapi didesa Balangtanaya membentuk kelompok yang diberi nama kelompok ternak Sikatutui. Kelompok ini melakukan berbagai kegiatan untuk mengembangkan usaha ternak sapi anggotanya, akan tetapi sejauh mana
peran kelompok tersebut dalam mengembangkan ternak sapi belum maksimal untuk itu peneliti ingin meneliti menyangkut peran kelompok ternak tersebut dalam mengembangkan ternak anggotanya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apakah kendala yang dihadapi Kelompok Ternak Sikatutui dalam mengembangkan usaha ternak sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar ?
2. Bagaimana peran Kelompok Ternak Sikatutui dalam mengembangkan usaha ternak sapi di desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar ?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kendala yang di hadapi kelompok Ternak Sikatutui dalam mengembangkan usaha ternak sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
2. Mengetahui peran Kelompok Ternak Sikatutui dalam mengembangkan usaha ternak sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa, khususnya yang berkaitan dengan peran kelompok peternak dan pengembangan usaha ternak sapi.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya.
3. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Peran
Peran kelompok peternak sangat strategis dalam pengembangan usaha peternakan sapi. Sapi merupakan komoditas sub sektor peternakan yang sangat potensial. Hal ini dapat dilihat dari tingginya permintaan produk peternakan yang semakin naik seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk serta meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi pangan yang bergizi (Ekowati, 2012).
Menurut (Soekanto, 2009) peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, berarti dia menjalankan suatu peran. Manusia sebagai makhluk sosial pun dalam menjalani proses kehidupan tidak bisa lepas dari keberadaan orang-orang di sekitarnya, sehingga sejak awal manusia sudah hidup dalam suatu kelompok kecil yaitu keluarga yang menjadi tempat seseorang belajar mengenal norma-norma kehidupan, belajar berinterkasi dengan orang lain serta belajar memahami peranannya dalam hidup bermasyarakat.
2.2 Pengertian Kelompok Peternak
Menurut (Rary Ar, 2017) menyatakan bahwa kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama. Dan ia menambahkan bahwa kelompokpada dasarnya adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi untukmecapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap danmempunyai struktur tertentu.
Ada beberapa hal yang harus menjadi cirikelompok yaitu setiap anggota kelompok harus sadar sebagai bagian darikelompok ada hubungan timbal balik antara sesama anggota dan terdapat suatufaktor yang dimiliki bersama oleh para anggota sehingga hubungan diantaramereka semakin kuat. Menurut (Rary AR, 2017) menambahkanbahwa yang menjadi ciri-ciri suatu kelompok adalah adanya interaksi antaranggota yang berlangsung secara anggota secara kontinu untuk waktu yang relatiflama, setiap anggota menyadari bahwa ia merupakan bagian dari kelompok, dan sebaliknya kelompok pun mengakuinya sebagai anggota, adanya kesepakatanbersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku,
serta nilai-nilai yangdianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai, adanya struktur dalamkelompok, dalam arti para anggota mengetahui adanya hubungan-hubungan antarperanan, norma tugas, hak dan kewajiban yang semuanya tumbuh didalamkelompok tersebut.
Kelompok peternak merupakan perkumpulan yang dibuat oleh para peternak disuatu daerah dengan tujuan mensejahterakan anggota kelompoknya maupun masyarakat sekitar. Kelompok ternak merupakan organisasi yang keberadaannya diakui pemerintah melalui dinas peternakan. Kelompok ternak memiliki anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) sebagai dasar menjalankan organisasinya (Rary AR, 2017). Peternak merupakan sumber daya manusia yang memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu kegiatan usaha ternak. Hal ini karena peternak merupakan pekerja dan manajer dalam usaha ternaknya itu sendiri (Rary AR, 2017).
Menurut (AR, 2017) bahwa terdapat beberapa keuntungan peternak tergabung didalam kelompok ternak yaitu:
1. Peternak lebih mudah mendapatkan modal dengan bunga rendah bahkan modal hibah. Pasalnya, modal usaha peternakan maupun pemberdayaan masyarakat di bidang peternakan dari pemerintah biasanya disalurkan melalui kelompok ternak.
2. Mempermudah kemitraan dengan Bank, baik perorangan maupun kelompok.
Kelompok ternak dapat mengarahkan tata cara peminjaman modal yang baik kepada peternak sehingga peternak dapat memperoleh kredit modal dari bank.
3. Meningkatkan kemampuan teknis beternak dengan lebih cepat dan terarah, karena peternak memperoleh pembinaan atau pelatihan dari peternak lain atau dari dinas peternakan yang memiliki sentra peternakan tertentu di daerahnya.
Suksesnya suatu kelompok peternakan tentu tidak datang begitu saja, ada hal-hal yang harus dimiliki kelompok ternak agar program-program yang
dijalankan berjalan lancar dan diakui sebagai kelompok ternak yang berhasil.
Berikut penjabarannya (Rary AR, 2017):
1. Memiliki pemimpin atau ketua kelompok yang jujur serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anggota. Ketua kelompok yang tidak mementingkan diri sendiri atau memerkaya diri sendiri, demi kemajuan kelompok dan anggota. Pasalnya, setiap kegiatan atau penyaluran dana biasanya diwakili penerimaannya oleh ketua kelompok sehingga bisa terjadi penyelewengan dana apabila ketua kelompok peternakan bukan seorang yang jujur dan adil.
2. Memiliki hubungan yang baik dengan instansi terkait, sehingga segala inforasi terkait teknis beternak maupun kondisi pasar mudah diakses dengan cepat.
Untuk mencapai hal ini pengurus kelompok diharapkan proaktif.
3. Anggota kelompok mendukung dan mengakui adanya kelompok dengan sepenuh hati sehingga mau bersama-sama membesarkan kelompok. Selain itu, harus kompak terutama dalam penyelesaian masalah yang muncul dalam peternakan.
2.3 Peran Kelompok Peternak
Berikut adalah beberapa peran kelompok peternak menurut (Mauludin, 2012) :
1. Peran sebagai kelas belajar, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh kelompok dalam memfasilitasi anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Indikatornya terdiri :
a. Pertemuan berkala dan berkelanjutan, b. Pengembangan kader kepemimpinan,
c. Fasilitasi komunikasi dengan sumber informasi dan teknologi, d. Penyelenggaaan pelatihan.
2. Peran sebagai unit produksi, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh kelompok dalam mendorong tercapainya skala usaha yang efisien. Indikatornya terdiri:
a. Fasilitasi kelompok dalam merencanakan pola usaha,
b. Fasilitasi dalam penyusunan rencana penyediaan input produksi, dan c. Fasilitasi dalam penerapan teknologi dan aspek zooteknik
3. Peran sebagai unit usaha, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok dalam mencari dan memanfaatkan peluang untuk berhasilnya usaha ternak anggota. Indikatonya:
a. Fasilitasi penyediaan input produksi, b. Fasilitasi permodalan, dan
c. Fasilitasi pemasaran.
4. Peran sebagai wahana kerjasama, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok dalam mendorong kerjasama antar anggota dan di luar.
2.4 Kendala yang di Hadapi Kelompok Peternak
Menurut (M Wahyu N, 2017) belum optimalnya peran kelompok peternak dapat disebabkan oleh kendala-kendala sebagai berikut :
a. Perhatian pemerintah pada kelompokternak sapi masih kurang
b. Kurangnyafasilitas seperti ketersediaan dokter hewanuntuk menangani hewan yang sakit.
c. Kualitas SDM dalambidang kelompok ternak sapi masih rendah.
d. Kurangnya upaya pemberdayaan masyarakat khususnya untuk kelompok ternaksapi.
2.5 Usaha Ternak Sapi
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging didunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae, seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika
(Syncherus) dan Anoa (Rary AR, 2017).
Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia.
Namun, produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah (Suryana, 2009).
Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Suryana, 2009).
Sumber daya peternakan, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable) dan berpotensi untuk dikembangkan guna meningkatkan dinamika ekonomi. Menurut (Rary AR, 2017) bahwa ada beberapa pertimbangan perlunya mengembangkanusaha ternak sapi potong, yaitu:
1. Budidaya sapi potong relatif tidak bergantung pada ketersediaan lahan dan tenaga kerja yang berkualitas tinggi.
2. Memiliki kelenturan bisnis dan teknologi yang luas dan luwes.
3. Produk sapi potong memiliki nilai elastisitas terhadap perubahan pendapatan yang tinggi.
4. Dapat membuka lapangan pekerjaan.
Sapi potong adalah sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristik yang dimilikinya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging yang cukup baik. Sapi-sapi inilah yang dijadikan sapi bakalan dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertumbuhan berat badan yang ideal untuk dipotong, pemilihan bakalan yang baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan usaha. Salah satu tolak ukur
penampilan produksi sapi potong adalah pertumbuhan berat badan harian (Sofyan Amir, 2017).
Menurut (Ayu Mahdalia, 2012) Pemeliharaan sapi secara ekstensif biasanya terdapat di daerah-daerah yang mempunyai padang rumput luas seperti di Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan dan Aceh. Sepanjang hari sapi digembalakan di padang penggembalaan, sedangkan pada malam hari sapi hanya dikumpulkan di tempat-tempat tertentu yang diberi pagar, disebut kandang terbuka. Pada pemeliharaan secara ekstensif, kandang hanya digunakan untuk berlindung pada saat-saat tertentu saja (berfungsi secara parsial), yaitu pada malam hari dan saat- saat istirahat. Bahkan pada sistem pemeliharaan ini, kadang-kadang kandang tidak ada sehingga ternak hanya dapat berlindung di bawah pohon yang ada di padang penggembalaan tersebut.
Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja dan juga modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi potong bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak.
Selain itu pengelolaan maupun manajemen dalam usaha ternak tidak terlepas dari karakteristik sosial ekonomi peternak sehingga nantinya akan mempengaruhi hasil yang akan diperoleh oleh peternak. Sistem usaha ternak sapi potong adalah suatu sistem usaha yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan
terhadap usaha pemeliharaan sapi potong. Peternak memilih mengusahakan ternak sapi dengan beberapa tujuan. Bagi peternak, ternak sapi potong berfungsi sebagai sumber pendapatan, protein hewani, dan tenaga kerja serta penghasil pupuk.
Fungsi lain adalah sebagai penghasil bibit dan bersifat tabungan. Usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang saat ini banyak dipilih oleh rakyat untuk dibudidayakan. Kemudahan dalam melakukan budidaya serta kemampuan ternak untuk mengkonsumsi limbah pertanian menjadi pilihan utama. Sebagian besar skala kepemilikan sapi potong di tingkat rakyat masih kecil yaitu antara 5 sampai 10 ekor. Hal ini dikarenakan usaha ternak yang dijalankan oleh rakyat umumnya hanya dijadikan sampingan yang sewaktu-waktu dapat digunakan jika peternak memerlukan uang dalam jumlah tertentu (Y.B Sugeng 1992).
Pada usaha peternakan rakyat biasanya peternak berfungsi sebagai
pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien dalam menjalankan dan mengelola usaha ternaknya. Karakteristik sosial ekonomi peternak (Jumlah ternak, umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja, luas kandang, jumlah investasi, total penerimaan produksi dan total biaya produksi) dapat mempengaruhi peternak dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi usaha ternaknya. Sehingga dari karakteristik sosial ekonomi tersebut nantinya akan
mempengaruhi pendapatan yang diperoleh per peternak sehingga perlu
diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong.
Faktor- faktor dari karakteristik sosial ekonomi peternak seperti jumlah ternak, umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah tenaga kerja memiliki peran yang sangat penting di dalam usaha ternak sapi potong. Karakteristik peternak tersebut nantinya akan membentuk suatu pola pikir peternak dalam menangani proses budidaya ternak sapi potong, sehingga dari karakteristik peternak dapat mencerminkan hasil yang akan
diperoleh peternak nantinya. Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap
lingkungan tinggi, mampu memanfaatkan pakan berkualitas rendah, dan mempunyai daya reproduksi yang baik. Potensi dan kelebihan sapi lokal bisa dimanfaatkan secara optimal apabila manajemen pemeliharaan dan perawatan dilakukan dengan baik, (Anggraini, 2003) menyatakan usaha peternakan dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, yaitu:
1) Peternakan sebagai usaha sambilan, yaitu petani mengusahakan komoditas pertanian terutama tanaman pangan, sedangkan ternak hanya digunakan sebagai usaha sambilan dengan skala usaha rakyat untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan tingkat pandapatan dari ternak kurang dari 30%, 2) Peternakan sebagai cabang usaha, peternak mengusahakan pertanian campuran dengan ternak dan tingkat pendapatan dari peternakan sebesar 30 - 70%,
3) Peternakan sebagai usaha pokok, peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dengan tingkat pendapatan mencapai 70 -100%, Peternakan sebagai skala industri dengan tingkat pendapatan dari usaha peternakan mencapai 100%. Struktur industri peternakan di Indonesia sebagian besar tetap bertahan pada skala usaha rakyat. Ciri-ciri usaha rakyat yaitu tingkat pendidikan peternak rendah, pendapatan rendah, penerapan manajemen dan
teknologi konvensional, lokasi ternak menyebar, ukuran usaha relatif sangat kecil, dan pengadaan input utama bergantung pada musim, ketersediaan tenaga kerja keluarga, penguasaan lahan terbatas, produksi butiran terbatas dan sebagian besar bergantung pada impor (Yusdja 2005).
Mersyah (2005) mengemukakan, ada dua faktor yang menyebabkan lambannya perkembangan sapi potong di Indonesia. Pertama, sentra utama produksi sapi potong di Pulau Jawa yang menyumbang 45% terhadap produksi daging sapi nasional. Produksi tersebut sulit dicapai karena dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu ternak dipelihara menyebar menurut rumah tangga peternakan (RTP) di pedesaan, ternak diberi pakan hijauan pekarangan dan limbah pertanian, teknologi budidaya rendah, tujuan pemeliharaan ternak sebagai sumber tenaga kerja, perbibitan (reproduksi) dan penggemukan (Roessali et al. 2005), dan budidaya sapi potong dengan tujuan untuk menghasilkan daging dan berorientasi pasar masih rendah. Faktor kedua terletak pada sentra produksi sapi di kawasan timur Indonesia. Produksi sapi pada kawasan ini sebanyak 16% dari populasi nasional, serta memiliki padang penggembalaan yang luas. Kendala produksi kawasan timur Indonesia adalah tingkat mortalitas tinggi, pada musim kemarau panjang sapi menjadi kurus, dan angka kelahiran rendah. Kendala lainnya adalah berkurangnya areal penggembalaan, kualitas sumber daya rendah, akses ke lembaga permodalan sulit, dan penggunaan teknologi rendah.
Faktor lain yang menjadi permasalahan adalah sistem pemeliharaan ternak di Indonesia. Sebagian besar ternak sapi dipelihara secara tradisional dalam usaha rakyat. Ada tiga sistem pemeliharaan yang umum digunakan oleh peternak rakyat, yaitu
1. Sistem ekstensif yaitu sistem pengembalaan atau grazing (NTT, NTB, Bali, Kalsel, sebagian Sumatera, dan sebagian Kalimantan), pemeliharaan dengan sistem ini hanya untuk status sosial peternak dan tabungan,
2. Sistem intensif yaitu sapi tidak digembalakan dengan sistem cut and carry (Jatim dan Jateng, sebagian Sulawesi), pengembangan peternakan dengan sistem ini sangat bergantung pada ketersediaan tenaga kerja keluarga yang bertugas mencari pakan hijauan. Pengembangan ternak dengan menyediakan pakan hijauan akan mengurangi tenaga kerja keluarga dan
skala usaha bisa meningkat. Tujuan produksi sistem ini adalah tenaga kerja tanpa memperdulikan pasar dan produksi,
3. Sistem kombinasi, ternak digembalakan pada lahan yang terbatas dan kekurangan pakan hijauan dalam kandang. Sistem pemeliharaan kombinasi bertujuan untuk menghasilkan daging, susu, dan sapi bakalan.
Pada pemeliharaan intensif, sapi dikandangkan terus-menerus atau dikandangkan pada malam hari dan digembalakan pada siang hari. Sistem pemeliharaan secara intensif banyak dilakukan oleh petani di Jawa, Madura, dan Bali.
Sistem pemeliharaan ekstensif banyak dilakukan oleh peternak di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, dan Sulawesi. Ternak pada sistem ini umumnya dipelihara di padang pengembalaan dengan pola pengembalaan pertanian menetap atau di pelihara di hutan (Sugeng 2006).
Kebijakan pengembangan ternak sapi harus melihat ketiga aspek tersebut karena terdapat perbedaan masalah yang dihadapi sehingga penanganannya akan berbeda, terutama dalam memanfaatkan sumberdaya lahan dan pakan. Selain itu sistem pemasaran yang ada tidak memberikan intensif yang layak kepada peternak. Para peternak tidak mempunyai daya tawar sehingga peran pedagang menjadi dominan dalam menentukan harga. Pada sisi lain perdagangan ternak hidup antar pulau dan wilayah menimbulkan biaya angkutan dan resiko ekonomi yang besar, sementara perdagangan karkas belum layak dilakukan karena
infrastruktur yang tersedia belum memadai. Usaha peternakan tradisional memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Sebagian besar usaha masih berskala kecil sebagai usaha keluarga, 2) Tingkat keterampilan peternak rendah dan modal usaha yang kecil,
3) Belum memanfaatkan bibit unggul dan jumlah ternak produktif yang sedikit, 4) Penggunaan ransum tidak efisien dan belum disediakan secara khusus, 5) kurang memperhatikan pencegahan penyakit, dan
6) usaha belum bersifat komersil.
Usaha ternak sapi potong sangat menguntungkan untuk dijalankan, selain penghasil daging dapat juga berfungsi sebagai tenaga kerja yang digunakan untuk membajak sawah. Disamping itu ternak sapi menghasilkan pupuk kandang yang merupakan hasil sampingan bagi peternak dari usaha pemeliharaan sapi (Abidin 2002).
2.6 Pemasaran
Pemasaran menurut (Kotler, 2000) adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain.
Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Handoko, 2004).
Dalam manajeman penjualanya menyebutkan, pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukaan untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan dan medistribusikan barang atau jasa, ide kepada pasar agar dapat mencapai pasar sasaran (Bau, 2000).
Defenisi lain mengungkapkan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang mencakup individu dan kelompok guna mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran berusaha menghasilkan laba dari jasa yang diciptakan sesuai kebutuhan dengan tujuan perusahaan (Philip, 2004).
Menurut wawan (2006), strategi pemasaran merupakan pengorganisasian segala sumber daya yang dimiliki guna memasarkan suatu produk. Selanjutnya di sebutkan suatu strategi pemasaran yang dilakukan harus memperhatikan bauran pemasaran, daur hidup produk dan mempertahankan atau memperpanjang tahap kematangan pasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran adalah:
1. Faktor makro adalah perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat.
2. Faktor mikro adalah dermografi/ ekonomi, politik/ hukum, teknologi/ fisik dan sosial/ budaya.
3. Strategi pemasaran dari sudut pandang penjual adalah tempat yang strategis (place), produk yang bermutu (product), harga yang komperatif (price) dan promosi yang gencar (promotion).
Sedangkan dari sudut pandang pelanggan adalah kebutuhan dan keinginan pelanggan (customer needs and wants), biaya pelanggan (cost to the customer), kenyaman (statisfaction) dan komunikasi (communication). Tujuan akhir dan konsep, strategi pemasaran adalah kepuasaan pelanggan sepenuhnya bukan berarti memberikan kepada apa yang menurut kita keinginan dari mereka tetapi apa yang sesungguhnya mereka inginkan serta kapan dan bagaimana mereka inginkan atau secara singkat adalah memenuhi kebutuhan pelanggan (Ilmanoz, 2008).
2.7 Kerangka Pemikiran
Kelompok peternak merupakan wadah dimana peternak dapat terorganisir secara baik khususnya dalam mengembangkan ternaknya, terdapat beberapa peran kelompok peternak antara lain yaitu : sebagai kelas belajar, sebagai unit produksi., sebagai unit usaha, dan sebagai wahana kerja sama.
Selain peran dari kelompok peternak yang telah dijelaskan diatas, maka terdapat beberapa kendala yang dihadapi kelompok peternak antara lain : Perhatian pemerintah pada kelompokternak sapi masih kurang, Kurangnya fasilitas seperti ketersediaan dokter hewanuntuk menangani hewan yang sakit, Kualitas SDM dalambidang kelompok ternak sapi masih rendah, dan Kurangnya upaya pemberdayaanmasyarakat khususnya untuk kelompok ternaksapi
Dikabupaten Takalar khususnya di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbengkeng Utara merupakan salah satu daerah yang rata-rata penduduknya berprofesi sebagai peternak sapi, dengan demikian maka peran kelompok peternak di daerah ini sangat di butuhkan karena pada dasarnya kelompok peternak lah yang akan menjadi objek dalam perkembangan peternakan sapi di daerah ini.
Untuk lebih jelasnya berikut adalah kerangka pikir penelitian yang akan di laksanakan di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbengkeng Utara Kabupaten Takalar.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Peran Kelompok Ternak Sikatutui Dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Kelompok Peternak
Peran Kelompok Peternak
Kendala-Kendala Kelompok Peternak PETERNAK
SAPI
Usaha Ternak Sapi Berkembang
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan di Desa Balangtanaya, Kecamatan
Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Penelitian ini berlangsung selama 2 (dua) bulan dimulai dari bulan Agustus 2019 sampai September 2019 .
3.2 Teknik Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (Purposive sampling). Populasi yang ada di kelompok ternak Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar.Bahwa penentuan informan mengunakan metode sensus yaitu sebanyak 8 peternak sapi.
3.3 Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari kelompok ternak sebagai informan dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
Data tersebut berupa identitas informan, nama kelompok ternak.
2. Data Sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti misalnya dari biro statistik, majalah, jurnal, keterangan-keterangan atau publikasi lainya. Jadi data sekunder berasal dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya, artinya melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri.
b. Sumber Data
Sumber data yaitu sumber subjek dari tempat mana data bisa di dapatkan. Dalam penelitian ini sumber data yang dikumpulkan yaitu hasil
wawancara langsung terhadap informan dengan menggunakan metode pengambilan sampel secara purposive sampling dengan kriteria peternak yang menjadi anggota kelompok dan non anggota kelompok. Banyaknya sampel dalam survei yang digunakan adalah 8 peternak anggota
kelompok. Data yang dikumpulkan adalah karakteristik peternak dan penggunaan sarana produksi usaha peternakan, serta persepsi anggota terhadap kinerja kelompok.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Ilham, 2015). Pengumpulan data dilakukan dengan dua metode yaitu :
a. Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh koresponden terhadap responden, untuk memperoleh jawaban yang terkait tentang penelitian yang dilakukan.
b. Dokumentasi merupakan suatu kumpulan data dengan mempelajari atau meneliti dokumen-dokumen atau sumber-sumber tertulis serta arsip-arsip lainnya yang sesuai dengan penelitian.
c. Kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
3.5 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya akan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode yang bermaksud membuatpencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Suryabrata, 1994). Dengan metode ini peneliti akan
mendeskripsikan peran kelompok ternak Sikatutui di Desa Balangkanaya Kecamatan Polongbangken Utara Kabupaten Takalar.
Dalam penelitian kualitatif ini, informan ditentukan sendiri oleh peneliti secara purposive atau secara sengaja, yakni menentukan informan-informan yang
dapat memberikan informasi yang relevan dengan tujuan penelitian kemudian data tersebut dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triagulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna pada generalisasi. Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik. Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah (Sugiyono, 2010).
3.6 Definisi Operasional
1. Peternak sapi adalah orang yang memelihara sapi dan tergabung dalam kelompok peternak Sikatutui di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
2. Peran kelompok peternak adalah suatu peran kelompok dalam mengembangkan usaha ternak sapi anggotanya di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
3. Kelompok sikatutui adalah salah satu kelompok di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar yang semua anggotanya beternak sapi.
4. Kendala peran kelompok yaitu semua kendala ataupun hambatan yang dihadapi kelompok ternak sikatutui dalam pengembangan usaha ternak sapi di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar terdiri dari 5 dusun yaitu dusun Je’ne dinging, Maccini Baji, Balangtanaya, Balangngasana dan Panaikang lompo. Letak geografis (sebelah Utara, Selatan, Barat, dan Timur), yaitu sebelah utara berbatasan dengan desa Massamaturu dan desa Pa’rapunganta, sebelah selatan berbatasan dengan desa Moncongkomba, sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Panrangnuangku, dan sebelah timur berbatasan dengan desa Massamaturu dan desa Timbuseng. Luas desa
Balangtanaya adalah 7,34 km2. Jarak dari ibu kota Kabupaten Takalar yaitu 14 km.
4.2 Kondisi Demografis 4.2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Balangtanaya secara keseluruhan yaitu 2.180 orang. Jumlah penduduk dapat dilihat melalui tabel berikut ini:
Tabel 1. Jumlah penduduk setiap kelurahan di Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
No Nama Penduduk Persentase %
1 Maccini Baji 449 20,60
2 Balangtanaya 413 18,95
3 Je’ne Dinging 574 26,34
4 Balangngasana 407 18,66
5 Panaikang Lompo 337 15,45
Jumlah 2.180 100
Sumber : Data primer setelah diolah,2018.
Tabel 1 menunjukan bahwa jumlah penduduk di Desa Balangtanaya Sebanyak 2.180 orang. Jumlah penduduk tertinggi adalah Dusun Je’ne Dinging sebanyak 574 orang atau 26,34%, sedangkan jumlah penduduk terendah adalah Dusun Panaikang Lompo sebanyak 337 orang atau 15,45%.
4.2.2 Jumlah Penduduk Menurnut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, 2018
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase %
1 Laki-laki 1047 48,02
2 Perempuan 1133 51,97
Jumlah 2.180 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Desa
Balangtanaya adalah perempuan sebanyak 1133 atau 51,97%. Perempuan lebih mendominasi dibandingkan dengan laki-laki sebanyak 1047 atau 48,02%
.
4.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah penduduk yang ada di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar yang memiliki kelompok umur 0-75 tahun sebanyak 2.180 jiwa. Dapat di ketahui dari penjelasan tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, 2018.
NO Kelompok Umur
(Tahun) Jumlah ( Orang) Persentase (%)
1. 0-6 135 6,20
2. 7-12 140 6,44
3. 13-16 161 7,40
4. 17-21 149 6,85
5. 22-27 154 7,06
6. 28-33 181 8,32
7. 34-38 175 8,02
8. 39-44 150 6,80
9. 45-50 190 8,73
10. 51-56 177 8,12
11. 57-62 201 9,23
12. 63-68 126 5,78
13. 69-74 140 6,42
14. >75 101 4,63
Jumlah 2.180 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat umur seseorang dapat menentukan dan berpengaruh terhadap kedewasaan pada cara berfikir yang lebih matang, dalam artian bahwa akan sangat berpengaruh tingkat kecermatan dan kehati-hatian dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu, umur juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan bekerja dan mengelola usahanya secara baik. Pada tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah kelompok umur yang tertinggi pada umur 57-62
tahun sebanyak 201 orang atau 9,23%. Sedangkan kelompok umur terendah berada pada umur >75 sebanyak 101 orang atau 4,63%.
4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mayoritas mata pencaharian penduduk di Desa Balangtanaya adalah Petani. Ha ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dahulu bahwa masyarakat adalah petani dan juga minimnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan selain menjadi petani, keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian di Desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, 2018.
NO Mata Pencaharan Jumlah ( Orang) Persentase %
1. Petani 1.002 62,83
2. Pengusaha 410 25,70
3. Peternak 103 6,46
4. PNS 80 5,01
Jumlah 1.595 100,00
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018.
Tabel 4 menunjukkan bahwa keadaan mata pencaharian di Desa
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, penduduk yang paling banyak yaitu pada jenis pekerjaan adalah sebagai petani sebanyak 1.002 orang. Sedangkan yang paling sedikit yaitu PNS sebanyak 80 orang.
4.2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan yang menandai akan berdampak pada peningkatan kinerja dan kemampuan, dengan pendidikan akan menambah pengetahuan, mengembangkan sikap dan menumbuhkan kepentingan peternak terutama dalam menghadapi perubahan, serta akan mempengaruhi pola fikir dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kesehjateraan mereka. Untuk Mengetahui tingkat pendidikan di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalr dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar 2018.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 TK 100 4,81
2 SD 140 6,74
3 SMP 224 10,75
4 SMA 1.536 73,85
5 Sarjanah 80 3,85
Jumlah 2.080 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018.
Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah Sarjana sebanyak 80 orang atau 3,85%. Sedangkan tingkat pendidikan paling banyak adalah SMA sebanyak 1.536 atau 73,85%.
4.3 Kondisi Lokasi Penelitian
Kondisi lokasi penelitian kelompok ternak Sikatutui ini sangat strategis dan masih bisa dijangkau, dengan akses jalan yang sudah diaspal, dan juga sudah terdapat kandang sapi yang layak pakai. Di sekitar lokasi penelitian ini juga terdapat pemandangan yang indah yaitu panorama sawah yang hijau dan pepohonan yang rindang di setiap rumah di desa Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar sehingga potensi hijauan di desa tersebut cukup besar, karena lahan yang tersedia sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian, perkebunan dan hutan, sehingga potensi ketersediaan hijauan menjadi cukup besar.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Identitas Peternak Resposden
Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 orang yang berhubungan dengan proses ternak sapi yang diberi nama kelompok Ternak Sikatutui, dimana dalam menentukan informan dilakukan secara sengaja
(purposive sampling) yaitu memilih secara sengaja anggota kelompok ternak yang berkaitan dengan pemberdayaan peternak sapi. Identitas informan yang dipilih didasarkan beberapa identifikasi seperti : Nama, alamat, tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, serta jumlah tanggungan para peternak yang ada di Kelurahan
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar khususnya kelompok ternak Sikatutui. Karakteristik responden mencakup umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, dan kepemilikan ternak. Secara lengkap karakteristik responden antara lain sebagai berikut:
5.1.2 Umur Peternak
Umur merupakan salah satu indikator yang menunjukkan kemampuan fisik seseorang. Orang yang memiliki umur yang lebih tua fisiknya lebih lemah dibandingkan dengan orang yang berumur lebih muda. Sehingga umur peternak dapat berpengaruh pada produktivitas kerja mereka dalam usaha ternak sapi.
Selain itu, umur juga erat kaitannya dengan pola fikir peternak dalam menentukan sistem manajemen yang akan diterapkan dalam kelompok ternak tersebut. Untuk mengetahui keadaan umur responden peternak sapi Sikatutui di Desa
Balangtanaya Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Identitas Peternak Responden Tingkat Umur di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, 2018.
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase ( % )
1 43-47 2 25
2 48-55 5 62,5
3 56≥ 1 12,5
Jumlah 8 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018.
Tabel 6 Menunjukan bahwa jumlah tingkat umur responden ternak sapi Sikatutui terbesar berada pada umur 48-55 berjumlah sebanyak 5 orang dengan persentase (62,5%). Sedangkan tingkat umur terenda yaitu pada umur 56> dengan berjumlah sebanyak 2 orang dengan sebesar (12,5%).
5.1.3 Tingkat Pendidikan
Dalam usaha peternakan, faktor pendidikan diharapkan dapat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas ternak yang dipelihara. Tingkat pendidikan yang menandai akan berdampak pada peningkatan kinerja dan kemampuan manajemen suatu kelompok peternak sapi. Untuk
Mengetahui tingkat pendidikan responden ternak Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Identitas Peternak Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar 2018.
No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SMP 4 50
2 SMA 4 50
Jumlah 8 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018.
Tabel 7 menunjukkan bahwa dalam kelompok Ternak Sikatutui,
berdasarkan tingkat pendidikan peternak yaitu SMP sebanyak 4 orang atau 50%, dan tingkat pendidikan peternak yaitu SMP sebanyak 4 orang atau 50%, dan tingkat pendidikan responden yang SMA sebanyak 4 orang atau 50%
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang hidup bersama dalam satu rumah. Anggota keluarga yang di miliki oleh peternak sapi Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara,
Kabupaten Takalar ini dapat berdampak positif, karena dengan adanya anggota keluarga dapat membantu dalam melakukan ternak sapi. Adapun jumlah
tanggungan keluarga peternak sapi Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar dapat di lihat pada Tabel berikut:
Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga peternak sapi Sikatutui di Desa
Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar
No Jumlah Tanggungan
Keluarga (Orang) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 1-2 4 50
2 3-4 4 50
Jumlah 8 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2018.
Berdasarkan tabel 7 menunjukan bahwa perernak sapi Sikatutui yang memiliki tanggungan keluarga 1-2 sebanyak 4 orang dengan peresentase (50%), dan peternak yang memiliki jumlah tanggungan keluarga 3-4 sebanyak 4 orang dengan persentase (50%).
5.1.5 Pengalaman Beternak
Pengalaman berusaha ternak dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dijalani, dirasakan, ditanggung oleh prtani dalam menjalankan kegiatan usahatani dengan mengerahkan tenaga dan pikiran untuk mencapai tujuan usahataninya, yaitu memperoleh pendapatan untuk kebutuhan hidup. Pengalaman berusaha dapat menunjukkan keberhasilan seseorang dalam mengolah usahataninya. Sebab dapat menjadi pedoman pada masa-masa yang akan datang. Mereka yang masih berusia muda relatif belum berpengalaman, sehingga untuk mengimbangi kekurangannya dia perlu dinamis, sebaliknya mereka yang sudah berusia tua banyak berpengalaman dalam berusaha sehingga sangat berhati-hati dalam bertindak. Untuk mengetahui rata-rata pengamalan para peternak Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar dapat dilihat pada tabel 9:
Tabel 9. Identitas Peternak Menurut Pengalaman Beternak di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, 2018.
No Pengalaman Beternak Jumlah (orang) Persentase (%)
1 5-8 4 50
2 9-12 3 37,5
3 13-15 1 12,5
Jumlah 8 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2018.
Tabel 9 menunjukan bahwa pengalaman responden terbanyak berdasarkan lamanya beternak adalah 5-8 tahun sebanyak 4 orang atau )50%) dan terendah 13-15 tahun sebanyak 1 orang atau (12,5%). Pengalaman petani dalam beternak sangat erat hubungannya dengan keinginan peningkatan keterampilan peternak dalam kegiatan usaha ternak sapi.
5.1.6 Kepemilikan Ternak Informan
Berdasarkan hasil wawancara pada informan peternak sapi dalam kelompok ternak sapi Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan
Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Jumlah Kepemilikan Ternak Kelompok peternak sapi Sikatutui dapat dilihat pada tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10. Jumlah Kepemilikan Ternak Kelompok peternak sapi Sikatutui
No Nama Informan
Jumlah
Ternak Persentase
1 Saparuddin Dg Bani 5 12,50
2 T. Dg Nassa 7 17,50
3 Saparuddin Dg Maro 4 10.00
4 Muh. Arif Dg Mangka 5 12,50
5 Lassa Dg Lalla 4 10,00
6 Muhammad Dg Sarro 6 15,00
7 Suriati Dg Kamma 4 10,00
8 Hamirullah Saputra 5 12,50
Jumlah 40 100.00
Tabel 10. Menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan ternak sapi pada kelompok ternak sapi sikakatui dengan jumlah keseluruhan sebanyak 40 ekor sapi, sedangkan berdasarkan jumlah terbanyak kepemilikan ternak yaitu 7 ekor sapi dengan besar persentase 17.50% pada informan nomor 2. Sedangkan jumlah kepemilikan ternak yang paling terendah sebanyak yaitu 4 ekor sapi dengan rata- rata persentase sebesar 10.00% pada informan 3,5 dan 7 di kelompok peternak
sapi Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar.
5.2 Peran Kelembagaan
Berdasarkan hasil wawancara beberapa informan peternak sapi Sikatutui, dapat dilihat pada tabel peran kelembagaan sebagai berikut :
Tabel 11. Daftar Perean Kelembagaan yang ada di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar
No Nama Informan
Ternak Sapi Peran Kelembagaan
1 Saparuddin Dg Bani Merancang dan membuat pola pengembangan usaha ternak sapi Sikatutui
2 T. Dg Nassa Melakukan pemeliharaan bibit bermutu yang di yakini dapat mengembangkan usaha kelompok ternak sapi Sikatutui
3 Saparuddin Dg Maro Melakukan perbaikan mutu pakan serta mengatur system pemasaran ternak sapi dalam pengembangan usaha ternak sapi kelompok Sikatutui
4 Muh. Arif Dg Mangka Merancang dan membuat pola pengembangan usaha ternak sapi Sikatutui, serta menyusun rencana kerja tiap kelompok ternak sapi Sikatutui
5 Lassa Dg Lalla Melakukan pemilihan bibit bermutu yang diyakini dapat mengembangkan usaha ternak sapi kelompok Sikatutui
6 Mahmud Dg Sarro Melakukan pemilihan bibit bermutu \yang diyakini dapat mengembangkan usaha ternak sapi kelompok Sikatutui
7 Suriati Dg Kamma Melakukan perbaikan mutu pakan serta mengatur system pemasaran ternak sapi dalam pengembangan usaha ternak sapi kelompok Sikatutui
8 Hamirullah Saputra Lebih fokus dalam peningkatan kualitas kesehatan ternak dan menjaga keamanan kelompok ternak sapi Sikatutui
Tabel 11. menjukan bahwa peran kelembagan sangat mempengaruhi tingat pengatahuan para masyarakat khususnya peternak sapi Sikatutui dalam melakukan ternak sapi secara baik dan benar, selain itu membantu meningkatkan
perekonomian khususnya pendapatan peternak sapi Sikatutui yan berada di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar itu sendiri.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Peran Kelompok Ternak Sapi Sikatutui
Berdasarkan hasil wawancara beberapa informan peternak sapi Sikatutui di Desa Balangtanaya, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar itu sendiri, peran kelompok ternak sapi Sikatutui terhadap pengembangan usaha ternak sapi adalah sebagai berikut :
1. Peran sebagai kelompok, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh kelompok dalam memfasilitasi anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan, Peran kelompok memiliki hubungan yang positif atau searah dengan keberdayaan peternak sapi potong. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat berkembangnya potensi peternak, baik dalam perannya sebagai manajer dan sebagai pemelihara ternak tidak dapat dilepaskan dari berperannya kelompok sebagai kelas belajar, unit produksi, unit usaha dan wadah kerjasama anggota. Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dari peternak adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Pertemuan berkala dan berkelanjutan
kelompok ternak sapi Sikatutui memiliki kegiatan rutin setiap satu bulan sekali, tepatnya setiap tanggal 30. Pertemuan merupakan kegiatan berkelanjutan yang diadakan setiap bulan. Pihak-pihak yang turut hadir dalam pertemuan rutin setiap bulan tersebut meliputi ketua kelompok tani, pengurus dan anggota.
Biasanya pada saat pertemuan rutin semua anggota. Agenda rutin pertemuan ini semua anggota terkadang juga tidak semua hadir dalam pertemuan, dalam pertemua dengan pembahasan seputar kelompok ternak sapi Sikatutui misalnya masalah simpan pinjam, diskusi mengenai
pengembangan kelompok, diskusi mengenai usaha kelompok dan Pertemuan ini sangat bermanfaat karena dari pertemuan yang dilakukan sekali dalam sebulan anggota kelompok ternak sapi Sikatutui dapat mempererat hubungan silaturahmi antar sesama anggota. Hal ini dapat berjalan secara berkelanjutan, karena selama satu sampai tiga tahun terakhir
kelompok telah biasa melakukan pertemuan rutinan. Dengan pertemuan rutin tersebut memungkinkan para peternak anggota kelompok saling bertukar pikiran dan informasi, yang difasilitasi pula oleh kehadiran penyuluh atau inseminator
.
b. Fasilitasi komunikasi dengan sumber informasi
Suatu Kelompok atau arganisasi yang dibutukan adalah sebuah komunikasih yang cukup bagus, hal ini yang di kembangkan dalam
kelompok ternak sapi sikatutui dalam menjalankan peran sebagai kelompok terhadap setiap anggotanya.Selain itu Kelompok ternak sikatutui selelu memberikan informasi-informasi terbaru terhadap anggotanya. Selain itu kelompok ternak sapi sikatutui.
c. Penyelenggaaan pelatihan.
Dalam setiap kelompok ternak sapi sikatutui Selalu Memberikan pelatihan-pelatihan pengembangan kemampuan berternak dengan baik dan benar. Seperti cara pembuatan pakan ternak yang benar dan baik dan terkadang memanggil dinas terkait membantu para anggota dalam melakukan peternakan.
2. Peran sebagai unit produksi, yaitu tingkat peran yang dilakukan oleh kelompok dalam mendorong tercapainya skala usaha yang efisien yakni berikut:
Peran kelompok sebagai unit produksi menggambarkan fungsi
kelompok di dalam mendorong pencapaian skala ekonomi yang efisien dalam memproduksi hasil usaha dari anggota. Hal yang mendukung berjalannya kelompok sebagai unit produksi adalah: (1) kelompok telah dapat memfasilitasi di dalam perencanaan pola usaha, dan (2) kelompok telah dapat memfasilitasi dalam penyusunan rencana penyediaan faktor-faktor produksi.
Kelompok peternak telah pula membantu para anggotanya di dalam perencanaan penyediaan fakto-faktor produksi seperti pengaturan penyediaan hijauan, membantu di dalam penyediaan sapi bakalan, dan kebutuhan pakan konsentrat. Saat ini, kelompok peternak telah memiliki kebun rumput sendiri sesuai dengan wilayah desanya masing masing. Kelompok peternak melalui seksi sarana produksi, biasanya pula terlibat di dalam menginventarisir jumlah kebutuhan pakan konsentrat, yang sekaligus melakukan pemesanannya. Aspek lainnya yang berhubungan dengan peran kelompok sebagai unit produksi adalah fasilitasi kelompok dalam aspek zooteknik.
Walaupun peran kelompok dalam hal ini belum optimal, namun kelompok peternak umurnya telah cukup memfasilitasi peternak yang menjadi anggotanya untuk dapat melaksanakan pemeliharaan sapi potong dengan baik.
Dari lima kelompok yang ada, empat kelompok keadaan kandangnya sudah berupa koloni. Sapi-sapi anggota disatukan di dalam suatu kawasan kandang.
Dengan cara demikian diharapkan para peternak akan saling melihat atau memperhatikan sapi yang baik pemeliharaannya, sehingga akan mendorong keberhasilan peternak dalam berusaha sapi potongnya
a. Fasilitasi kelompok dalam merencanakan pola usaha
Perencanaan pola usaha sesuai dengan tujuan kelompok untuk menambah pendapatan kelompok atau anggota itu sendiri. Oleh karenanya, pola usaha yang dikembangkan adalah usaha jual beli sapi. Hal ini cukup beralasan, karena dukungan pemerintah setempat atau di wilayah tersebut cukup memadai. Di samping ketersediaan hijauan di wilayah tersebut cukup melimpah.
b. Fasilitasi dalam penyusunan rencana penyediaan input produksi
Dalam sebuah kelompok ternak itu harus mempunyai rencana dalam penyediaan input produksi, dikerenakan agar kelompo ternak tersebut tidak memikirkan input produksinya lagi. Jadi kelompok ternak sapi Sikatutui telah merencanakan penyediaan input produksi dengan cukup baik, namun belum sempurna sesuai yang diharapkan, tetapi kelompok ternak sapi Sikatutui selalu berusaha memperbaiki kekurangan ada dalam kelompok ternak sapi Sikatutui itu sendiri.
3. Peran terhadap unit usaha, yaitu tingkat peran yang dilakukan kelompok dalam mencari dan memanfaatkan peluang untuk berhasilnya usaha ternak anggota.
yakni dengan sebagai berikut:
a. Fasilitasi permodalan
Setiap kelompok ternak terkadang mempunyai kendalah seperti di permodalan, namun setiap kelompok ternak sapi Sikatutui memiliki permodalan sendiri yang di kelola oleh kelompok ternak sapi Sikatutui itu sendiri jadi apa bila ada anggota kelompok ternak sapi Sikatutui yang mempunyai masalah terhadap modal untuk melakukan ternak maka dapat di modali oleh kelompoknya khususnya kelompok ternak sapi Sikatutui.
b. Fasilitasi pemasaran
Peran sebuah kelompok yaitu menyediakan sarana pemasaran terhadap setiap anggota kelompoknya. kelompok ternak sapi Sikatutui telah memiliki