i
EVALUASI KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG DAUN GAMAL
HASIL FERMENTASI MENGGUNAKAN
MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BONGGOL PISANG
SEBAGAI PAKAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)
IDHAM WANDI SYAFAAT 105941102416
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
i
EVALUASI KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG DAUN GAMAL
HASIL FERMENTASI MENGGUNAKAN
MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BONGGOL PISANG
SEBAGAI PAKAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)
IDHAM WANDI SYAFAAT 105941102416
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Kandungan Nutrisi Tepung Daun Gamal Hasil Fermentasi Menggunakan Mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang Sebagai Pakan Ikan Mas (Cyprinus Carpio) adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, September 2020
Idham Wandi Syafaat 105941102416
v
HALAMAN HAK CIPTA
@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2020
Hak Cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebahagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar
vi
ABSTRAK
IDHAM WANDI SYAFAAT 105941102416. Evaluasi Kandungan Nutrisi Tepung Daun Gamal Hasil Fermentasi Menggunakan Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang Sebagai Pakan Ikan Mas (Cyprinus carpio) jurusan budidaya perairan fakultas pertanian universitas muhammadiyah makassar Dibimbing oleh Abdul Haris dan Asni Anwar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi Tepung daun gamal hasil fermentasi menggunakan mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang sebagai pakan ikan mas.
Penelitian ini dilakukan kurang lebih 2 bulan. Proses fermentasi dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, Analisis kimia dilakukan di laboratorium terpadu bioteknologi Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan. Adapun yang diuji adalah : Perlakuan A = Tepung daun gamal terfermentasi tidak menggunakan mol Perlakuan B = Tepung daun gamal terfermentasi mol 10 ml
Perlakuan C = Tepung daun gamal terfermentasi mol 20 ml Perlakuan D = Tepung daun gamal terfermentasi mol 30 ml
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa belum didapatkan hasil yang optimal dalam penambahan dosis cairan mol bonggol pisang terhadap tepung daun gamal yang akan dijadikan sebagai salah satu bahan baku pakan ikan mas.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga dengan penuh ketenangan hati dan keteguhan pikiran dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul ’’ Evaluasi Kandungan Nutrisi Tepung
Daun Gamal Hasil Fermentasi Menggunakan Mikroorganisme Lokal (MOL)
Bonggol Pisang Sebagai Pakan Ikan Mas (Cyprinus carpio)’’ Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Kedua orang tua saya, Alm, Irwan Parawansah, dan Nurmaladewi Irwan S.E serta adik saya Inayah Wardah Syafiqah, Ishma Wafiah Rahmadani dan Isyraf Rizqullah Irwan serta keluarga besar Maddatuang Dg rombo yang telah mendidik dan mendoakan penulis, semoga Allah senantiasa melimpahkan kesehatan, kekuatan dan kebahagiaan dunia wal akhirat. 2. Dr. H. Burhanuddin. S. Pi., MP, selaku Dekan Fakultas Pertanian
viii
3. Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar 4. Dr. Abdul Haris S.Pi., M.Si. selaku pembimbing I dan Asni Anwar S.Pi,
M.Si. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Dr. Ir. Darmawati, M.Si, selaku penguji I dan Nur Insana Salam, S.Pi, M.Si selaku penguji II.
6. Seluruh Dosen Program Studi Budidaya Perairan di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.
7. Ucapan terima kasih juga Penulis Sampaikan kepada Hastuti, Muh Ismail Rusli, Julianti, keluarga besar BDP Angkatan 016, serta keluarga besar HIMARIN.
Akhir kata Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga pertolongan Allah senantiasa tercurah kepada kita, Aamiin.
Makassar September 2020
ix DAFTAR ISI Halaman SAMPUL HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI iv
HALAMAN HAK CIPTA v
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar belakang 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Tanaman gamal 4
2.1.2. Klasifikasi tanaman gamal 4
2.1.3. Morfologi tanaman gamal 5
2.1.4 Habitat 5
2.1.5 Kandungan nutrisi 6
2.1.6 Manfaat 7
2.2 Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang 7
2.3 Ikan Mas 10
2.3.1 Klasifikasi Ikan Mas 11
2.3.2 Morfologi Ikan Mas 11
x
2.3.4 Kebutuhan Zat Gizi Ikan Mas 12
2.4 Fermentasi 13
BAB III METODE PENELITIAN 16
3.1. Waktu dan tempat 16
3.2. Alat dan bahan 16
3.3. Rancangan penelitian 16
3.4. Peubah yang diamati 17
3.5. Prosedur penelitian 17
3.5.1 Proses Pembuatan mol bonggol pisang 17 3.5.2 Proses pembuatan tepung daun gamal 17
3.5.3 Proses Fermentasi daun gamal 18
3.5.4 Pengukuran kandungan bahan baku 18
3.6 Analisis data 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19
4.1 Analisis Proksimat Tepung Daun Gamal 19
4.2 Derajat Hidrolisis 23
4.2.1 Derajat Hidrolisis Protein 23
4.2.2 Derajat Hidrolisi Lemak Kasar 25
4.2.3 Derajat Hidrolisis Karbohidrat 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 28
DAFTAR PUSTAKA 29
xi
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Kebutuhan Zat Gizi Ikan Mas 13 2. Analisis Proksimat Tepung Daun Gamal 11
xii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Daun gamal dan pohon gamal 4
2. Ikan Mas ( Cyprinus Carpio ) 11
3. Derajat Hidrolisis Protein 23
4. Derajat Hidrolisis Lemak Kasar 25
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Derajat Hidrolisis Protein 33
2. Hasil Analisis Anova Protein 33
3. Hasil Uji Lanjut Duncan Protein 33
4. Derajat Hidrolisis Lemak 34
5. Hasil Analisis Anova Lemak 34
6. Hasil Uji Lanjut Duncan Lemak 34
7. Derajat Hidrolisis Karbohidrat 35
8. Hasil Analisis Anova Karbohidrat 35
9. Hasil Uji Lanjut Duncan Karbohidrat 35
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang suatu kegiatan usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan ikan tersebut. Pada budidaya ikan 60%-70% biaya produksi digunakan untuk biaya pakan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Peningkatan efisiensi pakan melalui pemenuhan kebutuhan nutrisi sangat dibutuhkan dalam rangka menekan biaya produksi. Harga bahan pakan ikan yang saat ini sangat mahal salah satunya yaitu tepung kedelai sehingga sangat mempengaruhi harga pakan pada umumnya. Banyak bahan pakan yang harus didapat dari impor. Oleh karena itu segi biaya pakan merupakan faktor yang paling tinggi pengeluarannya. Selain biaya pakan, kebutuhan nutrisi dari ikan harus diperhatikan.
Pakan menjadi masalah utama terhadap tingkat produksi ikan hal ini disebabkan oleh tingginya harga bahan baku utama penyusun pakan seperti tepung ikan dan tepung kedelai (Nurhayati et al. 2018). Salah satu nutrisi penting untuk pertumbuhan ikan mas adalah protein, kekurangan protein dalam pakan dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat(Sukadi, 2003) salah satu sumber protein nabati yang biasa di campurkan dalam pakan ikan adalah tepung kedelai. Tepung kedelai merupakan sumber protein nabati utama yang digunakan dalam pakan ikan.Harga bahan pakan yang relatif mahal meningkatkan biaya pakan, sehingga perlu dicari alternatif sumber bahan baku lokal yang mudah diperoleh,
2
ketersediaan melimpah, berkesinambungan, dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi untuk mengurangi penggunaan tepung kedelai dalam pakan.
Salah satu bahan baku yang potensial untuk dijadikan bahan baku pakan adalah tepung daun gamal (Gliricidia sepium). hijauan gamal mengandung protein kasar 20-30%BK, serat kasar 15% dan kecernaan in vitro bahan kering 60-65%Gamal mengandung protein kasar 18-24% pada waktu musim kemarau (Sukanten et al., 1994).
Pemanfaatan tepung daun gamal tersebut masih mengalami kendala yaitu tingginya kandungan serat kasar, rendahnya kandungan protein kasar bahan baku, keseimbangan asam amino yang rendah, dan adanya zat anti nutrisi. Menurut Handajani (2007), bahwa kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan dapat menurunkan pertumbuhan ikan dan kandungan serat kasar dalam pakan tidak lebih dari 10%. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan pengolahan bahan baku pakan sebelum digunakan sebagai bahan pakan. Salah satu cara pengolahan yang dapat dilakukan melalui fermentasi (Pamungkas & Kompiang, 2006). Produk akhir dari fermentasi biasanya mengandung senyawa yang lebih sederhana sehingga bahan tersebut mudah dicerna serta dapat meningkatkan nilai gizinya.
Penelitian sebelumnya oleh Nurhayati & Nazlia(2019) bahwa kosentrasi tepung daun gamal terfermentasi Azpergillus nigersebanyak 40% dapat meningkatkan sintasan dan pertumbuhan ikan nila dengan nilai SGR 0,7%, FCR 1,7 dan retensi protein 14,99 %, namun belum pernah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang sebagai fermentor untuk meningkatkan kualitas nutrisi tepung daun gamal dalam pakan
3
ikan mas. Berdasarkan hal tersebut, sangat penting dilakukan penelitian mengenai “Evaluasi Kandungan Nutrisi Tepung Gamal Hasil Fermentasi Menggunakan Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang Sebagai Pakan Ikan Mas
(Cyprinus Carpio)”.
1.2. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi tepung daun gamal hasil fermentasi menggunakan mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang sebagai pakan ikan mas (Cyprinus carpio).
Kegunaan penelitian adalah sebagai bahan informasi ilmiah mengenai kandungan nutrisi tepung daun gamal hasil fermentasi menggunakan mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang sebagai pakan ikan mas (Cyprinus carpio).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tanaman Gamal (Gliricidia Sepium)
Gamal ( Gliricidia sepium ) adalah tanaman Leguminosae yang dapat tumbuh dengan cepat di daerah kering. Daun gamal berbentuk elips (oval), ujung daun lancip dan pangkalnya tumpul (bulat). Bunga gamal muncul pada musim kemarau. (Natalia et al., 1993)
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Gamal
Klasifikasi tanaman gamal dalam elevitch dan jhon (2006) sebagai berikut : Filum : plantea Divisi : magnoliophyta Ordo : fabales Family : fabaceas Sub-famili : faboideae Genus :gliricidia
Spesies :gliricidia sepium.
Tanaman gamal dapat dilihat pada gambar 1.
5
2.1.3 Morfologi Tanaman Gamal
Tanaman gamal adalah nama jenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku fabaceae atau leguminosae). Penyebaran alami tidak diketahui dengan jelas karena telah dibudidayakan sejak lama, tetapi kuat menunjukkan bahwa penyebarannya terbatas pada hutan hujan tropis di daratan rendah pesisir pasifik dan beberapa lembah pedalaman di Amerika Tengah dan Meksiko. Tanaman ini sekarang sudah menyebar di seluruh daerah tropis termasuk Indonesia (Direktorat perbenihan tanaman hutan, 2002).
Gamal mempunyai batang tinggal atau bercabang dengan tinggi 2-15 m.batang tegak. Dimeter pangkal batang 5-30 cm, dengan atau tanpa cabang di dekat pangkat tersebut. Kulit batang coklat keabu-abuan dengan tanpa alur-alur kecil pada batang yang telah tua. Daun majemuk menyirip, panjang 19-30 cm dan terdiri dari 7-17 helai daun. Bulat. Ukuran daun semakin kecil menujuk ujung daun. Pemotongan pertama pohon gamal dianjurkan setelah tanaman berumur 1 tahun. Rata-rata produksi hijaun segar berkisar 2-5 kg per pohon (Safarila, 2009).
2.1.4 Habitat
Gamal berasal dari kawasan pantai pasifik Amerika Tengah yang bermusim kering. Habitat asli gamal adalah hutan hujan tropis, dapat tumbuh mulai dari rendah hingga ketinggian 1.300 mdpl, beradaptasi pada beberapa jenis tanah termsuk jenis tanah yang kurang subur, tanah kering juga tanah asam (Chadhokar, 1982). Gamal dapat tumbuh baik pada kondisi iklim tropis basah dan untuk menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan curah hujan yang tinggi.
6
Sepanjang tahun. Tanaman ini dapat bertahan hidup pada musim kering yang panjang tetapi ukuran daunnya relative lebih kecil (Rosa, 1998).
Tumbuhan ini mengalami introduksi di berbagai daerah, termasuk Indonesia.pohon ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang penting setelah lamtoro(leucaena leucocephala).nama lain daun gamal adalah kakkawate(Filipina),madre de cacao (Portugis), mata raton (Honduras) dan
nicaraguna cofeee shade (Ingg) (Soeabrinoto, 2008).
2.1.5 Kandungan Nutrisi
Daun gamal memiliki kandungan protein kasar 20-30% dan serat kasar 15% dari bahan kering (Ghol,1981).Berdasarkan komposisi tersebut maka daun gamal merupakan sumber protein yang sangat baik sebagai pakan dan digunakan sebagai suplemen hijauan yangberkualitas tinggi (Tangenjaja,1991).hijauan gamal mengandung protein kasar 20-30%BK, serat kasar 15% dan kecernaan in vitro bahan kering 60-65%Gamal mengandung protein kasar 18-24% pada waktu musim kemarau (Sukanten et al., 1994).
Gamal merupakan tanaman pakan ternak yang baik karena kemampuan produksinya tinggi dan kualitas hijaunya yang baik. Gamal merupakan pakan ternak sumber protein yang baik dengan kandungan protein yang lebih tinggi daripada konsentrat yang memiliki kandungan protein maksimal hanya 17% (Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan Dan Ksehatan Hewan, 2009).
7
2.1.6 Manfaat
Tanaman hijau gamal mempunyai banyak manfaat salah satu manfaat tanaman hijau gamal yaitu pemanfaatan daun gamal sebagai pakan ternak dan sebagai pakan ikan daun gamal banyak di manfaatkan oleh masyarakat sebagai pakan ternak kambing dan hewan lainnya dan daun gamal juga dipercaya dapat di manfaatkan sebagai pakan ikan karena mempunyai kandungan protein yang sangat besar, daun gamal yang akan di manfaatkan sebagai pakan ikan biasanya di buat menjadi tepung dan di gunakan sebagai bahan baku pakan, pemanfaatan tepung daun gamal tersebut masih mengalami kendala yaitu tingginya kandungan serat kasar, rendahnya kandungan protein kasar bahan baku, keseimbangan asam amino yang rendah, dan adanya zat anti nutrisi
2.2 Mikroorganisme lokal (MOL Bonggol pisang)
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikrooganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun cair bahan utama MOL terdiri beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme larutan MOL yang telah mengalami proses fermentasi dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair untuk meningkatkan kesuburan tanah dan sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil, mikroorganisme digolongkan ke dalam golongan Protista yang terdiri dari bakteri, fungi, protosea, dan algae (Darwis 1992).
8
Menurut fardiaz (1989) semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan terntentu membutuhkan yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan-bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia seperti adanya perubahan warna, kekeruhan, dan bau asam.
Pupuk organik cair merupakan salah satu pupuk organik. Pupuk cair lebih mudah terserap tanaman karena unsur-unsur didalamnya sudah terurai. Penggunaan pupuk organik cair dengan memanfaatkan jenis MOL menjadi alternative penunjang kebutuhan unsur hara dalam tanah. Larutan MOL mengandung unsur hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendalian hama dan penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai decomposer, pupuk hayati, dan pestisida organik. Faktor-faktor yang menetukan kualitas larutan MOL antara lain media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses fermentasi, PH, temperatur, lama fermentasi, dan rasio C/N larutan MOL (Seni dkk., 2013).
Manfaat dari penggunaan pupuk hayati menyediakan sumber hara bagi tanaman, melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit, menstimulir sistem perakaran agar berkembang sempurna sehingga memperpanjang usia akar, memacu mitosis jaringan meristem pada titik tumbuhan pucuk, kuncup bunga dan stolon, sebagai penawar racun beberapalogam berat, sebagai metabolic pengatur tumbuh , dan sebagai bioktivator. Dengan lengkapnya fungsi pupuk hayati tersebut maka dikenal sebagai Regulatorof soil (Kadir dkk., 2008).
9
Pada penelitian nurullita (2012) jenis MOL yang digunakan berasal dari bahan sederhana yang banyak ditemui ditingkat rumah tangga, meliputi MOL campuran (berisi kotoran sapi, dedak, mollase, EM4, dan air), MOL tape nanas, MOL nasi basi, dan MOL sludge. Teknik pengomposan yang dipilih adalah kerjanjang takakura dan teknik drum berputar. Kualitas kompos yang dideskripsikan berupa bau, warna dan bentuk fisik kompos. Lama pengomposan diperhitungkan berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyusutan berat kompos menurun sampai yang diujikan 1,5 kg. hasil penelitian menunjukkan suhu kompos sesuai untuk proses decomposer yaitu berkisar 30-38 ºC, PH sesuai untuk dekomposisi yaitu 7, baru kompos hanya ada 3 yang sesuai bau tanah yaitu MOL campuran dengan teknik kerajang takakura dan drum berputuar serta MOL tape nanas dengan teknik keranjang takakura.
Mikroorganisme Lokal (MOL) merupakan salah satu decomposer yang dapat digunakan untuk mendekomposisi dan merupakan salah satu decomposer yang sedang berkembang pesat. Penelitian tentang MOL sangat diperlukan dalam rangka menghasilkan karya ilmiah yang dapat diterapkan sebagai teknologi tepat guna bagi masyarakat.
Tanaman pisang memiliki banyak manfaat terutama yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah buahnya, sedangkan bagian tanaman pisang yang laim yaitu jantung, batang, kulit buah, dan bonggol jarang di manfaatkan dan dibuang begitu saja menjadi limbah pisang. Bonggol pisang ternyata mengandung gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang cukup lengkap mengandung karbohidrat (66%), protein, air, dan mineral-mineral penting (Munadjim, 1983).
10
Menurut sukasa dkk. (1996), bonggol pisang mempunyai kandungan pati 45,4% dan kadar protein 4,35%. Bonggol pisang mengandung mikrobia pengurai bahan organik, mikrobia pengurai tersebut terletak pada bonggol pisang bagian luar maupun dalam (suhastyo,2011). Jenis mikrobia yang telah teridentifikasi pada mol bonggol pisang antara lain bacillus sp., Aeromanus sp., dan Aspergillus nigger. Berdasarkan hal tersebut maka penggunaan mol bonggol pisang sangat bagus untuk fermentasi tepung daun gamal.
2.3 Ikan Mas
Ikan mas (cyprinos caprio) merupakan salah satu spesies ikan air tawar yang mempunyai peluang pengembangan budidaya besar untuk meraih potensi pasar yang terus meningkat (Subiyakto, 2014)
2.3.1 klasifikasi Ikan Mas
Klasifikasi ikan mas menurut Khairuman dan Sudenda. (2002) adalah berikut : Phylum : Chordate
Classis : Osteichthyes Ordo : Cypriniformes Famalia : Cyprinidae Genus : Cyprinus Spesias : Cyprinuscarpio
11
Gambar 2. ikan mas (Cyprinus Carpio)
2.3.2 Morfologi Ikan Mas
Ikan mas merupakan (Cyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan hias. Ciri yang membedakan dengan ikan mas lainnya adalah Caput(kepala) berukuran kecil dengan moncong yang runcing. Rima oris (celah mulut), terdiri atas maxilla (rahang atas), mandibula (rahang bawah), lingua (lidah) yang kaku, dan tak dijumpai adanya gigi. Mulut bertipe superior dan terdapat pada ujung rostum.Nostril (lubang hidung), berjumlah sepasang, terletak di sebelah atas maxilla.Operculum (tutup insang), berjumlah sepasang, besar dan terlihat jelas.Organon visus (mata), berjumlah sepasang, berada dibagian lateral kanan dan kiri dari caput, berbentuk bulat besar, dan cembung. Pada inspection bagian-bagiannya yang tampak dari luar ialah ; Sclera, conea, pupil. (Khairuman 2008)
2.3.3 Habitat
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30°C.Meskipun tergolong
12
ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%.
Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan. (Khairuman 2008)
2.3.4 Kebutuhan zat gizi ikan mas
Pada dasarnya kebutuhan zat gizi ikan sangat tergantung pada jenis serta tingkatan stadianya. Ikan pada singkatan stadia dini (berusia muda) umumnya memerlukan komposisi pakan dengan kandungan protein lebih tinggi dibandingkan dengan stadia lanjut (berusia dewasa) karena pada tingkat stadia dini zat makanan tersebut difungsikan untuk mempertahankan hidup dan juga untuk pertumbuhannya.
Sifat fisik dan bentuk pakan yang diberikan juga sangat tergantung pada jenis ikan serta tingkatan stadia ikan yang dibudidayakan. Jenis ikan yang hidup di dasar perairan, seperti udang dan lele, memerlukan pakan yang mudah tenggelam, sedangkan jenis ikan lainnya yang hidup di permukaan air memerlukan pakan yang dapat melayang serta tidak cepat tenggelam. Dilihat dari bentuknya, ikan pada tingkatan stadia dini memerlukan pakan berbentuk tepung (powder) atau remah (crumble), sedangkan pada tingkatan stadia lanjut berbentuk pelet.
13
Ikan mas sering pula disebut dengan ikan karper. Ikan mas termasuk omnivera dengan kecenderungan sebagai karnivora yang memakan jenis-jenis binatang kecil yang hidup di dalam air.
Jumlah pakan yang diberikan diatur sesuai umur pemeliharaan. Pakan ini diberikan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore sedikit demi sedikit hingga mencapai porsi pakan yang dibutuhkan setiap hari.
Tabel 1. Kebutuhan zat gizi Ikan Mas.
Zat gizi Kebutuhan % Sumber
Protein Lemak Vitamin Mineral 25-38% 4-8% 0,5-10 % 0,25-0,5% Hasting, 1976 Hasting, 1976 Litbang Deptan (1989) Litbang Deptan (1989) 2.4 Fermentasi
Fermentasi secara biokimia memiliki pengertian suatu reaksi oksidasi reduksi dalam sistem biologi yang menghasilkan energi dimana sebagai donor dan aseptor digunakan senyawa organik. Fermentasi dapat menyebabkan perubahan sifat bahan dasar sebagai akibat pemecahan kandungan bahan oleh masa sel mikroba yang terjadi perubahan-perubahan terhadap komposisi kimia bahan akibat aktivitas dan perkembangbiakan mikroorganisme, seperti kandungan asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bila memperhatikan beberapa factor antara lain suhu, pH, oksigen, dan air, pada prinsipnya fermentasi merupakan suatu proses yang terjadi
14
melalu kerja mikroorganisme atau enzim untuk mengubah bahan-bahan organik komplek seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana pada prinsipnya fermentasi dapat mengaktifkan pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme yang dibutuhkan sehingga membentuk produk yang berbeda dengan bahan bakunya. (Winarno et al., 1980).
Fermentasi mempunyai arti yang berbeda bagi ahli biokimia dan mikrobiologi industri. arti fermentasi pada bidang biokimia dihubungkan dengan pembangkitan energi oleh katabolisme senyawa organik. Pada bidang mikrobiologi industri, arti fermentasi pada bidang mikrobiologi industri, fermentasi mempunyai arti yang lebih luas yang menggambarkan setiap proses untuk menghasilkan produk dari pembiakan mikrorganisme.
Perubahan arti kata fermentasi sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli, arti kata fermentasi berubah pada saat gay lussac berhasil melakukan penelitian yang menunjukkan penguraian gula menjadi alkohol dan karbondioksida, selanjutnya Pasteur melakukan penelitian mengenai penyebab perubahan sifat bahan yang difermentasi sehingga dihubungkan dengan mikroorganisme dan akhirnya dengan enzim. 19 Mikroba yang bersifat fermentatif dapat mengubah karbohidrat dan turunannya menjadi alcohol, asam, dan karbondioksida. Santoso (1987) menyatakan dalam proses fermentasi jumlah mikrobia diperbanyak (mengalami proliferasi) dan digiatkan metabolismenya dalam bahan-bahan tersebut pada batas tertentu. Proses fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan asalnya, karena selain terjadi perombakan bahan komplek menjadi sederhana, juga disintesis beberapa vitamin seperti riboflavin,
15
vitamin B 12, dan pro vitamin A. Beberapa faktor yang diperhatikan dalam fermentasi antara lain substrat (media fermentasi), mikroorganisme yang digunakan, kondisi fisik pertumbuhan (lingkungan).
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu Dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan selama dua bulan. Mulai bulan juli sampai agustus 2020 proses pembuatan pakan dan ferementasi dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar dan Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Terpadu Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
3.2. Alat Dan Bahan
Alat yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu baskom yang digunakan untuk mencampur daun gamal yang telah di cincang, plastik klip yang digunakan untuk menyimpan daun gamal pada saat fermentasi, vacuum cleaner yang digunakan untuk mengisap udara pada saat proses fermentasi, sterofoam yang digunakan sebagai tempat penyimpanan daun gamal serta blender yang digunakan untuk menghaluskan daun.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu, daun gamal, bonggol pisang, air cucian beras, dan air gula merah.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan. Adapun yang di uji adalah :
1. Perlakuan A = Tepung daun gamal terfermentasi tidak menggunakan mol 2. Perlakuan B = Tepung daun gamal terfermentasi mol 10 ml
17
4. Perlakuan D = Tepung daun gamal terfermentasi mol 30 ml
3.4 Peubah yang diamati
Peubah yang diamati adalah sebagai berikut :
Derajat hidrolisis protein, karbohidrat dan lemak tepung daun gamal hasil inkubasi diukur berdasarkan metode aslamyah (2006)
DHK = x 100 Keterangan :
DHK = derajat hidrolisis karbohidrat
Ko = kadar karbohidrat pakan sebelum hidrolisis
Kt = kadar karbohidrat pakan setelah hidrolisis dalam jangka waktu
3.5. Prosedur Penelitian
3.5.1 Proses Pembuatan Mol Bonggol Pisang
Pembuatan Mikroorganisme Lokal diawali dengan mengambil bonggol pisang Kepok (Musa acuminate balbisiana) dari perkebunan sekitar wilayah Makassar kabupaten gowa. Sebanyak 1 kg bonggol pisang yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam wadah dan ditambahakan dengan air cucian beras sebanyak 2 liter dan gula merah sebanyak 1/5 kg. kemudian di fermentasi selama 7 hari secara anaerob.
3.5.2. Pembuatan Tepung Daun Gamal
Pembuatan tepung daun gamal diawali dengan mengumpulkan daun gamal disekitar wilayah Makassar Kabupaten Gowa. Selanjutnya daun gamal tersebut dicuci hingga bersih . setelah dicuci bersih, daun gamal di cincang, daun gamal yang telah di cincang kemudian di fermentasi, daun gamal yang telah difermentasi dikeringkan dan di blender menjadi Tepung.
18
3.5.3 Proses Fermentasi Daun Gamal
Tepung daun gamal di timbang per 1 Kg kemudian ditambahkan cairan mol bonggol pisang sesuai perlakuan Selanjutnya dimasukkan dalam plastik klip dan difermentasikan selama 7 hari secara anaerob. Selanjutnya disimpan dalam sterofoam dengan tujuan agar suhu ruangan sama. daun gamal yang telah difermentasi dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3 hari kemudian di blender untuk di jadikan Tepung, setelah itu Tepung daun gamal di analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisinya
3.5.4 Pengukuran Kandungan Bahan Baku Pakan
pengukuran kandungan bahan baku pakan dilakukan dengan uji proksimat pengukuran kadar air, kadar abu, serat kasar, lemak kasar, dan protein.
Meteode oven (AOAC,1970).pengujian kandungan serat kasar dilakukan dengan metode eskstraksi asam basa (SNI,1992). Pengujian kandungan protein tepung daun gamal, tepung pollard, tepung jagung, tepung kedelai dilakukan dengan metode gunning. Pengujian kandungan lemak dan minyak dilakukan dengan metode soxhlet (AOAC, 2005). pengujin kandungan karbohidrat dilkukan dengan by difference (AOAC,1995).
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitiaan ini akan dianalisa menggunakan Analisis ragam. Apabila berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Duncan untuk menguji perbedaan antar perlakuan.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Tepung Daun Gamal
Hasil analisis proksimat Tepung daun gamal setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 2. Analisis proksimat Tepung daun gamal Sampel KOMPOSISI (%) Kadar Air Kadar abu Protein Lemak Kasar Serat Karbohidrat kasar A 11,49 9,70 20,13 3,24 16,79 48,35 B 11,63 9,93 20,42 3,37 15,82 48,75 C 11,19 10,18 20,44 3,45 15,83 48,84 D 11,97 10,02 21,27 2,14 15,78 49,83 Sumber : Laboratorium Bioteknologi Terpadu Fak. Peternakan, Unhas 2020.
Berdasarkan Tabel 2. diatas analisis proksimat Tepung daun gamal hasil fermentasi menggunakan mol bonggol pisang meliputi analisis kadar air, kadar abu, protein, lemak kasar, serat kasar dan karbohidrat. hasil Analisa kadar air Tepung daun gamal hasil fermentasi menggunakan mikroorganisme lokal pada sampel A adalah 11,49% sampel B 11,63%, sampel C 11,19% dan sampel D 11,97% dimana kadar air tertinggi terdapat pada sampel D dengan dosis fermentasi menggunakan mikroorganisme lokal bonggol pisang sebanyak 30 ml, kadar air terendah terdapat pada sampel C dengan dosis fermentasi 20 ml.
kadar abu Tepung daun gamal pada sampel A 9,70% sampel B 9,93% sampel C 10,18% dan sampel D 10,02 % dimana kadar abu tertinggi terdapat pada sampel C dengan dosis fermentasi menggunakan mikroorganisme lokal bonggol pisang sebanyak 20 ml dan kadar abu terendah terdapat pada sampel A Tepung daun gamal yang tidak difermentasi menggunakan mol bonggol pisang atau
20
sebagai kontrol. Kadar protein Tepung daun gamal pada sampel A 20,13, sampel B 20,42, sampel C 20,44 dan sampel D 21,27, dimana kadar protein tertinggi terdapat pada sampel D dengan dosis fermentasi 30 ml dan kadar protein terendah terdapat pada sampel A yang tanpa fermentasi mol bonggol pisang atau sebagai kontrol. Kadar lemak kasar Tepung daun gamal hasil fermentasi menggunakan mikroorganisme lokal bonggol pisang pada sampel A 3,24% sampel B 3,37 % sampel C 3,45% dan sampel D 2,14 % dimana kadar lemak kasar tertinggi terdapat pada sampel C dengan dosis fermentasi 20 ml dan kadar lemak kasar terendah terdapat pada sampel D dengan dosis fermentasi 30 ml. kadar serat kasar Tepung daun gamal hasil fermentasi menggunakan mikroorganisme lokal bonggol pisang pada sampel A 16,79%, sampel B 15,82%, sampel C 15,83% dan sampel D 15,78% dimana kadar tertinggi serat kasar terdapat pada sampel A dan kadar serat kasar terendah terdapat pada sampel D dengan dosis fermentasi 30 ml. kadar karbohidrat pada sampel A 48,35%, sampel B 48,75%, sampel C 48,84% dan sampel D 49,75% dimana kadar tertinggi karbohidrat terdapat pada sampel D dan kadar karbohidrat terendah terdapat pada sampel A.
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen atau kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdsarkan berat basah atau berat kering. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting, karena kadar air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur pada bahan pakan, kadar air dalam pakan ikut menetukan kesegaran dan daya awet bahan pakan tersebut kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri untuk berkembang biak sehingga akan
21
terjadi perubahan pada bahan pakan (Winarno 1997), kadar air yang baik dalam pakan yaitu 8-10% (Masyamsir 2001) Sedangkan Hasil analisis kadar air Tepung daun gamal dalam penelitian ini berkisar antara 11,19% - 11,97% sehingga belum dapat dikategorikan baik.
Abu adalah bahan anorganik hasil sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan yang dibakar atau dikeringkan pada suhu 500-600 C (Agustono dkk, 2011). Kadar abu merupakan mineral yang terkandung dalam suatu bahan dan merupakan pencemaran atau kotoran. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untung menetukan penghitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen meskipun abu terdiri dari komponen mineral, namun bervariasinya kombinasi unsur mineral dalam bahan pakan menyebabkan abu tidak dapat di pakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu, Kadar abu yang sesuai pada pakan adalah 3-7% (Winarno,1997) sedangkan kadar abu dari analisis proksimat Tepung daun gamal dalam penelitian ini berkisar antara 9 – 10 % ini menunjukkan kadar abu yang masih tinggi, tidak sesuai dengan kebutuhan ikan karen memiliki kandungan mineral yang berlebih.
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien yang berperan penting dalam pembentukan biomolekul dari pada sumber energi Protein adalah asam senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer asam amino yang di hubungkan satu sama lain dengan ikatan peptide. Molekul protein Mengandung karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulu dengan fosfor. Protein mempunyai peran yang sangat penting untuk proses pertumbuhan pada ikan, Protein merupakan sumber energi
22
utama pada ikan, jika kebutuhan protein tidak dicukupi dalam makanannya, maka akan terjadi penurunan drastis atau penghentian pertumbuhan atau kehilangan bobot tubuh karena ikan akan menarik kembali protein dari beberapa jaringan untuk mempertahankan fungsi dari jaringan yang lebih vital. kadar protein yang di butuhkan ikan mas berkisar antara 25 – 38 % (Hasting, 1976). sementara hasil analisis kadar protein Tepung daun gamal kadar protein hanya berkisar antara 20 - 21%, sehingga Tepung daun gamal ini berpotensi dimanfaatkan sebagai salah satu bahan baku untuk pembuatan pakan tentunya dengan formulasi pakan yang tepat.
Lemak adalah senyawa kimia yang tidak larut air yang disusun oleh unsur karbon (C) hidrogen (H) dan oksigen (O), ikan membutuhkan lemak sebagai sumber energi, membantu penyerapan mineral tertentu serta vitamin yang terlarut dalam lemak ( vitamin A, D, E dan K ) selain itu keberadaan lemak membantu proses metabolism dan menjaga keseimbangan daya apung ikan di dalam air. Menurut (Hasting, 1976) Kebutuhan lemak pada ikan mas yaitu 4-8% sedangkan hasil analisis kadar lemak pada Tepung daun gamal hanya berkisar antara 2-3 % sehingga Tepung daun gamal ini belum mampu memenuhi kebutuhan lemak pada ikan mas namun berpotensi dimanfaatkan sebagai salah satu bahan baku untuk pembuatan pakan tentunya dengan formulasi pakan yang tepat.
Serat kasar adalah semua zat zat organik yang tidak dapat larut dalam H2SO4 0,3 N dalam NaOH 15 N yang berturut turut dimasak selama 30 menit (Marlina, 2001). Kadar serat kasar dalam pakan berkorelasi negative dengan energi yang tersedia dalam pakan.semakin tinggi kandungan serat kasar pakan maka semakin rendah energi yang tersedia, hal ini dikarenakan serat kasar tidak
23
mampu menyediakan energi yang mampu dimanfaatkan oleh ikan. Pakan yang mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi dapat mengurangi berat badan dan mempercepat proses pencernaan karena absorpsi zat makanan berkurang, serat kasar juga dapat memberikan rasa kenyang karena terdapat komposisi karbohidrat kompleks yang menghentikan nafsu makan. Penggunaan serat kasar dalam ramuan pakan kadarnya tidak boleh lebih dari 8 % karena jika terlalu banyak akan menggangu proses pencernaan dan penyerapan sari makanan (Mudjiman, 2008), sementara kadar serat pakan berdasarkan hasil analisis proksimat berkisar antara 15-16% sehingga masih belum dapat dikategorikan baik.
4.2Derajat Hidrolisis
4.2.1. Protein
Nilai Rata-rata derajat hidrolisis protein Tepung daun gamal yang difermentasi mol bonggol pisang disajikan pada Gambar 3.
21.67 20.54 20.62 17.24 0 5 10 15 20 25 Daun Gamal terfermentasi mol A ( 0 ml ) B ( 10 ml ) C ( 20 ml ) D ( 30 ml )
Dosis Mol Bonggol pisang
24
Analisis ragam menunjukkan bahwa tepung daun gamal yang telah difermentasi dengan mol bonggol pisang memberikan pengaruh nyata terhadap derajat hidrolisis protein (P<0,05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A (di fermentasi tanpa mol bonggol pisang) berbeda dengan perlakuan B (10 ml), berbeda dengan perlakuan C (20ml), dan berbeda dengan perlakuan D (30 ml). Derajat hidrolisis protein tepung daun gamal memperlihatkan bahwa semakin tinggi penggunaan dosis cairan mol bonggol pisang, maka semakin rendah derajat hidrolisis protein Tepung daun gamal. Hal ini di duga karena porsi dari enzim protease dalam cairan mol bonggol pisang lebih rendah dibanding dengan enzim lainya. Aslamyah (2006), menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi enzim maka semakin besar peluang substrat untuk bertemu dengan katalisator biologis dalam proses hidrolisis, dan semakin lama waktu inkubasi maka semakin lama proses hidrolisis berlangsung sampai batas waktu tertentu, semakin banyak substrat yang terdegradasi dan produk yang dihasilkan lebih tinggi, Dolinska, et. al. (2012) menyatakan bahwa jenis enzim dan waktu inkubasi mempengaruhi efisiensi hidrolisis dan konsentrasi protein.
Protein merupakan zat penting yang dibutuhkan oleh tubuh, karena selain berfungsi sebagai bahan bakar dalm tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur (Winarno,1993). Dani et al. (2005) dalam Sitanggang (2017) mengatakan bahwa protein yang terkandung dalam pakan ikan berhubungan langsung dalam mendukung sintesa protein dalam tubuh, meningkatkan protein dalam tubuh berarti ikan telah mampu memanfaatkan protein yang diberikan secara optimal untuk kebutuhan tubuh seperti metabolismese, perbaikan sel-sel
25
yang rusak dan selanjutnya untuk pertumbuhan. Beberapa pustaka menyebutkan bahwa tingkat protein optimum dalam pakan untuk pertumbuhan ikan berkisar antara 25 – 50 % (Tacon, 1995).
4.2.2 Lemak kasar
Nilai Rata-rata derajat hidrolisis lemak kasar Tepung daun gamal yang difermentasi mol bonggol pisang disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Derajat Hidrolisis Lemak Kasar
Analisis ragam menunjukkan bahwa tepung daun gamal yang telah difermentasi dengan mol bonggol pisang memberikan pengaruh nyata terhadap derajat hidrolisis lemak kasar (P<0,05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A ( di fermentasi tanpa mol bonggol pisang) berbeda dengan perlakuan B (10 ml), berbeda dengan perlakuan C (20ml), dan berbeda dengan perlakuan D (30 ml). Tingginya derajat hidrolisis pada perlakuan D disebabkan oleh Penambahan mol bonggol pisang yang lebih banyak, dibandingkan perlakuan
24.65 21.63 19.77 50.23 0 10 20 30 40 50 60 Daun Gamal terfermentasi mol A ( 0 ml ) B ( 10 ml ) C ( 20 ml ) D ( 30 ml )
Dosis Mol Bonggol Pisang
26
lainnya, sementara perlakuan A lebih rendah derajat hidrolisinya karena tidak menggunakan dosis fermentasi mol bonggol pisang. Hal ini juga di duga karena adanya aktivitas enzim lipase.
Shahidi et al. (1995) menyatakan bahwa pada saat reaksi hidrolisis berlangsung, membran sel akan menyatu dan membentuk gelembung yang tidak terlarut, hal tersebut menyebabkan terlepasnya lemak pada struktur membran. Kandungan lemak ini dapat mempengaruhi daya simpan dan kestabilan produk hidrolisat terhadap oksidasi lemak (Ovissipour et al. 2009).
Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut organik sebagai sumber energi terpenting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan (Watanbe, 1998). Pakan yang baik umumnya menngandung 4-8 % lemak. Sedangkan menurut suyanto (1994), kadar lemak yang optimal dalam menunjang pertumbuhan ikan adalah 2,57 %.
4.2.3 Karbohidrat
Nilai Rata-rata derajat hidrolisis karbohidrat Tepung daun gamal yang difermentasi mol bonggol pisang disajikan pada Gambar 5.
2.8 1.99 1.83 1.25 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 Daun Gamal terfermentasi mol A ( 0 ml ) B ( 10 ml ) C ( 20 ml ) D ( 30 ml )
Dosis Mol Bonggol Pisang
27
Analisis ragam menunjukkan bahwa tepung daun gamal yang telah difermentasi dengan mol bonggol pisang memberikan pengaruh nyata terhadap derajat hidrolisis karbohidrat (P<0,05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A (tanpa fermentasi mol bonggol pisang) berbeda dengan perlakuan B (10 ml), berbeda dengan perlakuan C (20ml), dan berbeda dengan perlakuan D (30 ml). Derajat hidrolisis karbohidrat Tepung daun gamal memperlihatkan bahwa semakin tinggi penggunaan dosis cairan mol bonggol pisang, maka semakin rendah derajat hidrolisis karbohidrat Tepung daun gamal. Hal ini di duga karena konsentrasi enzim amilase yang ada pada cairan mol bonggol pisang lebih rendah sehingga proses penguraian atau hidrolisis karbohidrat yang di hasilkan lebih rendah.
Karbohidrat merupakan sumber energi dan pada umumnya diproduksi oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis (Sahwan, 2002). Kebutuhan ikan terhadap karbohidrat sangat tergantung pada jenis ikan. Golongan ikan karnivora membutuhkan karbohidrat lebih kurang 9%, golongan ikan omnivora memerlukan karbohidrat hingga 18,6%, dan ikan herbivora memerlukan karbohidrat lebih banyak lagi, yaitu mencapai 61% (Benitez, 1084). Karbohidrat dalam bentuk sederhana umumnya memiliki sifat lebih mudah larut dalam air daripada lemak dan protein (Vijayagopal et al, 2011). Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada kemampuan menghasilkan enzim amilase sebagai pemecah karbohidrat.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daun gamal merupakan salah satu bahan potensial yang dijadikan sebagai bahan baku pakan ikan mas namun penggunaan mol bonggol pisang tidak terlalu efektif untuk di jadikan sebagai fermentor.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tepung daun gamal namun tidak menggunakan mol bonggol pisang sebagai fermentor untuk mendapatkan hasil yang optimal.
29
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty. (2005). Pakan Ikan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Kanisius.
Ajayi, O.C., F. Place, f. Kwesiga, P. Mafongoya Dan S. Franzel. 2005. Impact of Fertilizer Tree Fallows In Eastern Zambia. Word Agroforestry Centre. Nairobi. Kenya United Nation Avenue Gigiri.
Alamsyah. 2006. Tinjauan Ilmiah Kadar Vitamin C. Rinneka Cipta Jakarta
Aslamyah, S. 2006. Penggunaan Mikroflora Saluran Pencernaan sebagai Probiotik untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng. (desertasi). Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Association of official Analytical Chemists (AOAC). 2005. Official Metdohs of Analysis of The Association of Analytical Chemists. Benyamin Franklin Station. Washington D.C.
Banez, J.A., R.C. Nazareno., dan R.B. Medel. 1999. Clinical Trial Effectiveness of Gliricidia sepium in treating patients with Scabies in the Antipolo CBHP. Phil Journal Microbiol Infect Dis: 28(4): 147-153.
Brett,J.D.,dan T.D.D. Groves. 1979. Physiological Energetics. In: Hoar., Randall and J.R. Breat (Eds): Fish Phyology Vol VIII. 279-351. Academic Press. New York.
Cilvia, E. 2015. Perbedaan Komposisi Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Bandeng (Chanos-chanos). Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Kelautan Dan Perikanan. Universitas Syiah Kuala. Darussalam. Banda aceh.
Dolińska, B., M. Zieliński, Z. Dobrzański, K. Chojnacka, S. Opaliński and F. Ryszka. 2012. Influence of incubation conditions on hydrolysis efficiency and iodine enrichment in baker's yeast. Biological Trace Element Research. Vol.147(1-3):354-8.
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Informasi Singkat Benih. Direktorat. Perbenihan Tanaman Hutan. Bandung.
30
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal.
Elevitch, C.R., dan K. Jhon. 2006. Gliricidia sepium (Gliricidia) Fabacceae (Legume family) Spesies Profiles for Pacific Island Agrofrorestry.www. traditionaltree.org.
Handajani,H. 2007. Pemanfaatan Tepung Azolla Sebagai Penyusun Pakan Ikan Terhadap Pertumbuhan dan Daya Ikan Mas Gift Jurnal Aquaculture. 1(2): 162-170.
Handajani,H, 2011, Optimalasasi Substitusi Tepung Azolla Terfermentasi pada pakan ikan untuk meningkatkan ikan mas Gift. Jurnal Teknik Industri. 12(2) : 177-181.
Hasting, W. H. 1976. Fish Nutrition and Fish Feed Manufacture. Rep. Form FAO of The United Nations, Rome, Italy, 23: 1-13.
Kementerian Pertanian Direktorak Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2009. Keunggulan Gamal Sebagai Pakan Ternak. Balai Pembebibitan Ternak Unggul Dwiguna dan Ayam Sembawa. Direktorat Jenderal Peternak Dan Kesehatan Hewan. Sembawa. Palemba.
Khairuman dan K. amri. 2002. Budidaya Ikan Mas. Angro media pustaka. Jakarta Khairuman dan D. Sudenda. 2002. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agro
Media Pustaka. Tangerang.
Nurhayati Dan Nazlia,S. 2019. Aplikasi Tepung Daun Gamal (Gliricidia Sepium) Yang Difermentasi Sebagai Penyusun Ransum Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika (2019). Vol 3(1):6 – 11
Nurhayati Dan Thaib, Azwar Dan Adil, Muhammad (2018) Aplikasi Limbah Kulit Singkong Tanpa Fermentasi Dan Fermentasi Sebagai Penyusun Ransum Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Universitas Asahan 2018. Universitas Asahan.
Ovissipour M, Safari R, Motamedzadegan A, Shabanpour B. 2009. Chemical and biochemical hidrolysis of persian sturgeon (Acipenser persicus) visceral protein. Journal Food and Bioprocess Technology 5: 460-465.
31
Santoso, U. 1987. Limbah Bahan Ransum Unggas Yang Rasional. PT Bharatara Karya Akasara. Jakarta.
Sahwan, F. M. 2002. Pakan Ikan dan Udang. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sukanten, S., K. Puma and I. M. Nitis. 1994. Effect of cutting height on the growth of Glirisidia sepium provenances grown under alley cropping system. Proc. 7th MAP. Animal Congress. Bali. ISPI. 505 -506
Suhastyo, A A. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Local yang Digunakan pada Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intensification). Tesis. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Tacon AGJ. 1995. Fishmeal replacers: Review of antinutrients within oilseeds and pulses- A limiting factor for the aquafeed green revolution in: Feed Ingredients Asia. Singapore.
Winarno, S. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Cetakan pertama. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno, F. G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Watanabe, S., S. Tsuchida, R. Fuseya, K. Soewardi and Zairion. 1996. The crab
Resources Around the Mangrove Forest. Fisheries Faculty, University of Tokyo and IPB. 169 p.
32
L
A
M
P
I
R
A
N
33
Lampiran 1. Data Hidrolisis Protein Daun gamal
Daun Gamal terfermentasi mol Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 A (0 ml mol) 21.66 21.68 21.67 65.01 21.67±0.010d B (10 ml mol) 20.53 20.54 20.55 61.62 20.54±0.010b C (20 ml mol) 20.62 20.61 20.63 61.86 20.62±0.010c D (30 ml mol) 17.23 17.24 17.25 51.72 17.24±0.005a
Lampiran 2. Hasil analisis Anova protein daun gamal
ANOVA Hasil
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 33.299 3 11.100 133197.600 .000
Within Groups .001 8 .000
Total 33.300 11
Lampiran 3. Hasil uji lanjut Duncan protein daun gamal
Hasil Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 dosis 30 3 17.2367 dosis 10 3 20.5400 dosis 20 3 20.6200 dosis 0 3 21.6700 Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
34
Lampiran 4. Data hasil Hidrolisis lemak daun gamal
Daun Gamal terfermentasi mol Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 A (0 ml mol) 24.63 24.65 24.67 73.95 24.65±0.020c B (10 ml mol) 21.63 21.60 21.66 64.66 21.63±0.020b C (20 ml mol) 19.75 19.77 19.79 59.31 19.77±0.020a D (30 ml mol) 50.21 50.24 50.24 150.69 50.23±0.015d
Lampiran 5. Hasil analisis Anova lemak daun gamal
ANOVA Hasil
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1826.954 3 608.985 1259968.017 .000
Within Groups .004 8 .000
Total 1826.957 11
Lampiran 6. Hasil uji lanjut Duncan lemak daun gamal
Hasil Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 dosis 20 3 19.7700 dosis 10 3 21.6300 dosis 0 3 24.6500 dosis 30 3 50.2267 Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
35
Lampiran 7. Data Hidrolisis karbohidrat Daun gamal
Daun Gamal terfermentasi mol Ulangan Jumlah Rata-rata 1 2 3 A (0 ml mol) 2.80 2.81 2.82 8.43 2.81±0.010d B (10 ml mol) 1.99 1.98 2.00 5.97 1.99±0.010c C (20 ml mol) 1.83 1.84 1.82 5.49 1.83±0.005b D (30 ml mol) 1.25 1.26 1.24 3.75 1.25±0.010a
Lampiran 8. Hasil analisis anova karbohidrat daun gamal
ANOVA hasil
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3.729 3 1.243 14916.900 .000
Within Groups .001 8 .000
Total 3.730 11
Lampiran 9. Hasil uji lanjut Duncan karbohidrat daun gamal.
Hasil Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 d 3 1.2500 c 3 1.8333 b 3 1.9900 a 3 2.8100 Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
36
38
39
RIWAYAT HIDUP
Idham Wandi Syafaat. Lahir di Ujung Pandang 17 Juli 1998
Kota Makassar Sulawesi Selatan. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Irwan parawansah dan Nurmaladewi irwan. Perjalanan hidup penulis tergambar dalam riwayat pendidikan penulis dibawah ini. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun 2006 di SD Inpres Paririsi dan tamat pada tahun 2010. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ketingkat sekolah menengah pertama pada tahun 2010 di SMP Negeri 2 Takalar dan tamat pada tahun 2013. Penulis masuk di SMA Negeri 1 Takalar pada tahun 2013 dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yakni di Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Pertanian khususnya pada jurusan Budidaya Perairan. Prestasi yang pernah ditorehkan penulis selama menempuh bangku perkuliahan yakni penulis pernah ikut serta dalam lomba KTI Nasional yang diselenggarakan oleh himpunan mahasiswa perikanan di Universitas Tadulako Palu dan Mendapat juara Harapan 2.