i
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TEPUNG TESTIS SAPI TERHADAP MASKULINISASI LARVA
IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
RIDWAN NIM : 105941101516
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengaruh Waktu Perendaman Tepung Testis Sapi Terhadap Maskulinisasi Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Nama Mahasiswa : Ridwan
Nomor Stambuk : 105941101516 Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Abdul Haris, S.Pi., M.Si. Nur Insana Salam, S.Pi., M.Si.
NIDN: 0021036708 NIDN: 0904038504
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Program Studi,
Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. Asni Anwar, S.Pi., M.Si.
NIDN: 0926038603 NIDN: 0912088603
iii ABSTRAK
RIDWAN 105941101516. PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TEPUNG TESTIS SAPI TERHADAP MASKULINISASI LARVA IKAN NILA (Oreochromis nilaticus). Dibimbing oleh Dr. Abdul Haris, S.Pi., M.Si.dan Nur Insana Salam, S.Pi., M.Si.
Ikan nila jantan memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan ikan nila betina. Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan ikan nila berjenis kelamin jantan sebagai populasi dominan dengan cara yang dapat dilakukan adalah teknologi Sex reversal dengan teknik maskulinisasi melalui perendaman benih ikan nila dengan tepung testis sapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu perendaman terbaik pada larva ikan nila yang menghasilkan ikan berjenis kelamin jantan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) mengacu pada 4 perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu Pa (6 jam), Pb (12 jam), Pc (24 jam) dan Pd (kontrol). Parameter yang diamati adalah persentase hasil sex reversal, kelangsungan hidup, dan kualitas air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu perendaman larva ikan nila berpengaruh sangat nyata terhadap persentase ikan nila berjenis kelamin jantan.
Persentasi ikan nila berjenis kelamin jantan pada umur 58 hari dengan lama waktu perandaman 24 jam menghasilkan nilai persentase sebesar 72,14%
Kata kunci : Maskulinisasi, Tepung Testis Sapi, Ikan Nila.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil „alamiin. Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta‟ala atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi dengan judul “Pengaruh Waktu Perendaman Tepung Testis Sapi Terhadap Maskulinisasi Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kendala dan hambatan yang dihadapi selama penyusunan skripsi ini sehingga masih ada kekurangan. Namun, penulis berharap skripsi ini bisa memberikan informasi, pengetahuan dan konstribusi yang lebih dalam bidang pendidikan dan bidang lainnya. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Kedua orangtua tercinta yaitu ayahanda Arifuddin dan Ibunda Muhsanah S.Pd yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, serta memberikan jalan terbaik pada penulis, membimbing dan membiayai serta mendoakan hingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Andi Khaeriyah M.Pd selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Ibu Asni Anwar, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Prodi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Bapak Dr. Abdul Haris, S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing I dan ibu Nur Insana Salam, S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing II yang membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
v
5. Ibu Dr.Ir Darmawati S.Pi., M.Si dan Bapak Syawaluddin Soadiq S.Pi., M.Si yang telah menjadi penguji dalam seminar proposal dan skripsi penulis.
6. Seluruh Dosen Jurusan Budidaya Perairan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepeda penulis.
7. Terima kasih kepada saudara-saudara, keluarga besar, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan doanya.
Semoga segala bentuk dukungan dan bantuan kepada penulis menjadi amal ibadah, dan insya Allah mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Akhir kata semoga apa yang disajikan dalam skripsi ini bermanfaat untuk kita semua meskipun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini.
Makassar, April 2022 Penulis,
Ridwan
vi DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Klasifikasi dan Marfologi Ikan Nila ... 6
2.2 Pertumbuhan Ikan Nila ... 7
2.3 Sex Reversal... 8
2.4 Tepung Testis Sapi ... 10
III. METODE PENELITIAN ... 16
3.1 Waktu dan Tempat ... 16
3.2 Prosedur Penelitian ... 16
3.3 Rancangan Percobaan ... 18
3.4 Pengamatan Parameter ... 19
3.5 Analisis Data ... 21
vii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
4.1 Persentase Hasil Sex Reversal ... 21
4.2 Kelangsungan Hidup (Survival Rate) ... 24
4.3 Kualitas Air ... 25
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
5.1 Kesimpulan ... 28
5.2 Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 29
DOKUMENTASI PENELITIAN ... 32
viii
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1 2
Parameter Kualitas Air dan Alat Ukurnya Data Persentase Ikan Nila Jantan dan Betina
20 39 3 Hasil Uji Lanjut Duncan Persentase Ikan Nila Jantan 39 4 Hasil Uji Lanjut Duncan Persentase Kelangsungan Hidup Ikan
Nila
39
5 Hasil Pengukuran Kualitas Air Media Pemeliharaan Ikan Nila 40
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1 Ikan Nila 6
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang menjadi komoditas unggulan Indonesia, umumnya banyak dikonsumsi oleh masyarakat (Nalle dkk.,2021). Ikan nila memiliki potensi untuk dikembangkan dalam mendukung ketahanan pangan nasional maupun ketahanan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat (Wibowo dkk.,2021).
Ikan nila memiliki keunggulan karena rasa dagingnya yang khas dan gurih dengan kandungan omega 6 dan gizi yang cukup tinggi, pertumbuhan yang cepat, memiliki batasan toleransi yang cukup tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan, mudah berkembangbiak, pemakan segala (omnivora), memiliki daya adaptif yang luas, dan toleransinya yang tinggi terhadap berbagai kondisi salinitas (Robisalmi dkk.,2020).
Adaptasi terhadap lingkungan menyebabkan ikan nila mudah dibudidayakan, namun terdapat maslah dalam pembesaran di mana kemampuan reproduksi yang tinggi sering terjadi inbreeding sehingga pertumbuhan ikan terhambat yang berakibat pada ukuran ikan dan harga jual ikan, untuk mengatasi hal tersebut salah satu cara yang di lakukan dengan aplikasi Sex reversal yaitu jantanisasi.
Sex reversal merupakan salah satu bioteknologi akuakultur yang telah banyak dikembangkan dan diaplikasikan dalam peningkatan produksi akuakultur, khususnya ikan. Sex reversal melalui maskulinisasi memungkinkan ikan betina
2
berdiferensiasi menjadi ikan jantan (Cahyani dkk, 2021). Jantanisasi atau produksi ikan nila jantan sangat perlu dilakukan untuk memaksimalkan tingkat pertumbuhan ikan nila (Huda dkk, 2018). Metode sex reversal dianggap paling efektif pada perlakuan dipping dalam pemeliharaan atau budidaya ikan karena adanya efektifitas masuknya hormon kedalam tubuh larva melalui proses osmosis (Hutagalung, 2020).
Salah satu bahan alami yang dapat digunakan dalam proses Sex reversal adalah tepung testis sapi. Tepung testis sapi memiliki kandungan hormon testosteron alami dimana kandungan hormon ini diperlukan untuk merangsang proses differensiasi kelamin jantan (Huda dkk.,2018). Penggunaan tepung testis sapi sebagai bahan alami dalam kegiatan sex reversal menjadi alternatif pilihan para pelaku usaha budidaya ikan. Hasil penelitian dari (Hutagalung, 2020) menyatakan bahwa telah terbukti bahwa tepung testis sapi berpengaruh nyata terhadap persentase jantan ikan nila dengan perlakuan terbaik yaitu dipping (pencelupan), masih terbatasnya informasi penggunaan tepung testis sapi dengan metode perendaman sehingga dilakukan penelitian ini.
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu perendaman tepung testis sapi terbaik terhadap maskulinisasi ikan Nila (Oreochromis niloticus). Adapun manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi pada pembudidaya ikan nila mengenai penggunaan tepung testis sapi terhadap maskulinisasi ikan Nila (Oreochromis niloticus).
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Dan Marfologi Ikan Nila
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang cukup digemari di berbagai negara karena memiliki daging yang tebal dan enak layaknya ikan kakap merah.
Selain itu ikan ini juga memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan ikan tawar jenis lain, seperti mudah berkembang biak, Sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, tahan terhadap serangan penyakit dan termasuk ikan omnivora atau pemakan segalanya. Klasifikasi ikan nila (Oreochoromis niloticus) dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Ikan Nila
(Sumber: Kompasiana.com)
Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Osteichtyes Ordo : Perciformes Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus (Sumber: Wikipedia, 2021)
7
Karakteristik ikan nila secara umum yaitu bentuk tubuh agak memanjang dan pipih, memiliki garis vertical berwarna gelap sebanyak 6 buah pada sirip ekor, pada bagian tubuh memiliki garis vertikal yang berjumlah 10 buah, dan pada ekor terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kehitam-hitaman. Mata agak menonjol dan pinggirannya berwarna hijau kebiru-biruan, letak mulut terminal, posisi sirip perut terhadap sirip dada adalah thoric, sedangkan linea lateralis terputus menjadi dua bagian, letaknya memanjang diatas sirip dada, jumlah sisik pada garis rusuk berjumlah 34 buah, memiliki 17 jari-jari keras pada sirip punggung, pada sirip perut terdapat 6 buah jari-jari lemah, sirip dada 15 jari- jari lemah, sirip dubur 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lemah dan bentuk ekornya berpinggiran tegak (Arifin, 2016).
2.2 Pertumbuhan Ikan Nila
Pertumbuhan ikan nila jantan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan ikan nila betina. Hal ini dikarenakan ikan nila jantan memiliki pertumbuhan dua kali lebih cepat dibandingkan dengan ikan nila betina (Cahyani dkk ,2021).
Berbeda dengan ikan nila jantan, ikan nila betina sangat cepat matang gonad, mudah memijah, serta pemijahan dapat terjadi berkali kali sehingga kondisi ini justru mengakibatkan pertumbuhannya menjadi terhambat karena energi akan lebih besar digunakan untuk bereproduksi dari pada pertumbuhan. Karakteristik tersebut menyebabkan pertumbuhan ikan nila betina berpotensi mengalami penurunan 10-20% per generasi yang ditandai dengan ukuran tubuh beragam dan bobot panen tidak maksimal yang pada akhirnya menyebabkan biaya produksi meningkat (Robbani, 2017).
8 2.3 Sex Reversal
Manipulasi kelamin atau sex reversal merupakan salah satu bioteknologi akuakultur yang telah banyak dikembangkan dan diaplikasikan dalam peningkatan produksi akuakultur, khususnya ikan (Suseno dkk, 2020). Sex reversal merupakan cara pembalikan arah perkembangan kelamin ikan yang seharusnya berkelamin jantan diarahkan perkembangan gonadnya menjadi betina atau sebaliknya. Teknik ini dilakukan pada saat belum terdiferensiasinya gonad (kelamin) ikan secara jelas antara jantan dan betina pada waktu menetas. Sex reversal merubah fenotip ikan tetapi tidak merubah genotipnya (Budi, 2019).
Sex reversal merupakan teknik pembalikan jenis kelamin pada saat diferensiasi kelamin, yaitu pada saat otak dan embrio masih berada pada keadaan bi-potential dalam pembentukan kelamin secara fenotip (morfologi, tingkah laku, dan fungsi). Metode sex reversal dapat dilakukan dengan memberikan hormon steroid pada fase labil kelamin. Aplikasi hormon untuk sex reversal pada ikan dapat dilakukan melalui penyuntikan, perendaman dan oral (melalui pakan).
Metode perendaman diharapkan hormon akan masuk ke dalam tubuh ikan melalui proses difusi. Perendaman embrio dilakukan pada fase bintik mata karena embrio dianggap telah kuat dalam menerima perlakuan, sedangkan perendaman fase embrio dilakukan karena gonad masih labil sehingga mudah dipengaruhi rangsangan dari luar (Himawan dkk, 2018).
Lebih lanjut (Budi, 2019) menjelaskan bahwa penerapan sex reversal dapat menghasilkan populasi monosex (kelamin tunggal). Proses membudidayakan ikan dengan tunggal kelamin (monosex) jantan yaitu dengan menurunkan kandungan
9
estrogen dalam tubuh ikan. Penurunan rasio estrogen terhadap androgen mengakibatkan terjadinya perubahan penampakan hormonal dari betina menjadi menyerupai jantan, dengan kata lain terjadi maskulinisasi karakteristik seksual sekunder (Hutagalung, 2020).
Sex reversal melalui maskulinisasi memungkinkan ikan betina berdifrensiasi menjadi ikan jantan. Teknik maskulinisasi telah diaplikasikan secara umum dengan menggunakan bahan sintetik seperti penggunaan hormon sintetik 17α- Methyltestosterone (Cahyani dkk, 2021). Teknik sex reversal pada ikan nila yang banyak dilakukan adalah dengan penambahan hormon sintetik 17αmetiltestosterone (17α- mt). Seperti yang dijelaskan oleh (Bhagawati dkk, 2017) bahwa memproduksi benih ikan nila berkelamin jantan yang paling efektif yaitu melalui metode perendaman larva menggunakan hormon androgen 17α- metiltestosteron (MT). Perendaman larva tersebut dilakukan pada masa diferensiasi kelamin atau periode kritis, yaitu pada saat otak larva masih berada dalam keadaan „bipotensi‟ untuk mengarahkan pembentukan kelamin secara morfologi, tingkah laku maupun fungsinya.
Namun dalam perkembangannya penggunaan hormon sintetik 17α- Methyltestosterone untuk maskulinisasi sudah dilarang dalam kegiatan budidaya ikan, karena sulit terurai secara alami sehingga berpotensi mencemari lingkungan perairan. Hal ini kemudian diregulasi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan melalui Keputusan Menteri KEP.52/MEN/2014 tentang klasifikasi obat ikan bahwa Hormon 17α-Methyltestosterone masuk ke dalam jenis obat keras yang bisa mempengaruhi keamanan pangan dan kelestarian lingkungan, sehingga telah
10
dibatasi penggunaannya karena dapat meninggalkan residu, baik pada ikan maupun perairan (Wahyuningsi dkk, 2018) dan (Hutagalung, 2020). Oleh karena itu, pelaku usaha budidaya ikan nila memilih menggunakan pakan alami seperti tepung testis sapi untuk mengatasi masalah tersebut.
2.4 Tepung Testis Sapi
Salah satu pakan alami yang biasa digunakan dalam usaha budidaya ikan nila yaitu tepung testis sapi. Tepung testis sapi berbahan dasar testis sapi yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan tepung yang dijadikan pakan utama maupun tambahan pakan ikan. Testis sapi merupakan salah satu bahan alami yang mengandung hormon testosteron biasanya digunakan dalam proses maskulinasi ikan, karena testis sapi mengandung hormon testosteron alami yang tinggi (Shoimah dkk, 2020).
Tepung testis sapi memiliki kandungan hormon testosteron alami dimana kandungan hormon ini diperlukan untuk merangsang proses differensiasi kelamin jantan (Huda dkk, 2018). Kandungan testosteron pada tepung testis sapi yaitu sebesar 10,01 mcg/g TTS. Menurut (Shoimah dkk, 2020) bahwa testis sapi memiliki kelebihan yaitu mudah didapat dan ukurannya besar. Selain itu, tepung testis sapi selain merupakan bahan alami juga harganya lebih terjangkau (Setiawan dkk, 2017).
Pada beberapa penelitian menggunakan tepung testis sapi yang dibuat secara langsung. Pembuatan tepung testis sapi dimulai dengan menguliti bagian luar testis sapi segar, kemudian diambil bagian dalamnya dan dipotong hingga berukuran kecil. Kemudian dimasukan kedalam blender hingga berbentuk halus.
11
Setelah dituang diatas loyang diratakan tipis agar mudah kering, lalu diangin- anginkan dibawah kipas angin, setelah diangin-anginkan masukan dalam oven dengan suhu ±60oC selama ±1 hari hingga kering. Setelah kering diblender dan ditumbuk didalam penumbuk agar lebih halus, kemudian simpan dalam wadah tertutup (Setiawan dkk, 2017). Namun karena keterbatasan peneliti sehingga pada penelitian ini tepung testis sapi yang digunakan adalah tepung testis sapi komersil.
Hasil penelitian (Huda dkk, 2018) melaporkan bahwa pemberian dosis tepung testis sapi terbaik yaitu sebesar 6%/kg pakan yang mengandung rGH menghasilkan nilai rata-rata rasio jenis kelamin jantan sebesar 74,44±5,09%, nilai rata-rata SGR sebesar 9,48±0,10% bobot/hari. Stadia terbaik untuk menghasilkan persentase kelamin jantan yaitu telur berumur 3 hari dengan persentase sebesar 74,22%+1,85 (Himawan dkk, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Shoimah dkk (2020) menunjukkan bahwa perendaman induk ikan rainbow boesemani dalam media pemijahan yang mengandung tepung testis sapi efektif dalam meningkatkan prosentase kelamin jantan sebesar 79,37±2,27%.
Pemberian larutan tepung testis sapi berpengaruh nyata terhadap pembentukan jenis kelamin jantan pada larva ikan nila berumur 3 hari dengan nilai prosentasi keberhasilan 85,71% (Aritonang, 2020). Pemberian hormon yang berasal dari testis sapi pada fase awal pertumbuhan gonad ketika diferensiasi kelamin belum terarah. Namun, bila diintervensi dengan bahan-bahan tertentu seperti tepung testis sapi maka perkembangan gonad dapat berlangsung berlawanan dengan seharusnya (Hidayani dkk, 2016).
16
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2022 di Kediaman Saya (Rumah) Tepatnya Di Bolli Desa Tuncung Keceamatan Maiwa Kebupaten Enrekang.
3.2 Prosedur Penelitian 1. Persiapan Wadah
Pada penelitian ini wadah yang digunakan yaitu toples untuk proses perendaman dan waskom plastik untuk proses pemeliharaan masing-masing sebanyak 12 buah. Sebelum digunakan wadah tersebut dicuci terlebih dahulu menggunakan deterjen dan dibilas dengan air tawar lalu selanjutnya penggunaan klorin untuk disinfektan dengan dosis 30 mL dan didiamkan selama 24 jam.
Setelah itu toples dan waskom dibilas dengan air tawar hingga bersih.
2. Persiapan Tepung Testis Sapi
Tepung testis sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari testis sapi lokal jantan yang didapat dari RPH. Tepung testis sapi selanjutnya dikuliti, dibelah dan dipotong-potong selanjutnya di cincang sampai halus, kemudian potongan tepung testis sapi dikeringkan menggunakan. Tepung testis sapi yang sudah kering diblender dan ditumbuk sampai benar-benar halus, kemuduan dimasukkan ke dalam toples kedap udara yang ditutup rapat dan siap untuk digunakan.
17 3. Hewan Uji yang Digunakan
Hewan uji yang digunakan adalah larva ikan nila hitam (Oreochromis niloticus) yang diperoleh dari Balai Benih Ikan. Pengambilan larva pada saat larva berumur 5-7 hari, dengan bobot 0.01-0.02 g/larva.
4. Proses Perendaman larva
Perendaman dilakukan dengan kosentrasi tepung testis sapi 100 mgl-1 kemudian tepung testis sapi dilarutkan dengan larutan metil alkohol sebanyak 50% dari total volume kedalam masing-masing toples yang telah di isi 1 liter air dengan kepadatan larva 10 ekor/liter, media perendaman yang digunakan sebanyak 12 buah, setiap wadah perendaman dilengkapi aeratot untuk menambah kadar oksigen terlarut didalam air serta menghomogenkan campuran testis sapi dengan air. Perendaman larva dilakukan dengan waktu perendaman Pa (6 jam), Pb (12 jam) dan Pc (24 jam). Dan Pd perendaman larva ikan nila tampa menggunakan tepung testis sapi.
5. Pemeliharaan larva
Setelah perendaman selesai, larva dipindahkan kedalam baskom plastik dengan kepadatan 10 ekor/liter. Larva diberi pakan berupa pelet yang dihaluskan sehingga membentuk bubuk. Selama pemeliharaan, ukuran dan jenis pakan disesuaiakn dengan tingkat perkembangan larva. Pakan diberikan secara ad libitum (sekenyangnya) dengan frekuensi pemberian 3 sampai 4 kali/hari (SNI 6141-2009). Pemeliharaan dilakukan sampai ikan berumur 58 hari.
18 3.3 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) mengacu pada (Mattjik dkk, 2006) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu:
1. Perlakuan A, konsentrasi tepung testis sapi 100 mgl-1 dengan lama waktu perendaman 6 jam
2. Perlakuan B, konsentrasi tepung testis sapi 100 mgl-1 dengan lama waktu perendaman 12 jam,
3. Perlakuan C, konsentrasi tepung testis sapi 100 mgl-1 dengan lama waktu perendaman 24 jam,
4. Perlakuan D, kontrol tanpa perendaman tepung testis sapi
Model rancangan penelitian yang digunakan sebagai berikut : Yij = µ + τi + Єij
Dimana :
Yij : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j µ : Rata-rata umum
τi : Pengaruh perlakuan ke-i
Єij : Pengaruh acak yang menyebar normal
Seluruh data yang diperoleh pada penelitian ini akan dianalisis secara sidik ragam (analysis of variance/ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang
19
diberikan terhadap rspon parameter yang akan diukur. Jika hasil ANOVA yang didapatkan menunjukkan nilai yang berbeda nyata maka analisis dilanjutkan dengan pengujian jarak berganda Duncan pada taraf uji 5 % untuk menentukan jenis perlakuan yang memberikan respon terbaik terhadap parameter yang diujikan.
3.4 Pengamatan Parameter
Parameter yang dihitung terdiri dari persentae hasil sex reversal, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan kualitas air.
a. Persentase Hasil Sex Reversal
Persentase jantan diukur dengan cara mengamati larva setelah 58 hari waktu pemeliharaan. Pengamatandilakukan dengan cara mengambil sampel 50% dari populasi dengan ukuran benih sekitar 3-5 cm dan dilakukan pengamatan jenis kelamin. Pengamatan dari ciri kelamin sekunder, ikan nila jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan jumlah lubang disekitar anus. Pada ikan nila jantan terdapat dua lubang yaitu lubang anus dan lubang urogenital, sedangkan pada ikan nila betina terdapat tiga lubang yaitu lubang anus, lubang ureter, dan lubang genital (Hutagalung, 2020).
Perhitungan persentase ikan jantan dan betina menggunakan rumus:
x 100%
x 100%
(Sumber: (Muslim, 2018)
20 b. Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup adalah persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir masa pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Kelangsungan hidup (Survival Rate) dihitung menggunakan rumus:
SR = Nt
x 100%
N0 Keterangan:
SR = Survival Rate (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) N0 = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor) Sumber: (Muslim, 2018)
c. Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap satu minggu sekali.
Parameter kualitas air yang diukur terdapat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Alat Ukurnya
No. Parameter Satuan Alat Ukur
1 Suhu ºC Termometer
2 DO (Oksigen terlarut) mg/L DO meter
3 Ph Unit pH meter
21 3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah menggunakan software Microsoft Excel dan dianalilis menggunakan software SPSS versi 24. Selanjutnya diuji lanjut untuk mengetahui berbeda nyata atau tidak nyata menggunakan uji Anova.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persentase Hasil Sex Reversal
Penelitian yang telah dilakukan selama kurang lebih 58 hari pada larva ikan nila dengan perlakuan sex reversal melalui perendaman tepung testis sapi dengan waktu perendaman yang berbeda dapat dilihat hasilnya pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Lanjut Duncan Persentase Ikan Nila Jantan
Perlakuan Keterangan Persentase Ikan Nila Jantan
A 6 jam 54,23a
B 12 jam 56,39ab
C 24 jam 72,14b
D 0 jam 44,28a
Keterangan: Notasi a, ab, dan b menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antara interaksi perlakuan.
Ada empat perlakuan dengan tiga kali ulangan (U1, U2, dan U3) pada setiap perlakuan dengan lama waktu perendaman yang berbeda-beda. Pada perlakuan A, diperoleh total ikan nila berjenis kelamin jantan dengan lama perendaman waktu 6 jam adalah sebesar 54,23%, Pada perlakuan B, diperoleh ikan nila jantan dengan lama perendaman waktu 12 jam adalah sebesar 56,39%, Pada perlakuan C dengan lama perendaman selama 24 jam diperoleh ikan nila jantan sebesar 72,14%, Sementara pada perlakuan D tampa kontrol (tanpa perendaman) diperoleh ikan nila jantan sebesar 44,29 %.
Berdasarkan data persentase ikan nila jantan yang diperoleh dari setiap perlakuan menunjukkan bahwa waktu perendaman yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata antara perlakuan A, dan D dengan perlakuan C yang dapat dilihat dari notasi huruf yang berbeda. Namun antara perlakuan A dan B rata-rata ikan nila jantan tidak begitu tampak perbedaan yang dapat dilihat dari
22
notasi hurut yang hampir sama. Dari persentase rata-rata tiap perlakuan dapat diketahui bahwa perlakuan C dengan waktu perendaman 24 jam memiliki rata- rata persentase ikan nila jantan tertinggi sebesar 72,14 %.
Tingginya persentase ikan nila jantan pada perlakuan C (72,14%) dengan waktu perendaman 24 jam dipengaruhi oleh kandungan hormon testosteron pada tepung testis sapi. Hormon testosteron pada tepung testis sapi diduga dapat menambah konsentrasi hormon androgen pada larva ikan nila selama pemeliharaan sehingga ikan nila menjadi jantan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Aritonang, 2020) yang melaporkan bahwa pemberian larutan tepung testis sapi dengan lama waktu perendaman yang berbeda berpengaruh nyata terhadap pembentukan jenis kelamin jantan pada larva ikan nila. Namun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian ( Aritonang 2020) yaitu dosis tepung testis sapi, lama perendaman dan jenis tepung testis sapi yang digunakan. Pada penelitian ini testis sapi yang digunakan berasal dari testis sapi lokal yang dijula secara komersil dengan waktu perendaman 6 jam, 12 jam dan 24 jam dengan konsentrasi tepung testis sapi 100 mgl-1. Sedangkan tepung testis sapi yang di gunakan pada penelitian ( Aritonang, 2020 ) bersasal dari testis sapi Braham dengan waktu perendaman 16 jam, 32 jam dan 48 jam dengan konsentrasi tepung testis sapi 0,5 g/l.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembalikan jenis kelamin dengan menggunakan metode perendaman. Menurut Hunter & Donaladson (1983) dalam (Winardi dkk 2021) bahwa keberhasilan maskulinisasi bergantung pada jenis, umur ikan, dosis hormon, pemberian pakan, lama waktu pemberian dan cara
23
pemberian. Pada penelitian ini, terlihat bahwa perlakuan C dengan perendaman tepung testis sapi terlama dari semua waktu perendaman yang dilakukan menunjukkan hasil yang baik.
Jumlah ikan nila jantan tertinggi dicapai pada waktu perendaman selama 24 jam. Semakin lama waktu perendaman tepung testis sapi maka semakin besar peluang menghasilkan ikan dengan jenis kelamin jantan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian (Finanta dkk, 2020) yang melaporkan bahwa bertambahnya waktu perendaman menyebabkan persentase jantan semakin bertambah. Hal Ini menunjukkan adanya pengaruh waktu perendaman tepung testis sapi terhadap peningkatan proporsi jantan.
Pada penelitian ini, pengaruh perendaman larva ikan dengan perlakuan waktu perendaman yang berbeda menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata/signfikan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan C memiliki persentase kelamin jantan tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan A, B dan D. Hal ini diduga karna waktu perendaman tepung testis sapi pada larva ikan nila selama 24 jam pada perlakaun C merupakan waktu optimum untuk proses maskulinisasi ikan nila.
24 4.2 Kelangsungan Hidup (Survival Rate)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat di lihat pada Tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Hasil Uji Lanjut Duncan Persentase Kelangsungan Hidup Ikan Nila Perlakuan Keterangan Persentase Kelangsungan Hidup Ikan
A 6 jam 63,33a
B 12 jam 73,33a
C 24 jam 83,33a
D 0 jam 53,33b
Keterangan: Notasi a dan b menyatakan tidak berbeda secara signifikan antara interaksi perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung testis sapi sebagai hormon androgen buatan alami dengan waktu perendaman 24 jam memiliki nilai persentase kelangsunngan hidup (survival rate) tertinggi yaitu sebesar 83,33%.
Persentase terendah yaitu pada perlakuan D dimana perlakuan ini tanpa perendaman tepung testis sapi yaitu sebesar 53,33%.
Rendahnya kelangsungan hidup pada perlakuan D (tanpa perendaman tepung testis sapi) ini diduga karena tidak dilakukan perendaman tepung testis sapi, sebagaimana yang dijelaskan oleh (Irmasari dkk, 2012) dalam (Aritonang, 2020) bahwa ikan nila yang mengalami perendaman dengan hormon testosteron memiliki ketahanan tubuh lebih baik daripada ikan tanpa perendaman karena hormon testosteron dapat meningkatkan ketahanan ikan.
Kelangsungan hidup ikan nila yang tinggi setelah perendaman tepung testis sapi dengan konsentrasi waktu perendaman yang berbeda-beda disebabkan karena tingginya kandungan protein dalam tepung testis sapi. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan (Hidayani dkk, 2016) bahwa tingginya tingkat kelangsungan
25
hidup setelah diberikan konsentrasi tepung testis sapi diduga karena tingginya kandungan protein dalam tepung testis sapi yaitu sebesar 76,56%.
Selain kandungan protein terdapat juga kandungan zat-zat lain pada testis sapi yang menunjang kelangsungan hidup ikan nila. Zat-zat tersebut seperti berbagai macam asam amino esensial dan non esensial serta mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh. Kandungan asam amino terdiri dari tirosin, leusin, glisin, glutaman, arginin, prolin, histidin dan serin (Hidayani dkk, 2016). Asam amino tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan hormon testosteron yang berperan dalam pembentukan spermatozoa pada testis (Aritonang, 2020).
Tingkat kelangsungan hidup merupakan jumlah ikan yang mampu bertahan hidup hingga akhir pemeliharaan. Selain kandungan protein, asam amino dan lemak yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan nila, masih ada faktor lingkungan lain yang berpengaruh. Seperti yang dijelaskan oleh (Winardi dkk, 2021) bahwa faktor seperti kualitas air dan pemberian pakan juga dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan.
4.3 Kualitas Air
Hasil pengukuran parameter kualitas air yang terdiri dari suhu, oksigen terlarut (DO) dan derajat keasaman (pH) selama pemeliharaan ikan nila. Hal ini karena penelitian dilakukan secara terkontrol. Berdasarkan tabel dibawah, diperoleh hasil pengukuran suhu yang masih dibatas normal dimana nilai minimum suhu yaitu 25 oC pada perlakuan D (tanpa perendaman) dan nilai maksimum suhu yaitu 28 oC pada semua perlakuan. Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) menunjukkan DO minimum yaitu 4,77 mg/L pada perlakuan B
26
(perendaman selama 12 jam) dan DO maksimum yaitu 5,8 mg/L pada perlakuan B dan C. Derajat keasaman (pH) minimum yaitu 7,1 pada perlakuan D (perendaman 24 jam) sedangkan pH maksimum yaitu 8,2 pada perlakuan B.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kualitas Air Media Pemeliharaan Ikan Nila
Parameter Perlakuan
Satuan A B C D
Suhu oC 26-28 27-28 26-28 25-28
Oksigen terlarut
(DO) mg/L 4,85-5,7 4,77-5,8 4,82-5,8 4,79-5,6 pH Unit 7,2-8,0 7,5-8,2 7,6-8,1 7,1-8,0
Kualitas air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan karena air merupakan salah satu unsur terpenting dalam pemeliharaan ikan.
Air sebagai media hidup untuk ikan sehingga kualitas air menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan. Kualitas air yang buruk memberikan dampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan ikan. Seperti yang dijelaskan oleh (Aritonang, 2020) bahwa kualitas air yang buruk dapat menyebabkan stress, terserang hama dan penyakit, serta kematian pada ikan.
Sumber air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan harus memenuhi persyaratan baik parameter fisika dan kimia. Sebagamaina yang dijelaskan oleh (Siegers dkk, 2019) bahwa sifat fisik air yaitu tempat hidup dan menyediakan ruang gerak sedangkan sifat kimia yaitu penyedia unsur-unsur ion, gas-gas terlarut, pH dan lainnya. Berdasarkan data hasil penelitian parameter kualitas air diketahui bahwa kualitas air yang digunakan selama pemeliharaan ikan nila sudah cocok dan cukup baik dan sudah memenuhi persyaratan meskipun tidak secara keseluruhan. (Dahril dkk, 2017) menegaskan bahwa air sebagai media hidup ikan
27
harus memiliki sifat yang cocok bagi kehidupan ikan karena kualitas air dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan tersebut.
Suhu air pada penelitian ini berkisar 25-28°C dan masih dalam kategori normal. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan antara 28-32°C (Harmilia dkk, 2020). Jika suhu <25°C maka aktifitas gerak dan nafsu makan ikan mulai menurun. Jika suhu <12°C, ikan akan mati kedinginan. Sementara suhu >35°C maka ikan budidaya akan mengalami stress dan kesulitan nafas karena konsumsi oksigen ikan meningkat, sedangkan daya larut oksigen di air menurun.
Berdasarkan data hasil penelitian, oksigen terlarut (DO) air yang berkisar 4,77 mg/L sampai 5,59 mg/L dan angka tersebut masih dalam kategori normal atau sudah sesuai dengan standar yang berlaku. Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 7550: 2009 (21 Maret 2013), Oksigen terlarut untuk ikan nila optimum 7 ppm. Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah (Dahril dkk, 2017).
Tingkat keasaman (pH) memegang peranan penting dalam bidang perikanan budidaya karena berhubungan dengan kemampuan untuk tumbuh dan bereproduksi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data keasaman (pH) air perendaman dan pemeliharaan ikan yaitu berkisar 7,1 sampai 8,2. Menurut (Dahril dkk, 2017) ikan dapat hidup minimal pada pH 4 dan akan mati jika pH diatas 11. Namun untuk benih ikan nila dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 7-8.
28
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung testis sapi dengan lama waktu perendaman yang berebeda dapat meningkatkan persentase maskulinisasi (pembentukan kelamin jantan) larva ikan nila (Oreochromis niloticus) pada perlakuan C dengan lama waktu perendaman 24 jam menghasilkan nilai persentase sebesar 72,14%.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu adanya kajian tambahan tentang maskulininasi ikan dengan perendaman larutan tepung testis sapi dengan lama perlakuan lebih dari 58 hari, untuk mengetahui hubungan kelangsungan hidup dan pertumbuhan dengan perubahan jenis kelamin ikan secara signifikan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. Y. (2016). Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis.
Sp) Strain Merah dan Strain Hitam yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 16(1), 159-166.
Aritonang, L. S. (2020). Pengaruh Masa Perendaman Larva Dalam Larutan Tepung Testis Sapi Brahman (Bos indicus) Terhadap Pembentukan Kelamin Jantan Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara.
Bhagawati, D., Rachmawati, F. N., & Rukayah, S. (2017). Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad Pada Benih Ikan Nila Hasil Alih Kelamin. Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II, (hal.
87-98).
Budi, D. S. (2019, Agustus). Dipetik Oktober 13 Oktober 2021, 2021, dari Universitas Airlangga, Fakultas Perikanan dan Kelautan:
https://fpk.unair.ac.id/mengenal-sex-reversal/
Cahyani, R., Serdiati, N., Tis'in, M., & Putra, A. e. (2021). Maskulinisasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Melalui Perendaman Air Kelapa dengan Konsentrasi Berbeda. Jurnal AgriSains, 22(2), 89-97.
Dahril, I., Tang, U. M., & Putra, I. (2017, November). Pengaruh Salinitas Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Berkala Perikanan Terubuk, 67-75.
Finanta, A., Paryono, & Mukhlis, A. (2020). Pengaruh Durasi Perendaman Ikan Guppy (Poecilia raticulata) Dalam Air Kelapa (Coco nucifera L) Terhadap Efektifitas Maskulinisasi. Jurnal Perikanan, 10(2), 175-182.
doi:10.29303/jp.v10i2.211
Harmilia, E. D., Helmizuryani, Khotimah, K., & Anggoro, M. T. (2020).
Penyuluhan Kualitas Air Yang Bai Untu Budidaya Ikan (Parameter Fisika Kimia). Suluh Abdi: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 37-40.
Hidayani, A. A., Fujaya, Y., Trijuno, D. D., & Aslamsyah, S. (2016).
Pemanfaatan Tepung Testis Sapi sebagai Hormon Alami Pada Penjantanan Ikan Cupang, Betta splendens Regan, 1910. Jurnal Iktiologi Indonesia, 1, 91-101.
30
Himawan, A., Hastuti, S., & Yuniarti, T. (2018). Keberhasilan Jantanisasi Ikan Rainbow (Melanotaenia sp.) dengan Stadia yang Berbeda Melalui Perendaman Tepung Testis Sapi. Journal of Aquaculture Management and Technology, 7(1), 28-37.
Huda, N. R., Susilowati, T., & Yuniarti, T. (2018, September). Aplikasi Tepung Testis Sapi yang Mengandung rGH dalam Pakan Buatan Terhadap Rasio Jenis Kelamin, Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Pena Akuatika, 17(2), 59-69.
Hutagalung, R. A. (2020, Maret). Perbedaan Metode Sex Reversal Menggunakan Tepung Testis Sapi Terhadap Maskulinisasi Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Manfish Journal (Marine, Environment, adn Fishries), 1(1), 9-14.
Muslim. (2018). Maskulinisasi Ikan Nila Oreochromis niloticus Dengan Pemberian Tepung Testis Sapi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Nalle, M. M., Kamlasi, Y., & Edo, S. I. (2021, Juni). Budidaya Ikan Lele dan Ikan Nila Oleh Kelompok Tani Tunfeu Desa Ponain Kecamatan Amarasi kabupaten kupang di MAsa Covid-19. Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia, 151-156.
Robisalmi, A., Gunadi, B., & Setyawan, P. (2020, April). Evaluasi Performa Pertumbuhan dan Heterosis Persilangan Antara Ikan Nila Nirwana (Oreochromis aureus) Jantan F2 Pada kondisi Tambak Hipersalinitas.
LIPI: Berita Biologi, Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati, 19(1), 1-11.
Setiawan, A. B., Susilowati, T., & Yuniarti, T. (2017). Pengaruh Lama Perendaman Telur Dalam Larutan Tepung Testis Sapi Terhadap Jantanisasi Ikan Rainbow (Melanotaenia sp.). Jurnal of Aquaculture Management and Technology, 6(3), 40-48.
Shoimah, F., Hastuti, S., & Yuniarti, T. (2020). Efektivitas Perendaman Induk Ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia boesemani) Dalam Media Pemijahan yang Mengandung Ekstrak Tepung Testis Sapi Terhadap Jantanisasi Benih. Jurnal Sains Akuakultur Tropis, 4(2), 98-108.
Siegers, W. H., Prayitno, Y., & Sari, A. (2019). Pengaruh Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana (Oreochromis sp.) Pada Tambak Payau.
The Journal of Fisheries Development, 3(2), 95-104.
31
Wibowo, T. A., Untari, D. S., & Anwar, R. (2021, Maret). Penerimaan Masyarakat Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Segar dengan Habitat yang Berbeda. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12(1), 72-79.
Winardi, D., Syarif, A. F., & Robin. (2021). Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Menggunakan Ekstrak Daun Mensirak (Ilex cymosa) Melalui Perendaman Induk Bunting. Jurnal Perikanan, 11(2), 232-242.
doi:https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.259
32
DOKUMENTASI PENELITIAN
No Alat dan Bahan Dokumentasi
1 Baskom
2 Toples
3 Aerator
4 Alkohol 70%
33
No Alat dan Bahan Dokumentasi
5 Klorin cair
6 Batu aerasi
7 Selang
8 Timbangan digital
34
No Alat dan Bahan Dokumentasi
9 Tepung testis sapi
10 Pakan bubuk
11 PH meter
12 Termometer
35
No Alat dan Bahan Dokumentasi
13 DO meter
14 Tabung reaksi
15 Pipet tetes
14 Gelas ukur
15 Seser
36
No Alat dan Bahan Dokumentasi
16 Spons
17 Deterjen
37
No Prosedur Penelitian Dokumentasi
1 Tepung testis sapi di timbang
2 Tepung testis sapi diencerkan
3 Proses perendaman
4 Proses pemeliharaan
38 5 Pengukuran pH air
6 Pengukuran suhu air
7 Pengukuran DO air
8 Pemberian pakan
39
LAMPIRAN ANALISIS DATA MENGGUNAKAN SPSS 1. Data Persentase Ikan Nila Jantan dan Betina
Perlakuan Jumlah Ikan Jantan Betina Jantan (%) Betina (%) A
U1 7 4 3 57,14 42,86
U2 6 3 3 50,00 50,00
U3 9 5 4 55,56 44,44
Total 22 12 10 54,23 45,77
B
U1 6 4 2 66,67 33,33
U2 5 2 3 40,00 60,00
U3 8 5 3 62,50 37,50
Total 19 11 8 56,39 43,61
C
U1 7 5 2 71,43 28,57
U2 8 6 2 75,00 25,00
U3 10 7 3 70,00 30,00
Total 25 18 7 72,14 27,86
D
U1 5 2 3 40,00 60,00
U2 4 2 2 50,00 50,00
U3 7 3 4 42,86 57,14
Total 16 7 9 44,86 55,71
2. Uji Anova Persentanse Ikan Nila Jantan
ANOVA
Rata-rata Persentase Ikan Nila Jantan
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 1196,256 3 398,752 6,303 ,017
Within Groups 506,089 8 63,261
Total 1702,344 11
3. Uji Lanjut Duncan
Rata-rata
Waller-Duncana,b
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2
0 JAM 3 44,2867
6 JAM 3 54,2333
12 JAM 3 56,3900 56,3900
24 JAM 3 72,1433
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
b. Type 1/Type 2 Error Seriousness Ratio = 100.
40
4. Uji Anova Persentase Kelangsungan Hidup Ikan Nila
ANOVA Kelangsungan Hidup
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 1500,000 3 500,000 2,143 ,173
Within Groups 1866,667 8 233,333
Total 3366,667 11
5. Uji Lanjut Anova
Kelangsungan Hidup
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1
Tukey HSDa
0 jam 3 53,33
6 jam 3 63,33
12 jam 3 73,33
24 jam 3 83,33
Sig. ,153
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.