i
OPTIMASI SEX REVERSAL MELALUI PEMBERIAN PAKAN TEPUNG TESTIS SAPI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA
LARVA IKAN NILA SALIN (
Oreochromis niloticus)
HARDIANSYAH 105941102716
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
OPTIMASI SEX REVERSAL MELALUI PEMBERIAN PAKAN TEPUNG TESTIS SAPI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA
PADA LARVA IKAN NILA SALIN (Oreochromis niloticus)
HARDIANSYAH 105941102716
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Strara Satu (S-1)
BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2022
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Optimasi Sex Reversal Melalui Pemberian Pakan Tepung Testis Sapi Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Larva Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus) Nama Mahasiswa : Hardiansyah
Nomor Stambuk : 105941102716 Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. Syawaluddin Soadiq, S.Pi. M.Si.
NIDN: 0926036803 NIDN: 0921127001
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Program Studi,
Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. Asni Awar, S.Pi.,M.Si
NIDN: 0926036803 NIDN: 0921067302
iv
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Optimasi Sex Reversal Melalui Pemberian Pakan Tepung Testis Sapi Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Larva Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus) adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun dan kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan dalam bentuk teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar, Oktober 2021
HARDIANSYAH 105941102716
vi RINGKASAN
Masalah umum yang dihadapi dalam budidaya ikan nila adalah kemampuan reproduksi ikan yang tinggi sehingga sukar diatur dan sering terjadi inbreeding. Hal tersebut menyebabkan tingkat pertumbuhan ikan menjadi lambat sehingga diperlukan waktu yang lama untuk mencapai ukuran konsumsi, secara biologis, laju pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat dibandingkan dengan nila betina. Data-data empiris menunjukkan bahwa penggunaan populasi tunggal kelamin (monosex) jantan pada budidaya ikan nila akan memberikan produksi lebih baik dibandingkan populasi campuran (mixed-sex). Sex reversal merupakan salah satu bioteknologi akuakultur yang telah banyak dikembangkan dan diaplikasikan dalam peningkatan produksi akuakultur, khususnya ikan. Sex reversal melalui maskulinisasi memungkinkan ikan betina berdiferensiasi menjadi ikan jantan sehingga langkah alternatif dalam rangka mencari pengganti hormon sintetik adalah penggunaan dengan senyawa bahan alami. Senyawa bahan alami memiliki kelebihan yang mudah terurai dalam tubuh, efek samping yang ditimbulkan sedikit, dan menekan biaya operasional. Salah satu bahan alami yang digunakan untuk penelitian adalah testis sapi sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan mensekresikan hormon kelamin jantan testosteron yang dapat digunakan dalam proses maskulinisasi, efek perubahan dari betina ke jantan.
Metode yang dapat dilakukan dalam proses jantanisasi adalah metode oral yang mana metode ini dilakukan dengan memberikan tepung testis sapi ke dalam pakan yang telah dicampurkan dengan rGH. Karna kandungan yang terdapat pada tepung testis sapi adalah hormon testosteron yang mana hormon ini dapat merangsang proses sex reversal kelamin jantan dan berpengaruh terhadap laju pertumbuhannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis terbaik tepung testis sapi untuk proses sex reversal pada ikan nila salin (Oreochromis niloticus) melalui pemberian pakan sehingga dapat menghasilkan dominan ikan nila salin jantan.
Tepung testis sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung testis sapi komersil. Tepung testis sapi yang digunakan adalah tepung dengan kualitas terbaik dan memiliki kandungan nutrien yang lengkap yang dicampur pada pakan.
Persiapan pakan uji dilakukan dengan penentuan dosis rGH yang digunakan 2 ml per kg pakan kemudian dicampurkan dengan larutan PBS sebanyak 100 ml.
pencampuran rGH dilakukan dengan melarutkannya ke dalam botol kemudian menyemprotkannya ke pakan secara merata.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan dosis tepung testis sapi yang dicampur pada 1 kg pakan komersil sebagai perlakuan dengan Perlakuan A = 0 % (kontrol), B = 3 %, C = 6 %, D = 9 % dengan masing-masing ulangan 3 kali. .
Ikan yang digunakan adalah ikan nila salin,
larva ikan berumur 5 hari (kuning telur masih ada), selama 5 hari dipelihara dalam
vii
baskom sampai kuning telur habis (umur 10 hari), dengan panjang 1 – 2 cm berumur 7 hari, dengan kepadatan 20 ekor/akuarium. Akuarium yang digunakan berukuran 50 x 40 x 30 cm, sebanyak 12 unit yang dilengkapi sistem resirkulasi.
Selama pemeliharaan larva ikan diberi pakan sesuai dosis perlakuan sebanyak 3 kali sehari sebanyak 4 % selanjutnya ikan uji dipelihara sehingga mencapai bobot yang dapat ditentukan jenis kelaminnya dengan melakukan pembedahan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dosis pemberian tepung testis pada pakan ikan berpengaruh nyata terhadap persentase ikan jantan (P≥0,05) yaitu: A (52,78
%), B (65,71%), C (72,22%), D (71,17%) Hasil ini menunjukkan bahwa tepung
testis sapi berpengaruh terhadap pembentukan
kelamin jantan ikan nila salin karena mengandung testosteron yang dapat mempengaruhi perkembangan sifat jantan ikan nila salin.
Pertumbuhan mutlak ikan nila salin yang diberi tepung testis sapi pada pakan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P> 0,05) yaitu A (1,68 g), B (1,76 g), C (1,79 g), D (1,74 g). Perbedaan pertumbuhan mutlak disebabkan oleh pakan dengan perlakuan penambahan tepung testis sapi dan rGH mengandung protein yang terkonsumsi oleh ikan secara langsung mempengaruhi proses pertumbuhan.
Hasil penelitian mengenai sintasan ikan nila salin yang diberi tepung testis sapi pada pakan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P> 0,05) yaitu : A (63,338 %), B (73,33%), C (78,33%), D (75,00%). Pengaruh pemberian tepung testis sapi yang terkandung rGH mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup pada ikan nila salin pada dosis yang telah ditentukan, dan apabila dosis pemberian tepung testis sapi melebihi dari dosis optimal maka berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan.
Kualitas air selama penelitian dalam rentang kelayakan untuk kelangsungan hidup ikan nila salin. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian tepung
testis sapi berpengaruh
terhadap pembentukan kelamin jantan ikan nila, pertumbuhan mutlak dan selanjutnya pemberian tepung testis sapi juga memiliki kelangsungan hidup lebih baik selama penelitian dan ditunjukkan pada perlakuan C (6%).
Kata kunci: Maskulinisasi, nila salin, tepung testis sapi
viii Abstract
Common problem of Nile tilapia is controlling inbreeding which can inhibit rapid growth to commercial size, biologically the male grown rapidly than the female with empiric data that monosex culture had higher productivity than mixed-sex.
Base on these circumtances sex reversal as a great option and widely aplicated to increase productivity of nile tilapia, this methode applying masculinization with a kind of probality process to differentiation from female to male organism start in larva stage by using specific sinthetic hormon. In order to substitute sinthetic hormon which could decrease operational cost on masculinization by applying natural hormon. . This study was conducted to evaluate the effect of natural testosterone hormone in cow testes meal on the masculinization of saline nile tilapia fry (culture in brine water). Experimental design that is utilized completely randomized design with commercial natural testosterone hormone in cow testes meal doses as the treatment and 3 repeats.
Fry of 5 days old (yolk still available) kept in 20-L glass aquaria at a density of 20 fry/aquarium for 5 days until the yolk totally used and had 1-2 cm length. Fry treathed with 4 doses with commercial natural testosterone hormone in cow testes meal mixed in 1 kg of commercial diet. The diet apply 3 times a day (4 %) and culture until available wight to determine sex with gonad surgical observation.
The treatments of commercial natural testosterone hormone in cow testes meal are A ( 0 %), B (3 %), C (6%) dan D (9 %).
This studi result, indicated that there were differences between group treated and untreated group (P>0.05) in percentage of male fish, which was C (72,22%), D (71,17%), B (65,71%), A (52,78 %) respectively. The body growth rate were different between treated groups and untreated group (P>0.05), which was C (1,79 g), B (1,76 g), D (1,74 g), A (1,68 g). Survival rate were different between treated groups and untreated group, which was C (78,33%), D (75,00%) B (73,33), A (63,33
%) respectively. This study also showed that thw water quality still in the range of feasibility to support of living of salin nile tilapia fry. Conclusion, the best of treatment is C (6%), resulted male fish 72,227%; provide the best body growth 1,79 g and the highest survival rate 78,33 %.
Keywords : masculinization, saline nile tilapia, bull testes meal
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil „alamiin. Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta‟ala atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi dengan judul “Optimasi Sex Reversal Melalui Pemberian Pakan Tepung Testis Sapi Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Larva Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Perikanan di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kendala dan hambatan yang dihadapi selama penyusunan skripsi ini. Namun, penulis berharap skripsi ini bisa memberikan informasi, pengetahuan dan konstribusi yang lebih dalam bidang pendidikan dan bidang lainnya. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Kedua orangtua tercinta yaitu ayahanda Darman Hasan dan Ibunda Nasni yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, serta memberikan jalan terbaik pada penulis, membimbing dan membiayai serta mendoakan hingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Ibu Asni Anwar, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Prodi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Ibu Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Bapak Syawaluddin Soadiq, S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing II yang membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
x
5. Ibu Dr.Ir Darmawati, M.Si dan Bapak Akmaluddin, S.Pi., M.Si yang telah menjadi penguji dalam seminar skripsi penulis.
6. Seluruh Dosen Jurusan Budidaya Perairan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepeda penulis.
7. Terima kasih kepada saudara-saudara, keluarga besar, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan doanya.
Semoga segala bentuk dukungan dan bantuan kepada penulis menjadi amal ibadah, dan insya Allah mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Akhir kata semoga apa yang disajikan dalam skripsi ini bermanfaat untuk kita semua meskipun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini.
Makassar, Oktober 2021
Penulis
Hardiansyah
xi DAFTAR ISI
SAMPUL ………... i
HALAMAN PENGESAHAN ………. ii
KATA PENGANTAR ………. iii
DAFTAR ISI ……… iv
DAFTAR TABEL ……… v
DAFTAR GAMBAR ……… vi
I. PENDAHULAUAN ………. 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 3
2.1 Klasifikasi dan morfologi ikan nila salin (Oreochromis niloticus) 3
2.2 Makanan dan kebiasaan makan 4
2.3 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup 4
2.4 Kualitas air 5
2.5 Tepung Testis Sapi 6
2.6 Sex Reversal 7
III. METODE PENELITIAN ……… 9
3.1 Waktu dan Tempat 9
3.2 Rancangan Percobaan 9
3.3 Alat dan Bahan 10
3.4 Prosedur Penelitian 10
3.5 Pengamatan Parameter 11
3.6 Analisis Data 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14
4.1 Presentase Hasil Sex Reversal 14
4.2 Pertumbuhan mutlak 15
4.3 Sintasan 17
4.4 Kualitas Air 18
V. KESIMPULAN DAN SARAN 21
5.1 Kesimpulan 21
5.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Alat Ukurnya 13 Tabel 2. Presentase Jantan dan Betina 14 Tabel 3. Hasil Pengukuran Kualitas Air 18
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ikan nila salin (Oreochromis nilotocus) 3
Gambar 2. Tata letak wadah penelitian 9
Gambar 3. Pertumbuhan Mutlak Pada Jantanisasi 15
Gambar 4. Sintasan Pada Jantanisasi 17
1
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ikan nila salin (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Ikan nila salin memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan permintaan yang terus meningkat, teknologi dalam budidaya ikan nila salin (Oreochromis niloticus) telah banyak dikuasai oleh petani ikan tradisional di Indonesia hal ini merupakan salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan dalam budidaya ikan nila baik dalam skala rumah tangga maupun secara intensif (Khairuman 2008).
Masalah umum yang dihadapi dalam budidaya ikan nila adalah kemampuan reproduksi ikan yang tinggi sehingga sukar diatur dan sering terjadi inbreeding. Hal tersebut menyebabkan tingkat pertumbuhan ikan menjadi lambat sehingga diperlukan waktu yang lama untuk mencapai ukuran konsumsi, secara biologis, laju pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat dibandingkan dengan nila betina (sex dimorphism). Data-data empiris menunjukkan bahwa penggunaan populasi tunggal kelamin (monosex) jantan pada budidaya ikan nila akan memberikan produksi lebih baik dibandingkan populasi campuran (mixed-sex) (Ariyanto et al., 2010).
Sex reversal merupakan salah satu bioteknologi akuakultur yang telah banyak dikembangkan dan diaplikasikan dalam peningkatan produksi akuakultur, khususnya ikan. Sex reversal melalui maskulinisasi memungkinkan ikan betina berdiferensiasi menjadi ikan jantan (Cahyani dkk, 2021).
2
Untuk itu langkah alternatif dalam rangka mencari pengganti hormon sintetik adalah penggunaan dengan senyawa bahan alami. Senyawa bahan alami memiliki kelebihan yang mudah terurai dalam tubuh, efeksamping yang ditimbulkan sedikit, dan menekan biaya operasional. Salah satu bahan alami yang digunakan untuk penelitian adalah testis sapi sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan mensekresikan hormon kelamin jantan testosteron yang dapat digunakan dalam proses maskulinisasi, efek perubahan dari betina ke jantan.
Metode yang dapat dilakukan dalam proses jantanisasi adalah metode oral yang mana metode ini dilakukan dengan memberikan tepung testis sapi ke dalam pakan yang telah dicampurkan dengan rGH. Karna kandungan yang terdapat pada tepung testis sapi adalah hormon testosteron yang mana hormon ini dapat merangsang proses sex reversal kelamin jantan dan berpengaruh terhadap laju pertumbuhannya. (Huda dkk 2018 dalam Acosta dkk 2007).
2. Tujuan dan Manfaat Penelitian
A. Adapun tujuan untuk menentukan dosis optimal tepung testis sapi untuk proses sex reversal pada ikan nila salin (Oreochromis niloticus) melalui pemberian pakan sehingga dapat menghasilkan dominan ikan nila salin jantan B. Adapun manfaat pada penelitian ini ialah menghasilkan ikan nila salin berjenis klamin jantan yang dominan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila salin.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi dan morfologi ikan nila salin (Oreochromis niloticus)
Pada awalnya ikan nila dimasukkan kedalam jenis Tilapia nilotica, tetapi dengan seiring perkembangannya para pakar perikanan telah memutuskan untuk mengubah nama tersebut menjadi Oreochromis niloticus. Nama niloticus menunjukkan tempat nila berasal, yakni sungai Nil di benua afrika. (khairuman &
khairul, 2013).
Klasifikasi ikan nila salin menurut pauji (2007) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata Kelas : Osteichthyes Sub kelas : Achantopterigii Ordo : Perciformes Sub ordo : Percoidei Family : Cichlidae Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Gambar 1. Ikan nila salin (Oreochromis niloticus) sumber (google).
4
Morfologi ikan nila salin memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pestoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caundal fin), sirip punggung memanjang dari bagian atas tutup insan hingga bagian atas sirip ekor. Sirip perut dan sirip dada berukuran kecil dan masing masing ada sepasang. Sirip anus berbentuk agak panjang dan hanya berjumlah satu buah, sedangkan sirip ekor berbentuk bulat. Jari jari sirip punggung terdiri dari 17 jari jari keras dan 13 jari jari lemah, sirip perut terdiri dari satu jari jari keras melunak. Sirip punggung dan sirip dada berwarna gelap.
Sedangkan sirip dada berwarna abu abu atau hitam (Diana 2011).
2. Makanan dan kebiasaan makan
Ikan nila salin termasuk ikan herbivora yang memiliki panjang usus dua kali panjang tubuh ikan tersebut. Hasil analisa makanan dalam lambung ikan terdiri dari fitoplankton, zooplankton. Fitoplankton didominasi oleh kelompok crustacean, myxophyta. Sedangkan zooplankton didominasi oleh rotifer crustacean dan protozoa (setia dkk., 2010). Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya suatu zat makanan oleh ikan antara lain yaitu ukuran makanan, warna, rasa, tekstur dan selera ikan terhadap makanan (Utami dkk, 2012)
3. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Pertumbuhan merupakan suatu proses fisiologis kompleks yang dapat dilihat dari pertambahan ukuran (panjang dan berat) dalam waktu tertentu.
Besarnya nilai pertumbuhan dalam usaha pembesaran ikan nila merupakan salah satu parameter yang mutlak dan pertubuhan relatif, pertumbuhan mutlak adalah
5
pertumbuhan bobot rata rata atau panjang rata rata pada selang waktu tertentu.
Pertumbuhan relatif adalah perbedaan ukuran akhir interval dengan ukuran pada awal interval.
4. Kualitas air
Menurut Khairuman dan Amri (2007), salah satu kelebihan ikan nila salin adalah adaptasi terhadap lingkungan. Di Indonesia budidaya ikan nila salin adaktif terhadap perairan payau, kolam air deras, sungai mengalir, danau, waduk maupun sawah. Adapun parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, pH, salinitas dan oksigen terlarut.
a. Suhu
Suhu air sangat berpengaruh terhadap metabolisme, pertumbuhan, dan mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi. Suhu optimal untuk ikan nila salin adalah 25°C-30°C (Nasir dan Khalil, 2016).
b. pH
Nilai pH m erupakan indikator tingkat keasaman perairan. pH yang cocok untuk pemeliharaan ikan nila salin adalah 6-8,5, namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7-8. Nilai pH yang baik untuk pertumbuhan ikan nila salin berkisar antara 7-8 (Nasir dan Khalil, 2016).
c. Salinitas
Ikan nila salin tumbuh baik pada perairan dengan salinitas 0-35 ppt (panggabean 2009). Selain itu ikan nila salin juga mampu bertahan hidup diperairan payau dengan salinitas kurang dari 25 ppt. jika lebih dari 25 ppt maka pertumbuhan ikan akan lambat dan mudah terserang penyakit.
6 d. Oksigen terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai pilihan utama untuk menentukan layak tidak layaknya air untuk budidaya ikan. Secara umum ikan nila dapat hidup dalam air dengan kandungan oksigen 3 – 5 mg/L. Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stres pada ikan karena otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah (Dahril dkk, 2017).
5. Tepung Testis Sapi
Salah satu pakan alami yang biasa digunakan dalam usaha budidaya ikan nila yaitu tepung testis sapi. Tepung testis sapi berbahan dasar testis sapi yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan tepung yang dijadikan pakan utama maupun tambahan pakan ikan. Testis sapi merupakan salah satu bahan alami yang mengandung hormon testosteron biasanya digunakan dalam proses maskulinasi ikan, karena testis sapi mengandung hormon testosteron alami yang tinggi Shoimah dkk (2020). Tepung testis sapi memiliki kandungan hormon testosteron alami dimana kandungan hormon ini diperlukan untuk merangsang proses differensiasi kelamin jantan, pemberian tepung testis sapi berpengaruh nyata terhadap pembentukan jenis kelamin jantan pada larva ikan nila berumur 3 hari dengan nilai prosentasi keberhasilan 85,71% % (Aritonang, 2020). Pemberian hormon yang berasal dari testis sapi pada fase awal pertumbuhan gonad ketika diferensiasi kelamin belum terarah. Namun, bila diintervensi dengan bahan-bahan
7
tertentu seperti tepung testis sapi maka perkembangan gonad dapat berlangsung berlawanan dengan seharusnya Hidayani dkk (2016).
Hasil penelitian Huda dkk (2018) melaporkan bahwa pemberian dosis tepung testis sapi terbaik yaitu sebesar 6%/kg pakan yang mengandung rGH menghasilkan nilai rata-rata rasio jenis kelamin jantan sebesar 74,44±5,09%, nilai rata-rata SGR sebesar 9,48±0,10% bobot/hari. Stadia terbaik untuk menghasilkan persentase kelamin jantan yaitu telur berumur 3 hari dengan persentase sebesar 74,22%+1,85 Himawan dkk (2018).
Pemberian rGH dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan melalui peningkatan system kekebalan terhadap penyakit dan stress (McCormic, 2001).
Penambahan rGH dalam pakan dapat memacu pertumbuhan ikan. Acosta et al., (2007), menjelaskan bahwa penggunaan protein rGH ikan dalam meningkatkan produktivitas atau pertumbuhan ikan budidaya. Dan pemberian PBS berfungsi untuk mengatur pH dan osmolaritas sel dengan menyediakan air dan ion organic penting (Cytospring, 2012).
6. Sex Reversal
Sex reversal merupakan teknik pembalikan jenis kelamin pada saat diferensiasi kelamin, yaitu pada saat otak dan embrio masih berada pada keadaan bi-potential dalam pembentukan kelamin secara fenotip (morfologi, tingkah laku, dan fungsi). Metode sex reversal dapat dilakukan memberikan hormon steroid pada fase labil kelamin. Aplikasi hormon untuk sex reversal pada ikan dapat dilakukan melalui penyuntikan, perendaman dan oral (melalui pakan).
8
Lebih lanjut (Budi, 2019) menjelaskan bahwa penerapan sex reversal dapat menghasilkan populasi monosex (kelamin tunggal). Proses membudidayakan ikan dengan tunggal kelamin (monosex) jantan yaitu dengan menurunkan kandungan estrogen dalam tubuh ikan. Penurunan rasio estrogen terhadap androgen mengakibatkan terjadinya perubahan penampakan hormonal dari betina menjadi menyerupai jantan, dengan kata lain terjadi maskulinisasi karakteristik seksual sekunder (Hutagalung, 2020). Cara untuk mendapatkan ikan jantan lebih banyak dalam pemijahan maka dapat dilakukan metode sex reversal Setiawan dkk (2017).
Pemeliharaan ikan monoseks akan mencegah perkawinan dan pemijahan liar sehingga kolam tidak cepat dipenuhi ikan. Selain itu ikan yang dihasilkan akan berukuran besar dan seragam (Budi, 2019). Hasil penelitian dari (Hutagalung, 2020) menyatakan bahwa budidaya monosex telah terbukti efisien dalam meningkatkan produksi ikan nila dan dapat memperbaiki pertumbuhan biomassa ikan nila.
9
III. METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan M 2022 Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, Jl. Sultan Alauddin No.259, Gunung Sari, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
2. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga berjumlah 12 unit wadah (Gazper, 1991). Adapun perlakuan pada penelitian ini adalah :
Perlakuan A = 0 % Kontrol
Perlakuan B = 3 % Tepung testis Sapi + 1 Kg Pakan komersil
Perlakuan C = 6 % Tepung testis Sapi + 1 Kg Pakan komersil
Perlakuan D = 9 % Tepung testis Sapi + 1 Kg Pakan komersil A2 B2 C3 C2
A1 C1 D2 D3 B1 D1 A3 B3
Gambar 2. Tata letak wadah penelitian
10 3. Alat Dan Bahan
1. Alat yang digunakan ialah : Baskom, batu aerasi, selang, pH meter, thermometer, aerator, refrakto meter, pipet tetes, seser, timbangan digital, spons, deterjen.
Bahan yang digunakan ialah : Tepung testis sapi, pakan komersil bubuk, larutan PBS berfungsi untuk mengatur pH dan osmolaritas sel pada air dan ion organik penting, rGH berfungsi untuk pengatur pertumbuhan, reproduksi, system imun, pengatur metabolisme.
4. Prosedur Penelitian a. Persiapan Wadah
Pada penelitian yang akan dilaksanakan ini wadah yang akan digunakan yaitu baskom plastik dengan volume air 25 liter sebanyak 12 buah termasuk wadah kontrol, tiap wadah diisi air sebanyak 20 liter. Sebelum digunakan wadah tersebut dicuci terlebih dahulu menggunakan deterjen dan dibilas dengan air tawar lalu selanjutnya penggunaan alkohol untuk pembersihan lanjutan dengan dosis 30 mL. Setelah itu baskom dibilas dengan air tawar hingga bersih.
b. Persiapan Pakan
Tepung testis sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung testis sapi komersil. Ada banyak merek dagang tepung testis sapi yang diperjualbelikan dengan kandungan atau konsentrasi nutrien masing-masing.
Tepung testis sapi yang digunakan adalah tepung dengan kualitas terbaik dan memiliki kandungan nutrien yang lengkap. Persiapan pakan uji dilakukan dengan penentuan dosis rGH yang digunakan 2 ml per Kg pakan kemudian dicampurkan
11
dengan larutan PBS sebanyak 100 ml. pencampuran rGH dilakukan dengan melarutkannya ke dalam botol kemudian menyemprotkannya ke pakan secara merata sembari diaduk dan dicampurkan ke tepung testis sapi.
c. Hewan Uji yang Digunakan
Hewan uji yang digunakan adalah larva ikan nila salin (Oreochromis niloticus) yang diperoleh dari Balai Benih Ikan. Pengambilan larva pada saat larva berumur 5 hari (kuning telur masih ada), selama 5 hari dipelihara dalam baskom sampai kuning telur habis (umur 10 hari), dengan panjang 1 – 2 Cm.
d. Proses Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan menggunakan waskom plastik dengan volume air 25 liter sebanyak 12 buah termasuk wadah kontrol, tiap wadah diisi air sebanyak 20 liter. Setiap wadah dilengkapi aerator untuk menambah kadar oksigen terlarut didalam air. Larva yang digunakan adalah larva ikan nila salin (Oreochromis niloticus) berumur 5 hari setelah penetasan. Padat tebar yang digunakan ialah 1 ekor per liter air. Pemeliharaan ikan nila salin dilakukan dengan baik. Selama masa pemeliharaan, ikan nila diberikan pakan berupa komersil bubuk dicampurkan dengan tepung testis sapi. Sebelum diberikan, pakan ditimbang menggunakan timbangan digital sesuai dengan perlakuan. Presentase pemberian pakan harian diberikan dengan frekuensi pemberian 3 kali/hari.
5. Pengamatan Parameter
Parameter yang dihitung terdiri dari persentase jenis kelamin, pertumbuhan mutlak, sintasan dan kualitas air.
12 a. Persentase Jenis Kelamin
Rasio jenis kelamin jantan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai brikut :
% jantan :
x 100%
Sumber : (Muslim, 2018) b. Pertumbuhan mutlak
Pertumbuhan mutlak atau pertambahan bobot dihitung dengan rumus berikut :
H = Wt – Wo Keterangan :
H = Pertumbuhan mutlak
Wt = Bobot total ikan uji pada akhir percobaan Wo = Bobot total ikan uji pada awal percobaan Sumber : (Effendie, (1997)
c. Sintasan
Perhitungan tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal hingga akhir penelitian. Dihitung dengan rumus:
SR = Nt / No x 100 Keterangan :
SR = Sintasan (%)
Nt = Jumlah ikan diakhir penelitian No = Jumlah ikan diawal penelitian Sumber : (Muslim, 2018)
13 d. Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap satu minggu sekali. Parameter kualitas air yang diukur terdapat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Alat Ukurnya
No. Parameter Satuan Alat Ukur
1 Suhu ºC Termometer
2 DO (Oksigen terlarut) mg/L DO meter 3
4 5
Ph Salinitas Amonia
Unit Ppt g/L
pH mete Alat ukur salinitas
Alat ukur amona
6. Analisis Data
Data yang diperoleh diolah menggunakan software Microsoft Excel data dianalisis dengan menggunakan ANOVA pada taraf 5% atau dengan tingkat kepercayaan 95% jika pengaruh perlakuan berbeda nyata maka dilanjut dengan uji Duncan menggunakan perangkat SPSS.
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Presentase Hasil Sex Reversal
Penelitian yang telah dilakukan selama kurang lebih 60 hari pada larva ikan nila dengan perlakuan sex reversal melalui metode pemberian pakan dengan dosis yang berbeda dapat dilihat hasilnya pada Tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2 hasil penelitian peresentase sex reversal pada ikan nila salin:
Perlakuan Jumlah ikan Jantan Betina Jantan (%) Betina (%)
A (Kontrol) 38 (Ekor) 20 (Ekor) 18 (Ekor) 52,78 47,22
B (3%) 44 (Ekor) 29 (Ekor) 15 (Ekor) 65,71 34,29
C (6%) 47 (Ekor) 34 (Ekor) 13 (Ekor) 72,22 27,78
D (9%) 45 (Ekor) 32 (Ekor) 13 (Ekor) 71,17 28,83
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa presentase jantan tertinggi terdapat pada perlakuan C yang mana dosis pemberian tepung testis sapi sebesar 6%
perkilogram pakan dan persentase jantan C mencapai 72,22% sedangkan pada perlakuan A (control) hanya 52,78%. Dapat diketahui bahwa pemberian tepung testis sapi dengan dosis 6% lebih tinggi peluangnya terhadap proses maskulinisasi atau sex reversal dan dapat dilihat pada tabel diatas bahwa pemberian tepung testis sapi dengan dosis yang rendah tidak akan mampu untuk membentuk populasi jantan secara maksimal, dan menyebabkan terbentuknya individu interseks. Sebaliknya dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan efek kebalikan dari populasi yang diharapkan dan terbentuknya individu steril.
Pada uji ragam ANOVA nilai peresentase pada perlakuan pemberian tepung testis sapi berpengaruh nyata terhadap peroses maskulinisasi (P<0,05).
15
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A dan B berbeda nyata dengan perlakuan C dan D.
Tepung testis sapi memiliki kandungan hormon testosteron alami dimana kandungan hormon ini diperlukan untuk merangsang proses differensiasi kelamin jantan. Salah satu cara untuk menghasilkan populasi ikan nila kelamin jantan adalah menggunakan hormon untuk merangsang perubahan kelamin. Penelitian yang dilakukan oleh muslim (2010), memberikan hasil yang lebih tinggi daripada hasil penelitian ini yaitu sebesar 83,33%. Dalam penelitian yang telah dilakukan memberikan hasil rasio jenis kelamin terbaik yaitu sebesar 83,33% ikan nila (Oreochromis niloticus) jantan. Namun hasil persentase jantan terlihat berbeda dari penelitian ini. Dimana pada penelitian ini didapatkan hasil persentase jantan sebesar 72,22% pada pemberian dosis tepung testis sapi 6% perkilogram pakan.
Hal tersebut mungkin disebabkan karna adanya perbedaan kualitas air dan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pengarahan kelamin.
Menurut (Winardi dkk 2021) bahwa keberhasilan maskulinisasi bergantung pada kualitas air, lingkiungan, jenis ikan, umur ikan, dosis hormon, pemberian pakan, lama waktu pemberian dan cara pemberian.
4.2 Pertumbuhan Mutlak
Berdasarkan hasil rata-rata pertumbuhan mutlak pada akhir penelitian dapat di lihat pada Gambar 3 dibawah ini :
16
Gambar 3. Pertumbuhan mutlak selama penelitian maskulinisasi
Dari hasil penelitian pada Gambar 3 dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan C sebesar 1,79 g, dan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan A sebesar 1,68 g. dari hasil analisis ragam ANOVA pada taraf 5% dengan kepercayaan 95% menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan B,C,dan D.
Dapat diketahui pada gambar diatas bahwa pertumbuhan mutlak tertinggi ada pada perlakuan C yang mana pada perlakuan tersebut terkandung tepung testis sapi sebesar 6% yang mana telah ditambahkan rGH didalamnya, dan pada perlakuan A (kontrol) perlakuan ini tidak terkandung tepung testis sapi dan rGH.
Pada perlakuan D mengalami penurunan disebabkan oleh kualitas air.
Peran Tepung testis sapi yang terkandung dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan, pemberian rGH juga dapat meningkatkan kelulushidupan ikan melalui sistem peningkatan kekebalan tubuh terhadap penyakit dan setres (McCormick, 2001).Telah diketahui bahwa ikan dengan jenis kelamin jantan lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan ikan berjenis
1,68 1,76 1,79 1,74
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50
A B C D
berat mutlak (gram)
PERLAKUAN
17
kelamin betina dan laju pertumbuhan berhubungan dengan pertambahan bobot tubuh yang dihasilkan dari pemanfaatan protein dalam pakan. Pakan diberi perlakuan yaitu dengan penambahan tepung testis sapi dan rGH yang berarti kandungan protein dalam tepung testis sapi terkonsumsi oleh ikan yang secara langsung akan mempengaruhi proses pertumbuhan.
4.3 Sintasan
Rata-rata sintasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan disajikan pada Gambar 4 dibawah ini :
Gambar 4. Sintasan Larva selama penelitian maskulinisasi
Hasil penelitian pada Gambar 4 mengenai sintasan larva selama penelitian diperoleh hasil sintasan tertinggi terdapat pada perlakuan C sebesar 78,33% dan nilai sintasan terendah terdapat pada perlakuan A sebesar 63,33%. Berdasarkan hasil ragam ANOVA pada taraf 5% dengan kepercayaan 95% berbeda nyata (P<0,05). Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan A berbeda antara perlakuan B, C, dan D.
Pada hasil penelitian diatas dapat diketahui pada perlakuan A (Kontrol) memiliki kelangsungan hidup terendah sedangkan pada perlakuan C memiliki
63,33
73,33 78,33 75,00
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00
A B C D
Sintasan (%)
PERLAKUAN
Series1
18
nilai kelangsungan hidup tertinggi pada setiap perlakuan dikarnakan pengaruh pemberian tepung testis sapi yang terkandung rGH mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup pada ikan nila salin pada dosis yang telah ditentukan, dan apabila dosis pemberian tepung testis sapi melebihi dari dosis optimal maka berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan seperti yang ada pada perlakuan D.
Menurut Armiah (2010), faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kelangsungan hidup ikan adalah factor biotik antara lain kompetitor, kepadatan, populasi, umur, dan kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan. Serta yang dijelaskan oleh (Winardi dkk, 2021) bahwa faktor seperti kualitas air dan pemberian pakan juga dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan.
4.4 Kualitas Air
Hasil pengukuran parameter kualitas air yang terdiri dari suhu, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), salinitas, dan amoniak selama pemeliharaan ikan nila salin. Hal ini karena penelitian dilakukan secara terkontrol.
Berdasarkan tabel dibawah, diperoleh hasil pengukuran suhu yang masih dibatas normal dimana nilai minimum suhu yaitu 27 oC dan nilai maksimum suhu yaitu 30 oC pada semua perlakuan. Derajat keasaman (pH) minimum yaitu 8,0 sedangkan pH maksimum yaitu 8,9. Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) menunjukkan DO minimum yaitu 3 mg/L pada perlakuan A (Kontrol) an DO maksimum yaitu 5,44 mg/L pada perlakuan C. Hasil pengukuran amoniak menunjukkan amoniak minimum yaitu 0,18 NH₃ pada perlakuan A,B, Dan C.
19
Sedangkan amoniak tertinggi 0,19 NH₃ pada perlakuan D dan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3 Hasil pengukuran kualitas air pada pemberian optimal tepung testis sapi.
Parameter Perlakuan Optimal
Satuan A B C D
Suhu oC 27-28 28-30 28-29 28-29 25-35
Oksigen terlarut mg/L 3 3,2 5,44 4,16 3-7
pH Unit 8-8,3 8,3-8,7 8,2-8,9 8-8,6 5-11
Salinitas Ppt 5 5 5 5 0-35
Amoniak g/L 0,1818 0,181 0,1867 0,1921 <0
Kualitas air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan karena air merupakan salah satu unsur terpenting dalam pemeliharaan dimana Air sebagai media hidup untuk ikan. Kualitas air yang buruk memberikan dampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan ikan. Menurut (Aritonang, 2020) bahwa kualitas air yang buruk dapat menyebabkan stress, terserang hama dan penyakit, serta kematian pada ikan.
Sumber air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan harus memenuhi persyaratan. Sebagamaina yang dijelaskan oleh (Siegers dkk, 2019) bahwa sifat fisik air yaitu tempat hidup dan menyediakan ruang gerak sedangkan sifat kimia yaitu penyedia unsur-unsur ion, oksigen terlarut, pH dan lainnya. Berdasarkan data hasil penelitian parameter kualitas air diketahui bahwa kualitas air yang digunakan selama pemeliharaan ikan nila salin sudah cukup baik dan sudah memenuhi persyaratan meskipun tidak secara keseluruhan. (Dahril dkk, 2017) menegaskan bahwa air sebagai media hidup ikan harus memiliki sifat yang cocok
20
bagi kehidupan ikan karena kualitas air dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan tersebut.
Suhu air pada penelitian ini berkisar 27-30°C dan masih dalam kategori normal. Menurut (Nasir dan Khalil, 2016) Suhu optimum untuk ikan nila salin adalah 25-30°C. Jika suhu <25°C maka aktifitas gerak dan nafsu makan ikan mulai menurun. Jika suhu <12°C, ikan akan mati kedinginan. Sementara suhu
>35°C maka ikan budidaya akan mengalami stress dan kesulitan nafas karena konsumsi oksigen ikan meningkat, sedangkan daya larut oksigen di air menurun.
Tingkat keasaman (pH) memegang peranan penting dalam budidaya karena berhubungan dengan kemampuan untuk tumbuh dan bereproduksi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data keasaman (pH) air pada pemeliharaan ikan yaitu berkisar 7,1 sampai 8,2. Menurut (Dahril dkk, 2017) Untuk benih ikan nila salin dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 7-8. Dimana pada penelitian ini nilai dari tingkat keasaman (pH) telah mencapai nilai terbaik.
Berdasarkan data hasil penelitian, oksigen terlarut (DO) air yang berkisar 3 mg/L sampai 5,44 mg/L dan angka tersebut masih dalam kategori normal atau sudah sesuai dengan standar yang berlaku. Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 7550: 2009 (21 Maret 2013), Oksigen terlarut untuk ikan nila optimum 7 ppm. Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah (Dahril dkk, 2017).
21
Salinitas selama penelitian yaitu 5 ppt, Ikan nila salin bersifat eiryhaline yaitu toleransi yang luas terhadap salinitas. Menurut rukmana (2015) ikan nila salin dapat hidup pada salinitas 0 – 30 ppt, sehingga dapat hidup di perairan tawar, payau dan laut, sedangkan menurut BPPT (2011) ikan nila salin toleran terhadap air payau dan laut dengan salinitas mencapai 20 ppt.
Konsentrasi amoniak selama penelitian benih ikan nila salin yang diberi pakan dengan tambahan tepung testis sapi. adalah 0,181-0,1921 mg/l. Batas toleransi amoniak di perairan untuk ikan nila yaitu tidak melebihi 1 mg/l (BSNI, 2009).
22
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian optimal tepung testis sapi mempengaruhi sex reversal pada ikan nila salin yang mana tingkat keberhasilan pada peresentase hasil sex reversal jantan mencapai 72,22% pada perlakuan C sebesar 6% perkilogram pakan.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya perlu mengkaji lebih dalam atau menambah kajian tentang maskulinisasi ikan menggunakan tepung testis sapi dengan metode pemberian pakan dengan dosis yang cukup pada ikan yang lainnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R., & Amrullah, S. (2018). Manajemen Pemberian Pakan Pada Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Prosiding Seminar Nasional "Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 1, hal. 252-257. Pangkajene Kepulauan: Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan, https://jurnal.yapri.ac.id
Ariadi, H., Wafi, A., Abidin, Z., Tjahjono, A., & Lestariadi, R. A. (2020).
Dampak Kerjasama Kemitraan Antara Balai Benih Ikan (BBI) Dengan Pembenih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Wlingi Kabupaten Blitar.
Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan (AKULTURASI), 8(2), 156-163.
https://ejournal.unsrat.ac.id
Arifin, M. Y. (2016). Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis.
Sp) Strain Merah dan Strain Hitam yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 16(1), 159-166.
http://ji.unbari.ac.id
Francisca, N. E., & Muhsoni, F. F. (2021). Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Salinitas yang Berbeda. Juvenil, 2(3), 166-175. https://journal.trunojoyo.ac.id
Hidayani, A. A., Fujaya, Y., Trijuno, D. D., & Aslamsyah, S. (2016).
Pemanfaatan Tepung Testis Sapi sebagai Hormon Alami Pada Penjantanan Ikan Cupang, Betta splendens Regan, 1910. Jurnal Iktiologi Indonesia, 1, 91-101. https://www.neliti.com
Himawan, A., Hastuti, S., & Yuniarti, T. (2018). Keberhasilan Jantanisasi Ikan Rainbow (Melanotaenia sp.) dengan Stadia yang Berbeda Melalui Perendaman Tepung Testis Sapi. Journal of Aquaculture Management and Technology, 7(1), 28-37. https://ejournal3.undip.ac.id
Huda, N. R., Susilowati, T., & Yuniarti, T. (2018, September). Aplikasi Tepung Testis Sapi yang Mengandung rGH dalam Pakan Buatan Terhadap Rasio Jenis Kelamin, Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Pena Akuatika, 17(2), 59-69. https://jurnal.unikal.ac.id
Hutagalung, R. A. (2020, Maret). Perbedaan Metode Sex Reversal Menggunakan Tepung Testis Sapi Terhadap Maskulinisasi Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Manfish Journal (Marine, Environment, adn Fishries), 1(1), 9-14. https://ejurnal.polnep.ac.id
24
Muslim. (2010). Maskulinisasi Ikan Nila Oreochromis niloticus Dengan Pemberian Tepung Testis Sapi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. https://www.researchgate.net
Nurfitasari, I., Palupi, I. F., Sari, C. O., Munawaroh, S., Yuniarti, N. N., &
Ujilestari, T. (2020). Respon Daya Cerna Ikan Nila Terhadap Berbagai Jenis Pakan. Nectar: Jurnal Pendidikan Biologi, 1(2), 21-28.
https://jom.untidar.ac.id
Setiawan, A. B., Susilowati, T., & Yuniarti, T. (2017). Pengaruh Lama Perendaman Telur Dalam Larutan Tepung Testis Sapi Terhadap Jantanisasi Ikan Rainbow (Melanotaenia sp.). Jurnal of Aquaculture Management and Technology, 6(3), 40-48.
Shoimah, F., Hastuti, S., & Yuniarti, T. (2020). Efektivitas Perendaman Induk Ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia boesemani) Dalam Media Pemijahan yang Mengandung Ekstrak Tepung Testis Sapi Terhadap Jantanisasi Benih. Jurnal Sains Akuakultur Tropis, 4(2), 98-108.
https://ejournal2.undip.ac.id
Wibowo, T. A., Untari, D. S., & Anwar, R. (2021, Maret). Penerimaan Masyarakat Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Segar dengan Habitat yang Berbeda. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12(1), 72-79.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id
Irmasari, Iskandar, Dan Ujang Subhan (Desember 2012). Pengaruh Ekstrak Tepung Testis Sapi Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap Keberhasilan Maskulinisasi Ikan Nila (Oreochiomis niloticus).Jurnal
Perikanan Dan Kelautan, ISSN : 2088-3137.
https://www.jperairan.unram.ac.id
Winardi, D., Syarif, A. F., & Robin. (2021). Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Menggunakan Ekstrak Daun Mensirak (Ilex cymosa) Melalui Perendaman Induk Bunting. Jurnal Perikanan, 11(2), 232-242.
doi:https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.259.
Cahyani, R., Serdiati, N., Tis'in, M., & Putra, A. e. (2021). Maskulinisasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Melalui Perendaman Air Kelapa dengan Konsentrasi Berbeda. Jurnal AgriSains, 22(2), 89-97.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id
25
Badan Setandardisasi Nasional Indonesia (BSNI), 2009. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus) Kelas Benih Sebar. SNI : 6141:2009.
Jakarta. http://kkp.go.id
DOKUMENTASI PENELITIAN No. Alat dan Bahan Dokumentasi
1. Baskom
2. Batu aerasi
3. Selang
4. PH meter
26 5. Termometer
6. Aerator
7. Refrakto meter
8. Pipet tetes
27 9. Seser
10. Tepung testis sapi
11. Pakan komersil bubuk
12. Larutan PBS
28 13. Larutan rGH
14. Timbangan digital
15. Spons
16. Deterjen
29
LAMPIRAN ANALISIS MENGGUNAKAN UJI ANOVA
1. Data Presentase Ikan Nila Salin Jantan Dan Betina
2. Uji Anova Presentase Ikan Nila Jantan ANOVA
Hasil
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Between Groups
597,141 3 199,047 4,295 0,044
Within Groups
370,709 8 46,339
Total 967,850 11
Perlakuan Jumlah Ikan Jantan Betina Jantan (%) Betina (%)
A
A1 13 7 6 53,85 46,15
A2 12 7 5 58,33 41,67
A3 13 6 7 46,15 53,85
Total 38 20 18 52,78 47,22
B
B1 15 10 5 66,67 33,33
B2 14 8 6 57,14 42,86
B3 15 11 4 73,33 26,67
Total 44 29 15 65,71 34,29
C
C1 16 11 5 68,75 31,25
C2 15 10 5 66,67 33,33
C3 16 13 3 81,25 18,75
Total 47 34 13 72,22 27,78
D
D1 14 10 4 71,43 28,57
D2 16 11 5 68,75 31,25
D3 15 11 4 73,33 26,67
Total 45 32 13 71,17 28,83
30 3. Uji Lanjut Duncan
Hasil
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
1 3 54,4433
2 3 65,7133 65,7133
4 3 71,1700
3 3 72,2233
Sig. 0,077 0,294
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
4. Uji Lanju Anova Presentase Pertumbuhan Mutlak Ikan Nila Salin ANOVA
Hasil
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between Groups
0,020 3 0,007 8,649 0,007
Within Groups
0,006 8 0,001
Total 0,026 11
5. Uji Lanjut Duncan Hasil
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
1 3 1,6800
4 3 1,7367
2 3 1,7633
3 3 1,7900
Sig. 1,000 0,053
31
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
6. Uji Lanjut Anova Presentase Sintasan Ikan Nila Salin ANOVA
Hasil
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between Groups
15,000 3 5,000 10,000 0,004
Within Groups
4,000 8 0,500
Total 19,000 11
7. Uji Lanjut Duncan Hasil
Duncana
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
1 3 12,67
2 3 14,67
4 3 15,00
3 3 15,67
Sig. 1,000 0,135
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
32
SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIASI
33
HASIL PLAGIASI
34
35
36
37
38
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap HARDIANSYAH Penulis lahir di Bone-bone, Kecamatan Bone-bone, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 21 Januari 1999 merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Darman Hasan dan Nasni. Penulis memulai pendidikan formal di SD Negri 203 Pembasean tamat pada tahun 2010, lalu melanjutkan pendidikan ke MTs Pondok Pesantren Al- Urwatulwutsqaa Benteng, Sidenreng Rappang tamat pada tahun 2013, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di MA Pondok Pesantren Al- Urwatulwutsqaa Benteng, Sidenreng Rappang tamat pada tahun 2016. Dan akhirnya penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2016.
Selama masa pendidikan di perguruan tinggi, penulis pernah melakukan pengalaman magang di PT. Esaputlii Prakarsa Utama (BENUR KITA) dan melakukan Kuliah Kerja Propesi di Desa Ujung Baji, Kab. Takalar. tahun 2021 penulis akhirnya melakukan penelitian skripsi di Laboraturium Budidaya Perairan Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul Optimasi Sex reversal Melalui Pemberian Pakan Tepung Testis Sapi Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Larva Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus). Dibimbing oleh Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. dan Syawaluddin Soadiq, S.Pi., M.Si.