• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI RUMPUT LAUT JENIS

(Gracilaria Sp) DI DESA BORONG LOE KECAMATAN PAJUKUKANG

KABUPATEN BANTAENG

REZKI AMALIAH AYU 105960210215

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

(2)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI RUMPUT LAUT

JENIS (Gracilaria Sp) DI DESA BORONG LOE KECAMATAN

PAJUKUKANG KABUPATEN BANTAENG

REZKI AMALIAH AYU 105960210215

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI RUMPUT LAUT JENIS

(Gracilaria Sp) DI DESA BORONG LOE KECAMATAN PAJUKUKANG

KABUPATEN BANTAENG

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, 5 Agustus 2019

REZKI AMALIAH AYU 105960210215

(6)

ABSTRAK

REZKI AMALIAH AYU.105960210. Analisis Pendapatan Usahatani Rumput

Laut di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng,dibawah

bimbingan SYAFIUDDIN dan RAHMAWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang analisis pendapatan usahatani rumput laut jenis Gracilaria Sp di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode simpel random sampling dimana responden terdiri dari petani sebanyak 71 orang. Data yang digunkan dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder. Data primer melalui metode dokumentasi, wawancara, observasi secara langsung dengan petani rumput laut dan data sekunder diperoleh dari istansi atau lembaga terkait.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif, analisis kualitatif meliputi analisis keadaan umum di lokasi penelitian sedangkan kuantitatif menghitung seberapa besar pendapatan yang diterima petani rumput laut di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

Hasil Penelitian menunjukkan analisis pendapatan usahatani rumput laut jenis Gracilaria Sp khususnya daerah pesisir Desa Borong Loe Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.Dengan rata-rata yang diterima sebesar Rp. 9.543.731.Itu berarti rumput laut jenis gracilaria Sp cukup membantu perekonomian petani rumput laut di Desa Borong Loe Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

Kata Kunci : Pendapatan, Rumput Laut.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-nya.Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga,sahabat dan para pengikutnya,sehingga penulis dapat menyelesaiakan Skripsi yang berjudul’’Analisis Pendapatan Usaha Tani Rumput Laut jenis

Gracilaria Sp di Desa Borong Loe Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng’’

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang di ajukan memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Univeritas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak .Oleh karen itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Syafiuddin,M.Si. Selaku pembimbing I dan Ibu Rahmawati, S.Pi.,M.Si. Selaku pembimbing II yang senang tiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis ,sehingga Skripsi ini dapat terselesaiakan.

2. Bapak H. Burhanuddin, S.Pt,M.Si.,M.P. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Makassar .

3. Ibu Dr. Sri Mardiati, SP.,MP Selaku Ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muahammadiyah Makassar.

(8)

4. Kedua orang tua ayahnda M. Ramli dan ibunda St. Hasna dan kedua kakakku Hasbia Ramli dan Aspar Ramli S.pdi,serta kakak iparku M.Syamsir dan Ahriana S.KM yang senantiasa memberi bantuan dalam hal dana dan doa agar penyusunan Skripsi ini dapat selesai tanpa ada kendala.Dan tak lupa pula kepada adik saya tercinta Chusnul Mutmainnah dan segenap keluarga yang senang tiasa memberikan motivasi serta doa sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Pajukukang khususnya Kepala Desa Borong Loe telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerah tersebut .

7. Semua pihak yang membantu penyusunan Skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan banyka terimah kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan Skripsi ini,semoga karya tulisini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membtuhkan.Semoga Kristal-kristal Allah senantiasa tercurahkan kepadanya Amin.

Makassar, April 2019

REZKI AMALIAH AYU

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 6 1.3. Tujuan Penelitian ... 6 1.4. Manfaat Penelitian ... 6 II TINJAUAN PUSTAKA ... 8 2.1. Rumput Laut ... 8

2.2. Budidaya Rumput Laut Jenis Gracilaria Sp ... 10

2.3. Pendapatan Usahatani ... 15

2.4. Analisi Pendapatan ... 16

2.5. Harga ... 17

2.6. Biaya ... 18

(10)

2.8. Biaya Produksi ... 21

2.9. Kerangka Pikir ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2. Populasi dan Sampel ... 24

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 24

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5. Teknik Analisis Data ... 25

3.6. Definisi Operasional ... 27

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 29

4.1. Keadaan Geografis ... 29

4.2. Keadaan Penduduk ... 30

4.3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur ... 31

4.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31

4.5. Keadaan Penduduk Berdasarkan berdasarkan Mata Pencaharian ... 32

4.6 Sarana dan Prasarana ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1 Karakteristik Responden ... 36

5.1.1 Karektristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur ... 36

5.1.2 Karakteristik Responden Menurut Tanggungan Keluarga ... 37

5.1.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 38

5.1.4 Karakteristik Responden berdasarkan Responden pengalaman ... 39

5.1.5 Karakteristik Responden berdasarkan Luas Lahan ... 40

(11)

5.1.7 Penerimaan ... 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 45

6.1 Kesimpulan ... 45

6.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN KUISIONER ... 49 RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Jumlah Penduduk Tiap Dusun di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun

2019. ... 30 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Borong

Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng

Tahun 2019 ... 31 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten

Bantaeng Tahun 2019 ... 32 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 33 5. Sarana dan Prasarana di Desa Borong Loe Kecamatan

Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun 2019 ... 35

6. Karakteristik Responden Analsis Pendapatan Rumput Laut Gracilaria Sp di Desa Borong Loe Kecamatan

Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun 2019 ... 36

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang

Kabupaten Bantaeng Tahun 2019... 37 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan di Desa Borong Loe Kecamatan

Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun 2019 ... 38

9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Rumput Laut di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun

2019 ... 39 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan

Petani di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang

(13)

11. Rata-Rata Produksi Rumput Laut Gracilaria Sp di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten

Bantaeng Tahun 2019 ... 41 12. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Rumput Laut Jenis

Gracilaria Sp di Desa Borong Loe Kecamatan

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1. Kerangka Pemikiran Analisis Pendapatan Usahatani Rumput Laut Jenis Gracilaria Sp di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun

2019... 23

2. Proses wawancara dengan Responden ... 67

3. Proses Penjemuran Rumput Laut Jenis Gracilaria Sp yang dilakukan oleh istri Petani ... 67

4. Proses Pemasangan Tali Riis ... 67

5. Proses Penanaman Rumput Laut Dengan Menggunakan Tali Riis ... 68

6. Proses Pembibitan Rumput Laut ... 68

7. Proses Pengambilan Rumput Laut Menggunakan Perahu ... 69

8. Proses Perontokan Rumput Laut ... 69

9. Proses Penjemuran Menggunakan Para-Para... 70

10. Proses Penjemuran Menggunakan Waring Net ... 70

11. Proses Pembersihan Sisa Pasir yang ada di Rumput Laut ... 70

12. Proses Pengemasan Rumput Laut ... 71

13. Rapat Kerja Kelompok Tani Rumput Laut di Desa Borong Loe Kecamatan Pajukukang Kabupaten ... 71

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sebagian wilayahnya terdiri atas laut. Perairan laut Indonesia mempunyai berbagai macam keunggulan karena terletak di daerah tropis dan memiliki keanekaragaman hayati yang besar sehingga komoditas hayati yang dapat dikembangkan juga beragam. Salah satu sumber daya hayati yang cukup potensial dari perairan laut Indonesia adalah rumput laut dengan berbagai jenis. Pada saat ini terdapat sekitar 782 jenis rumput laut yang hidup di perairan Indonesia yang terdiri dari 196 algae hijau, 134 algae coklat dan 452 algae merah (Kadi, 2007).

Rumput laut merupakan salah satu komoditi ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Saat ini Indonesia masih merupakan salah satu negara eksportir penting di Asia karena rumput laut tumbuh dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Daerah sentra produksi rumput laut terbesar di wilayah pesisir pantai Indonesia salah satunya adalah Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan merupakan daerah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia dengan kontribusi sekitar 30% lebih terhadap produksi nasional.

Rumput laut juga merupakan hasil produksi terbesar perikanan budidaya Sulawesi Selatan yaitu sekitar 70% kontribusi dari produk perikanan lainnya. Selama tahun 2015 realisasi produksi rumput laut Sulawesi Selatan mencapai 2.826.536 ton, atau sekitar 97% dari target produksi 2.866.199 ton (Departemen Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan, 2016). Besarnya potensi rumput laut sangat perlu dikembangkan sebagai sumber pendapatan masyarakat pesisir. Tidak

(16)

hanya penting bagi pendapatan dan perekonomian daerah, rumput laut juga dapat menjadi sektor penghidupan masyarakat pesisir. Bagi masyarakat pesisir, budidaya rumput laut menjadi sumber pendapatan utama selain dari menangkap ikan. Budidaya rumput laut sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat khususnya masyarakat pesisir pantai yang bermukiman di wilayah perairan Sulawesi Selatan khususnya di daerah Kabupaten Bantaeng. Pentingnya peranan komoditi rumput laut terhadap pembangunan pertanian dan perekonomian nasional khusunya Kabupaten Bantaeng yang telah menempatkan rumput laut sebagai kontributor terbesar terhadap produk ekspor.

Rumput laut masih banyak diekspor dalam bentuk bahan mentah yaitu berupa rumput laut kering. Berdasarkan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan atau BKIPM (2018) terlihat bahwa jenis produk rumput laut yang dilalulintaskan tahun 2017 terlihat bahwa jenis produk rumput laut kering, yaitu mencapai 99,86 %, sementara sisanya terdiri dari rumput laut basah, bibit rumput laut dan rumput laut olahan.

Rumput laut yang hidup sangat beragam jenis. Dan salah satu jenis rumput laut tersebut yang banyak di budidayakan di Kabupaten Bantaeng adalah jenis rumput laut Gracilaria Sp. Usahatani rumput laut Gracilaria Sp merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Bantaeng karena memilki curah hujan yang rendah. Sehingga sebagian masyarakatnya melakukan budidaya rumput laut ini untuk memenuhi kebutuhan ekonomisnya. Salah satu wilayah yang banyak mengembangkan usaha budidaya rumput laut ini adalah di Desa Borong Loe K ecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan oleh manteri perikanan dan kelautan, telah dicanangkan sebagai sentra rumput laut

(17)

di Indonesia.Oleh karena itu untuk mengelola dan mewujudkan hal tersebut dalam jangka panjang maka pemerintah daerah telah menetapkan untuk menjaga ekosistem pesisir Kabupaten Bantaeng yang merupakan titik-titik pengembangan rumput laut, karena sebagian besar penduduknya adalah petani, maka sangat wajar jika Kabupaten Bantaeng sangat mengendalikan sektor pertanian.

Desa Borong Loe adalah salah satu desa dari delapan desa pesisir Kabupaten Bantaeng. Terletak kurang lebih 12 km dari kota kabupaten membentang jalan poros provinsi ke arah Kabupaten Bulukumba. Sebagian besar penduduknya mengawali beraktifitas di sektor nelayan tangkap atau nelayan perahu mesin tempel. Dalam perkembangannya yaitu sejak tahun 1990-an, aktivitas di sektor rumput laut mulai merambah di wilayah ini. Hal tersebut sejalan dengan program pengembangan sektor budidaya rumput laut oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Rumput laut jenis Gracilaria Sp merupakan salah satu kebutuhan yang banyak di minati oleh kalangan masyarakat baik yang berada di pedesaan maupun yang berada di perkotahan bahkan sekarang-sekarang ini bayak permintaan dari luar untuk pasokan bahan mentah rumput laut dari Negara kita Indonesia. Oleh sebab itu masyarakat berupaya untuk membudidayakan rumpur laut di Desa

Borongloe, Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Setelah mengikuti Sekolah Lapangan yang diselenggarakan organisasi rumput laut ditambah pembinaan intensif, para nelayan yang tergabung dalam pengusaha pengembang rumput laut itu sendiri tidak saja mampu menjalin kebersamaan di dalam kelompok, juga dalam meningkatkan kegiatan usahanya di selengarakan

setiap 3 tahun sekali oleh dinas pertanian‚dan para peneliti, pengusaha,

(18)

pengembangan riset, penerapan hasil riset dalam industri, produksi rumput laut dan hasil olahannya. Disamping itu sebagian masyarkatnya juga memiliki mata pencaharian alternative sebagai petani rumput laut khususnya di Desa Borongloe

Kabupaten Pa’jukukang, hal ini dikarenakan masa depan rumput laut yang

terbilang tidak lama dan menghasilkan keuntungan yang cukup untuk menunjang kehidupan masyarakat setemapat yang ada di desa Borongloe, Namun berdasarkan hasil observasi peneliti masih terdapat kendala harga yang belum stabil dan belum sesuai dengan keinginan petani budidaya rumput laut.

Realita yang terjadi pada petani rumput laut untuk jenis Gracilaria Sp di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng adalah tidak pernah membuat perincian biaya-biaya yang di keluarkan baik berupa biaya pembibitan,panen,perbaikan lahan/tempat penyimpanan bentangan maupun biaya tenaga kerja.serta tidak memperhatikan penerimaan dalam sekali panen.sekalipun berapa keuntungan yang di dapatkan dalam sekali panen tidak diketahui hal ini di sebabkan oleh keterbatasan dan pengetahuan petani itu sendiri.

Pendapatan yang di peroleh petani meningkat maka petani itu akan semakin giat dan bersemangat dalam melakukan usaha taninya terutama pada tanaman Rumput Laut jenis Gracilaria Sp.Hal ini karena harga rumput laut besar dan sangant menjanjikan pada tahun 2014, dan kebutuhan pasar yang sangat meningkat akan kebutuhan Rumput Laut jenis Gracilaria Sp ini sangat besar dan mengalami peningkatan akan permintaan. Dengan harga Rumput Laut jenis Gracilaria Sp yang tinggi otomatis pendapatan petani juga bertambah disamping dengan komoditi lainnya.

(19)

Permasalahan atau kendala yang di hadapi petani Rumput Laut jenis

Gracilaria Sp di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng

yaitu faktor harga yang belum stabil dari tahun 2015 harga perkilo rumput laut kering berkisaran Rp.8.000-10.000/Kg, sedangkan untuk tahun 2016 mengalami peningkatan Rp.10.000-15.000/Kg, kemudian di susul 2017 tidak mengalami kenaikan harga, dan untuk tahun 2019 timbulah kenaikan harga yang signifikan yaitu Rp.20.000-25.000/Kg. Pada musim hujan tiba dan waktu pasang surut,Petani rumput laut jenis Gracilaria Sp itu tidak dapat mengambil rumput laut yang sudah waktunya untuk di panen dimana kisaran atau lama waktu rumput laut jenis Gracilarai Sp lebih cepat di bandingkan dengan jenis rumput laut Euchema yaitu kisaran umur satu bulan dua minggu untuk rumput laut jenis Gracilaria Sp sedangkan untuk rumput lau jenis Euchema waktu paling lama dua bulan, lewat dari dua bulan tersebut maka rumput laut dikatakan tidak berhasil dan petani mengalami kerugian karena rumput laut itu sendiri akan rusak dan membusuk di air laut lepas.

Kemudian pada saat tiba waktu panen kemudian musim hujan maka timbullah permasalahan karena ketika panen rumput laut membutuhkan sinar matahari yang sangat terik sehingga rumput laut tersebut akan cepat kering dan factor cuaca juga sangat penting dalam meningkatkan kualitas rumput laut ketika cuacanya musim hujan maka rumput laut akan membusuk dan rusak sehingga petani mengalami banyak kerugian misalnya rumput lau mengalami kerusakan atau membusuk akibat terkenah air tawar dari air hujan dan sebaliknya ketika musim panas tiba dan cuaca di laut membaik seperti angin yang tidak terlalu kencang dan tidak mengalami pasan surut yang berkelanjutan maka pendapatan

(20)

petani akan meningkat kerena kualitas rumput lau itu sendiri akan dilihat dari keringnya atau tidaknya.

Kemudian biaya yang di keluarkan dalam pascapanen yaitu biaya yang untuk membeli bensin untuk diisi di sampang/perahu,biaya makan. Kemudian hasil produksi tidak sebanding dengan pendapatan yang akan di peroleh oleh petani dalam satu kali produksi Rumput Laut jenis Gracilaria Sp. Hal ini mengacu semangat peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Pendapatan Usahatani Rumput Laut jenis Gracilaria Sp per Bentanagan di Desa Borong Loe

Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah yaitu bagaimana tingkat Pendapatan Usahatani Rumput jenis Grcilaria Sp di Desa

Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten dari satu kali produksi rumput

laut.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu menganalisis tingkat pendapatan usahatani Rumput Laut jenis Gracilaria Sp yang di budidayakan oleh petani rumput laut yang ada di Desa Borong Loe Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat, pemerintah ataupun instansi terkait dengan budidaya rumput laut jenis Gracilaria Sp.

2. Sebagai bahan reverensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan budidaya rumput laut jenis Gracilaria Sp.

(21)

3. Sebagai bahan informasi dan landasan dalam mengelolah usaha budidayanya khususnya petani rumput laut jenis Gracilaria Sp. di Desa

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumput Laut

Rumput laut merupakan salah satu komoditi sub-sektor perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi karena menghasilkan alginat, agar-agar dan karaginan. Alginat, agar-agar dan karaginan mempunyai tingkat kegunaan tinggi dalam berbagai bidang, seperti industri makanan, farmasi dan kosmetik. Seiring dengan berkembangnya industri tersebut, menyebabkan permintaan rumput laut terus meningkat baik untuk keperluan dalam negeri maupun ekspor. Secara ekonomi rumput laut dapat memberikan sumbangan devisa bagi negara dan meningkatkan pendapatan nasional. Di samping itu, budidaya rumput laut ternyata mampu mengubah tingkat sosial-ekonomi masyarakat pantai dan meningkatkan pendapatan serta dapat melindungi sumberdaya pesisir melalui pengalihan kegiatan yang dapat merusak lingkungan misalnya pengambilan karang dan penggunaan bahan peledak untuk penangkapan ikan (Basmal, 2011).

Peluang pengembangan usaha rumput laut Gracilaria Sp sangat menjanjikan seiring dengan meningkatnya permintaan pasar sehingga peluang ini dimanfaatkan oleh masyarakat dengan melakukan usaha budidaya. Tujuan utama dalam usaha yaitu memperoleh keuntungan. Semakin banyak keuntungan yang diperoleh, maka usaha akan semakin berkembang. Petani atau pengusaha dapat mengetahui seberapa besar keuntungan yang akan atau telah diperoleh dengan membuat suatu analisis usaha. Hasil analisis nantinya dapat digunakan untuk menilai kelayakan usaha yang dijalankan (Muhammad Ghufran H. Khordi, 2011). Gracilaria Sp adalah salah satu kelompok makroalga yang memiliki 300 spesies. Genus ini terdiri dari alga merah, alga hijauh, dan alga coklat kehijauan

(23)

(Almeida,2011). Salah satunya adalah Gracilaria Sp. yang merupakan jenis alga merah (Rhodophyceae) yang hidup di daerah tropis dan subtropics dan tumbuh dominan di perairan laut dangkal.Alga merah merah jenis ini yang paling banyak dibudidayakan dengan produksi lebih dari 3,8 juta ton/tahun. Negara cina dan Indonesia adalah Negara produsen Gracilaria Sp. terbesar di dunia (Hendri et al.,s 2017).

Rumput laut jenis Gracilaria Sp. memiliki tingkat produksi yang cepat dibandingkan dengan lainnya yaitu sebesar 7-13% dan tingkat pertumbuhannya dapat bertambah 20% setiap harinya (Adini et al.,2015). Sehingga Gracilaria Sp.adalah jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di tambak dan telah berhasil dibudidayakan di Indonesia (Mulyaningrum et al.,2014).

Potensi penggunaaan rumput laut jenis Gracilaria Sp.dalam bidang industri pangan sangat besar. (Teddy,2009) mengemukakan bahwa Gracilaria Sp. merupakan rumput laut yang masuk dalam kategori rumput laut yang memiliki ekonomi cukup tinggi sehingga menghasilkan hidrokoloid (agar-aga, karagenan, dan alginat) yang dapat digunakan sebagai penegental (thickening) dan pembuatan jel (gelling agent).Gracilaria Sp banyak juga di manfaatkan masyarakat sebagai makanan seperti salad dan sup, sebagai pakan, sebagai abalone, sebagai calon potensial, untuk nutrisi removal untuk pengelolah limbah dan sebagai biomassa (Sahu & Sahon,2013).

Seiring kebutuhan rumput laut jenis Gracilaria Sp yang semakin meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, sekaligus memperbesar devisa negara dari sektor non-migas, maka cara terbaik untuk tidak selalu menggantungkan persediaan dari alam adalah dengan melakukan budidaya rumput laut jenis Gracilaria Sp. Hingga saat ini, produksi

(24)

rumput laut sangat besar didukung oleh budidaya. Berdasarkan data DKP, 99.73 persen produksi Indonesia adalah dari hasil budidaya. Hal tersebut dapat terjadi karena potensi alam Indonesia yang sangat mendukung dan hampir dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia (Dinas Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2010).

2.2 Budidaya Rumput Laut Jenis Gracilaria Sp

Secara umum, budidaya rumput laut jenis Gracilaria Sp ini Indonesia masih dilakukan dengan sederhana. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam budidaya rumput laut jenis Gracilaria Sp ini yang juga dapat menentukan keberhasilan budidaya itu sendiri (Anonim, 2013). Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan bagi jenis rumput laut jenis Gracilaria Sp yang akan dibudidayakan. Hal ini perlu dilakukan karena ada perlakuan yang berbeda untuk tiap jenis rumput laut.

2. Pemilihan atau seleksi bibit yang baik, penyediaan bibit, dan cara pembibitan yang tepat.

3. Metode budidaya yang tepat. 4. Pemeliharaan tanaman.

5. Metode panen dan perlakuan pascapanen yang benar.

6. Pembinaan dan pendampingan secara kontinu kepada petani.

Menurut Anonim (2013), budidaya rumput laut dewasa ini semakin digalakkan, baik secara intensif maupun ekstensif dengan memanfaatkan lahan yang ada. Kini, budidaya rumput laut jenis Gracilaria ini tidak hanya dilakukan di perairan pantai (laut) tetapi juga sudah mulai digalakkan pengembangannya di perairan payau (tambak).

(25)

Budidaya rumput laut jenis Gracilaria di perairan pantai amat cocok diterapkan pada daerah yang memiliki lahan tanah sedikit (sempit) serta berpenduduk padat, sehingga diharapkan pembukaan lahan budidaya rumput laut jenis Gracilaria Sp diperairan dapat menjadi salah satu alternatif untuk membantu mengatasi lapangan kerja yang semakin kecil. Menurut Indriani & Suminarsih (2000), terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk budidaya rumput laut jenis Gracilaria Sp, yaitu :

1. Pemilihan Lokasi

Beberapa persyaratan yang diperhatikan terkait dengan lokasi yakni : perairan cukup tenang, terlindung dari pengaruh angin dan ombak, tersedianya sediaan rumput alami setempat (indikator), juga dengan kedalaman yang tidak boleh kurang dari dua kaki (sekitar 60 cm) pada saat surut terendah dan tidak boleh lebih dari tujuh kaki (sekitar 210 cm) pada saat pasang tertinggi. Selain itu juga harus didukung dasar perairan (tipe dan sifat substratum) yang digunakan. Faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah kualitas air, akses tenaga kerja, perizinan, dan indikator pendukung dalam Budidaya tanaman rumput laut jenis Gracilaria Sp.

2. Melakukan Uji Penanaman

Setelah menemukan lokasi yang secara umum sudah baik, perlu dilakukan uji penanaman untuk mengetahui apakah daerah tersebut memberikan pertumbuhan yang baik atau tidak. Pengujian dilakukan dengan metode tali dan metode jaring. Pada metode tali digunakan tali monofilament atau polyethilene yang diikatkan pada dua tiang pancang yang dipasang dengan jarak sekitar 12 meter. Sedangkan pada metode

(26)

jaring dapat menggunakan jaring monofilament atau polyethylene (Tali Riii) dengan ukuran 5x2.5 m yang diikatkan pada tiang pancang.

3. Menyiapkan Areal Budidaya

Setelah lokasi sudah dipastikan cukup baik, maka dilakukan persiapan lahan sebagai berikut :

a. Bersihkan dasar perairan lokasi budidaya dari rumput-rumput laut liar dan tanaman pengganggu lain yang biasa tumbuh subur.

b. Bersihkan calon lokasi dari karang, batu, bintang laut, bulu babi, maupun hewan predator lainnya.

c. Menyiapkan tempat penampungan benih (seed bin), bisa terbuat dari kerangka besi dan berjaring kawat atau dari rotan, bambu, ukurannya bervariasi 2x2x1.5 meter atau 2x2x1.5 - 1.7 meter.

4. Memilih Metode Budidaya yang akan Digunakan

Membudidayakan rumput laut di lapangan (field culture) dapat dilakukan dengan tiga macam metode berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan, yakni metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung.

5. Penyediaan Bibit

Setelah dipilih metode budidaya yang akan dilakukan, langkah selanjutnya adalah penyediaan bibit. Bibit dikumpulkan dari hasil panen yang sebagian dari hasil tersebut kemudian dijadikan sebagai bibit kembali.

(27)

6. Penanaman Bibit

Bibit yang akan ditanam adalah thallus yang masih muda dan berasal dari ujung thallus tersebut. Saat yang baik untuk penebaran maupun penanaman benih adalah pada saat cuaca teduh (tidak mendung) dan yang paling baik adalah pagi hari atau sore hari menjelang malam. 7. Perawatan selama Pemeliharaan

Seminggu setelah penanaman, bibit yang ditanam harus diperiksa dan dipelihara dengan baik melalui pengawasan yang teratur dan kontinu. Bila kondisi perairan kurang baik, seperti ombak yang keras, angin serta suasana perairan yang banyak dipengaruhi kondisi musim (hujan/ kemarau), perlu pengawasan 2-3 hari sekali.

8. Pemanenan

Pemanenan dapat dilakukan bila rumput laut telah mencapai berat tertentu, yakni sekitar empat kali berat awal (waktu pemeliharaan 1.5-4 bulan). Cepat tidaknya pemanenan tergantung metode dan perawatan yang dilakukan setelah bibit ditanam.

9. Pengeringan Hasil Panen

Penanganan pascapanen, termasuk pengeringan yang tepat sangat perlu, mengingat pengaruh langsungnya terhadap mutu dan harga penjualan di pasar.

Budidaya rumput laut dilakukan dalam tiga metode penanaman berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan (Indriani dan Suminarsih, 2000). Ketiga budidaya tersebut dijelaskan sebagai berikut :

(28)

1. Metode Dasar (Bottom Method)

Penanaman dengan metode ini dilakukan dengan mengikat bibit tanaman yang telah dipotong pada karang atau balok semen kemudian disebar pada dasar perairan. Metode dasar merupakan metode pembudidayaan rumput laut dengan menggunakan bibit dengan berat tertentu.

2. Metode Lepas Dasar (Off-Bottom Method)

Metode ini dapat dilakukan pada dasar perairan yang terdiri dari pasir, sehingga mudah untuk menancapkan patok/ pancang. Metode ini sulit dilakukan pada dasar perairan yang berkarang. Bibit diikat dengan tali rafia yang kemudian diikatkan pada tali plastik yang direntangkan pada pokok kayu atau bambu. Jarak antara dasar perairan dengan bibit yang akan dilakukan berkisar antara 20-30 cm. Bibit yang akan ditanam berukuran 100-150 gram, dengan jarak tanam 20-25 cm. Penanaman dapat pula dilakukan dengan jaring yang berukuran yang berukuran 2,5x5 m2 dengan lebar mata 25-30 cm dan direntangkan pada patok kemudian bibit rumput laut diikatkan pada simpul-simpulnya.

3. Metode Apung (Floating Method)/ Longline

Metode ini cocok untuk perairan dengan dasar perairan yang berkarang dan pergerakan airnya di dominasi oleh ombak. Penanaman menggunakan rakit-rakit dari bambu sedang dengan ukuran tiap rakit bervariasi tergantung dari ketersediaan material, tetapi umumnya 2,5x5 m2 untuk memudahkan pemeliharaan. Pada dasarnya metode ini sama dengan metode lepas dasar hanya posisi tanaman terapung dipermukaan mengikuti gerakan pasang surut. Untuk mempertahankan agar rakit tidak hanyut

(29)

digunakan pemberat dari batu atau jangkar. Untuk menghemat area, beberapa rakit dapat dijadikan menjadi satu dan tiap rakit diberi jarak 1 meter untuk memuda hkan dalam pemeliharaan. Bibit diikatkan pada tali plastik dan atau pada masing-masing simpul jaring yang telah direntangkan pada rakit tersebut dengan ukuran berkisar antara 100-150 gram.

2.3 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan selisi antara penerimaan dan semua biaya yang di keluarkan dalam satu kali produksi. Dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum di kurangi biaya produksi. Sedangkan pendapatan bersih adalah nilai hasil produksi hasil pertanian setelah dikurangi biaya total produksi. Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran(Yunus,2011) .

Pendapat merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan individu merupakan pendapatan yang di terima oleh seluruh rumah tangga dari pembayaran atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Dari sumber lain pendapatan adalah jumlah penghasilan yang di terima penduduk atas kerjanya selamasatu kali produksi.

Besar total penerimaan (TR) dihitung berdasarkan jumlah produksi dalam satu kali produksi dikali dengan harga saat itu rumus pendapatan yaitu:

TR=P×Q

Keterangan: TR = total revenue/total pendapatan P = price harga(rp)

(30)

Q = quantity jumlah

Pendapatan bersih sangat bergantung pada dua faktor utama yaitu penerimaan dan biaya untuk menegetahui pendapatan bersih yaitu sebagai berikut:

Pd=TR-TC

Keterangan Pd = Pendapatan

TR = Total Revenue/penerimaan(rp) TC = Total Cost/ total biaya(rp)

Pendapatan sangat bergantung pada hubungan antara biaya dan produksi dikeluarkan dengan jumlah penerimaan dari hasil penjualan. Salah satu cara untuk memperoleh keuntungan ialah dengan penekanan biaya pengeluaran.

Suatu usaha di katakana berhasil apabila situasi pendapatannya memenuhi persyaratan (Purwon,2011), berikut:

a. Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi, termasuk biaya angkutandan biaya administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut;

b. Cukup untuk membayar bunga modal yang di tanamkan termasuk pembayaran sewa dan pembayaran dana depresiasi (penyusutan ) modal; c. Cukup untuk membayar upah tenaga kerja yang di bayar atau bentuk-

bentuk lainya untuk tenaga kerja yang tidak diupah. 2.4. Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan dating dari perencanaan/tindakan. Pendapatan petani merupakan hasil dari kerja sama tenaga kerja,sarana-sarana operasional, penangkapan, modal, musim yang mendukung kelembagaan yang berperang didalamnya dan jasa pengolahan. Bentuk dan

(31)

jumlah pendpatan mempunyai fungsi yang sama yaitu memenuhi keperluan sehari-hari dan mampu memberikan kepuasan petani supaya dapat melanjutkan kegiatannya (Reza,2011.)

Perbedaan pendapatan petani rumput laut jenis Gracilaria Sp pemilik dan petani buruh terletak pada sistem bagi hasil yang di gunakan.Pendapatan bersih dari budidaya rumput laut jenis Gracilari Sp adalah nilai produksi setelah dikurangi biaya operasional dan perwatan (Purwono,2011).

Pendapatan petani perlu di kaji untuk melihat apakah tingkat pendapatannya sebanding dengan kebutuhan serta tenaga yang dikeluarkannya atau tidak, karerna pendapatan petani tidak tetap, kadang mengalami keuntungan yang besar kadang mengalami kerugian. Kenaikan atau penurunan hasil penjual petani akan sangat mempengaruhi niali retribusi yan di bayarkan oleh petani kepada pengelolah pelelengan ikan (Reza,2011).

Pendapatan merupakan jumlah yang di bebankan kepada langganan atas barang dan jasa yang dijual,dan merupakan unsur unsur yang paling penting dalam sebuah perusahaan,karena pendapatan akan dapat menentukan maju mundurnya suatu perusahaan. Sedangkan penjualan merupakan pembelian dari suatu pihak kepada pihak lainnya dengan mendapatkan ganti uang dari pihak tersebut. Pejualan juga merupakan merupakan suatu sumber pendapatan perusahaan,semakin besar penjualan maka semakin besar pula pendapatan yang di peroleh perusahaan (Purwono,2011).

2.5. Harga

Harga merupakan salah satu factor penentu pembeli dalam menentukan suatu keputusan pembelian terhadap suatu produksi atau jasa. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai

(32)

yang diukur konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau mengguanakan produk atau jasa tersebut (Kotler dan Amstrong,2011).

2.6. Biaya

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupunyang akan terjadi. Biaya terbagi atas dua bagain yaitu, biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya Eksplisist adalah biaya yang terliahat secara fisik, misalnya berupa uang.Sementara itu, yang dimaksud dengan biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat secara langsung, miasalnya kesempatan dan biaya penuyusutan barang modal (Purwono,2011).

Didalam usahatani di kenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai dan biaya yang tidak di bayarkan. Biaya yang di bayarkan adalah biaya dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti bibit, bentangan, dan sampan atau perahu. Kadang juga biaya untuk iuran pemakaian seperti tenda dan lain sebagainya.

Menurut Herjanto E 1999 dan dalam Puspita dewi(2008) bahwa biaya usahatani digolongkan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.

1. Biaya tetap (fixed cost) adalah jenis biaya yang selama kisaran waktu operasi tertentu atau tingkat kapasitas produksi berubah,dan biaya produksi yang harus di keluarkan dala satu kali proses produksi yang besar dan yang kecilnya tidak mempengaruhi proses dan hasil produksi.Yang tergolong sebagai biaya tetap yaitu penyusutan alat.

2. Biaya variabel merupakan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu kali produksi yang besar dan kecilnya dipenagaruhi oleh jumlah produksi dan tingkat kegiatan yang dilakukan selama proses produksi. Yang

(33)

tergolong dalam biaya variabel yaitu bibit dan biaya tenaga kerja. (Soekartawi,2006) menyatakan bahwa dapat juga di pakai untuk menghitung biaya variabel, karena total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC).

TC=FC+VC………..(Soekartawi,2006) Keterangan :

TC=Total Biaya FC=Biaya Tetap VC=Biaya Variabel

1. Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost) adalah jenis jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya volume produksi, apabila volume produksi bertambah maka biaya variable akan meningkat, sebaliknya apabila volume produksi berkurang maka biaya variable akan menurun. Dalam analisis titik impas di isyaratkan bahwa biaya variabel ini sebanding dengan perubahan volume.

2. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang. Biaya tunai berupa biaya panen dan pembibitan.

3. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) meliputi: biaya tetap,untuk tenaga keluarga,sedangkan termasuk biaya variable antara lain biaya panen,biaya pembibitan.

Petani akan memperhitungkan dan membandingkan antara penerimaan dan biaya, dimana semakin tinggi rasio perbandingan ini maka usaha yang dilaksanakan semakin menguntungkan. Bahwa untuk mengetahui besarnya keuntungan suatu usahatani dapat dilihat dengan analisis penerimaan dan biaya (Cost and revenue) atau R/C. Apabila dari suatu usahatani tersebut diperoleh

(34)

keuntungan maka usahatani itu layak di usahakan. Pada dasarnya petani tidak hanya untuk berkepentingan tetapi juga untuk meningkatkan pendapatan (Hidayanto dan Supriyadi,2009).

2.7. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah keseluruhan nilai yang diperoleh dari produksi yang dikalikan dengan harga jual. Sedamgkan penerimaan yaitu seluruh pemasukan yang diterima dari kegiatan produksi yang menghasilakn uang tanpa di kurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Penerimaan atau (total revenue) adalah hasil jumlah produksi dengan harga jual. Penerimaan umumnya bersifat linear karena tidak ada alas an bila produksi meningkat permintaan menurun, kecuali bila harga jual menurun karena produksi menurun (Teori penawaran). Bentuk fungsi penerimaan total adalah (Total revenue R) yang non linear pada umumnya sebuah persamaan para bola terbuka merupakan fungsi penerimaan yang lazim dipasar oleh produsen beroperasi dipasar monopoli, sedangkan fungsi linear,merupakan fungsi penerimaan yang dihadapi oleh seorang produsen yang beroperasi dipasar persaingan sempurna.

Penerimaan total adalah fungsi dari jumlah barang, juga merupakan hasil kali barang dan harga barang per unit. Seperti halnya konsep biaya dalam konsep penerimaan pun dikenal pengertian rata rata marginal. Penerimaan rata rata (Evarage Revenue, MR) ialaha penerimaan per unit barang produksi,merupakan hasil bagi penerimaan terhadap jumlah produksi penerimaan (Marginal Revenue, MR) ialah penerimaan dari satu unitbarang yang dihasilkan atau terjual (Soeharno).

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan tunai usaha adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produksi usaha. Dengan kata lain penerimaan ini

(35)

merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga per satuan.Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negative dengan harga,artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan.

2.8Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk memenuhi nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanp mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang (Reza,2011).

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi produksi budidaya rumput laut sebagai berikut :

a. Modal

Menurut Sukirno (2002) bahwa dalam setiap kegiatan memproduksi memerlukan modal. Dalam perekonomian yang sangat primitive sekalipun, memerlukan barang modal. Karena itulah maka modal dalam usaha tani dapat diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi, dengan demikian pembentukan modal mempunyai tujuan untuk menunjang pembentukan modal lebih lanjut dan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani (Soekartawi, 2002).

(36)

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usaha tani yang tergantung pada musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya produksi sehingga berpengaruh pada produktivitas.

c. Tali Bentangan

Tali bentangan merupakan faktor yang menunjang peningkatan produksi. Hal ini disebabkan seberapa banyak jumlah bentangan yang akan dibentang oleh petani rumput laut maka akan mempengaruhi jumlah satuan produksi yang diterima. Jumlah bentangan dalam 1 hektar adalah 100 bentangan.

d. Perahu dan Pelampung

Perahu dan pelampung merupakan sarana pendukung faktor produksi dalam usahatani rumput laut yang termasuk dalam biaya tetap.

Secara umum, kegiatan usahatani rumput laut terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Pra Produksi

a. Membersihkan tali untuk mengikat rumput laut b. Penyediaan bibit

c. Proses membuat bentangan d. Proses mengikat pelampung 2. Proses Produksi

a. Pengikatan bibit pada tali bentangan b. Pemasangan bibit di laut

(37)

3. Proses Pascapanen a. Panen b. Penjemuran 2.9. Kerangka Pemikiran

Salah satu masalah yang di hadapi Negara Indonesia sekarang ini adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dilakukan melalui pembangunan diberbagai bidang. Hal ini Nampak semakin dilakukannya pembangunan di bidang pertanian. Salah satu sub sektor pangan adalah usahatani rumput laut. Petani rumput laut dalam melakukan proses produksi untuk menghasilkan output, di perlukan biaya pengeluaran-pengeluaran yang digunakan dalam mempertahankan kelangsungan proses produksi tersebut. Dalam pendapatan petani rumput laut diharapkan adanya peningkatan pendapatan rumput laut pada khususnya, karena salah satu ukuran kesejahteraan masyarakat adalah dengan meningkatkan pendapatannya.

Berdasarkan uraian di atas maka disajikan dalam pangan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Fikir Analisis Pendapatan Usaha Tani Rumput Laut jenis Gracilaria di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini di laksanakan di Desa Borong Loe Kecamatan

Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini di laksnakan pada bulan Mei

sampai dengan akhir Juni 2019. Lokasi ini dipilih secara sengaja (Random simpel sampling) dengan dasar pertimbangan sejauh mana hasil pendapatan Usahatani rumput yang ada di Desa Borong Loe Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini petani yang membudidayakan tanaman

rumput laut yang berda di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten

Bantaeng.Dengan jumlah populasi sebanyak 71 dan menyebar di Desa Borong Loe Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

Teknik penentuan sampel di lakukan secara sengaja (Random simpel sampling) sampel yang terpilih dalam penelitian ini di awali dengan penentuan lokasi penelitian, selanjutnya dari desa yang terpilih diambil sampel responden secara (Random sampling) untuk menentukan bahwa sigmen dari populasi dapat terwakili dalam sampel yaitu sebanyak 35 orang dari 71 petani karena sudah melalui pertimbangan dan menganggap petani yang diambil sudah terpenuhi. 3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ada dua, yaitu: 1. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui observasi

maupun wawancara. Data tersebut meliputi : identitas responden, harga dan biaya.

(39)

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan atau dokumen yang dikeluarkan oleh instansi terkait seperti: BPS Kabupaten Bantaeng, Dinas Pertanian Bantaeng,Kantor Desa yang dijadikan sampel, dan kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Observasi

Metode pengamatan langsung terhadap kegiatan petani responden dan pedagang responden petani rumput laut jenis Gracilaria Sp.

3.4.2 Wawancara

Metode ini dilakukan peneliti dengan petani responden dengan menggunakan media kuisioner sebagi alat bantu untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan terkait kegiatan pemasaran rumput laut Gracilaria

Sp.

3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud dalam pengumpulan data adalah terkait dengan pengambilan gambar/foto sebagai dokumentasi peneliti untuk mendukung data primer/empiris dilapangan.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan akan digunakan metode analisis sebagai berikut:

1. Untuk mengkaji tentang analisis pendapatan usaha tani rumput laut

Gracilaria Sp. di Desa Borong Loe Kecamatan Pajukukang Kabupaten

(40)

2. Untuk menghitung tingkat pendapatan usaha tani rumput laut Gracilaria Sp di Desa Borong Loe Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng digunakan metode analisis deskriktif dan kuantitatif.

a. Menurut Herjanto E 1999 Dan dalam. Puspita dewi(2008) bahwa biaya usahatani digolongkan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. TC=FC+VC

Keterangan:

TC = Total Biaya FC = Biaya Tetap

VC = Biaya Variabel (Rp)

Penerimaan usahatani rumput laut jenis Gracilaria Sp yaitu jumlah produksi rumput laut dikali dengan harga jual dengan sejumlah jual rumput laut dengan rumus sebagai berikut:

TR=Y.P Keterangan:

TR = Total Penerimaan (Rp)

FC = Total produksi rumput laut (Rp) P = Harga Jual rumput laut (Rp)

(dalam, Suratiyah 2009) Pendapatan usahatani rumput laut jenis Gracilaria Sp dengan seluruh merupakan selisi penerimaan usahatani rumput laut dengan seluruh biaya yang digunakan rumus pendapatan sebagai berikut:

(41)

Pd=TR-TC Keterangan :

Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp)

Data penelitian yang telah dikumpulkan dilakukan pengkategorian menurut klarifikasi data persentase. Kemudian data dalam tabel-tabel frekuensi dan presentase kemudian data dalam tabel tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan cara menginterpretasikan penilaian responden terhadap indikator-indikator penelitian. Sedangkan pertanyaan yang dirancang dalam angket dilakukan dengan menguraikan masing-masing hasil kajian tentang Analisis Pendapatan Usaha Tani Rumput Laut jenis Gracilaria Sp di Desa Borong

Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

3.6 Definisi Operasional

1. Usaha Budidaya Rumput Laut jenis Gracilaria Sp merupakan salah satu pembangunan wilayah pesisir dalam rangka peningkatan ekonomi kerakyatan. Dengan potensi yang tersedia budidaya rumput laut menjadi alternatif pemberdayaan masyarakat pesisir di Kabupaten Bantaeng sekaligus upaya meningkatkan pendapatan petani khususnya di Desa

Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

2. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterimah oleh pelaku usaha dari hasil penjualan rumput laut jenis Gracilaria Sp setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan dalam setiap kegiatan produksi rumput laut yang diukur dalam rupiah (Rp).

(42)

3. Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima pelaku usaha dari jumlah rumput laut dikali dengan harga penjualan. Dengan kata lain penerimaan ini merupakan hasil perkalian dari jumlah produk total dengan harga per satuan.

4. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam jumlah totalnya akan berubah sebanding dengan volume kegiatan produksi. Misalnya biaya bahan baku, tenaga kerja, kemasan dan label serta modal usaha. 5. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume

kegiatan tertentu dan waktu tertentu. Misalnya biaya listrik, biaya telpon, penyusutan peralatan.

6. Produksi adalah menciptakan suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

7. Harga jual adalah harga suatu barang yang sudah di produksi dan kemudia dipasarkan kepada masyarakat.

(43)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

Secara geografis Desa Borongloe terletak diwilayah pemerintahan

Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng, Jarak dari Ibu kota Kecamatan ± 3

Km dan jarak dari Ibu kota kabupaten ± 11 Km. Jika menggunakan kendaraan bermotor maka jarak tempuh kekota kecamatan ± 10 menit, dan ± 20 menit menuju Ibu kota kabupaten.

Desa Borongloe merupakan salah satu Desa di Kecamatan Pa’jukukang

Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan, memiliki luas 8,40 km2. Secara geografis Desa Borongloe berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Desa Kaloling 2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Papanloe 3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Desa Laut flores 4. Sebelah Barat, Berbatasan dengan Desa Pa’jukukang

Secara Administratif, wilayah Desa Borongloe terdiri dari 7 (Tujuh) Dusun, 12 Rukun Warga, dan 23 Rukun Tetangga.

Secara umum Tipologi Desa Borongloe terdiri dari (persawahan, perkebunan, peternakan, Pertambangan / galian, Kerajinan dan industri kecil, Jasa dan perdagangan).

Topografis Desa Borongloe secara umum termasuk daerah dataran rendah dan berdasarkan ketinggian wilayah Desa Borongloe diklasifikasikan kepada 50 mdpl. Desa Borong Loe membawahi 7 dusun, 16 RK, dan 32 RT. Desa Borong Loe memiliki tanah yang cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman, baik tanaman holtikultura maupun tanaman jangka panjang. Potensi pengairan di Desa Borong Loe juga cukup tersedia karena dialiri oleh tiga sungai yaitu sungai

(44)

Turung Asu, sungai Erasakke, dan sungai Erasayya sehingga daerah ini dianggap cocok sebagai wilayah pertanian dan perkebunan.

4.2 Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan faktor penentu terbentuknya suatu negara atau wilayah dan sekaligus sebagai modal utama suatu negara dikatakan berkembang atau maju, bahkan suksesnya pembangunan disegala bidang dalam negara tidak bisa terlepas dari peran penduduk, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, dan pendidikan, sebagai faktor utama dalam pembangunan fisik maupun non fisik. Oleh karena kehadiran dan peranannya sangat menentukan bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar. Jumlah penduduk di Desa Borong Loe yaitu berjumlah 3.739 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.674 jiwa dan perempuan sebanyak 2.065 jiwa yang tersebar dalam 7 dusun dengan perincian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Tiap Dusun di Desa Borong Loe Kecamatan

Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun 2019.

No Dusun Jumlah Jiwa Jumlah

(orang) Laki-laki Perempuan

1 Dusun Ujungkatinting 312 296 608

2 Dusun BONTO MATE’NE 228 209 437

3 Dusun PA’LINGAN 274 263 537

4 Dusun SALEKOA 60 660 720

5 Dusun BULO – BULOA 183 19 202

6 Dusun BALLA BORONG 232 226 458

7 Dusun LEMBANGLOE 214 218 432

Jumlah 1.503 1.891 2.962

Sumber: Kantor Desa Borong Loe, 2018.

Keadaan penduduk Desa Borong Loe masih sangat potensial untuk mengembangkan berbagai jenis usaha dalam berbagai bidang karena masih didominasi oleh usia produktif.

(45)

4.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur

Umur sangat mempengaruhi aktifitas seseorang karena dikaitkan langsung dengan kekuatan fisik, mental, dan cara pikir responden, sehingga berhubungan erat dengan pengambilan keputusan dan berperan dalam merubah metode-metode dalam mengerjakan usahanya sehingga usaha yang dihasilkan akan lebih produktif. Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat lebih cepat menerima informasi atau inovasi baru yang dianjurkan dibandingkan dengan petani yang berumur tua.

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok umur yang terbanyak ada pada umur 16-21 tahun yaitu sebanyak 1.096 jiwa sedangkan kelompok umur terendah pada umur 22-41 tahun yaitu 104 orang. Keadaan penduduk Desa Borong Loe menurut umur dapat dilihat pada tabel 2.

No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase % 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 0 – 4 5 - 6 7 - 15 16 - 21 22 - 41 42 - 59 > 60 437 297 1.028 1.096 104 571 206 4,37 2,97 10,28 10,26 1,04 5,71 2,06 Jumlah 3.739 36,69

Sumber: Kantor Desa Borong Loe, 2018

4.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Kemampuan seseorang dalam berusahatani maupun ikut dalam kegiatan di lingkungan sekelilingnya sebagian ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik yang bersifat formal maupun nonformal. Tingkat pendidikan pada umumnya dapat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Oleh karena itu, data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan merupakan hal yang cukup penting diketahui.

(46)

Tingkat pendidikan formal petani merupakan salah satu faktor penting khusus dalam menerapkan metode perorangan. Pendidikan juga dapat mempengaruhi pola pikir seseorang dalam mengambil keputusan. Dimana semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh responden, semakin tinggi pula tingkat partisipasi responden. Data penduduk berdasarkan

tingkat pendidikan di Desa Pa’jukukang dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Borong

Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun 2018.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

(orang) 1. 2. 3. 4. Sekolah Dasar (SD)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) Perguruan Tinggi 854 192 249 100 Jumlah 1.395

Sumber: Kantor Desa Borong Loe, 2018

4.5 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian atau pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa pekerjaan kita akan mengalami kesulitan dalam hidup kita. Kita memiliki akal dan kebijaksanaan, dengan kebijaksanaan kita dapat mengembangkan kemampuan, memperbaiki, membuat sesuatu atau memilih pekerjaan yang kita inginkan. Memilih pekerjaan yang akan kita kerjakan adalah penting sekali sebab bila kita salah memilih perkerjaan, kita akan merasa selalu tidak puas dan menderita. Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya. Mata pencaharian adalah keseluruhan kegiatan untuk mengeksploitasi dan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada pada

(47)

lingkungan fisik, sosial, dan budaya yang terwujud sebagai kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.

Penduduk Desa Borong Loe didominasi oleh petani sawah maupun petani rumput laut, hal ini disebabkan karena keadaan lokasi desa tersebut mayoritas wilayah pesisir dan persawahan sehingga memungkinkan penduduknya bekerja

sebagai petani. Keadaan penduduk Desa Pa’jukukang berdasarkan mata

pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Borong Loe

Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun 2018.

No. Mata Pencaharian Jumlah

(orang) 1. 2. 3. 4. 5. 6. TNI PNS Swasta Petani Nelayan Buruh 30 219 131 789 194 141 Jumlah 1.504

Sumber : Kantor Desa Borong Loe, 2018

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang terdata memiliki pekerjaan tetap sebanyak 1.504 kepala rumah tangga, yang terdiri dari TNI 30 orang, PNS 219 orang, swasta 131 orang, petani 789 orang, nelayan 194 orang, dan buruh 141 orang.

4.6 Sarana dan Prasarana

Sarana adalah suatu alat yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan prasarana adalah jembatan menuju tingkat sarana. Aktivitas dan kegiatan suatu wilayah sangat tergantung dari sirkulasi perekonomian wilayah

(48)

tersebut. Oleh karena itu, sarana dan prasarana ekonomi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam bidang pembangunan.

Pembangunan infrastruktur akan dihadapkan pada terbatasnya kemampuan pemerintah desa untuk menyediakannya. Pada sebagian infrastruktur, pihak desa telah berhasil menghimpun swadaya masyarakat murni yang terkoordinir di masing-masing RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga). Di Desa Borong

Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng ini sudah memiliki sarana dan

prasarana yang cukup baik karena sudah terdapat sarana dan prasarana seperti jalan, sarana angkutan, sarana sosial, dan sarana ekonomi. Dengan adanya kondisi jalan yang sudah cukup memadai hal ini cukup mendukung untuk sarana transportasi seperti kendaraan roda dua maupun roda empat.

Jenis sarana yang ada di Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng sebagian besar berupa sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana tempat ibadah, dan sarana transportasi. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Borong Loe dapat dilihat pada tabel 5.

(49)

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun 2018

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

(unit) 1. 2. 3. 4. 5. Sarana Pendidikan a. Taman Kanak-Kanak (TK) b. Sekolah Dasar (SD)

c. Madrasah Ibtidaiyah/ Tsanawiyah d. Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Sarana Ibadah a. Mesjid b. Mushollah Sarana Kesehatan a. Pustu b. Puskesdes Perusahaan

a. PT. Global Seafood Internasional b. PT. Tristal Mandiri

Bantilan/ Pembakaran Batu a. Birea b. Kampalayya c. Bonto Masunggu d. Bonto Manakku 2 2 1 2 9 2 1 1 1 1 4 1 5 2 Jumlah 34

(50)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

5.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur

Tingkat produktifitas dari suatu kegiatan dapat dilihat dari beberapa faktor, dari beberapa faktor tersebut salah satu yang dimaksud adalah umur, karena umur sangat mempengaruhi kemampuan fisik, kesehatan, mental dan spiritual dalam melakukan suatu aktifitas, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat umur yang lebih rendah, akan cenderung menerima hal-hal yang baru, bersikap dinamis dan dapat melakukan aktifitas dengan baik dan dan produktifitas atau hasil dari suatu kegiataan akan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang berumur lebih tua. Adapun tingkat umur responden yang ikut berpartsipasi pada kegiatan praproduksi dan panen rumput laut di Kelurahan Ujung katinting dapat dilihat pada table berikut. Tabel 6. Karakteristik Responden Analisis Pendapatan Usaha Tani Rumput

Laut Gracilaria Sp di Desa borong Loe Kecamatan Pa’jukukang

Kabupaten Bantaeng.

No (Tahun) Umu ( Orang ) Jumlah Persentase ( % ) 1. 2. 3. 4. 5. 15 – 20 21 - 30 31 - 40 41 - 50 51 - 60 8 8 9 5 5 22,85 22,85 25,71 14,28 14,28 Jumlah 35 100,00

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018

Dengan melihat Tabel 6. Dapat diketahui bahwa dari jumlah responden yaitu sebanyak 30 petani rumput laut jenis Gracilaria Sp yang dominan tingkat umur yang terlibat pada kegiatan praproduksi dan panen rumput laut adalah tingkat umur 15-20, 21-30 serta umur 31-30 yaitu masing-masing sebanyak 8 orang atau 22,857 % rata- rata responden terlibat pada

(51)

kegiatan praproduksi di usia tersebut karena pada usia ini karena produksi bisa lebih banyak serta lebih efektif dan efisien, sedangkan 8 responden atau 22,857 % laki-laki dari 35 responden yang ada dan ikut berpartisipasi dalam melakukan budidayah rumput laut atau yang jadi pengusaha rumput laut dengan usia 31 -40 dan usia 41-50 jumlah responden yang terlibat sebanyak 9 orang, ini merupakan jumlah responden yang sedikit terlibat di usia tersebut karena pada saat penelitian jarang sekali yang didapatkan ikut berpartisipasi baik pada kegiatan praproduksi maupun pada kegiatan panen karena memang umur mereka yang sudah tergolong tua dan kekuatan yang tidak mendukung untuk bisa lebih banyak berkegiatan dan bekerja yang berat-berat.

5.1.2 Karakteristik Responden Menurut Tanggungan Keluarga

Jumlah anggota rumah tangga merupakan banyaknya tanggungan keluarga pada setiap petani, semakin banyak tanggungan keluarga akan semakin mempengaruhi biaya pengeluaran. Pada umumnya petani yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga, yang banyak kurang memperhatikan masalah pendidikan dan kesehatan. Pada intinya mereka hanya memperhatikan kebutuhan pokok setiap harinya dan ini masih menjadi hal yang biasa dikalangan masyarakat pedesaan.

Tabel 7. Karaketeristik Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga Desa

Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

No Tanggungan

Keluarga Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 1 – 2 10 28,57

2 3 – 4 12 34,28

3 5 – 6 13 37,14

Jumlah 35 100,00

(52)

Dari tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani responden dimana 1-2 sebanyak 10 orang (28,572%), kemudian antara 3-4 sebanyak 12 orang (34,285%), serta 5-6 orang sebanyak 13 orang (37,142%). Keadaan demikian sangat mempengaruhi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga dan untuk peningkatan produksi dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga petani berusaha untuk menambah pendapatan melalui usahatani rumput laut bersama keluarganya.

5.1.3. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan dan keterampilan mempunyai pengaruh bagi petani didalam pengelolaan usaha taninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maupun non formal seseorang diharapkan mempunyai pola berpikir semakin rasional. Pada umumnya masyarakat pedesaan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, hal ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam proses pengambilan keputusan dalam penerpan teknologi yang baru.Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 10 28,57

2 SMP 12 34,28

3 SMA/SLTA 13 37,14

Jumlah 35 100,00

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Tabel 8 diketahui bahwa persentase tingkat pendidikan terbesar petani padi yang melakukan usaha tani padi dengan rata-rata berpendidikan SMP yaitu sebanyak 34,285 %, Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pendidikan responden masih sangat rendah dan biasa mempengaruhi kegiatan produksi rumput laut. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi

(53)

(1995), yang menyatakan bahwa rendahnya pendidikan pekerja merupakan kendala dalam menyerap informasi baru, khususnya yang berkaitan dengan proses inovasi teknologi. Sedangkan pendidikan yang tinggi akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan keterampilan sehingga akan meningkatkan produktivas kerja dan akan menentukan keberhasilan usaha. 5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman

Pengalaman merupakan faktor yang berperan dalam pengambilan keputusan. Pengalamam mempunyai pengaruh dalam melakukan pemeliharaan lingkungan, responden yang berpengalaman akan lebih cepat menerapkan teknologi dan lebih responsif terhadap inovasi, karena itu kegiatan pengalaman selalu memberikan manfaat. Pengalaman responden disajikan pada tabel 8 dibawah ini.

Tabel 9. Karakteristik Responden berdasarkan Pengalaman Usaha Tani

Rumput Laut Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten

Bantaeng

No Pengalaman Usaha Tani Jumlah Persentase (%)

1 17 – 23 13 37,14

2 24 – 30 12 34,28

3 31 – 38 10 28,57

Jumlah 35 100,00

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Tabel 9 diketahui bahwa pengalaman petani petani responden antara 31-38 tahun sebanyak 13 orang (37,142%) dan terendah 31-38 tahun (28,571%). Hal ini tentu berpengaruh dalam pengelolaan usahatani masing-masing responden khususnya dalam pencapaian hasil produksi yang lebih baik. Sesuai dengan pendapat Soekartawi (2006), bahwa pengalaman berusahatani yang cukup lama menjadikan petani lebih matang dan lebih berhati-hati, dalam mengambil keputusan terhadap usahataninya. Kegagalan

(54)

dimasa lalu dapat dijadikan pelajaran sehingga ia lebih berhati-hati dalam bertindak. Sedangkan petani yang kurang berpengalaman umumnya lebih cepat dalam mengambil keputusan karena lebih berani menanggung resiko. 5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki petani sangat mempengaruhi tingkat pendapatan petani. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemilikan lahan rata-rata sebagai berikut:

Tabel 10. Karakteristik Responden berdasarkan Luas Lahan Petani Desa

Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

No Luas Lahan

(Bentangan) Jumlah Persentase (%)

1 220 – 447 15 42,85

2 448 – 675 10 28,57

3 678 – 900 10 28,57

Jumlah 35 100,00

Sumber: Data Primer diolah, 2018

Tabel 10 menunjukkan bahwa luas lahan petani responden yang paling tertinggi 15 adalah antara 220 – 447 m² dan 678 – 900 m² dengan jumlah masing-masing 10 orang atau dengan persentase 28,576 %. Sedangkan yang paling terendah adalah 220 – 447 m² dengan jumlah masing-masing 10 orang atau dengan persentase 28,571%. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan lahan usahatani rumput laut tergolong luas, sehingga diharapkan petani dapat memanfaatkan lahan secara optimal untuk meningkatkan produksi dan pendapatan serta kesejahteraan bagi petani tersebut.

Gambar

Gambar  1.  Kerangka  Fikir  Analisis  Pendapatan  Usaha  Tani  Rumput  Laut  jenis  Gracilaria di Desa Borong Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng
Tabel 1.  Jumlah  Penduduk  Tiap  Dusun  di  Desa  Borong  Loe  Kecamatan    Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun 2019.
Tabel 3.  Keadaan  Penduduk  Berdasarkan  Tingkat  Pendidikan  di  Desa  Borong  Loe Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun 2018
Tabel 4.  Jumlah  Penduduk  Berdasarkan  Mata  Pencaharian  di  Desa  Borong  Loe  Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng Tahun 2018
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian mengenai model komunikasi penyuluhan pertainan dalam adopsi penggunaan alat siram sprinkler pada tanaman cabai di Desa Arabika

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa identifikasi faktor internal dan eksternal usahatani bawang merah varietas lokana, dapat diketahui bahwa (1) Kekuatan yang

angkatan kerja nasional termasuk di dalamnya 21,3 juta unit usaha skala kecil berupa usaha rumah tangga, maka sebesar 80% dari jumlah penduduk nasional menggantung hidupnya pada

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Peran Kelompok Peternak Dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi ( Studi Kasus Pada Kelompok Ternak Sikatutui Desa

Dalam mengatur dan melaksanakan pembagian tugas terdapat 19 orang yang termasuk kategori tinggi karena setiap ada kegiatan yang dilaksanakan, mereka

Di dalam hubungan mempunyai pengaruh positip dan tidak terlalu signifikan.Temuan tersebut memperlihatkan calon mahasiswa masih dalam kondisi transisi (kultur yang

“Kontribusi Industri Gula Aren Terhadap Rumah Tangga Petani di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan”. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Karakteristik agen pelaksana yang berupa SOP dan Struktur merupakan hal yang penting agar implementasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam pelaksanaan PKH