III. METODE PENELITIAN
3.4 Pengamatan Parameter
Parameter yang dihitung terdiri dari persentae hasil sex reversal, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan kualitas air.
a. Persentase Hasil Sex Reversal
Persentase jantan diukur dengan cara mengamati larva setelah 58 hari waktu pemeliharaan. Pengamatandilakukan dengan cara mengambil sampel 50% dari populasi dengan ukuran benih sekitar 3-5 cm dan dilakukan pengamatan jenis kelamin. Pengamatan dari ciri kelamin sekunder, ikan nila jantan dan betina dapat dibedakan berdasarkan jumlah lubang disekitar anus. Pada ikan nila jantan terdapat dua lubang yaitu lubang anus dan lubang urogenital, sedangkan pada ikan nila betina terdapat tiga lubang yaitu lubang anus, lubang ureter, dan lubang genital (Hutagalung, 2020).
Perhitungan persentase ikan jantan dan betina menggunakan rumus:
x 100%
x 100%
(Sumber: (Muslim, 2018)
20 b. Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup adalah persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir masa pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Kelangsungan hidup (Survival Rate) dihitung menggunakan rumus: N0 = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor) Sumber: (Muslim, 2018)
c. Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap satu minggu sekali.
Parameter kualitas air yang diukur terdapat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 1. Parameter Kualitas Air dan Alat Ukurnya
No. Parameter Satuan Alat Ukur
1 Suhu ºC Termometer
2 DO (Oksigen terlarut) mg/L DO meter
3 Ph Unit pH meter
21 3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh diolah menggunakan software Microsoft Excel dan dianalilis menggunakan software SPSS versi 24. Selanjutnya diuji lanjut untuk mengetahui berbeda nyata atau tidak nyata menggunakan uji Anova.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persentase Hasil Sex Reversal
Penelitian yang telah dilakukan selama kurang lebih 58 hari pada larva ikan nila dengan perlakuan sex reversal melalui perendaman tepung testis sapi dengan waktu perendaman yang berbeda dapat dilihat hasilnya pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Lanjut Duncan Persentase Ikan Nila Jantan
Perlakuan Keterangan Persentase Ikan Nila Jantan
A 6 jam 54,23a
Ada empat perlakuan dengan tiga kali ulangan (U1, U2, dan U3) pada setiap perlakuan dengan lama waktu perendaman yang berbeda-beda. Pada perlakuan A, diperoleh total ikan nila berjenis kelamin jantan dengan lama perendaman waktu 6 jam adalah sebesar 54,23%, Pada perlakuan B, diperoleh ikan nila jantan dengan lama perendaman waktu 12 jam adalah sebesar 56,39%, Pada perlakuan C dengan lama perendaman selama 24 jam diperoleh ikan nila jantan sebesar 72,14%, Sementara pada perlakuan D tampa kontrol (tanpa perendaman) diperoleh ikan nila jantan sebesar 44,29 %.
Berdasarkan data persentase ikan nila jantan yang diperoleh dari setiap perlakuan menunjukkan bahwa waktu perendaman yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata antara perlakuan A, dan D dengan perlakuan C yang dapat dilihat dari notasi huruf yang berbeda. Namun antara perlakuan A dan B rata-rata ikan nila jantan tidak begitu tampak perbedaan yang dapat dilihat dari
22
notasi hurut yang hampir sama. Dari persentase rata-rata tiap perlakuan dapat diketahui bahwa perlakuan C dengan waktu perendaman 24 jam memiliki rata-rata persentase ikan nila jantan tertinggi sebesar 72,14 %.
Tingginya persentase ikan nila jantan pada perlakuan C (72,14%) dengan waktu perendaman 24 jam dipengaruhi oleh kandungan hormon testosteron pada tepung testis sapi. Hormon testosteron pada tepung testis sapi diduga dapat menambah konsentrasi hormon androgen pada larva ikan nila selama pemeliharaan sehingga ikan nila menjadi jantan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Aritonang, 2020) yang melaporkan bahwa pemberian larutan tepung testis sapi dengan lama waktu perendaman yang berbeda berpengaruh nyata terhadap pembentukan jenis kelamin jantan pada larva ikan nila. Namun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian ( Aritonang 2020) yaitu dosis tepung testis sapi, lama perendaman dan jenis tepung testis sapi yang digunakan. Pada penelitian ini testis sapi yang digunakan berasal dari testis sapi lokal yang dijula secara komersil dengan waktu perendaman 6 jam, 12 jam dan 24 jam dengan konsentrasi tepung testis sapi 100 mgl-1. Sedangkan tepung testis sapi yang di gunakan pada penelitian ( Aritonang, 2020 ) bersasal dari testis sapi Braham dengan waktu perendaman 16 jam, 32 jam dan 48 jam dengan konsentrasi tepung testis sapi 0,5 g/l.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembalikan jenis kelamin dengan menggunakan metode perendaman. Menurut Hunter & Donaladson (1983) dalam (Winardi dkk 2021) bahwa keberhasilan maskulinisasi bergantung pada jenis, umur ikan, dosis hormon, pemberian pakan, lama waktu pemberian dan cara
23
pemberian. Pada penelitian ini, terlihat bahwa perlakuan C dengan perendaman tepung testis sapi terlama dari semua waktu perendaman yang dilakukan menunjukkan hasil yang baik.
Jumlah ikan nila jantan tertinggi dicapai pada waktu perendaman selama 24 jam. Semakin lama waktu perendaman tepung testis sapi maka semakin besar peluang menghasilkan ikan dengan jenis kelamin jantan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian (Finanta dkk, 2020) yang melaporkan bahwa bertambahnya waktu perendaman menyebabkan persentase jantan semakin bertambah. Hal Ini menunjukkan adanya pengaruh waktu perendaman tepung testis sapi terhadap peningkatan proporsi jantan.
Pada penelitian ini, pengaruh perendaman larva ikan dengan perlakuan waktu perendaman yang berbeda menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata/signfikan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan C memiliki persentase kelamin jantan tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan A, B dan D. Hal ini diduga karna waktu perendaman tepung testis sapi pada larva ikan nila selama 24 jam pada perlakaun C merupakan waktu optimum untuk proses maskulinisasi ikan nila.
24 4.2 Kelangsungan Hidup (Survival Rate)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat di lihat pada Tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Hasil Uji Lanjut Duncan Persentase Kelangsungan Hidup Ikan Nila Perlakuan Keterangan Persentase Kelangsungan Hidup Ikan
A 6 jam 63,33a
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung testis sapi sebagai hormon androgen buatan alami dengan waktu perendaman 24 jam memiliki nilai persentase kelangsunngan hidup (survival rate) tertinggi yaitu sebesar 83,33%.
Persentase terendah yaitu pada perlakuan D dimana perlakuan ini tanpa perendaman tepung testis sapi yaitu sebesar 53,33%.
Rendahnya kelangsungan hidup pada perlakuan D (tanpa perendaman tepung testis sapi) ini diduga karena tidak dilakukan perendaman tepung testis sapi, sebagaimana yang dijelaskan oleh (Irmasari dkk, 2012) dalam (Aritonang, 2020) bahwa ikan nila yang mengalami perendaman dengan hormon testosteron memiliki ketahanan tubuh lebih baik daripada ikan tanpa perendaman karena hormon testosteron dapat meningkatkan ketahanan ikan.
Kelangsungan hidup ikan nila yang tinggi setelah perendaman tepung testis sapi dengan konsentrasi waktu perendaman yang berbeda-beda disebabkan karena tingginya kandungan protein dalam tepung testis sapi. Pernyataan ini didukung oleh pernyataan (Hidayani dkk, 2016) bahwa tingginya tingkat kelangsungan
25
hidup setelah diberikan konsentrasi tepung testis sapi diduga karena tingginya kandungan protein dalam tepung testis sapi yaitu sebesar 76,56%.
Selain kandungan protein terdapat juga kandungan zat-zat lain pada testis sapi yang menunjang kelangsungan hidup ikan nila. Zat-zat tersebut seperti berbagai macam asam amino esensial dan non esensial serta mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh. Kandungan asam amino terdiri dari tirosin, leusin, glisin, glutaman, arginin, prolin, histidin dan serin (Hidayani dkk, 2016). Asam amino tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan hormon testosteron yang berperan dalam pembentukan spermatozoa pada testis (Aritonang, 2020).
Tingkat kelangsungan hidup merupakan jumlah ikan yang mampu bertahan hidup hingga akhir pemeliharaan. Selain kandungan protein, asam amino dan lemak yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan nila, masih ada faktor lingkungan lain yang berpengaruh. Seperti yang dijelaskan oleh (Winardi dkk, 2021) bahwa faktor seperti kualitas air dan pemberian pakan juga dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan.
4.3 Kualitas Air
Hasil pengukuran parameter kualitas air yang terdiri dari suhu, oksigen terlarut (DO) dan derajat keasaman (pH) selama pemeliharaan ikan nila. Hal ini karena penelitian dilakukan secara terkontrol. Berdasarkan tabel dibawah, diperoleh hasil pengukuran suhu yang masih dibatas normal dimana nilai minimum suhu yaitu 25 oC pada perlakuan D (tanpa perendaman) dan nilai maksimum suhu yaitu 28 oC pada semua perlakuan. Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) menunjukkan DO minimum yaitu 4,77 mg/L pada perlakuan B
26
(perendaman selama 12 jam) dan DO maksimum yaitu 5,8 mg/L pada perlakuan B dan C. Derajat keasaman (pH) minimum yaitu 7,1 pada perlakuan D (perendaman 24 jam) sedangkan pH maksimum yaitu 8,2 pada perlakuan B.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kualitas Air Media Pemeliharaan Ikan Nila
Parameter Perlakuan
Kualitas air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan karena air merupakan salah satu unsur terpenting dalam pemeliharaan ikan.
Air sebagai media hidup untuk ikan sehingga kualitas air menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan. Kualitas air yang buruk memberikan dampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan ikan. Seperti yang dijelaskan oleh (Aritonang, 2020) bahwa kualitas air yang buruk dapat menyebabkan stress, terserang hama dan penyakit, serta kematian pada ikan.
Sumber air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan harus memenuhi persyaratan baik parameter fisika dan kimia. Sebagamaina yang dijelaskan oleh (Siegers dkk, 2019) bahwa sifat fisik air yaitu tempat hidup dan menyediakan ruang gerak sedangkan sifat kimia yaitu penyedia unsur-unsur ion, gas-gas terlarut, pH dan lainnya. Berdasarkan data hasil penelitian parameter kualitas air diketahui bahwa kualitas air yang digunakan selama pemeliharaan ikan nila sudah cocok dan cukup baik dan sudah memenuhi persyaratan meskipun tidak secara keseluruhan. (Dahril dkk, 2017) menegaskan bahwa air sebagai media hidup ikan
27
harus memiliki sifat yang cocok bagi kehidupan ikan karena kualitas air dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan tersebut.
Suhu air pada penelitian ini berkisar 25-28°C dan masih dalam kategori normal. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan antara 28-32°C (Harmilia dkk, 2020). Jika suhu <25°C maka aktifitas gerak dan nafsu makan ikan mulai menurun. Jika suhu <12°C, ikan akan mati kedinginan. Sementara suhu >35°C maka ikan budidaya akan mengalami stress dan kesulitan nafas karena konsumsi oksigen ikan meningkat, sedangkan daya larut oksigen di air menurun.
Berdasarkan data hasil penelitian, oksigen terlarut (DO) air yang berkisar 4,77 mg/L sampai 5,59 mg/L dan angka tersebut masih dalam kategori normal atau sudah sesuai dengan standar yang berlaku. Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 7550: 2009 (21 Maret 2013), Oksigen terlarut untuk ikan nila optimum 7 ppm. Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah (Dahril dkk, 2017).
Tingkat keasaman (pH) memegang peranan penting dalam bidang perikanan budidaya karena berhubungan dengan kemampuan untuk tumbuh dan bereproduksi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data keasaman (pH) air perendaman dan pemeliharaan ikan yaitu berkisar 7,1 sampai 8,2. Menurut (Dahril dkk, 2017) ikan dapat hidup minimal pada pH 4 dan akan mati jika pH diatas 11. Namun untuk benih ikan nila dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 7-8.
28
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung testis sapi dengan lama waktu perendaman yang berebeda dapat meningkatkan persentase maskulinisasi (pembentukan kelamin jantan) larva ikan nila (Oreochromis niloticus) pada perlakuan C dengan lama waktu perendaman 24 jam menghasilkan nilai persentase sebesar 72,14%.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu adanya kajian tambahan tentang maskulininasi ikan dengan perendaman larutan tepung testis sapi dengan lama perlakuan lebih dari 58 hari, untuk mengetahui hubungan kelangsungan hidup dan pertumbuhan dengan perubahan jenis kelamin ikan secara signifikan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. Y. (2016). Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis.
Sp) Strain Merah dan Strain Hitam yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 16(1), 159-166.
Aritonang, L. S. (2020). Pengaruh Masa Perendaman Larva Dalam Larutan Tepung Testis Sapi Brahman (Bos indicus) Terhadap Pembentukan Kelamin Jantan Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara.
Bhagawati, D., Rachmawati, F. N., & Rukayah, S. (2017). Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad Pada Benih Ikan Nila Hasil Alih Kelamin. Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II, (hal.
87-98).
Budi, D. S. (2019, Agustus). Dipetik Oktober 13 Oktober 2021, 2021, dari Universitas Airlangga, Fakultas Perikanan dan Kelautan:
https://fpk.unair.ac.id/mengenal-sex-reversal/
Cahyani, R., Serdiati, N., Tis'in, M., & Putra, A. e. (2021). Maskulinisasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Melalui Perendaman Air Kelapa dengan Konsentrasi Berbeda. Jurnal AgriSains, 22(2), 89-97.
Dahril, I., Tang, U. M., & Putra, I. (2017, November). Pengaruh Salinitas Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Berkala Perikanan Terubuk, 67-75.
Finanta, A., Paryono, & Mukhlis, A. (2020). Pengaruh Durasi Perendaman Ikan Guppy (Poecilia raticulata) Dalam Air Kelapa (Coco nucifera L) Terhadap Efektifitas Maskulinisasi. Jurnal Perikanan, 10(2), 175-182.
doi:10.29303/jp.v10i2.211
Harmilia, E. D., Helmizuryani, Khotimah, K., & Anggoro, M. T. (2020).
Penyuluhan Kualitas Air Yang Bai Untu Budidaya Ikan (Parameter Fisika Kimia). Suluh Abdi: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 37-40.
Hidayani, A. A., Fujaya, Y., Trijuno, D. D., & Aslamsyah, S. (2016).
Pemanfaatan Tepung Testis Sapi sebagai Hormon Alami Pada Penjantanan Ikan Cupang, Betta splendens Regan, 1910. Jurnal Iktiologi Indonesia, 1, 91-101.
30
Himawan, A., Hastuti, S., & Yuniarti, T. (2018). Keberhasilan Jantanisasi Ikan Rainbow (Melanotaenia sp.) dengan Stadia yang Berbeda Melalui Perendaman Tepung Testis Sapi. Journal of Aquaculture Management and Technology, 7(1), 28-37.
Huda, N. R., Susilowati, T., & Yuniarti, T. (2018, September). Aplikasi Tepung Testis Sapi yang Mengandung rGH dalam Pakan Buatan Terhadap Rasio Jenis Kelamin, Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Pena Akuatika, 17(2), 59-69.
Hutagalung, R. A. (2020, Maret). Perbedaan Metode Sex Reversal Menggunakan Tepung Testis Sapi Terhadap Maskulinisasi Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Manfish Journal (Marine, Environment, adn Fishries), 1(1), 9-14.
Muslim. (2018). Maskulinisasi Ikan Nila Oreochromis niloticus Dengan Pemberian Tepung Testis Sapi. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Nalle, M. M., Kamlasi, Y., & Edo, S. I. (2021, Juni). Budidaya Ikan Lele dan Ikan Nila Oleh Kelompok Tani Tunfeu Desa Ponain Kecamatan Amarasi kabupaten kupang di MAsa Covid-19. Jurnal Pengabdian Perikanan Indonesia, 151-156.
Robisalmi, A., Gunadi, B., & Setyawan, P. (2020, April). Evaluasi Performa Pertumbuhan dan Heterosis Persilangan Antara Ikan Nila Nirwana (Oreochromis aureus) Jantan F2 Pada kondisi Tambak Hipersalinitas.
LIPI: Berita Biologi, Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati, 19(1), 1-11.
Setiawan, A. B., Susilowati, T., & Yuniarti, T. (2017). Pengaruh Lama Perendaman Telur Dalam Larutan Tepung Testis Sapi Terhadap Jantanisasi Ikan Rainbow (Melanotaenia sp.). Jurnal of Aquaculture Management and Technology, 6(3), 40-48.
Shoimah, F., Hastuti, S., & Yuniarti, T. (2020). Efektivitas Perendaman Induk Ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia boesemani) Dalam Media Pemijahan yang Mengandung Ekstrak Tepung Testis Sapi Terhadap Jantanisasi Benih. Jurnal Sains Akuakultur Tropis, 4(2), 98-108.
Siegers, W. H., Prayitno, Y., & Sari, A. (2019). Pengaruh Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana (Oreochromis sp.) Pada Tambak Payau.
The Journal of Fisheries Development, 3(2), 95-104.
31
Wibowo, T. A., Untari, D. S., & Anwar, R. (2021, Maret). Penerimaan Masyarakat Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Segar dengan Habitat yang Berbeda. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 12(1), 72-79.
Winardi, D., Syarif, A. F., & Robin. (2021). Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Menggunakan Ekstrak Daun Mensirak (Ilex cymosa) Melalui Perendaman Induk Bunting. Jurnal Perikanan, 11(2), 232-242.
doi:https://doi.org/10.29303/jp.v11i2.259
32
DOKUMENTASI PENELITIAN
No Alat dan Bahan Dokumentasi
1 Baskom
2 Toples
3 Aerator
4 Alkohol 70%
33
No Alat dan Bahan Dokumentasi
5 Klorin cair
6 Batu aerasi
7 Selang
8 Timbangan digital
34
No Alat dan Bahan Dokumentasi
9 Tepung testis sapi
10 Pakan bubuk
11 PH meter
12 Termometer
35
No Alat dan Bahan Dokumentasi
13 DO meter
14 Tabung reaksi
15 Pipet tetes
14 Gelas ukur
15 Seser
36
No Alat dan Bahan Dokumentasi
16 Spons
17 Deterjen
37
No Prosedur Penelitian Dokumentasi
1 Tepung testis sapi di timbang
2 Tepung testis sapi diencerkan
3 Proses perendaman
4 Proses pemeliharaan
38 5 Pengukuran pH air
6 Pengukuran suhu air
7 Pengukuran DO air
8 Pemberian pakan
39
LAMPIRAN ANALISIS DATA MENGGUNAKAN SPSS 1. Data Persentase Ikan Nila Jantan dan Betina
Perlakuan Jumlah Ikan Jantan Betina Jantan (%) Betina (%)
2. Uji Anova Persentanse Ikan Nila Jantan
ANOVA
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
b. Type 1/Type 2 Error Seriousness Ratio = 100.
40
4. Uji Anova Persentase Kelangsungan Hidup Ikan Nila
ANOVA Kelangsungan Hidup
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 1500,000 3 500,000 2,143 ,173
Within Groups 1866,667 8 233,333
Total 3366,667 11
5. Uji Lanjut Anova
Kelangsungan Hidup
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1
Tukey HSDa
0 jam 3 53,33
6 jam 3 63,33
12 jam 3 73,33
24 jam 3 83,33
Sig. ,153
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.