• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI LAHAN TANAMAN JAGUNG KE TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN KERING

DI DESA BOTTO MALLANGGA KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG

WIRGA 105960180914

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

(2)

i RESPON PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI LAHAN TANAMAN JAGUNG KETANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN KERING DI

DESA BOTTO MALLANGGA KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG

WIRGA 105960180914

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

(3)
(4)

iii

Dr.H. Burhanuddin, S.Pi., M.P Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P

(5)

iv KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan dan rahmatnya, hidayah-Nya dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis dengan penuh ketenangan hati dan keteguhan pikiran untuk dapat menyelesaikan

skripsidengan judul “Respon Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan Jagung Ke Kelapa

Sawit Di Lahan Kering Di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P, selaku pembimbing I dan Nadir. S.P.,M.Si selaku

pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr.H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibunda Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku Ketua Prodi Agribisnis Fakultas

(6)

v

4. Ayahanda Rusli, dan Ibunda Hasriani, dan segenap keluarga yang senantiasa

memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh dosen jurusan agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal dari awal hingga akhir

penulis yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Amin.

Makassar, Maret 2019

(7)

vi

ABSTRAK

WIRGA.105960180914. Respon Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan Tanaman Jagung Ke Tanaman Kelapa Sawit Di Lahan Kering Di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang. Dibimbing oleh SRI MARDIYATI dan NADIR .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan Tanaman Jagung Ke Tanaman Kelapa Sawit Di Lahan Kering Di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang Dan Dampak Alih Fungsi Lahan Tanaman Jagung Ke Tanaman Kelapa Sawit Di Lahan Kering Di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang

Populasi petani yang menanam tanaman jagung yang beralih menanam kelapa sawit yaitu 293 petani, dan yang dijadikan sampel penelitian yaitu 10 % jadisampel yang di ambila dalah 29 orang petani.Teknik analisis scoring adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul.

Hasil penelitian menunjukan Respon petani terhadap alih fungsi lahan tanaman

jagung ketanaman kelapa sawit dilahan kering di Desa Botto Mallangga Kecamatan

Maiwa Kabupaten Enrekang dengan tabulasi respon petani terhadap alih fungsi lahan

sangat positif dengan rata-rata 70,23 % dan dampak alih fungsi lahan dikategorikan

sedang dengan rata-rata 66,67 % .

(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Alih Fungsi Lahan Pertanian ... 6

2.2. Teori Respon ... 8

2.3. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit ... 9

2.4. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ... 11

2.5. Kerangka Pemikiran ... 13

III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 15

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 16

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 16

3.5. Teknik Analisis Data ... 17

(9)

viii

IV. GAMBARAN UMUM ... 20

4.1. Letak Geografis ... 20

4.2. Iklim ... 21

4.3. Kependudukan ... 21

4.4. Kondisi Demografis ... 23

4.5. Kondisi Pertanian ... 24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Karateristik Responden ... 25

5.1.1. Umur Petani ... 25

5.1.2. Pendidikan Formal... 26

5.1.3. Tanggungan Keluarga ... 27

5.1.4. Pengalaman Usaha Tani ... 28

5.1.5. Luas Lahan ... 29

5.2. Respon Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan ... 31

5.3. Dampak Alih Fungsi Lahan ... 32

5.3.1. Dampak Alih Fungsi Lahan Secara Ekonomi Masyarakat . 33

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1. Kesimpulan ... 35

6.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 37

(10)

ix DAFTAR TABEL

Nomor TeksHalaman

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 22

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 23

3. Umur Petani Di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa

Kabupaten Enrekang ... 25

4. Tingkat Pendidikan Petani Di Desa Botto Mallangga Kecamatan

Maiwa Kabupaten Enrekang ... 26

5. Tanggungan Keluarga Petani Di Desa Botto Mallangga Kecamatan

Maiwa Kabupaten Enrekang ... 28

6. Pengalaman Usaha Tani Di Desa Botto Mallangga Kecamatan

Maiwa Kabupaten Enrekang ... 29

7. Luas Lahan Petani Di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa

(11)

x DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Respon Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan

Tanaman Jagung Ke Tanaman Kelapa Sawit Di Lahan Kering Di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang ... 14

(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Kuisioner Penelitian Skripsi ... 37

2. Identitas Responden...42

3. Respon petani terhadap alih fungsi lahan ... 43

4. Dampak alih fungsi lahan ... 44

5. Tabulasi Kategori Petani ... 45

6. Peta Desa Botto Mallanga...45

7. FotoDengan Salah Satu Responden………46

8. Foto Buah KelapaSawit………...57

(13)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Alih fungsi lahan dalam arti perubahan atau penyesuaian peruntukan penggunaan tanah, pada dasarnya tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaan pembangunan. Kebutuhan akan alih fungsi lahan tersebut terjadi karena adanya keperluan untuh meningkatkan hasil produksi dan berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Pertambahan jumlah penduduk memerlukan tanah yang luas, tidak saja guna perluasan pemukiman, tetapi juga untuk perluasan kegiatan-kegiatan perekonomian pada umumnya guna menunjang kebutuhan penduduk yang semakin bertambah jumlahnya tersebut.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang menjumbang devisa paling besar bagi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian (Kementan), dimana nilai ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia pada tahun 2015 sebesar US$ 17.360 juta. Data Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian (Kementan) juga menyebutkan, volume ekspor kelapa sawit (CPO) mencapai 32.543.312 ton. Di 2015. (Kementrian Pertanian, 2016).

Perkembangan kelapa sawit nasional pada saat ini cukup pesat, pada tahun 2012 terjadi peningkatan luas areal maupun maupun produksi secara tajam. Luas areal lahan kelapa sawit di Indonesia 2011 mencapai 8.908.000 Ha, sementara di 2016 angka sementara mencapai 11.672.861 Ha. Itu berarti, luas lahan kelapa sawit di indonesia saat ini telah meningkat dibanding 2011 dan melebihi target Kementerian Pertanian. (Kementerian Pertanian, 2016).

(14)

2

Sumberdaya lahan (tanah dan iklim) merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu sistem usaha pertanian, karena hampir semua usaha pertanian berbasis pada sumberdaya lahan. Dengan demikian, penguasaan informasi dan pengelolaan sumberdaya lahan merupakan suatu halyang sangat penting dan menentukan bagi keberhaslian pembangunan pertanian dalam mendukung pecapaian ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan para petani (Suryana, 2005).

Pada sektor pertanian, lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting. Hal ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan pertanian di Indonesia bertumpu pada lahan. Penggunaan dan hasil produksi suatu lahan pertanian akan berpengaruh terhadap ketahan pangan. pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. (Dirjenbun, 2015 dalam suhartono et al. 2018).

Terjadinya alih fungsi lahan jagung ke tanaman kelapa sawit disebabkan oleh berbagai hal yaitu pendapatan usahatani kelapa sawit lebih tinggi dengan resiko lebih rendah, nilai jual/agunan kebun lebih tinggi, biaya produksi usahatani kelapa sawit lebih rendah, dan terbatasnya ketersediaan air. Salah satu dampak konversi lahan sawah yang sering menjadi sorotan masyarakat luas adalah terganggunya ketahanan pangan. Masalah yang ditimbulkan bersifat permanen

(15)

3

atau tetap akan terasa dalam jangka panjang meskipun konversi lahan sudah tidak terjadi lagi (Irawan, 2005). Untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan secara tidak terkendali, pengambil kebijakan harus memiliki data dan informasi yang memadai terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan

Respon petani terhadap alih fungsi lahan di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang, mengakibatkan para petani ada yang setuju dan ada pula yang ragu-ragu dan ada pula yang tidak setuju melakukan alih fungsi lahan

(16)

4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana respon petani terhadap alih fungsi lahantanaman jagung ke

tanamankelapa sawit dilahan kering di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang ?

2. Bagaimana dampak alih fungsi lahantanaman jagung ke tanamkelapa sawit

dilahan kering di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui respon petani terhadap alih fungsi lahan tanaman jagung

ketanaman kelapa sawit dilahan kering di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang.

2. Untuk mengetahui dampak alih fungsi lahan tanaman jagung ke tanaman

(17)

5

Adapun Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam

mengidentifikasi dan menganalisis yang berkaitan dengan topik penelitian.

2. Bagi petani, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi

petani dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit

3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan

pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan

pengembangan kelapa sawit.

4. Bagi pembaca, sebagai bahan pustaka dalam menambah wawasan yang

berkaitan dengan pengaruh alih fungsi lahan perkebunan jeruk

(18)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.AlihFungsiLahanPertanian

Menurut Nasution (2004) dalam Sudaryanto et al. (2009) rata-rata tingkat konversi lahan sawah irigasi diperkirakan sekitar 110 ribu hektar per tahun. Ini termasuk konversi lahan sawah ber irigasi untuk penggunaan non-pertanian dan tanaman selain padi. Di Jawa, lahan sawah irigasi dikonversi terutama untuk tujuan non-pertanian, yaitu 58,7 persen menuju area perumahan dan sisanya untuk industri, pusat perbelanjaan, dan lain-lain. Di wilayah luar jawa, 16,1 persen lahan irigasi dikonversi ke komplek perumahan, 49 persen dikonversi ke pertanian lain dan sisanya untuk berbagai penggunaan. Selain itu, jika tidak ada kebijakan yang signifikan, kemudian berdasarkan perencanaan tata ruang saat ini, sekitar 42 persen dari total lahan irigasi akan dikonversi untuk penggunaan sektor nonpertanian.

Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

(19)

7

Alih fungsi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain misalnya perubahan lahan pertanian menjadi non pertanian. Alih fungsi lahan akan terjadi terus menerus yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pemukiman, industri, perkantoran, jalan raya dan infrastruktur lain untuk menunjang perkembangan masyarakat, Alih fungsi lahan bukan hanya terletak pada boleh atau tidaknya suatu lahan di alih fungsikan tetapi lebih banyak menyangkut kepada kesesuaian dengan tata ruang, dampak dan manfaat ekonomi dan lingkungan dalam jangka panjang dan alternatif lain yang dapat ditempuh agar manfaatnya lebih besar daripada dampaknya (Pakpahan et al., 2007).

Irawan (2005) mengungkapkan bahwa Alih fungsi lahan berawal dari permintaan komoditas pertanian terutama komoditas pangan terhadap pendapatan dibanding dengan komoditas non pertanian. Oleh karena itu pembangunan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk cenderung menyebabkan naiknya permintaan komoditas pangan dengan laju lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan komoditas non pertanian. Konsekuensi lebih lanjut adalah karena kebutuhan lahan untuk memproduksi setiap komoditas merupakan turunan dari permintaan komoditas yang bersangkutan, maka pembangunan ekonomi yang membawa kepada peningkatan pendapatan akan menyebabkan naiknya permintaan lahan untuk kegiatan pertanian dengan laju lebih cepat dibandingkan kenaikan permintaan di luar lahan untuk kegiatan non pertanian.

(20)

8

Terjadinya alih fungsi lahan jagung ke tanaman kelapa sawit disebabkan oleh berbagai hal yaitu pendapatan usahatani kelapa sawit lebih tinggi dengan resiko lebih rendah, nilai jual/agunan kebun lebih tinggi, biaya produksi usahatani kelapa sawit lebih rendah, dan terbatasnya ketersediaan air.

2.2. Teori respon

Respon berasaldari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction).Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh pancaindra. Hal yang menunjang dan melatar belakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003 Dalam Suhartono et al 2018).

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu :

a. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang di lihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan, dan harapannya.

b. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain,

(21)

9

gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan carapandang orang.

c. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi manarespon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Mulyani, 2007 Dalam Suhartono et al 2018).

MenurutSoenarjo istilah respon dalam komunikasi adalah kegiatan komunikasi yang diharapkan mempunyai hasil atau setelah komunikasi dinamakan efek. Suatu kegiatan komunikasi itu memberikan efek berupa respon dari komunikasi terhadap suatu pesan yang dilancarkan oleh komunikator (Soenarjo dan Djoenarsih 1983)

Ahmad Subandi mengemukakan respon dengan istlah balik (feedback) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi dengan adanya respon yang disampaikan dari komunikan kepada komunikator maka akan menetralisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses komunikasi.

2.3.Budidaya Tamanan Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

(22)

10

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) mempunyai produktifitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, seperti kelapa, kacang kedelai, kacang tanah, dan lain-lain. Elais dalam bahasa yunani berasal dari kata Elaion yang artinya minyak. Guineensis berasal dari kata Guinea yaitu tempat seorang ahli bernama jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertamana kalinya di pantai Guenea (Setyamidjaja, D,1991, dalam Suhartono, et al2018).

Ditinjau dari biaya produksinya, maka budidaya tanaman kelapa sawit lebih ringan dengan masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang yaitu selama 22 tahun. Ditinjau dari ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, maka tanaman kelapa sawit juga merupakan tanaman yang paling tahan terhadap serangan hama dan penyakit dibanding tanaman penghasil minyak nabati lainnya.

Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolestrol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga dapat diolah menjadi bahan baku alkohol, sabun, lilin, dan industri kosmetika.

Peran kelapa sawit dalam prekonomian indonesia begitu kentara. Minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati memiliki kelebihan-kelebihan dibanding minyak hewani dalam perannya menyokong kesehatan manusia. Secara umum dinyatakan kelapa sawit mempunyai peranan cukup strategis, yaitu minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinyu

(23)

11

bahan ini akan ikut menjaga kestabilan harga dari minyak goreng tersebut. Ini penting sebab minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat. Sebagia bahan pokok kebutuhan manusia harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyrakat. Minyak kelapa sawit sebagai salah satu komuditas pertanian sebagai andalan ekspor non migas Indonesia.

2.4.Dampak Alih Fungsi Lahan

Menurut Soemarno (2013) alih fungsi lahan berimplikasi pada perubahan struktur agraria, beberapa perubahan yang terjadi, yaitu:

1. Perubahan pola penguasaan lahan. Pola penguasaan tanah dapat diketahui dari pemilikan tanah dan bagaimana tanah tersebut diakses oleh orang lain. Perubahan yang terjadi akibat adanya konversi yaitu terjadinya perubahan jumlah penguasaan tanah.

2. Perubahan pola penggunaan. Pola penggunaan tanah dapat dilihat dari bagaimana masyarakat dan pihak-pihak lain memanfaatkan sumber daya agraria tersebut. Konversi lahan menyebabkan pergeseran tenaga kerja dalam pemanfaatan sumber agraria, khususnya tenaga kerja dalam pemanfaatan sumber agraria, khususnya tenaga kerja wanita. Konversi lahan memengaruhi berkurangnya kesempatan kerja disektor pertanian. Selain itu, konversi lahan menyebabkan perubahan pada pemanfaatan tanah dengan intensitas pertanian yang semakin tingggi. Implikasi dari berlangsungnya perubahan ini adalah

dimanfaatkannya lahan tanpa mengenal sistem “bera”, khususnya untuk lahan

(24)

12

3. Perubahan pola hubungan agraria. Lahan yang makin terbatas menyebabkan

memudarnya sistem bagi hasil tanah “maro” menjadi “mertelu”. Demikian juga

munculnya sistem tanah baru yaitu sistem sewa dan sistem jual gadai. Perubahan terjadi karena meningkatnya nilai lahan dan makin terbatasnya lahan.

4. Perubahan pola nafkah agraria. Pola nafkah dikaji berdasarkan sistem mata pencaharian masyarakat dari hasil-hasil produksi pertanian dibandingkan dengan hasil non-pertanian. Keterbatasan lahan dan masalah ekonomi rumah tangga menyebabkan pergeseran sumber mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian.

5. Perubahan sosial dan komunitas. Konversi lahan dapat menyebabkan pendapatan yang semakin menurun. Dampak konversi lahan perkebunan kelapa sawit dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, dari fungsinya lahan kelapa sawit diperuntukan untuk memproduksi kelapa sawit. Dengan demikian adanya konversi lahan sawah ke fungsi lain akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari bentuknya perubahan lahan sawah ke pemukiman, perkantoran, prasarana jalan dan lainnya berimpilkasi dengan besarnya kerugian akibat sudah diinvestasikan dana untuk mencetak sawah, membangun waduk dan sistem irigasi. Volume produksi yang hilang akibat konversi lahan sawah ditentukan oleh pola tanam yang diterapkan di lahan sawah yang belum dikonversi, produktivitas usahatani dari masing-masing komoditi dari pola tanam yang diterapkan, dan luas sawah yang terkonversi.

(25)

13

2.5.Kerangka Pemikiran

Alih fungsi lahan adalah suatu proses perubahan penggunaan lahan dari bentuk penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain. Alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekangmerupakan alih fungsi lahantanamanjagung menjaditanaman kelapa sawit.

Alih fungsi lahan tanamanjagung menjaditanaman kelapa sawit di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal, internal, dan kebijakan. Faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan daerah perkotaan, demografi maupun ekonomi.

Faktor internal merupakan faktor yang melihat lebih jauh sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi rumah tangga pertanian penggunaan lahan. Faktor kebijakan merupakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian.

Alih fungsi lahan pertanian tanaman jagung menjaditanaman kelapa sawit memberikan dampak terhadap pendapatan petani, dengan perubahan pendapatan petani yang meningkat maka akan meningkatkan perekonomian masyarakat di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang.

(26)

14

Gambar 1. Karangka Pemikiran Respon Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan Tanaman Jagung Ke Tanaman Kelapa Sawit Di Lahan Kering Di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang

Lahan Kering Tanaman Jagung Alih fungsi lahan Alih fungsi lahan Dampak Kelapa Sawit Respon

(27)

15

III. METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang yang akan dilakukan selama duabulan pada bulan April 2019 hingga Juni 2019.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Penentuan sampel menggunakan metode purposive samplingadalah salah satu teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus terhadap populasi petani yang menanam tanaman jagung yang beralih ke tanaman kelapa sawit yaitu 293 petani, dan yang di jadikan sampel penelitian yaitu 10% jadi sampel yang akan di ambil adalah 29 orang yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.Berdasarkan penjelasan purposive sampling tersebut, ada dua hal yang sangat penting dalam menggunakan teknik sampling tersebut, yaitu non random sampling dan menetapkan ciri khusus sesuai tujuan penelitian oleh peneliti itu sendiri.

Menurut Arikunto (2006) pengertiannya adalah: teknik mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu

3.3Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah jenis data kuantitatif dan kualitatif, kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Menurut Subana dan Sudrajat (2005) penelitian

(28)

16

kuantitatif dilihat dari segi tujuan, penelitian ini dipakai untuk menguji suatu teori, menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, dan untuk menunjukkan hubungan antar variabel dan adapula yang sifatnya mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendiskripsikan banyak hal.Adapun Spesifikasi penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi sekarang (ketika penelitian berlangsung) dan penyajiannya apa adanya. Penelitian ini merupakan penelitian yang mengarah pada studi korelasional. Studi korelasi ini merupakan hubungan antar dua variabel, tidak saja dalam bentuk sebab akibat melainkan juga timbal balik antara dua variabel (Subana, 2005).

Dan kualitatif adalah penelititian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis proses dan makna (perspektif) lebih di tonjolkan dalam penelitian kualitatif.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang harus digunakan dalam mengadakan suatu penelitian, agar mendapat data sesuai dengan apa yang diinginkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat

(29)

17

digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi) agar dapat mengetahui bagaimana keadaan yang sebenarnya.

2. Wawancara.

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan hari orang lain yaitu hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan pencarian data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data mengenai hal-hal yang diperlukan dalam penelitian

3.5.Teknik Analisis Data

Tekik analisis yag di uaka adalah tekik analisis Skoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberikan nilai atau skor. Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena.Dalam penelitian fenomenal sosial ini ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel peneliti (Sugiyono, 2012).

Dengan skoring, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

(30)

18

Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skoring mempunyai gradasi yang dapat berupa kata-kata antara lain:

a. Baik/Tinggi : 3

b. Cukup/Sedang : 2

c. Buruk/Rendah : 1

Untuk menerangkan tanggapan responden terhadap variabel penelitian maka dilakukan analisis jawaban yang diberikan responden berkaitan dengan pertanyaan tersebut. Kriteria interpretasi skornya adalah sebagai berikut:

Baik/Tinggi : 68,00 – 100

Cukup/Sedang : 33,34 – 67,00

Buruk/Rendah : 0 – 33,33

.

3.6.Definisi Operasional

1. Lahan kering Lahan kering dapat diartikan sebidang tanah yang dapat di

manfaatkan untuk kegiatan usahatani, dengan menggunakan air secara terbatas (biasanya mengharapkan dari curah hujan).

2. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian

dari keluarga rumput-rumputan.

3. Tanaman kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak

masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Yang di budidayakan sekarang di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang

(31)

19

4. Alih fungsi lahan Alih fungsi lahan adalah suatu proses perubahan

penggunaan lahan dari bentuk penggunaan tertentu menjadi penggunaan lain.

5. Respon petani terhadap alih fumgsi lahan, petani sangat merespon baik

dengan adanya alih fungsi lahan di Desa Botto Mallangg Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang.

6. Dampak dari alih fungsi lahan yang di rasakan petani di Desa Botto

Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang adalah sekarang petani sangat senang dengan melakukan alih fungsi lahan karena yang di hasilkan selama menanam kelapa sawit lebih menguntungkan

(32)

20

VI.GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1. LETAK GEOGRAFIS

Secara geografis Desa Botto Mallangga terletak pada posisi 7,9676° Lintang Selatan dan 111,4312° Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa dataran yaitu sekitar 128 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Enrekang tahun 2016, selama tahun 2016 curah hujan di Desa Botto Mallangga. rata-rata mencapai 4.400 mm. Curah hujan hampir sepanjang tahun tidak ada musim kemarau, yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2012 -2017.

Secara administratif, Desa Botto Mallangga terletak di wilayah Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kaluppang dan Desa Puncak Harapan, Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Batu Mila, Di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pattondong Salu, sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mangkawani dan Kelurahan Bangkala.

Jarak tempuh Desa Botto Mallangga ke ibu kota kecamatan adalah 7 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 35 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam.

(33)

21

Desa Botto Mallanggaterletak di sebelah Selatan sekitar 35 km dari kota Enrekang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

- sebelah utara : Desa Kaluppang dan Desa Puncak Harapan

- sebelah timur : Desa Mangkawani

- sebelah selatan : Desa Pattondong Salu dan Kelurahan Bangkala

- sebelah barat : Desa Batu Mila

4.2. IKLIM

Secara geografis Desa Botto Mallangga terletak pada posisi 7,9676° Lintang Selatan dan 111,4312° Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa dataran yaitu sekitar 128 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Enrekang tahun 2016, selama tahun 2016 curah hujan di Desa Botto Mallangga. rata-rata mencapai 4.400 mm. Curah hujan hampir sepanjang tahun tidak ada musim kemarau, yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2012 -2016

4.3. KEPENDUDUKAN

Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2016, jumlah penduduk Desa Botto Mallangga adalah terdiri dari550 KK, dengan jumlah total 2.809 Jiwa, dengan rincian 1.423 laki-laki dan 1.386 perempuan.

(34)

22

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Botto Mallangga :

Tabel 1.Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang

Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

Laki-Laki 1.423 50,66

Perempuan 1.386 49,34

Total 2.809 100

Berdasarkan tabel 1 menungjutkan bahwa laki-laki lebih banyak dari pada penduduk perempuan, yaitu 1.423 jiwa atau sekitas 50,66 % dari jumlah penduduk keseluruhan, sedangkan penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 1,386 jiwa atau sebesar 49,34 %. Dari jumlah penduduk keseluruhan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir sama. Di lihat dari perbandingannya penduduk laki-laki menunjukkan bahwa potensi tenaga kerja yang ada di Desa Botto Mallangga dapat memberi pengaruh positif di bidang pertanian kerena dapat miningkatkan meningkatkan kemampuan kerja, keterampilan serta kekuatan fisik yang di miliki oleh laki-laki cenderung lebih kuat di banding perempuan, namun peranan perempuan juga sangat di butuhkan untuk membantu laki-laki

(35)

23

4.4. KONDISI DEMOGRAFIS

Mayoritas penduduk Desa Botto Mallangga memiliki mata pencaharian sebagai berikut :

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang

NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH

1 Pegawai Negeri Sipil 52

2 TNI dan POLRI 2

3 Pensiunan 13 4 Petani Sendiri 215 5 Perdagangan 67 6 Buruh Bangunan 34 7 Tukang Kayu 23 8 Tukang Batu 25 9 Buruh Tani 47 10 Wiraswasta 46 11 Belum Bekerja 53 12 Tidak Bekerja 37

13 Pegawai Tidak Tetap / Perangkat Desa 56

14 Peternakan 28

Bedasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat di

Desa botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang

bermatapencaharian, pegawai negeri sipil 52 jiwa, TNI dan POLRI 2 jiwa, pensiunan 13 jiwa, petani 215 jiwa, pedagang 67 jiwa, buruh bangunan 34 jiwa, tukang kayu 23 jiwa, tukang batu 25 jiwa, buruh tani 47 jiwa, wiraswasta 46 jiwa,

(36)

24

belum bekerja 53 jiwa, tidak bekerja 37 jiwa, pegawai tidak tetap/perangkat desa 56 jiwa, peternakan 28 jiwa. Di liat dari data di atas menunjukkan bahwa petani lebih dominan dari pada matapencaharian lain di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang

4.5. Kondisi Pertanian

Kondisi ruang lingkup pertanian yang ada di desa botto mallangga kecamatan maiwa kabupaten enrekang, sangatlah kondusif, Sebagai daerah agraris, perekonomian di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang jelas tidak bisa dipisahkan dengan sektor pertanian. Sektor ini menjadi lokomotif bagi masyarakat perekonomian, sekaligus sebagai mata pencaharian utama penduduk. Berikut rincian lahan yang dimiliki di Kelurahan Botto Mallangga yaitu: Persawahan 885 ha, tegalan/Ladang 597 ha, Perkebunan Negara/Swasta 25 ha Hutan dan Lainnya 819 ha. Dengan adanya lahan pertanian dan perkebunan yang begitu luas di Keluarahan Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang menjadikannya daerah yang sangat cocok untuk dikembangkannya berbagai usahatani mulai dari tanaman jangka pendek hingga tanaman tahunan. Namun masyarakat di Kelurahan Botto Mallangga kebanyakan mengusahakan tanaman bulanan jangka pendek termasuk tanaman padi, dimana hasil panennya langsung dijual, petani lebih memilih menjual setelah panen dari pada hasil panenya disimpan di rumah, di dukung dengan keadaan jalan letak Kelurahan yang merupakan jalur penghubung yang mudah di akses oleh semua sektor, terutama pedagang masuk dari berbagai daerah

(37)

25

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani padi di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang Berdasarkan data dari 29 responden yang setuju melakukan alih fungsi lahan tanaman jagung ke tanaman kelapa sawit yaitu 16 orang sedangkang yang tidak setuju melakukan alih fungsi lahan yaitu 7 orang dan sedangkan yang ragu-ragu melakukan alih fungsi lahan yaitu 6 orang. Data ini diperoleh dengan metode pengumpulan data dengan kuesioner diperoleh kondisi responden tentang nama, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pengalaman usahatani.

5.1.1 Umur Petani

Umur sangat mempengaruhi aktivitas pengalaman seseorang karena dikaitkan langsung dengan kekuatan fisik dan mental, sehingga berhubungan erat dengan pengambilan keputusan. Responden yang berumur lebih tua relatif cenderung mempunyai pengalaman usahatani yang lebih baik dibandingkan dengan responden yang berumur lebih muda. umur responden dapat dilihat tabel 4 Tabel 4 Umur Petani Di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa

Kabupaten Enrekang.

No Umur Jumlah (orang) Presentase (%)

1 37-45 11 38,00

2 45-55 13 44,82

3 55-65 5 17,24

(38)

26

Tabel 4 diketahui bahwa umur responden pada usia 45 - 55 tahun sebanyak 13 orang atau (44.82%), menandakan bahwa pengalaman petani dalam

bidang usahatani sangat matang, usia 37 – 45 tahun sebanyak 11 orang (38,00 %),

usia 55 – 65 tahun sebanyak 5 orang (17,24%) dan kemudian yang terendah umur

26 – 35tahun ke atas sebanyak 1 orang (2,70%). Mengamati kelompok umur pada

tabel 4 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden tergolong dalam usia pengalaman di bidang pertanian

5.1.2 Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan umumnya mempengaruhi cara berfikir serta cara bertindak dalam pengambilan keputusan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Secara umum tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang ditunjang dengan berbagai pengalaman akan dapat mempengaruhi produktifitas dan kemampuan kerja yang lebih baik yang nantinya akan mempengaruhi pula peningkatan pendapatan dalam memperoleh hidup yang layak.Pendidikan formal responden adalah pendidikan yang diperoleh responden dari bangku sekolah. Untuk mengetahui pendidikan formal responden dapat dilihat dalam Tabel 5 : Tabel 5 Tingkat Pendidikan Petani Di Desa Botto Mallangga Kecamatan

Maiwa Kabupaten Enrekang

No Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)

1 Tidak Sekolah 2 6,89

2 SD 11 37,93

3 SMP 10 34,48

4 SMA 6 20,7

(39)

27

Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden SD sebanyak 11 orang (37,93%), dan SMP sebanyak 10 orang (34,48%), dan SMA sebanyak 6 orang (20,07%), dan yang TIDAK SEKOLAH sebanyak 2 orang (6,89%). Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat penerapan petani responden dalam melakukan usahatani kelapa sawit. Jika melihat kenyataan berdasarkan Tabel diatas, bahwa responden yang mempunyai tingkat pendidikan rendah yang masih berimbang pada pada petani kelapa sawit. Namun meski begitu perbedaan tingkat pendidikan masih rendah dengan pendidikan formal SMP, SMA itu berimbang dengan Pendidikan rendah hal ini bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan petani tidak tahu, mau dan mampu menerapkan teknologi, tetapi juga didukung oleh fisik, pengalaman usahatani, dan Luas lahan kelapa sawit dan jumlah tanggungan keluarga yang mau tidak mau akan memaksa petani responden untuk berupaya dalam meningatkan produksi.

5.1.3 Tanggungan Keluarga

Penggambaran tentang jumlah anggota keluarga petani bertujuan untuk melihat seberapa besar tanggungan keluarga tersebut. Keluarga petani terdiri dari petani itu sendiri sebagai kepala keluarga, istri, anak dan tanggungan lainnya yang berstatus tinggal bersama dalam satu keluarga. Sebahagian besar petani menggunakan tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga sendiri yang secara tidak langsung merupakan tanggung jawab kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga, karena di satu sisi sumber pendapatan yang meningkat keterbatasan kepemilikan sumberdaya, dan disisi lain anggota keluarga yang ditanggung

(40)

28

jumlahnya besar berimplikasi pada besarnya pula biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tabel 6.Tanggungan Keluarga Petani Di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang

No Tanggungan keluarga Jumlah (%) Presentase (%)

1 1 – 2 12 41,39

2 2 – 3 13 44,82

3 3 – 4 4 13,79

Jumlah 29 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani responden terbanyak berada pada antara 3 - 4 sebanyak 13 orang (44,82%) kemudian tanggungan keluarga 5 - 6 sebanyak 4 orang (13,79%) dan kemudian 1

– 2 sebanyak 12 orang (41,39%). Keadaan demikian sangat mempengaruhi

terhadap tingkat kesejahteraan keluarga dan untuk peningkatan produksi dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga petani berusaha untuk menambah pendapatannya melalui usahatani kelapa sawit sehingga dapat memenuhi semua kebutuhan keluarganya.

5.1.4 Pengalaman Usaha Tani

Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani menekuni suatu usaha tani. Semakin lama petani melakukan usahanya maka semakin besar pengalaman yang dimiliki. Dengan pengalaman yang cukup besar akan berkembang suatu keterampilan dan keahlian dalam menentukan cara yang lebih tepat untuk usahatani kelapa sawit secara efektif dan efisien. Lebih jelasnya pengalaman responden dapat disajikan pada Tabel7 berikut ini:

(41)

29

Tabel 7 Pengalaman Usaha Tani Di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang.

No Pengalaman Usaha Tani Jumlah (orang) Presentase (%)

1 10 – 16 6 20,68

2 17 – 23 15 51,72

3 24 – 30 8 27,60

Jumlah 29 100

Tabel 7 menunjukkan bahwa pengalaman petani responden terendah

adalah 10 - 16 tahun sebanyak 6 orang (20,68%) dan 17 – 23 tahun sebanyak 15

orang (51,72%) dan 24 – 30 tahun sebanyak 8 orang (27,60%). Hal ini

menunjukkan bahwa umumnya responden berpengalaman dalam berusahatani. Pengalaman berusahatani sangat erat hubungannya dengan keinginan peningkatan kesejahteraan petani dalam melaksanakan usahatani kelapa sawit kedepannya

serta keinginan petani mengetahui informasi tentang peningkatan produksi dan

pendapatan kelapa sawit yang lebih meningkat untuk menambah tingkat kesejahteraan petani.

5.1.5 Luas Lahan

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang mempengaruhi hasil produksi usahatani. Petani yang memiliki status lahan milik sendiri mempunyai kebebasan dalam menggunakan dan memanfaatkan lahan pertaniannya. Sedangkan petani dengan status lahan sakap tidak mempunyai kebebasan dalam menggunakan dan memanfaatkan lahan pertaniannya karena hanya menggarap lahan milik orang lain yang lahannya digunakan untuk berusahatani kelapa sawit dan hasil panen kelapa sawit tersebut di bagi sesuai kesepakatan pemilik lahan kelapa sawit dan petani penggarapnya. Adapun data mengenai luas lahan petani

(42)

30

kelapa sawit di Desa Botto Mallangga yang diambil sebagai responden adalah sebagai berikut ini. Klasifikasi luas lahan responden yang mengikuti dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Luas Lahan Petani Di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang

No Luas Lahan Jumlah (orang) Presentase (%)

1 1,00 - 1,50 13 44,82

2 1,51- 2,00 13 44,82

3 2,01 - 2,50 3 10,36

Jumlah 29 100

Tabel 8 ini memperlihatkan bahwa luas lahan yang dimiliki petani di Desa

Botto Mallangga rata-rata 1,00 – 1,50 Ha sebanyak 13 orang dengan persentase

44,82%. dan yang mempunyai luas lahan 1,51 – 2,00 Ha sebanyak 13 orang

dengan persentase 44,82%. Sedangkan petani yang memiliki luas lahan 2,01 –

2,50 Ha sebanyak 3 orang dengan persentase 10,36% Hal ini menunjukkan bahwa petani di Desa Botto Mallangga memiliki lahan pertanian sendiri untuk melakukan usahatani Kelapa sawit dan luas lahan yang lumayan besar dapat mempengaruhi tingkat produktivitas usahatani kelapa sawit.

(43)

31

5.2. Respon Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan Tanaman Jagung Ke Tanaman Kelapa Sawit

Respon petani terhadap alih fungsi lahan di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang ada yang setuju dan ada juga yang ragu-ragu dan ada pula yang tidak setuju melakukan alih fungsi lahan. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 9 : Respon petani terhadap alih fungsi lahan di Desa Botto Malangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang.

Berdasarkan pada tabel 9 dapat dijelaskan bahwa respon dari pada petani terhadap alih fungsi lahan terkait dengan pertanyaan tentang usaha tani kelapa sawit penting untuk di terapkan dan di kembangkan memiliki persentase tertinggi

(44)

32

dari beberapa responden yaitu sebesar 82,76% atau di kategorikan lebih tinggi, sedangkan respon petani terkait dengan pertayaan tentang alih fungsi lahan apakah memerlukan biaya yang besar, memiliki pertase terendah sebesar 56,32%, respon dari beberapa responden.

5.3. Dampak Alih Fungsi Lahan Tanaman Jagung Ke Tanaman Kelapa Sawit

Dalam mengalih fungsikan suatu lahan tentunya ada suatu dampak yang akan di timbulkan baik dari segi pendapatan, peningkatan atau pengurangan tenaga kerja, dan produktifitas lahan. Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan dampak alih fungsi lahan tanaman jagung ke tanaman kelapa sawit dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 10 : Dampak petani terhadap alih fungsi lahan di Desa Botto Malangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang.

(45)

33

Alih fungsi lahan pertanian tanaman jagung menjadi tanaman kelapa sawit menjadi tren dikalangan para petani di Dese Botto Mallangga. Hal ini tidak bisa di pungkiri, karena menjadi petani kelapa sawit sangatlah menjanjikan. Setiap saat harga tandang buah segar (TBS) terus naik, kondisi ini sangat menguntungkan petani. Persoalan alih fungsi lahan tanaman jagung menjadi tanaman kelapa sawit di sebabkan pula oleh tinnginya harga pupuk, serangan hama penyakit.

Dampak langsung dari konversilahan pertanian adalah berkurangnya luasareal tanam dan panen khususnya tanamanjagung, karena sebagian besar lahan yang dikonversi adalah lahan tanaman jagung . Hal yang palingmemprihatinkan adalah bahwa sasaranlahan yang dikonversi adalah lahan-lahanpertanian dengan produktivitas yang relativetinggi. Pada sisi lain, kondisi ini tidakdiimbangi dengan laju ekstensifiasi yangmemadai, sehingga pengurangan luas lahanpertanian berlangsung secara terusmenerus dalam waktu yang relatif cepat.

Dalam jangka panjang, dalam banyak kasus, konversi lahan selalu terjadi pada kawasan lahan kelas I dengan produktivitas tinggi, terutama di kawasan sekitar perkotaan sebagai dampak dari perkembangan dan perluasan kota. Sebagai akibat dari hilangnya sebagian besar lahan produktif, proses produksi tanaman khususnya tanaman jagung, terganggu dan berujung pada menurunnya produksi dan produktivitas tanaman jagung . Konversi lahan juga sering berdampak buruk terhadap kawasan-kawasan tangkapan air dan kelestarian sumber daya air, menyebabkan ketersediaan air khususnya untuk proses produksi tanaman jagung terganggu baik kuantitas maupun kualitasnya.

(46)

34

5.2.1 Dampak Alih Fungsi Lahan Secara Ekonomi Masyarakat

Hasil penghitungan ekonomi antara petani jeruk dan petani kelapa sawit didapatkan bahwa keuntungan petani kelapa sawit lebih besar dibandingkan dengan petani jagung. Hal ini disebabkan setelah panen selama 4 bulan petani sawit mampu mengembalikan modal, terlebih lagi jika bibit sawit yang ditanami adalah bibit unggul. Dengan adanya perkebunan kelapa sawit di Desa Botto Mallangga, dapat menyediakan lapangan kerja baru bagi sejumlah petani terutama buruh tani yang terkena alih fungsi lahan. Selain itu, dengan adanya perkebunan kelapa sawit di Desa Tabolang, dapat menyediakan lapangan kerja baru bagi sejumlah petani terutama buruh tani yang terkena alih fungsi lahan. Menurut Sudirja (2008), mengklasifikasikan dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap perekonomian menjadi dua yaitu dilihat dari sisi positif dan negatif. Dampak positifnya antara lain :

i. Ketersediaan lapangan kerja baru bagi sejumlah petani terutama buruh tani

yang terkena alih fungsi lahan.

ii. Meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Dampak negatif yang dirasakan masyarakat sekitar alih fungsi lahan pertanianadalah:

i. Mengurangi produktivitas tanaman jagung

ii. Rusaknya sumber-sumber ekonomi masyarakat seperti sawah , kebun dan

(47)

35

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

1. Respon petani terhadap alih fungsi lahan tanaman jagung ke tanaman

kelapa sawit dilahan kering di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang ada yang setuju melakukan alih fungsi lahan dan ada juga yang tidak setuju dan ada juga yang masih ragu-ragu melakukan alih fungsi lahan. Dengan tabulasi diketahui bahwa respon petani terhadap alih fungsi lahan sangat positif, dengan rata-rata 70,23 %.

2. Dampak alih fungsi lahan tanaman jagung ke tanaman kelapa sawit di

lahan kering di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang . Dengan tabulasi diketahui bahwa respon petani terhadap alih fungsi lahan dikategorikan sedang dengan rata-rata 66,67 % .

6.2Saran

Untuk kedepannya dalam usahatani Kelapa sawit di Desa Botto mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang, Lebih mengoptimalkan Lahan Kelapa sawit baik perawatan dan produksi panen setiap bulannya. Pemerintah lebih memperhatikan infrastruktur yang memudahkan petani kelapa sawit untuk mengangkut buah hasil panennya ke jalan, agar petani tidak susahdalam megeluarkan hasilnya panennya. Pemerintah daerah lebih memperhatikan masalah harga, dan dapat menekan Perusahaan agar harga bisa naik. Dan cepat menyelesaikan masalah salah satu perusahaan kelapa sawit.

(48)

36

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Teknik mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random.http://www.statistikian.com Di akses 12 april 2019

Djoenarsih.Soenarjo 1983.Komunikasi terhadap suatu pesan yang di lancarkan oleeh komunikator.http://eprints.umm.ac.id. Di akses16april 2019

Irawan B. 2005. Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola Pemanfaatanya, dan Faktor Determinan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Kementerian Pertanian. 2016. Outlook Kelapa Sawit Komoditas Pertanian Subsektor Pertanian. Jakarta. Pusat Data dan Sistem Informasi Sekretariat Jenderal-Kementerian Pertanian

Pakpahan, Agus. 2007. Investing In Farmers’ Welfare. Cetakan pertama. Bogor:

PT Penerbit IPB Press

Suryana A. 2005. Satu Abad Kiprah Lembaga Penelitian Tanah: 1905-2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Sudaryanto T, Sri H S, Sumaryanto. 2009. Increasing Number of Small Farms in Indonesia Causes and Consequences. University of Kent, United Kingdom Subana, Sudrajat2005. Penelitian Kuantitatif. http://eprints.walisongo.ac.id. Di

akses 19 april 2019

Soemarno. 2013. Konversi Lahan dalam Mata KuliahLanduse Planning and LandManagement. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang. Suhartono. 2018. dampak alih fungsi lahan perkebunan jeruk ketanaman kelapa

sawit terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa tabolang kecamatan topoyo kabupaten mamuju tengah. Skripsi. Fakultas pertanian, Universitas Muhammadiyah. Makassar

(49)

37

LAMPIRAN

Lampiran 1 Koesioner Penelitian Respon Petani Terhadap Alih Fungsi Lahan Tanaman Jagung Ke Tanaman Kelapa Sawit Di Lahan Kering di Desa Botto Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang

KUISIONER PENELITIAN SKRIPSI

RESPON PETANI TERHADAP ALIH FUNGSI LAHAN TANAMAN JAGUNG KE TANAMAN KELAPA SAWIT DI DESA BOTTO MALLANGGA KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG

I. IDENTITAS RESPONDEN

Nama : ...

Umur : ...

Jenis Kelamin : ... Pengalaman usahatani : ... (Tahun)

Pendidikan terkhir : ( Tidak sekolah/SD/SMP/SMA/PT )

Pekerjaan : ...

Jumlah anggota Keluarga : ...

Luas Lahan : ... ( Ha )

Pekerjaan pokok : ... Pekerjaan sampingan : ...

(50)

38 No Pertanyaan Penilaian Setuju (3) Ragu (2) Tidak (1) 1

Apakah Bapak sudah mengetahui secara benar tentang teknologi budidaya kelapa sawit (dari mulai persiapan lahan sampai panen/pascapanen)?

2 Apakah bagi Bapak usahatani kelapa sawit

cenderung lebih menguntungkan?

3

Apakah menurut Bapak usahatani kelapa sawit penting untuk diterapkan dan dikembangkan?

4

Menurut Bapak apakah usahatani jagung selama ini lebih cenderung kurang menguntungkan?

5

Apakah Bapak beralih ke usahatani kelapa sawit karena ada jaminan pasar (terutama harga)? No Pertanyaan Penilaian Setuju (3) Ragu (2) Tidak (3) 6

Apakah menurut Bapak sudah relatif banyak, petani yang mengaplikasikan alih fungsi lahan ke tanaman kelapa sawit?

7 Apakah ada peran pihak lain (penyuluh) dalam

usahatani kelapa sawit?

8

Apakah Bapak sudah mampu menghadapi kendala/masalah yang terkait dengan alih fungsi lahan tanaman kelapa sawit?

9

ApakahmenurutBapak alihfungsi lahan

tersebut membutuhkan biaya yang relatif besar?

10

Apakah Bapak bersedia untuk

memperluas/mengembangkan usahatani

kelapa sawit melalui alih fungsi lahan tanaman lain?

(51)

39 No Pertanyaan Penilaian Setuju (3) Ragu (2) Tidak (1) 11

Apakah alih fungsi lahan tanaman jagung ke tanaman kelapa sawit dalam jangka pendek menurunkan pendapatan petani?

12

Apakah alih fungsi lahan tersebut cenderung menurunkan tingkat pengangguran di perdesaan?

13

Apakah menurut Bapak alih fungsi lahan tersebut dapat meningkatkan produktivitas lahan?

14 Menurut Bapak apakah alih fungsi lahan

tersebut lebih banyak dampak positifnya?

15

Apakah dengan alih fungsi lahan ini, sebagian besar petani memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik?

16

Apakah menurut Bapak usahatani kelapa sawit memiliki risiko yang lebih tinggi

dibanding dengan jagung?

Pertanyaan Tambahan :

1. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap alih fungsi lahan jagung Ke

Tanaman Kelapa Sawit ?

Jawab:...

2. Apakah bapak/ibu setuju terhadap alih fungsi lahan jagung ke tanaman kelapa

sawit ?

(52)

40

3. Dengan adanya alih fungsi lahan apakah ada perubahaan penguasaan lahan ?

Jawab:...

4. Apakah ada dampak yang di rasakan oeh bapak/ibu setelah mengalih

fungsikan lahannya?

Jawab:...

5. Dengan adanya alih fungsi lahan apakah ada pola penggunaan lahan?

Jawab:...

6. Dengan alih fungsi lahan, apakah ada perubahan penguasaan lahan ?

Jawab:...

7. Dengan adanya alih fungsi lahan apakah ada kesulitan yang dirasakan

bapak/ibu ?

Jawab:...

8. Bagaimana dampak yang dirasakan setelah Bapak / ibu mengalih fungsikan

lahan jagung ke tanaman kelapa sawit ?

Jawab:...

9. Dengan alih fungsi lahan, apakah ada perubahan pola agraria?

(Ya) atau (Tidak)

(53)

41

10.Dengan adanya alih fungsi lahan, apakah ada sistem bagi hasil ?

Jawab:...

11.Dengan adanya alih fungsi lahan, apakah ada peningkatan harga lahan ?

Jawab:...

12.Dengan adanya alih fungsi lahan, apakah ada sistem sewa lahan ?

Jawab:...

13.Dengan alih Fungsi lahan, apakah ada keterbatasan lahan ?

Jawab:...

14.Apakah dengan alih fungsi lahan bapak/Ibu memiliki pekerjaan sampingan

selain bertani ?

(54)

42

Lampiran 2. Identitas Responden

1 Rahman 47 30 3 SMP 1,50 2 Sudirman 43 18 2 SMP 1,75 3 Sappe 42 15 3 SD 2,00 4 Janwar 43 17 3 SMP 2,50 5 Lukman 50 22 2 SMP 2,00 6 Asri 39 10 4 SMP 1,50 7 Sikin 49 20 5 SD 2,00

8 Ambo Asrul 53 30 1 Tidak Sekolah 2,00

9 Iye Tono 58 22 6 SMA 1,25

10 Appe 49 19 2 SD 1,00

11 Sukri 47 18 3 SMA 1,00

12 Rasyid 52 22 3 Tidak Sekolah 2,00

13 Rahman Siri 56 30 1 SMP 1,50 14 Rusli 49 21 2 SMA 1,75 15 Lohe 59 22 5 SD 2,50 16 Irfan 38 30 3 SD 1,00 17 Lakammang 47 18 2 SD 1,25 18 Ambo Baso 58 30 6 SD 1,00 19 Asis 39 10 3 SMA 1,50 20 Ma'ing 60 30 2 SMA 1,00 21 Mali 54 22 3 SMP 1,25 22 Cappe 41 20 1 SD 1,50 23 Anto 48 30 1 SD 2,00 24 Tanto 41 20 1 SMA 2,00 25 Aris 39 10 3 SMP 2,00 26 Edi 37 10 3 SMP 2,00 27 Erwin 38 10 3 SMP 2,50 28 Suker 48 20 2 SD 2,00 29 Hamdani 50 30 3 SD 2,00 1.374 606 81 0 49 47,38 20,90 2,79 #DIV/0! 1,70 60 30 6 0 2,5 37 10 1 0 1 Umur (tahun) Luas lahan (Hektar) JUMLAH RATA-RATA Jumlah tanggungan keluarga (Orang) Pendidikan (Tahun) MINIMUM MAXIMUM No. Nama Pengalaman usaha tani (Tahun)

(55)

43

Lampiran 3. Respon petani terhadapalih fungsi lahan tanaman jagung ke tanaman kelapa sawit

(56)

44

Lampiran 4. Dampak alih fungsi lahan tanaman jagung ke tanaman kelapa sawit

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 1 2 2 2 2 2 2 12 66,67 2 1 3 2 2 2 3 13 72,22 3 1 3 2 3 3 3 15 83,33 4 1 1 1 1 1 1 6 33,33 5 2 2 3 2 2 2 13 72,22 6 1 3 2 2 2 2 12 66,67 7 1 3 2 2 2 3 13 72,22 8 2 1 1 2 2 2 10 55,56 9 3 3 2 3 2 1 14 77,78 10 1 1 1 1 1 1 6 33,33 11 3 3 1 2 2 3 14 77,78 12 1 3 2 2 2 3 13 72,22 13 1 2 2 2 2 2 11 61,11 14 3 3 2 3 2 1 14 77,78 15 3 3 2 2 3 1 14 77,78 16 1 3 3 3 2 3 15 83,33 17 1 1 1 1 1 1 6 33,33 18 2 2 2 2 2 2 12 66,67 19 1 2 2 2 2 2 11 61,11 20 3 3 3 2 1 3 15 83,33 21 3 3 2 2 1 3 14 77,78 22 3 3 2 2 2 3 15 83,33 23 1 1 1 1 1 1 6 33,33 24 1 3 2 2 2 3 13 72,22 25 3 3 2 2 2 2 14 77,78 26 3 3 3 2 2 3 16 88,89 27 2 2 1 2 2 2 11 61,11 28 3 3 2 2 1 3 14 77,78 29 1 1 1 1 1 1 6 33,33 TOTAL 54 69 54 57 52 62 348 1.933 RATA-RATA 1,86 2,38 1,86 1,97 1,79 2,14 12,00 66,67 MAX 3 3 3 3 3 3 16 88,89 MIN 1 1 1 1 1 1 6 33,33 PRESENTASE 62,07 79,31 62,07 65,52 59,77 71,26 400,00 66,67 Tingkat Partisipasi Kontribusi (%) Partisipasi Dalam Kontribusi Program

(57)

45

Lampiran 5. Data tabulasi kategori petani

Lampiran 6. Peta Desa Botto Mallangga

Gambar 1. Peta Desa Botto Mallangga

1

Rendah

5

17,21

2

Sedang

8

27,60

3

Tinggi

16

55,19

Jumlah

29

100

No

Kategori

Jumlah

(orang)

Presentase

(%)

(58)

46

Lampiran 7. Foto dengan salah satu responden

(59)

47

Lampiran 8. Foto buah kelapa sawit

(60)

48

Lampiran 9. Foto dengan salah satu responden

(61)

49

RIWAYAT HIDUP

WIRGA, dilahirkan di Desa Botto Mallangga tanggal 30 Oktober 1996 dari ayah Rusli dan ibu Hasriani. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui adalah SD 151 Kadeppe masuk pada tahun 2002 dan selesai pada tahun 2008, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Maiwa pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011, kemudian melanjukan pendidikan SMK N 3 Enrekang dengan jurusan peternakan pada tahun 2011, dan lulus tahun 2014. Dan melanjutkan pendidikan pada tahun 2014, di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah KKP di Kabupaten Barru Kecamatan Pujananting Kelurahan Mattappawalie

(62)

Gambar

Tabel  1.Jumlah  Penduduk  Berdasarkan  Jenis  Kelamin  Desa  Botto  Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang
Tabel  2.  Jumlah  Penduduk  Berdasarkan  Mata  Pencaharian  Di  Desa  Botto  Mallangga Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang
Tabel  6.Tanggungan  Keluarga  Petani  Di  Desa  Botto  Mallangga  Kecamatan  Maiwa Kabupaten Enrekang
Tabel  7  menunjukkan  bahwa  pengalaman  petani  responden  terendah  adalah 10 - 16 tahun sebanyak 6 orang (20,68%) dan 17 – 23 tahun sebanyak 15  orang  (51,72%)  dan  24  –  30  tahun  sebanyak  8  orang  (27,60%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

PUTRA ADITYA. Analisis Kinerja Pemasaran Komoditas Ayam Broiler Di Kelurahan Bintarore Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Dibimbing oleh AMRUDDIN dan

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Berdasarkan Skala Usaha dan Hubungannya Terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani di Desa Sungai Pinang Lagati (Dibimbing oleh

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas padi rawa lebak pada musim tanam pertama dan kedua di Desa Gelebak Dalam Kecamatan Rambutan Kabupaten

Pada tahap ini petani mulai diajarkan mengenai pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL), pembuatan pupuk alami atau pestisida alami, pembuatan nutrisi untuk tanaman dan

Oleh karena itu di daerah peneliti yang bergabung di kelompok tani tidak mendapatkan pupuk sesuai dengan kebutuhannya yang telah diajukan sebelumnya oleh masing-masing petani

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berjumlah 4 pengolahan kerupuk dangke di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang yaitu pada Desa Cendana terdapat 2 responden, Desa

Saluran pemasaran lada yang ada di Desa Tokalimbo Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timurdapat diketahui bahwa rantai pasar pada penjualan lada dimulai dari produsen petani kemudian ke

Keterampilan Petani Padi di Desa Harapan Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu Sumber Data : Data Primer Diolah 2022 Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa keterampilan berusahatani padi yang