• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masalah yang Dihadapi dalam Sistem Pemasaran Komoditas Beras

III. METODE PENELITIAN

5.3 Masalah yang Dihadapi dalam Sistem Pemasaran Komoditas Beras

Dalam sistem pemasaran beras maka akan selalu timbul permasalahan yang di hadapi untuk setiap usaha yang dikerjakan. Dalam sistem pemasaran beras oleh Gapoktan Harapan Jaya terdapat pula masalah-masalah yang sering terjadi, yaitu:

Tabel 10. Jumlah Bobot Skor pada Masalah yang Dihadapi dalam Pemasaran Komoditas Beras

No Jenis Masalah Bobot Skor Kategori

Skala 1 Ketepatan harga jual oleh Gapoktan

harapan jaya (ketidaksesuaian harga)

44 Sedang

2 Harga jual yang selalu berubah-ubah 39 Rendah 3 Lambatnya pengangkutan beras oleh

Gapoktan harapan jaya

43 Sedang

4 Lambatnya informasi tersampaikan ke petani

63 Tinggi

5 Fasilitas distribusi pemasaran kurang memadai

48 Sedang

6 Sulitnya menjaga mutu gabah utamanya standar kadar air

58 Tinggi

7 Sulitnya menjaga mutu beras 55 Tinggi

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2021

49 1. Kesepakatan harga Jual Oleh Gapoktan Harapan Jaya (kesesuaian harga)

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada atribut 1 yaitu ketepatan harga jual oleh Gapoktan harapan jaya (ketidaksesuaian harga) berada pada bobot skor 44 dengan kategori skala sedang. Hal ini sesuai dengan penjumlahan pada skala pengukuran dikali frekuensi orang. Untuk lebih jelasnya mengenai proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 3 dapat dilihat dari frekuensi sebanyak orang sebanyak 7 orang dengan presentase 41,18% yang mengatakan rendah terhadap kesepakatan harga jual Gapoktan Harapan Jaya, karena masih bisa dan tidak melampaui batas jual dikebanyakan ditempat lain, dan sebanyak 10 orang dengan presentase 58,82% yang mengatakan sedang, karena harga yang ditetapkan Gapoktan Harapan Jaya tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah untuk masyarakat. Serlain daripada itu, harga jual akan mengalami kenaikan harga apabila ada kenaikan harga pada kemasan maka jika harga naik itu berarti adanya kenaikan harga paga kemasan/karung maka akan dinaikkan sebesar Rp.50 /kilogram

2. Harga jual yang selalu berubah-ubah

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa pada atribut 2 yaitu harga jual yang selalu berubah-ubah berada pada bobot skor 39 dengan kategori rendah. Hal ini sesuai dengan penjumlahan pada skala pengukuran dikali frekuensi orang. Untuk lebih jelasnya mengenai proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 3 dapat dilihat dari frekuensi sebanyak 12 orang dengan presentase 70,58% yang mengatakan rendah terhadap harga jual yang selalu berubah-ubah, karena menurut petani harga yang ditetapkan Gapoktan Harapan

50 Jaya tidak selalu terjadi perubahan harga kecuali ada kenaikan harga pada peralatan yang digunakan dalam pengemasan beras seperti harga karung yang mengalami kenaikan harga maka harga jual beras juga akan mengalami kenaikan harga, dan sebanyak 5 orang dengan presentase 29,42% yang mengatakan sedang yang artinya menurut petani kadang kala ada kenaikan harga jual pada beras.

Selain daripada itu, panen yang melimpah pada saat musim panen raya tiba yang menyebabkan harga selalu mengalami penurunan harga karena melimpahnya hasil panen menjadi kendala para petani selalu mendapatkan harga yang tidak sama ketika menjual gabah/padi pada waktu tertentu diluar musim panen tiba.

3. Lambatnya pengangkutan beras oleh Gapoktan Harapan Jaya

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa pada atribut 3 yaitu lambatnya pengangkutan beras oleh Gapoktan Harapan Jaya berada pada bobot skor 43 dengan kategori skala sedang. Hal ini sesuai dengan penjumlahan pada skala pengukuran dikali frekuensi orang. Untuk lebih jelasnya mengenai proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 3 dapat dilihat dari frekuensi orang sebanyak 8 orang yang mengatakan rendah terhadap lambatnya pengangkutan beras pada gapoktan, karena petani mengatakan bahwa beras yang sudah siap untuk di dipasarkan ketika selesai dikemas akan segera diantarkan ke pemesan, dan sebanyak 9 orang dengan presentase 52,94% yang mengatakan sedang, petani mengatakan apabila beras yang sudah dikemas kemudian akan diangkut keatas mobil yang selanjutnya akan diantarkan kepada pihak pembeli apabila dari pihak pembeli sudah mau diantarkan atau akan mengambil langsung di Gapoktan Harapan Jaya tanpa harus diantarkan. Selain daripada itu yang menyebabkan

51 lambatnya pesanan sampai ke pembeli dikarenakan terjadi kerusakan pada mesin penggilingan atau terjadi kerusakan pada kendaraan.

4. Lambatnya informasi tersampaikan ke petani

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa pada atribut 4 yaitu lambatnya tersampaikan ke petani berada pada bobot skor 63 dengan kategori skala tinggi. Hal ini sesuai dengan penjumlahan pada skala pengukuran dikali frekuensi orang. Untuk lebih jelasnya mengenai proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 3 dapat dilihat dari frekuensi orang sebanyak 5 orang dengan presentase 29,42% yang mengatakan sedang terhadap lambatnya informasi tersampaikan di masyarakat, karena sebagian dari petani sibuk dengan urusan yang lain di luar kesibukannya sebagai petani dan di Gapoktan Harapan Jaya yang menyebabkan lambatnya informasi tersampaikan ke petani, dan sebanyak 12 orang dengan presentase 70,58% yang mengatakan tinggi, dimana petani mengaku semua informasi mengenai gapoktan disampaikan apabila ada sesuatu hal yang perlu diketahui oleh para petani yang ada di Gapoktan Harapan Jaya. Selain daripada itu petani sebagian besar memiliki pekerjaan lain yang memyebabkan kurangnya interaksi sesama anggota kelompok dan masyarakat yang menyebabkan lambat tersampaikan dan juga karena kurangnya pengetahuan petani cara mengakses informasi melalui teknologi informasi.

5. Fasilitas pemasaran kurang memadai

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa pada atribut 5 yaitu fasilitas pemasaran kurang memadai berada pada bobot skor 48 dengan kategori skala sedang. Hal ini sesuai dengan penjumlahan pada skala pengukuran dikali

52 frekuensi orang. Untuk lebih jelasnya mengenai proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 3 dapat dilihat dari frekuensi orang sebanyak sebanyak 3 orang dengan presentase 17,64% yang mengatakan rendah terhadap fasilitas pemasaran kurang memadai, karena petani mengatakan harus ada tambahan fasilitas dalam bidang pemasaran seperti penambahan alat mesin jahit dan 1 orang tenaga kerja agar pekerja yang ada dalam pabrik penggilingan tidak terlalu kelelahan apabila beras yang sudah dimasukkan kedalam karung langsung bisa dijahit pada mesin jahit, dan sebanyak 14 orang dengan presentase 82,36% yang mengatakan sedang dikarenakan para pekerja mengatakan sudah cukup puas dan sudah memadai untuk para pekerja yang ada di Gapoktan Harapan Jaya. Selain daripada itu fasilitas pemasaran yang disediakan harus lebih diperhatikan agar tidak menghambat pemasaran beras yang akan diantarkan seperti kendaraan harus selalu dalam keadaan baik dan setiap saat di cek kembali sebelum dioperasikan.

6. Sulitnya menjaga mutu gabah utamanya standar kadar air

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa pada atribut 6 yaitu Sulitnya menjaga mutu gabah utamanya standar kadar air berada pada bobot skor 58 dengan kategori skala tinggi. Hal ini sesuai dengan penjumlahan pada skala pengukuran dikali frekuensi orang. Untuk lebih jelasnya mengenai proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 3 dapat dilihat dari frekuensi orang sebanyak 10 orang dengan presentase 58,82% yang mengatakan sedang terhadap sulitnya menjaga mutu gabah dikarenakan petani mengatakan sejauh ini gabah yang dibeli dari petani berkualitas baik dan berkualitas sedang untuk hasil beras yang akan dikomsumi oleh para konsumen, daan sebanyak 7 orang dengan

53 presentase 41,18% yang mengatakan tinggi dikarenakan saat pengeringan gabah cuaca yang kadang terik dan kadang hujan tidak menentu maka akan mempengaruhi hasil beras yang akan dihasilkan.

7. Sulitnya menjaga mutu beras

Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa pada atribut 7 yaitu Sulitnya menjaga mutu beras berada pada bobot skor 55 dengan kategori skala tinggi. Hal ini sesuai dengan penjumlahan pada skala pengukuran dikali frekuensi orang. Untuk lebih jelasnya mengenai proses perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 3 dapat dilihat dari frekuensi orang sebanyak 13 orang dengan presentase 76,47% yang mengatakan sedang yang mengatakan sulitnya menjaga mutu beras , karena rata-rata beras yang ada di gapoktan masih berkualitas baik karena para petani yang menjual gabahnya rata-rata gabah yang berkualitas baik karena didapatkan dari hasil panen yang baru selesai dipanen kemudian langsung dijual di gapoktan untuk hasil beras yang baik dan berkualitas, dan sebanyak 4 orang dengan presentase 23,53% yang mengatakan tinggi dikarenakan kadang kala ada beras dengan kualitas yang kurang bagus dikarenakan terkadang ada gabah yang digiling berkualitas kurang bagus. Selain daripada itu faktor gabah sangat berpengaruh untuk kualitas beras yang baik, semakin bagus kualitas gabah yang digiling maka kualitas beras akan semakin baik pula untuk, karena sering terjadi apabila gabah kurang baik maka beras yang dihaslkan biasanya akan patah atau biji beras yang kehitaman atau kekuningan.

Berdasarkan keseluruhan atribut di atas hanya atribut 4 yaitu lambatnya informasi yang diterima di masyarakat yang berada pada tingkat tinggi dengan

54 bobot skor sebesar 63 berdasarkan dari hasil rentang skala yang berada pada tingkat tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat informan yang mengatakan bahwa akibat dari lambatnya informasi yang tersampaikan dimasyarakat karna sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. individu adalah interaksi yang melibatkan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Sedangkan interaksi institusional adalah interaksi yang melibatkan institusi yang terkait dengan anggota kelompok tani dan masyarakat pada umumnya. Tujuan daripada interaksi yaitu untuk memudahkan informasi sampai kepada masyarakat. Sehingga dengan mudah memperoleh akses informasi didalam menjalankan kegiatan. Proses interaksi terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi. Selain daripada itu kurangnya pengetahuan didalam mengakses informasi sering membuat informasi lambat tersampaikan kepada kelompok tani dan masyarakat. Misalnya, kesibukan masing-masing pihak yang mempengaruhi keterlambatan informasi. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya interaksi antara anggota yang satu dengan anggota lainnya. Interaksi yang dimaksulkan yaitu interaksi individu dan interaksi institusional.

55

Dokumen terkait