• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap sumber-sumber dan daerah sekitarnya

E. Rencana Sistem Jaringan Perkeretaapian

23. Pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap sumber-sumber dan daerah sekitarnya

Tabel 3. 6 Prediksi Kebutuhan Sistem Penyediaan Air minum

Aspek Satuan 2009 2011 2015 2020 2025 2032

Dasar Perhitungan Faktor Pemakaian Air

Hari Maksimum 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2

Jam Puncak 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7

Jumlah penduduk yang dilayani tiap sambungan Sambungan rumah

jiwa/samb

6 6 6 6 6 6

HU/KU/MCK jiwa/samb 100 100 100 100 100 100

Perhitungan Kebutuhan Air

Jumlah penduduk jiwa 56,121 60,448 74,356 91,049 110,569 128,141 Tingkat Pelayanan

Sambungan rumah persen 56 61 66 71 77

HU/KU/MCK persen 10 13 16 19 23

Total persen 52 66 74 82 90 100

Perbandingan pelayanan SR/HU

Sambungan rumah persen 84.85 82.43 80.49 78.89 77.00

HU/KU/MCK persen 13.15 17.57 19.51 21.11 23.00

Jumlah penduduk yang dilayani

Sambungan rumah jiwa 33,851 45,357 60,092 78,504 98,669

HU/KU/MCK jiwa 6,045 9,666 14,568 21,008 29,472

Total jiwa 29,183 39,896 55,023 74,660 99,512 128,141

Pemakaian air domestik

Sambungan rumah l/jiwa/hari 120 130 140 150 160

HU/KU/MCK l/jiwa/hari 30 40 50 60 70

Rata-rata l/jiwa/hari 106.4 114.2 122.4 131.0 139.3

Kebutuhan air domestik l/det 49.1 72.7 103.8 150.9 206.6

Kebutuhan air non domestik

persen dari kebut. Domestik persen 20 23 26 29 32

Debit l/det 9.8 16.7 27.5 43.8 66.1

Kebutuhan air non dan

domestik 58.9 89.4 133.3 194.6 272.7

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

Aspek Satuan 2009 2011 2015 2020 2025 2032

tingakat kebocoran persen 38 33 28 23 18 13

debit kebocoran & operasi l/det 19.4 23.0 30.7 33.0 33.5

Kebutuhan rata-rata l/det 78.4 114.5 164.0 229.7 308.2

Perhitungan Jumlah Sambungan

Jumlah Sambungan

Sambungan rumah unit 5,642 7,560 10,015 13,084 16,445

HU/KU/MCK unit 60 97 146 210 295

Total unit 5,702 7,656 10,161 13,294 16,739

Sumber : Hasil Analisis, 2010.

Untuk meningkatkan produktivitas sistem yang potensial, maka perlu direncanakan peningkatan kapasitas penyediaan air baku untuk beberapa Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada dan penambahan beberapa IPA, dengan berbagai metoda yang sesuai dengan potensi dan kondisi setempat antara lain adalah :

- Pembuatan IPA Muaro Kalaban dan pemanfaatan IPA Batu Tanjung.

- Peningkatan kapasitas pelayanan - Peningkatan kapasitas IPA Talawi

- Mengoptimalkan pengelolaan air bersih oleh PDAM terutama mengurangi angka

kebocoran air bersih, penataan dan pengembangan jaringan distribusi pada daerah- daerah yang ekonomis untuk dilayani.

Mengingat kondisi topografi kota dan penyebaran perkembangan aktivitas yang tidak merata maka arahan penanganan dilakukan sebagai berikut :

• Penelitian kualitas dan kuantitas air tanah dangkal

• Menetapkan dan mengawasi kualitas sumber daya air agar sesuai baku mutu air untuk masing-masing penggunnaannya

• Mengoptimalkan pengelolaan air bersih oleh PDAM terutama mengurangi angka kebocoran air bersih, penataan dan pengembangan jaringan distribusi pada daerah- daerah yang ekonomis untuk dilayani.

• Pemanfaatan sumber air setempat berbasis masyarakat

2. Sistem Pengelolaan Air Limbah

a. air limbah domestik; b. air limbah industri; dan

c. air limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3). Sistem pengelolaan air limbah domestik terdiri atas:

a. sistem pengelolaan air limbah setempat dilakukan secara individual (septic tank) pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat.

b. sistem pengelolaan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat untuk rencana kawasan pusat pemerintahan di Kolok, kawasan pariwisata Kandih, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perumahan dan kawasan permukiman padat. c. IPAL terpusat diarahkan lokasinya di Kecamatan Barangin.

Sistem pengelolaan limbah industri dilakukan dengan sistem pengolahan air limbah setempat. Sistem pengolahan air limbah B3 dilakukan secara tersendiri oleh pihak penghasil limbah B3 dan diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dengan kepadatan penduduk yang tidak tergolong tinggi, diharapkan masing-masing rumah tangga sudah dapat memiliki sistem pembuangan limbah manusia setempat secara pribadi, asalkan keadaan daya resap tanah/muka air tanahnya memadai. Sistem air limbah yang dikelola oleh masyarakat terbatas pada Jamban rumah tangga dengan cara ditampung dalam tangki septik dan cubluk(leaching pit),sedangkan buangan air limbah lain disalurkan ke saluran drainase jalan atau ke lahan kosong di sekitar permukiman.Prediksi perencanaan kebutuhan pengelolaan air limbah dan sanitasi Kota Sawahlunto adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 7 Perkiraan Buangan Limbah Kota Sawahlunto

Sarana Air Limbah 2007 2008 2011 2015 2020 2025 2032

Jumlah Pemukiman /

Rumah 10,708 10,983 12,090 14,871 18,210 22,114 25,628

Jamban 53.53 58.53 63.53 68.53 73.53 78.53 83.53

Sarana Air Bersih 71.04 76.04 81.04 86.04 91.04 96.04 100.00

SPAL 43.96 50.96 53.96 60.96 63.96 70.96 73.96

Sumber : Hasil Analisis, 2010

Sistem pengelolaan air limbah meliputi sistem pembuangan air limbah setempat dan/atau terpusat. Sistem pengelolaan air limbah setempat dilakukan secara individual (septic tank) melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat pada kawasan- kawasan yang belum memiliki sistem terpusat. Sistem pengelolaan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021 terpusat untuk rencana kawasan pusat pemerintahan di Kolok, kawasan pariwisata Kandih, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perumahan dan kawasan permukiman padat. Instalasi pengolahan air limbah diarahkan lokasinya di Kecamatan Barangin. Pengembangan instalasi air limbah harus memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan kawasan penyangga yang dikelola oleh pemerintah atau oleh swasta.

Program/ Rencana sistem pengembangan pengelolan air limbah domestik kota adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan masterplan rencana pengembangan pengelolaan sanitasi dan air limbah Kota Sawahlunto

2. Penyusunan kajian teknis rencana pengembagan sanitasi Kota Sawahlunto 3. Perencanaan teknis sarana dan prasarana sanitasi Kota Sawahlunto 4. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah dan sanitasi

a. Membangun sistem prasarana sanitasi terpadu pada kawasan permukiman padat dan kawasan komersial.

b. Mewajibkan setiap bangunan yang dihuni oleh penduduk atau digunakan untuk aktivitas yang dilengkapi dengan sanitasi dan pengelolaan air limbah yang sesuai ketentuan.

c. Pemantapan sistem setempat (on-site) untuk permukiman yang sudah memiliki sanitasi on-site. Jenis sarana yang digunakan adalah tangki septik serta dilakukan pengurasan secara rutin.

d. Pengelolaan air bekas yang masih digunakan adalah sistem individu dan sebagian menggunakan saluran drainase.

e. Untuk permukiman pada masyarakat berpenghasilan rendah serta belum memiliki sanitasi yang memadai, pengelolaan air limbah dilakukan dengan pembangunan prasarana komunal seperti MCK.

f. Sedangkan untuk permukiman yang kondisi lingkungannya tidak mendukung untuk sistem on-site, pengelolaan dilakukan dengan pembangunan tangki septik. 5. Pembangunan IPLT dan pengembangan operasionalnya di TPA Kayu Gadang

6. Pembangunan septic tank komunal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi dan daerah kumuh

7. Peningkatan kapasitas pengangkutan limbah oleh truk tinja

8. Perencanaan dan pengembangan sistem sanitasi berbasis masyarakat 9. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sanitasi 10. Monitoring pencemaran air dari sistem pembuangan on site

11. Peningkatan perawatan sarana dan prasarana sanitasi kota (SPAL, MCK, Truk Tinja, IPLT

Mengatasi keterbatasan prasarana yang tersedia dalam pengelolaan limbah adalah dengan membuat percontohan pembangunan prasarana air limbah seperti jamban keluarga untuk fasilitas individual dan pembangunan MCK umum untuk fasilitas komunal, pembangunan tangki septic komunal untuk daerah padat dan kumuh.

Dengan adanya percontohan ini akan merangsang dan mendorong masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana air limbah yang memenuhi syarat. Sistem sarana dan prasarana yang diusulkan adalah :

• Membangun sistem prasarana sanitasi terpadu pada kawasan permukiman padat dan kawasan komersial.

• Mewajibkan setiap bangunan yang dihuni oleh penduduk atau digunakan untuk aktivitas tertentu yang dilengkapi dengan sanitasi dan pengelolaan air limbah yang sesuai ketentuan.

• Pemantapan sistem setempat (on-site) untuk permukiman yang sudah memiliki sanitasi on-site. Jenis sarana yang digunakan adalah jamban yang dilengkapi tangki septik serta dilakukan pengurasan secara rutin.

• Pengelolaan air bekas yang masih digunakan adalah sistem individu dan sebagian menggunakan saluran drainase.

• Untuk permukiman pada masyarakat berpenghasilan rendah serta belum memiliki sanitasi yang memadai, pengelolaan air limbah dilakukan dengan pembangunan prasarana komunal seperti MCK. Sedangkan untuk permukiman yang kondisi lingkungannya tidak mendukung untuk sistem on-site, pengelolaan dilakukan dengan pembangunan tangki septik.

• Beberapa program yang perlu segera dilakukan adalah menyusun masterplan dan perencanaan teknis serta pembebasan lahan untuk sarana dan prasarana sanitasi. Selain itu pembuatan konstruksi IPLT (Intstalasi Pengolahan Limbah Terpadu) dan mobil penguras tangki septik.

Sistem pengelolaan air limbah kegiatan tambang dilakukan dengan sistem pengolahan air limbah setempat. Sistem air limbah kawasan tambang dilakukan secara tersendiri oleh pihak pengelola tambang itu sendiri dan diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021 Peta 3.6 Rencana Pengelolaan Limbah

Dokumen terkait