• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III-1 - DOCRPIJM 1502707246BAB III SAWAHLUNTO per 3 jan 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III-1 - DOCRPIJM 1502707246BAB III SAWAHLUNTO per 3 jan 2016"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 ARAHAN TATA RUANG WILAYAH KOTA SAWAHLUNTO

3.1.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang

Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: a. Visi dan misi pembangunan wilayah kota;

b. Karakteristik wilayah kota; dan

c. Isu strategis dan kondisi objektif yang diinginkan.

Berdasarkan hasil analisis, Core Bussiness Kota Sawahlunto adalah ; 1. Pengembangan Pariwisata berbasis budaya, tambang, dan rekreasi. 2. Pertambangan

3. Perkebunan rakyat yang akan dikembangkan menjadi Agrobisnis 4. Kegiatan Industri dan kerajinan

Isue strategis

1. Masalah Konservasi lingkungan menyangkut lahan bekas tambang, ketersedian air, daerah rawan longsor. Masalah lingkungan ini penting untuk menunjang daya dukung lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.

2. Masalah kebutuhan peningkatan Sumberdaya Manusia untuk pengembangan pariwisata dan penambangan.

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA

STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA

(2)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

Gambar 3. 1 Isue Strategis Kota Sawahlunto

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Tujuan Penataan Ruang Kota Sawahlunto adalah : “Melestarikan kota pusaka dan mewujudkan kota wisata yang berbasis kegiatan

kepariwisataan, pertambangan, pertanian dan industri dengan didukung oleh sumber daya

manusia, infrastruktur yang handal dan pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan”

3.1.2 Kebijakan Penataan Ruang Kota Sawahlunto

Kebijakan penataan ruang wilayah kota meliputi: a. kebijakan pengembangan struktur ruang kota; b. kebijakan pengembangan pola ruang kota; dan c. kebijakan kawasan strategis kota.

Kebijakan pengembangan struktur ruang kota meliputi:

a. pengembangan pusat-pusat pelayanan regional untuk menunjang Kota Sawahlunto sebagai kota wisata dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);

b. pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan sebagai satu kesatuan sistem secara terpadu, berhirarki, dan saling berhubungan untuk mendukung fungsi-fungsi kegiatan kota; dan c. pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah, yang meliputi sistem jaringan transportasi,

jaringan energi, jaringan telekomunikasi, infrastruktur perkotaan, dan sistem jaringan sumber daya air.

CORE BUSINESS

Wisata, Tambang, Agrobisnis, Home Industri,

Perkebunan Rakyat

Konservasi Lahan

dan Air

(3)

Kebijakan untuk pengembangan pola ruang kota meliputi: 1. kebijakan pengembangan kawasan lindung; dan 2. kebijakan pengembangan kawasan budi daya.

Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi:

a. pelestarian, perlindungan, rehabilitasi, pengelolaan dan pengendalian kawasan lindung untuk mewujudkan pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan; dan

b. pengembangan RTH kota untuk menunjang fungsi lindung.

Kebijakan pengembangan kawasan budi daya meliputi:

a. pengembangan kegiatan budi daya secara seimbang dan serasi sesuai potensi dan daya dukung wilayah, dengan menekankan pada pengembangan wisata berbasis pada sektor atau subsektor unggulan yaitu pertambangan, pariwisata, perkebunan, kehutanan, industri serta perdagangan dan jasa;

b. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar sesuai fungsi dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;

c. pengelolaan kawasan kehutanan, pertanian dan perkebunan agar dapat berfungsi sebagai resapan air dan RTH kota;

d. pengembangan kawasan perumahan yang layak huni;

e. pengembangan kawasan pusat pemerintahan yang memadai dan berwawasan lingkungan; f. pengembangan fasilitas pelayanan umum yang memadai sesuai dengan tingkat perkembangan

kota;

g. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya; dan h. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Kebijakan untuk pengembangan kawasan strategis kota meliputi:

a. pengembangan kawasan perdagangan regional dan terminal terpadu dalam rangka mendukung fungsi Kota Sawahlunto sebagai PKW;

b. perlindungan terhadap kota pusaka dalam rangka konservasi warisan budaya;

c. pengembangan pusat pemerintahan kota baru dalam rangka peningkatan pelayanan pemerintahan kota dan sebagai pusat pertumbuhan baru di bagian Utara; dan

d. pengembangan kawasan wisata dalam rangka rehabilitasi kawasan bekas tambang, pelestarian dan peningkatan daya dukung lingkungan hidup dan peningkatan pertumbuhan ekonomi kota.

3.2 Strategi Penataan Ruang Kota Sawahlunto

3.2.1 Strategi Pengembangan Struktur Ruang

Strategi pengembangan pusat-pusat pelayanan regional untuk menunjang daerah sebagai kota wisata dan PKW meliputi:

(4)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

b. mengembangkan prasarana rumah sakit dan terminal yang sesuai dengan kriteria PKW; c. mengembangkan pasar regional atau terminal agrobisnis;

d. meningkatkan akses jalan keluar-masuk ke kabupaten atau kota sekitar; dan e. meningkatan kapasitas pembangkit listrik tenaga uap.

Strategi pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan sebagai satu kesatuan sistem secara terpadu, berhirarki, dan saling berhubungan untuk mendukung fungsi-fungsi kegiatan kota meliputi:

a. menetapkan pusat kota baru untuk masa mendatang; b. menetapkan subpusat kota di setiap ibukota kecamatan

c. menetapkan pusat lingkungan di setiap pusat kelurahan atau desa; dan

d. mengembangkan subpusat kota sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat-pusat pelayanan kecamatan.

Strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah, yang meliputi sistem jaringan

transportasi, jaringan energi, jaringan telekomunikasi, infrastruktur perkotaan, dan sistem jaringan sumber daya air meliputi:

a. mengembangkan jaringan kolektor primer, kolektor sekunder, dan jalan lokal; b. mengembangkan terminal yang terintegrasi dan berhirarkhi;

c. mengembangkan dan pemanfaatan jalur kereta api untuk pelayanan angkutan barang, orang dan wisata berbasis kereta api;

d. meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana jalur pejalan kaki yang terintegrasi dengan jalur evakuasi bencana;

e. menyediaan dan pengaturan prasarana dan sarana parkir;

f. melayani pengolahan limbah rumah tangga di kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan rendah dan sedang dengan sistem setempat dan kawasan kepadatan tinggi dengan sistem terpusat;

g. mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPA dengan metode reduce, reuse, dan recycle;

h. meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah; dan

i. mengefektifkan pemanfaatan dan meningkatkan sistem pengolahan TPA dengan metodasanitary landfill.

3.2.2 Strategi-Strategi Untuk Pengembangan Kawasan Lindung dan Budidaya

A. Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

Strategi pelestarian, perlindungan, rehabilitasi, pengelolaan dan pengendalian kawasan lindung untuk mewujudkan pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan meliputi:

a. menetapkan batas-batas kawasan lindung;

(5)

c. melakukan konservasi di daerah rawan bencana longsor di 4 (empat) kecamatan dengan reboisasi, konservasi tanah dan air, serta upaya rehabilitasi;

d. mengelola hutan lindung, sempadan sungai, sekitar mata air, dan taman kota; dan e. mengendalikan kawasan lindung dari kegiatan alih fungsi lahan.

Strategi pengembangan RTH kota untuk menunjang fungsi lindung dan wisata kota meliputi:

a. membangun kawasan yang potensial sebagai jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk garis sempadan sungai dan jalur rel kereta api; dan

b. membuat RTH kota meliputi hutan kota, jalur hijau kota, taman kota, taman lingkungan, kawasan sabuk hijau (green belt) dan lain-lain, untuk memenuhi proporsi RTH 30 (tiga puluh) persen dari luas kota.

B. Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

Strategi pengembangan kegiatan budi daya secara seimbang dan serasi sesuai potensi dan daya dukung wilayah, dengan menekankan pada pengembangan wisata berbasis pada sektor atau subsektor unggulan yaitu pertambangan, pariwisata, perkebunan, kehutanan, industri serta perdagangan dan jasa meliputi:

a. mengembangkan sektor pertambangan dengan menetapkan kawasan pertambangan yang memperhatikan kelayakan berdasarkan daya dukung lingkungan dan merehabilitasi kawasan lahan bekas tambang untuk kegiatan pariwisata, perikanan, dan RTH;

b. mengembangkan sektor industri dengan mengembangkan kawasan sentra industri kecil dan menengah berbasis sumber daya alam di setiap subpusat kota dan mengembangkan pusat pemasaran produksi industri kecil berupa tenun, kerajinan, cinderamata, dan makanan di pusat kegiatan wisata;

c. mengembangakan sektor pariwisata dengan mengembangkan obyek wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, tempat rekreasi, dan agrowisata;

d. mengembangkan sektor perdagangan dengan memantapkan fungsi pasar yang telah ada dan menyediakan infrastruktur pendukung kegiatan pasar;

e. mengembangkan sektor kehutanan dan perkebunan dengan mengembangkan perkebunan rakyat berorentasi pada agrobisnis dan agrowisata; dan

f. merehabilitasi dan mengelola hutan produksi dengan penanaman tanaman yang memiliki ekonomi tinggi, memiliki kemampuan meresapkan air, dan mencegah bencana longsor.

Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar sesuai fungsi dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi:

(6)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

b. mitigasi bencana dengan membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;

c. mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara kompak di kawasan perkotaan;

d. membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan tangkapan air untuk mempertahankan ketersediaan sumber air;

e. mengendalikan pemanfaatan di kawasan budi daya melalui mekanisme perizinan;

f. memberikan insentif bagi kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan disinsentif bagi kegiatan yang mengakibatkan gangguan bagi fungsi utamanya; dan

g. melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi.

Strategi pengelolaan kawasan kehutanan, pertanian dan perkebunan agar dapat berfungsi sebagai resapan air dan RTH kota meliputi mempertahankan fungsi, menata, mengendalikan alih fungsi kegiatan hutan produksi, pertanian dan perkebunan sebagai kawasan resapan air dan RTH kota.

Strategi pengembangan kawasan perumahan yang layak huni meliputi:

a. mencadangkan dan meningkatkan persediaan lahan kota bagi pengembangan kawasan perumahan;

b. mengembangkan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba) untuk perumahan;

c. menyediakan lahan untuk rumah susun; dan

d. meningkatkan prasarana permukiman yang berkualitas.

Strategi pengembangan kawasan pusat pemerintahan yang memadai dan berwawasan lingkungan meliputi:

a.

menyediakan lahan untuk pengembangan kawasan pusat pemerintahan Kota Sawahlunto;

b.

pengembangan infrastruktur untuk mendukung pengembangan pusat pemerintahan secara

bertahap; dan

c.

membangun prasarana dan sarana perkantoran.

Strategi pengembangan fasilitas pelayanan umum yang memadai sesuai dengan tingkat perkembangan kota meliputi:

a. mencadangkan dan meningkatkan persediaan lahan kota melalui penyerahan sebagian dari setiap kawasan yang dikembangkan oleh pengembang kepada pemerintah kota untuk dijadikan areal pelayanan umum; dan

(7)

Strategi perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya meliputi: a. menetapkan kawasan budi daya dan memanfaatkan sumber daya alam di ruang darat, ruang

udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis melalui mekanisme perijinan yang tepat untuk mewujudkan keseimbangan pengembangan kota; dan

b. mengembangkan kegiatan budi daya untuk menarik investasi dan menunjang pengembangan sumber daya manusia, lingkungan, aspek politik, pertahanan dan keamanan negara, sosial budaya serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara meliputi: a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan kemanan negara;

b. mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan kemanan negara untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara;

c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budi daya terbangun; dan

d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/ TNI.

3.2.3 Strategi Pengembangan Kawasan Strategis

Strategi pengembangan kawasan perdagangan regional dan terminal terpadu di Desa Muara Kalaban, Kecamatan Silungkang dalam rangka mendukung fungsi Kota Sawahlunto sebagai PKW meliputi:

a. mengembangkan kawasan ekonomi regional terpadu; dan

b. mengembangkan terminal penumpang dan terminal barang yang terpadu dengan pengembangan stasiun kereta api.

Strategi perlindungan terhadap kota pusaka dalam rangka konservasi warisan budaya meliputi: a. menetapkan dan memantapkan fungsi kawasan cagar budaya;

b. mengkonservasi dan merehabilitasi kawasan cagar budaya;

c. memberikan insentif bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi; dan

d. meningkatkan fungsi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah sebagai objek wisata budaya.

Strategi pengembangan pusat pemerintahan kota di Kolok Kecamatan Barangin dalam rangka untuk peningkatan pelayanan pemerintahan kota dan sebagai pusat pertumbuhan baru di bagian Utara meliputi:

(8)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

b. membangun kawasan pusat pemerintahan sebagai pusat pelayanan pemerintahan dan pelayanan sosial ekonomi masyarakat kota;

c. membangun infrastruktur pendukung kawasan pusat pemerintahan dan sekitarnya untuk menarik perkembangan kegiatan kota ke kawasan pemerintahan.

Strategi pengembangan Kawasan Pariwisata di Kandih dalam rangka rehabilitasi kawasan bekas tambang, pelestarian dan peningkatan daya dukung lingkungan hidup dan peningkatan pertumbuhan ekonomi kota meliputi:

a. melakukan rehabilitas kawasan bekas tambang;

b. melakukan konservasi terhadap genangan-genangan bekas penambangan; c. mendorong pembangunan hutan kota dan taman buah; dan

d. mendorong pembangunan kawasan wisata sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi kota.

3.3 RENCANA STRUKTUR RUANG KOTA

Menurut UU No 26 Tahun 2007 Tentang penataan ruang, rencana struktur tata ruang kota meliputi rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana. Rencana struktur ruang selanjutnya dituangkan dalam bentuk hirarki pusat pelayanan kegiatan perkotaan, yakni pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota, dan pusat lingkungan; yang ditunjang dengan sistem jaringan prasarana baik prasarana jalan, sanitasi lingkungan dan listrik.

Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota.

Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi:

a. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota;

b. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota; dan

c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.

Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota;

b. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi;

c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota; dan d. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:

(9)

b. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kota bersangkutan;

c. Penentuan pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang kota serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem;

d. Sistem jaringan prasarana kota dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya

3.4. Rencana Sistem Pelayanan Perkotaan

3.4.1. Pusat-Pusat Pelayanan Kota

Dalam menentukan pusat-pusat pelayanan terdapat beberapa elemen atau kriteria penetapan yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Dukungan fasilitas 2. Lokasi dan Asksesbilitas 3. Keseimbangan Wilayah 4. Kedudukan Wilayah

Sedangkan unsur-unsur utama yang dijadikan dasar penentuan pusat struktur pelayanan kota, meliputi: pusat pelayanan kota, subpusat pelayanan kota, dan pusat lingkungan.

1. Pusat Pelayanan Kota (PPK) terdiri atas:

a. Kawasan pariwisata diutamakan di Kandih dan Kota Lama; b. Kawasan perdagangan dan jasa regional di Muara Kalaban; dan c. Kawasan Pusat Pemerintahan dikembangkan di Kolok Mudik.

2. Subpusat Pelayanan Kota (SPK)

Sub Pusat Pelayanan Kota di setiap Ibukota Kecamatan. Sub Pusat Pelayanan Kota diarahkan di pusat Kecamatan Silungkang, Lembah Segar, Barangin, dan Talawi mempunyai fungsi sebagai pelayanan pendidikan, kesehatan, perkantoran, perdagangan, pasar, tempat ibadah skala kecamatan, pengembangan sub-terminal, pusat kegiatan dan pengembangan agrobisnis, wisata dan pelayanan penunjang lainnya yang mempunyai skala pelayanan tingkat kota dan tingkat kecamatan.

3. Pusat Lingkungan (PL).

(10)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

Rencana pengembangan Kota Sawahlunto dilakukan dengan membagi Kota Sawahlunto menjadi 4 (empat) Subpusat Pelayanan Kota (SPK). Lebih jelasnya pembagian Sub pusat kota adalah sebagai berikut :

a) Sub Pusat Pelayanan Kota -Aterdiri dari Kecamatan Silungkang b) Sub Pusat Pelayanan Kota -Bterdiri dari Kecamatan Lembah Segar c) Sub Pusat Pelayanan Kota -Cterdiri dari Kecamatan Barangin d) Sub Pusat Pelayanan Kota -Dterdiri dari Kecamatan Talawi

Tabel 3. 1 Pusat Pelayanan Kota Subpusat Pelayanan Kota dan Pusat Lingkungan

Pusat Kegiatan Pusat

1. Kawasan perdagangan dan jasa regional di Desa Muara

2. Kawasan pariwisata di Kandih • Pariwisata 3. Kawasan pemerintahan di

Kolok • Pemerintahan

4. Kota Lama a. Kel Pasar

(11)

Pusat Kegiatan Pusat Lingkungan

Fungsi Kegiatan Utama

Sub Pusat Kota

Talawi

Di Talawi Mudik

1. Desa Sikalang 2. Desa Rantih 3. Desa Salak

4. Desa Sijantang Koto 5. Desa Talawi Hilir 6. Desa Talawi Mudik

7. Desa Bukik Gadang 8. Desa Batu

Tanjung

9. Desa Kumbayau 10. Desa Data

Mansiang 11. Desa Tumpuk

Tangah

• Energi/pembangkit listrik

• Pertambangan • Pendidikan Tinggi

Sub Pusat Kota

Silungkang

Di Desa Muara Kalaban

a. Desa Muara Kalaban b. Desa Silungkang Oso c. Desa Silungkang Duo d. Desa Silungkang Tigo e. Desa Taratak Bancah

• Agrowisata • Industri kecil dan

kerajinan

Sumber: Hasil Analisis, 2010

(12)
(13)

Tabel 3. 2 Kebutuhan fasilitas Pelayanan di Setiap Pusat Pelayanan

Kota Sawahlunto hingga Tahun 2032

Fasilitas PKW

Kesehatan RS Klas B DIlayani RS

(14)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

3.5 Sistem Jaringan Prasarana Utama Kota

Sistem jaringan prasarana utama kota meliputi: a. sistem prasarana utama; dan

b. sistem prasarana lainnya.

3.5.1. Rencana Sistem Prasarana Utama

Sistem prasarana utama meliputi sistem jaringan transportasi darat yang terdiri dari sistem jaringan jalan dan sistem jaringan perkeretaapian.

Rencana Tata Ruang Wilayah untuk sistem transportasi darat bertujuan untuk :

a. Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa dari dan ke pusat pelayanan utama, sub-pusat pelayanan utama dan pusat-pusat pelayanan kegiatan

b. Memperkuat interaksi antar pusat-pusat pelayanan di dalam wilayah kota dan ke wilayah sekitar kota agar tercipta sinergi perkembangan wilayah

c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan mewujudkan pemerataan pembangunan. Pada dasarnya rencana pengembangan sistem jaringan jalan meliputi 4 (empat) hal yaitu berkaitan dengan jaringan jalan (fungsi dan hirarki jalan, kapasitas jalan. pengembangan jalan alternatif), terminal, sarana transportasi dan pejalan kaki.

Sistem jaringan jalan Kota Sawahlunto, terdiri dari : a. jaringan jalan;

b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan c. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan.

A. Rencana Sistem Jaringan Jalan

Pengaturan hirarki fungsi dan status (kewenangan penyelenggaraan) untuk jaringan jalan dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan hubungan antar pusat kegiatan. Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas sistem jaringan jalan, transportasi jalan dan sistem jaringan angkutan umum.

Pengembangan jaringan jalan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan antara lain :

- Penyebaran lokasi kawasan-kawasan kegiatan sektor-sektor perekonomian, sebagai pembangkit

arus lalu lintas.

- Kecenderungan perkembangan wilayah terbangun dan permukiman

Sistem jaringan jalan terdiri atas jaringan jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder dan lokal.

1. Jaringan jalan arteri primer menghubungkan: Padang-Solok-Silungkang- Muaro Kalaban (Sawahlunto) – Kota Muaro Bungo (Provinsi Jambi).

(15)

a. ruas yang menghubungkan Batusangkar-Kota Sawahlunto-Solok meliputi ruas Jalan M. Yamin, Jalan Sawahlunto-Muara Kalaban;

b. ruas yang menghubungkan Simpang Napar - Bukit Bual Kab.Sijunjung; c. ruas jalan BIPP - Rawang Pasilihan Kabupaten Solok;

d. ruas jalan Guguk Bungo - Sibarambang Kabupaten Solok;

e. ruas jalan Dusun Koto – Talago Gunung – Sibarambang Kabupaten Solok; f. ruas jalan Kumanih Ateh – Atar Kabupaten Tanah Datar; dan

g. ruas jalan Puncak Polan- Padang Sibusuk Kabupaten Sijunjung.

3. Jaringan jalan kolektor sekunder menghubungkan antara kecamatan di dalam wilayah Kota Sawahlunto; meliputi :

a. jalan lingkar Barat meliputi ruas Mesjid Syuhada-Air Dingin-Cemara-Simpang Mess Jepang-Kelok Cendol-Pasar Baru Durian-Simpang Kayu Gadang (Sapan);

b. jalan lingkar Timur dalam meliputi ruas Mudik Air-Pondok Batu-Kelok Cendol; dan c. jalan lingkar Timur luar meliputi ruas Simpang Kubang, Lunto-Lumindai-Balai Batu

Sandaran- Pasar Sapan

4. Jaringan jalan lokal menghubungkan kota-kota kecamatan dengan seluruh desa/kelurahan di dalam kota;

Pengembangan sistem sarana dan prasarana transportasi darat dilakukan dengan peningkatan fungsi jalan sesuai dengan kebutuhan dan peningkatan fungsi kota. Kebutuhan pengembangan transportasi tersebut adalah sebagai berikut :

- Peningkatan kualitas jaringan jalan yang menghubungkan antar kecamatan satu dengan lainnya sehingga semua daerah dapat terjangkau.

- Peningkatkan kualitas jaringan jalan dan sarana angkutan umum ke desa-desa, kawasan industri, pariwisata dan kawasan-kawasan yang mempunyai potensi ekonomi.

- Peningkatan terminal/sub terminal angkutan umum yang melayani skala lokal atau dalam kota - Penataan kembali atau bahkan pembebasan jalur-jalur lalu lintas padat dalam kota terhadap

sarana angkutan untuk memperlancar sirkulasi transportasi.

- Alternatif penanganan jalan adalah dengan peningkatan ruas jalan menuju pusat kegiatan kota dan peningkatan serta pembangunan jalan lingkar, membenahi jalan yang ada serta penyediaan sarana penunjangnya.

Sebagai prioritas pembangunan jaringan jalan yang perlu dilakukan segera antara lain adalah : a. Peningkatan status jalan dari jalan lokal menjadi jalan kolektor primer serta peningkatan kualitas

(16)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

b. Peningkatan jalan sebagai jalan lingkar barat. Dengan adanya jalan lingkar barat ini diharapkan beban jaringan jalan dalam kota akan berkurang. Ruas jalan yang digunakan adalah mesjid-syuhada-air dingin-cemara-simp. mess jepang- kelok Cendol – Pasar Baru durian – simpang Kayu Gadang (Sapan)

c. Peningkatan kualitas jaringan jalan kolektor yang menghubungkan antara kota-kota kecamatan di dalam wilayah Kota

d. Peningkatan kualitas jaringan jalan lokal sekunder yang menghubungkan kota-kota kecamatan sampai tingkat persil di dalam wilayah kota

e. Peningkatan kapasitas ruas jalan di depan Stasiun Kereta Api dari ruas Jembatan Mudik Air – GPK – Jembatan BDN.

f. Peningkatan status dan kualitas jalan pada ruas jalan Santur – SMEA Talawi, Kantor PU – Resort Wisata

g. Pengembangan aksesibilitas dengan daerah tetangga

- jalan Dusun Koto – Sibarambang Kabupaten Solok

- Jalan Kumbayau – Atar Kabupaten Tanah Datar, Jalan Kumanih Ateh – Kumanih Bawah

Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung

- Peningkatan status jalan lokal menjadi kolektor pada ruas jalan Simp. Napar – Bukit Bual

pada perbatasan dengan Kabupaten Sijunjung

- Peningkatan kapasitas ruas jalan, Muaro Kalaban – Guguk Cino yang berbatasan dengan

Kabupaten Tanah Datar

h. Peningkatan status dan kualitas jalan yang menghubungkan sentra industri dan pertanian dengan sub pusat kota,

i. Pengembangan jaringan jalan raya dilakukan terhadap semua ruas jalan yang ada

(17)
(18)

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA 2017-2021

Tabel 3. 3 Standar Pelayanan Jalan

Kewenangan Jenis Jalan Fungsi Jalan yang

Dilingkupi Syarat Aksesibilitas Syarat Mobilitas

Kecepatan Ibukota Propinsi yang merupakan PKW

b. KP: 2.750-3.250 (ref: MKJI. 1997) c. LP: 1.750-2.250 (ref: MKJI. Ibukota Propinsi dengan Ibukota Kab/Kota yang merupakan PKW dan/atau PKL (ref: PP JALAN)

b. Menghubungkan antar Ibukota Kab/Kota yang merupakan PKW

(19)

Kewenangan Jenis Jalan Fungsi Jalan yang

Dilingkupi Syarat Aksesibilitas Syarat Mobilitas

Kecepatan dgn persil. antar PKL. & antara PKL dgn persil c. LP/LS: lebar min 6.5

m

a. AS: > 3.500 smp/hari (ref: MKJI. 1997)

(20)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

Kewenangan Jenis Jalan Fungsi Jalan yang

Dilingkupi Syarat Aksesibilitas Syarat Mobilitas

Kecepatan

a. AS: > 3.500 smp/hari (ref: MKJI. 1997)

b. KS: 3.250-4.000 (ref: MKJI. 1997) d. LS: 1.500-2.250 (ref: MKJI. 1997)

Sumber : PP Jalan No.34 tahun 2006, UU Jalan No.38 tahun 2004, MKJI tahun 1997

Ket:

MKJI = Manual Kapasitas Jalan Indonesia

PP = Peraturan Pemerintah No 34 tahun 2006 tentang Jalan UU = UU No 38 tahun 2004 tentang Jalan

(21)

B. Jaringan Prasarana Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan meliputi terminal penumpang dan terminal barang.

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 31/1993. fungsi pelayanan terminal penumpang dibagi menjadi:

- Terminal Penumpang Tipe B. berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi. angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.

- Terminal Penumpang Tipe C. berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesan.

Ketentuan mengenai rencana tipe terminal di Kota Sawahlunto adalah sebagai berikut: • Terminal penumpang tipe B

- Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan minimal kelas IIIB.

- Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal tipe A minimal 15 km di Pulau Jawa, 30 km di pulau lainnya.

- Tersedianya luas lahan minimal 3 Ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 Ha di pulau lainnya.

- Mempunyai akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal minimal berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di pulau lainnya.

- Jumlah arus minimum 25 – 50 kendaraan/jam

- Luas minimal 3 Ha (untuk pulau Jawa dan Sumatera) atau 2 Ha (untuk pulau lainnya)

- Akses masuk dari jalan umum ke terminal berjarak minimal 50 m untuk pulau Jawa atau 30 m untuk pulau lainnya.

- terminal Tipe B seluas kurang lebih 3 (tiga) hektar ditetapkan di Muara Kalaban, Kecamatan Silungkang

Terminal penumpang tipe C

- Terletak di dalam wilayah kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan pedesaan - Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi III C

- Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan

(22)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

- Jumlah arus minimum < 25 kendaraan/jam - terminal Kota Kelas C, ditetapkan di Talawi

Pengembangan Terminal barang ditetapkan di Desa Sijantang Koto Kecamatan Talawi dan Desa Muara Kalaban, Kecamatan Silungkang.

C. Rencana Jaringan Pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Rencana Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan berupa rencana pengembangan trayek angkutan umum.

Pengembangan angkutan umum direncanakan berupa angkutan kota untuk melayani kegiatan pada pusat pelayanan utama, sub pusat pelayanan utama dan pusat-pusat pelayanan kegiatan. Rencana Trayek angkutan kota meliputi :

a. Sawahlunto – Sapan – Santur – Kolok - Talawi; b. Sawahlunto – Sikalang – Talawi;

c. Sawahlunto – Santur – Kandih – Talawi; d. Sawahlunto – Muarokalaban – Silungkang; e. Sawahlunto – Kubang – Lunto – Lumindai; f. Sapan – Kajai – Lumindai;

g. Talawi – Kumbayau - Tumpuk Tangah; h. Talawi – Bukit Gadang – Kumbayau;

Selain itu untuk kegiatan regional, dilakukan pelayanan bus AKDP dan AKAP.

D. Rencana Sistem Perparkiran

Untuk menunjang peningkatan kinerja ruas jalan di Kota Sawahlunto diperlukan sebuah pengaturan mengenai sistem perparkiran. Beberapa pengembangan yang berkaitan dengan perparkiran di Kota Sawahlunto yaitu:

• Membatasi parkir pada badan jalan (on street parking). Parkir pada badan jalan ini tidak diperkenankan untuk jalan berstatus jalan arteri dan juga pada badan jalan yang akan menimbulkan kemacetan lalu lintas seperti ruas jalan di sekitar Pasar Remaja. • Disediakan lahan untuk tempat parkir (off street parking) di setiap pusat-pusat

perdagangan, jasa/ perkantoran terutama pada Kawasan Kota Lama Sawahlunto khususnya pada daerah Pasar Remaja dan Jalan Menuju Gudang Ransum.

(23)

E. Rencana Sistem Jaringan Perkeretaapian

Rencana sistem jaringan perkeretaapian di Kota Sawahlunto adalah Sistem jaringan perkeretaapian adalah perkeretaapian umum.

Rencana perkeretaapian umum Kota sawahlunto adalah sebagai berikut:

(1) pembangunan dan pengoperasian kereta api antar kota dalam provinsi di koridor Teluk Bayur, Padang-Solok-Sawahlunto-Sijunjung-Darmasraya;

(2) pembangunan jalurshort cutPadang-Solok-Sawahlunto, yang merupakan bagian dari rencana pembangunan jaringan Kereta Api Trans Sumatera (Connecting Trans Sumatera Railway); dan

(3) pengembangan fungsi rel kereta api wisata dengan memanfaatkan jaringan jalan kereta api yang telah ada meliputi Bukittinggi-Padang Panjang-Solok-Silungkang-Stasiun Kota Sawahlunto-Muara Kalaban.

(4) Prasarana perkeretaapian berupa stasiun kereta api meliputi Stasiun Kota Sawahlunto, Stasiun Muara Kalaban, dan Stasiun Silungkang

5.5.1 Rencana Sistem Prasarana lainnya

Sistem prasarana lainnya meliputi: a. sistem jaringan energi/kelistrikan; b. sistem jaringan telekomunikasi; c. sistem jaringan sumber daya air; dan d. sistem infrastruktur perkotaan.

1. Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan

Sistem jaringan energi merupakan sistem jaringan kelistrikan jaringan tenaga listrik yang meliputi pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi. Pembangkit tenaga listrik meliputi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kecamatan Talawi yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan listrik Sumatera Barat. Dengan gardu induk di Kecamatan Talawi.

Sumber energi di Kota Sawahlunto diperoleh dari PLTU yang terdapat di Talawi. Selain itu PLTU tersebut juga merupakan sumber energi primer yang ada di Sumatera Barat, dan kemungkinan mengimpor energi primer batu bara atau gas untuk PLTU dan PLTG. Penyediaan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik di Wilayah Sumatera Barat termasuk Kota Sawahlunto untuk jangka pendek diharapkan dapat dipasok dari daerah lain yang surplus energi listrik melalui jaringan interkoneksi Sumbagsel.

(24)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

kebutuhan daya cadangan 30% atau 244,57 M/V. Kebutuhan tenaga listrik di Sumatera Barat meningkat setiap tahunnya sebesar 6,4%.

Wilayah Sumatera Barat merupakan salah satu bagian dari wilayah sistem interkoneksi PLN Sumbagsel. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Wilayah Sumatera Barat dalam jangka pendek diharapkan dapat dipasok dari daerah lain yang surplus energi listrik melalui jaringan interkoneksi Sumbagsel. Hal ini mengingat dalam waktu dekat belum ada rencana pembangunan pembangkit di Sumatera Barat dalam kapasitas besar. Sedangkan untuk jangka panjang selain dari jaringan interkoneksi juga dapat dilakukan pengembangan sistem pembangkit tenaga listrik dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi primer, terutama sumber energi terbaharui yang tersedia di daerah ini.

Untuk jangka panjang, selain interkoneksi Jawa-Sumatera, penyediaan tenaga listrik yang andal, efisien dan murah di Sumatera Barat perlu dipertimbangkan karena beberapa hal diantaranya :

1. Terdapat sumber energi primer terbarukan, seperti panas bumi, potensial sumber daya air dan energi laut.

2. Kemungkinan dibutuhkannya pembangkit daerah untuk penyeimbang (regional balance) guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya gangguan pada jaringan interkoneksi ke Sumatera Barat.

3. Pengiriman daya ke pusat beban di Sumatera Barat dari luar propinsi ini menempuh jarak yang cukup jauh sehingga memiliki konsekwensi kerugian yang besar. Sebagai gambaran panjang jaringan 150 kV dari GI Bangko ke GI Indarung adalah 331,39 km. Jika daya yang harus disuplai di Sumatera Barat dikirim dari Sumatera Selatan tentu jaraknya lebih jauh lagi, sehingga menjadikan harga listrik akan semakin mahal.

Kebutuhan listrik Kota Sawahlunto terasa sangat mendesak, karena masih diperlukan cukup banyak pasokan energi listrik dalam mendukung perkembangan kegiatan perkotaan. Permasalahan pasokan listrik mengakibatkan beberapa desa belum terlayani listrik. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa langkah penanganan terhadap masalah yang terkait dengan kebutuhan listrik ini. Beberapa altenatif arahan untuk menangani permasalahan listrik ini diantaranya adalah :

(25)

b.

Penambahan dan perbaikan sistem pelayanan sambungan ke rumah-rumah sehingga persebaran utilitas listrik dapat menjangkau seluruh masyarakat

c.

Jaminan ketersediaan energi listrik dari pembangkit yang ada di dalam wilayah kota.

d.

Mengembangkan jaringan pelayanan ke kawasan yang baru dikembangkan.

e.

Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan energi (listrik) ke seluruh wilayah kota.

f.

Mengembangkan jaringan pelayanan ke kawasan yang baru dikembangkan meliputi

kawasan permukiman baru, Kawasan Kandi dan di 4 (empat) kecamatan yaitu Lembah Segar, Talawi, Barangin, dan Silungkang.

g.

Jaminan ketersediaan energi listrik dari pembangkit yang ada di dalam wilayah kota.

Sistem jaringan energi meliputi jaringan tenaga listrik meliputi : pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang berlokasi di Sijantang Jaringan transmisi kelistrikan ditetapkan: a. gardu induk ditetapkan di Kecamatan Talawi;

b. jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi ditetapkan di Kelurahan Salak – Kelurahan Lubang Panjang – Kelurahan Saringan;

(26)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

(27)

2. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Sebagai pusat pariwisata, perdagangan dan jasa, maka kebutuhan jasa telekomunikasi menjadi sesuatu yang sangat vital. Berbagai sarana dan prasarana telekomunikasi mutlak diperlukan untuk mendukung berbagai aktivitas perkotaan yang cenderung dinamis. Informasi yang cepat, hemat dan lebih praktis menjadi alasan-alasan cukup mendasar yang menuntut pelayanan jasa telekomunikasi yang meliputi jasa telepon, telex, telegram dan internet.

Fasilitas telekomunikasi masih tergolong sedikit jumlahnya dan tingkat pelayanannya masih relatif rendah. Dari total rumah tangga yang ada, hanya sekitar 24 % yang telah terlayani. Kekurangan ini dilayani dengan adanya rencana penambahan fasilitas sambungan telepon, dan telepon selular. Untuk mendukung aktivitas penduduk terutama pada bidang perekonomian, maka perlu disusun rencana penyediaan sistem saluran telepon.

Sistem jaringan telekomunikasi yang dibutuhkan untuk wilayah daerah meliputi :

a. jaringan tetap yang meliputi jaringan tetap lokal, sambungan langsung jarak jauh, sambungan Internasional dan tertutup;

Jaringan tetap ditetapkan secara terpisah untuk tiap kawasan. Penambahan dan pembangunan sentral-sentral telepon baru dan membangun BTS / menara bersama. b. jaringan bergerak meliputi jaringan bergerak terestrial dan seluler.

Jaringan bergerak teresterial meliputi radio trangking dan radio panggil untuk umum akan ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara telekomunikasi. Jaringan bergerak seluler meliputi menara bersama telekomunikasi ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara telekomunikasi dengan memperhatikan efisiensi pelayanan, keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitarnya.

Jaringan telekomunikasi di Kota Sawahlunto semakin pesat berkembang, terutama jasa telekomunikasi dari telepon selular. Untuk beberapa daerah masih membutuhkan untuk jasa telekomunikasi jaringan Telkom, karena permasalahan sinyal yang lemah di pemukiman di pedesaan.Penggunaan telepon seluler yang semakin tinggi mengakibatkan meningkatnya jumlah menara telekomunikasi. Menara telekomunikasi adalah bangunan yang berfungsi sebagai penunjang jaringan telekomunikasi yang didesain / bentuk konstruksinya disesuaikan dengan keperluan jaringan telekomunikasi. Permasalahan dikota - kota dan kabupaten di Indonesia saat ini adalah penyebaran menara telekomunikasi yang menyebar tidak terencana dan berdiri sendiri-sendiri sehingga dirasa keberadaanya mengangu fungsi dan tata ruang kota.

(28)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

untuk mengatur keberadaan menara telekomunikasi didasarkan kepada Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika No.02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang pedoman pembangunan dan penggunaan menara bersama telekomunikasi dan mengadopsi beberapa peraturan daerah yang telah mengakplikasikan regulasi tersebut dalam penataan ruang kota.

Dalam pembangunan menara telekomunikasi dibagi berdasarkan dalam zona-zona dan harus memperhatikan potensi ruang kota yang tersedia. kepadatan pemakai jasa telekomunikasi yang disesuaikan dengan kaidah penataan ruang kota. keamanan dan ketertiban lingkungan. estetika dan kebutuhan telekomunikasi pada umumnya.

Menara telekomunikasi diklasifikasikan dalam 2 (dua) bentuk, terdiri dari menara telekomunikasi tunggal dan menara telekomunikasi rangka yang desain (bentuk) konstruksinya disesuaikan dengan peletakannya. Menara telekomunikasi diklasifikasikan menurut jenisnya dalam 2 (dua) bentuk, terdiri dari menara telekomunikasi/tower induk dan menara telekomunikasi /tower Base Tranciever Station (BTS) yang konstruksinya disesuaikan dengan fungsinya.

Pembagian zona terbagi dalam 2 zona yaitu : 1. Zona I :

 Pembangunan menara telekomunikasi yang diperbolehkan dengan konstruksi menara telekomunikasi tunggal maupun menara telekomunikasi rangka yang peletakannya hanya dipermukaan tanah, dengan ketinggian maksimal 45 m.

 Jarak minimal atau radius yang diperbolehkan untuk penempatan titik lokasi menara telekomunikasi adalah 1 (satu) kilometer dari tower terdekat.

2. Zona II :

 Pembangunan menara telekomunikasi yang diperbolehkan dengan konstruksi menara telekomunikasi tunggal maupun menara telekomunikasi rangka yang peletakannya hanya dipermukaan tanah, dengan ketinggian maksimal 70 m.

 Jarak minimal atau radius yang diperbolehkan untuk penempatan titik lokasi menara telekomunikasi adalah 2 (satu) kilometer dari tower terdekat.

Dalam upaya meminimalkan jumlah menara telekomunikasi pembangunan menara telekomunikasi baru diharuskan untuk disiapkan dengan konstruksi yang memenuhi syarat dan harus merupakan menara telekomunikasi bersama yang digunakan oleh lebih dari 2 operator. Dalam hal ini operator diwajibkan menyampaikan rencana penempatan antena/menara (cell planning) kepada pemerintah daerah untuk disesuaikan dengan pola pesebaran menara telekomunikasi pemerintah daerah.

(29)

Gambar 3. 4 Peta Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Kota Sawahlunto

(30)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

3. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pengembangan sumber daya air dilakukan untuk :

- Memenuhi kebutuhan air baku bagi penyediaan air bersih dan irigasi serta kegiatan budidaya.

- Melestarikan sumber-sumber air

Pengembangan sumberdaya air diselaraskan dengan pengembangan sistem permukiman, kawasan budidaya dan kawasan lindung. Pengembangan sumberdaya air didasarkan pada keseimbangan antara kebutuhan air baku untuk permukiman dan kegiatan budidaya dengan ketersediaan sumberdaya air dengan memperhatikan teknologi, lingkungan fisik dan hidrologi wilayah.

Sistem jaringan sumber daya air terdiri atas:

a.

sistem jaringan sumber daya air lintas negara, lintas provinsi, dan lintas kabupaten kota yang berada pada wilayah kota bersangkutan;

b.

wilayah sungai (WS)

c.

sistem jaringan irigasi

d.

sistem jaringan air baku untuk air minum; dan

e.

sistem pengendalian banjir.

Sistem jaringan sumber daya air lintas kabupaten adalah WS Indragiri yang merupakan WS Strategis Nasional.

Wilayah Sungai di Kota Sawahlunto meliputi sungai, dan embung. (1) Sungai di Kota Sawahlunto meliputi:

Jaringan sungai di wilayah Kota Sawahlunto masuk dalam Sistem Wilayah Sungai (SWS) Indragiri yang terdiri dari

a. Batang Lasi

b. Sungai Batang Ombilin; c. Sungai Batang Lunto; d. Sungai Batang Sumpahan; e. Sungai Batang Malakutan; f. Mata air Kajai; dan

g. Mata Air Sikabu.

(2) Embung terdapat di Kecamatan Talawi, Kecamatan Barangin, dan Kecamatan Lembah Segar.

(31)

kegiatan budidaya dengan ketersediaan sumberdaya air dengan memperhatikan teknologi, lingkungan fisik dan hidrologi wilayah. Sistem jaringan air baku untuk air bersih menggunakan sistem air permukaan. Sistem jaringan air permukaan, meliputi :

a. Sungai Batang Ombilin; b. Sungai Batang Lunto; c. Sungai Batang Sumpahan; d. Mata air Kajai;

e. Mata Air Sikabu; dan f. Mata Air Sikalang.

Untuk lebih jelasnya mengenai jenis sumber air, lokasi sumber air, kuantitas dan pemanfaatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. 4 Lokasi dan Penyebaran Sumber Air baku Kota Sawahlunto

No Jenis Sumber Lokasi Sumber Air (Desa/ Kelurahan)

3 Batang Malakutan Talago Gunung, Kolok

Mudik. 80

Sumber air bersih penduduk. 4 Batang Sumpahan Kubang Utara Sikabu 51 Sumber air bersih

penduduk.

Untuk meningkatkan produktivitas sistem yang potensial, maka perlu direncanakan peningkatan kapasitas penyediaan air baku untuk beberapa Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada dan penambahan beberapa IPA, dengan berbagai metoda yang sesuai dengan potensi dan kondisi setempat antara lain adalah :

• Peningkatan kapasitas IPA Talawi

(32)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

• Mencari sumber air baku pada daerah yang sulit dijangkau oleh sistem jaringan distribusi yang ada.

(33)
(34)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

Sistem pengendalian banjir bertujuan untuk mengendalikan daya rusak air. Sistem pengendalian banjir meliputi:

a. kolam retensi; b. sungai; dan c. pintu air.

(1) Kolam retensi yaitu di Genangan bekas Tambang Kandih, Genangan bekas Tambang Tamatsu, Tandikek, dan Genangan bekas Tambang Tanah Hitam.

(2) Sungai meliputi Batang Lasi, Batang Ombilin, Batang Lunto, Batang Sumpahan, dan Batang Malakutan.

(3) Pintu air meliputi:

a. Pintu air Sawah Dilie, Koto Tingga, Ngungun, Sungai Bae, Koto Tingga, Sawah Rumbio di Kecamatan Silungkang;

b. Pintu air Sawah Jambak, Durian Gampu, Sibolin, Lubuk Antuan, Simotang Hilir di Kecamatan Lembah Segar;

c. Pintu air Lubuk Sungkai, Lb. Sawah Gadang, Batang Mindai, Koto Tingga, Sawah Banyak, Sawah Laweh Hilir, Sawah Laweh, Tanah Taban, Sawah Panjang, Kaluka Sawah Lurah, Sawah Laweh II, Subangko, Batu Bajuo, Tapian, Singkarewang di Kecamatan Barangin; dan

d. Pintu air Kemaung, Data Rambutan, Batang Kumanih, Limau Sundai, Lubuk Landai, Sawah Dilie/Kandih, Batu Hampar, Sawah Tangah di Kecamatan Talawi.

4. Sistem Jaringan Infrastruktur Perkotaan

Sistem jaringan infrastruktur perkotaan meliputi: a. sistem penyediaan air minum;

b. sistem pengelolaan air limbah; c. sistem persampahan;

d. sistem drainase;

e. penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki; f. jalur evakuasi bencana; dan

g. sistem proteksi kebakaran.

1. Sistem Penyediaan Air Minum

(35)

Jaringan bukan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, atau bangunan perlindungan mata air diatur lebih lanjut oleh Dinas teknis terkait.

Kebutuhan air minum Kota Sawahlunto dilayani oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kota Sawahlunto. Untuk menjamin ketersediaan air baku. Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan Prasarana dan Sarana Sanitasi.

Daerah pelayanan PDAM Kota Sawahlunto belum mencakup keseluruhan kawasan kota, disebabkan keterbatasan kapasitas produksi yang dimiliki. Kota Sawahlunto yang terdiri atas 4 Kecamatan dengan penduduk 54.913 jiwa yang tersebar pada 10 Kelurahan dan 27 Desa belum seluruhnya dijangkau oleh jaringan pipa.

Dari keseluruhan luas kawasan Kota Sawahlunto sebesar 27.345 Ha, luas kawasan penduduk yang ada pada daerah pelayanan adalah 24.051 Ha sedangkan yang telah mendapatkan pelayanan air bersih PDAM Kota Sawahlunto adalah seluas 10.107 Ha atau sebesar lebih kurang 36,96 %.

Pelayanan air minum penduduk Kota Sawahlunto dilakukan oleh PDAM Kota Sawahlunto dilayani oleh 3 (tiga) unit pelayanan yaitu :

1. Unit Talawi

2. Unit Sawahlunto – Kayu Gadang dan Lunto 3. Unit Lumindai .

Unit Sawahlunto terdiri dari 2 sub unit yang terkoneksi melayani area pelayanan yang sama. Unit Talawi dan unit Lumindai melayani area pelayanan tersendiri. PDAM Kota PDAM Sawahlunto terbagi dalam 3 (tiga) area pelayanan. Jumlah dan jenis pelanggan masing-masing unit adalah :

• Unit Talawi, terdiri dari 1.724 SR ; 59 sambungan sosial dan 59 sambungan industri. • Unit Kayu Gadang, melayani 2.589 SR ; 99 sambungan sosial dan 139 sambungan

industri.

• Sub Unit Lumindai, melayani 164 SR ; 12 sambungan sosial.

Tingkat pelayanan air di Kota Sawahlunto masih tergolong rendah, bahkan dengan kapasitas yang tersedia sekarang, PDAM hanya mampu melayani sekitar 35 % penduduk Kota Sawahlunto.

Lingkup pelayanan air PDAM belum mampu menjangkau sebagian penduduk, sehingga banyak penduduk yang menggunakan air sumur dan air sungai.

Prediksi kebutuhan sistem penyediaan air minum Kota Sawahlunto dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut.

(36)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

sebagai berikut :

1. Penyusunan masterplan sistem PAM Kota Sawahlunto 2. Pengembangan dan optimalisasi air bersih kota

3. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap air minum (Perpipaan, Non Perpipaan, PDAM, Non PDAM)

4. Peningkatan target pelayanan dari PDAM 5. Meningkatkan jaringan pelayanan

6. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan 7. Peningkatan unit air baku di Silungkang

8. Peningkatan unit produksi di Silungkang

9. Pengembangan unit transmisi dan distribusi di Silungkang 10. Perbaikan sistem distribusi untuk menekan tingkat kebocoran

11. Pengembangan sistem non-pipa di kawasan yang belum terlayani oleh sistem pipa 12. Peningkatan sarana air minum perdesaan

13. Peningkatan peran serta swasta dalam penyediaan air minum 14. Menjaga kualitas dan kuantitas sumber air baku yang sudah ada ;

15. Mencari sumber air baku pada daerah yang sulit dijangkau oleh sistem jaringan distribusi yang ada

16. Menetapkan pengelolaan setiap sumber daya air 17. Perlindungan kawasan tangkapan air

18. Perencanaan dan pemanfaatan air yang terkoordinir 19. Mencegah berdirinya bangunan di bantaran sungai

20. Menjaga sumber air dari pencemaran dan melakukan pemantauan kualitas air sungai secara berkala

21. Pengaturan pengambilan air bawah tanah

22. Perizinan bagi pengambilan air tanah dalam volume besar untuk industri

(37)

Tabel 3. 6 Prediksi Kebutuhan Sistem Penyediaan Air minum

Aspek Satuan 2009 2011 2015 2020 2025 2032

Dasar Perhitungan Faktor Pemakaian Air

Hari Maksimum 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2

Jam Puncak 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7

Jumlah penduduk yang dilayani tiap sambungan Sambungan rumah

jiwa/samb

6 6 6 6 6 6

HU/KU/MCK jiwa/samb 100 100 100 100 100 100

Perhitungan Kebutuhan Air

Jumlah penduduk jiwa 56,121 60,448 74,356 91,049 110,569 128,141 Tingkat Pelayanan

Sambungan rumah persen 56 61 66 71 77

HU/KU/MCK persen 10 13 16 19 23

Total persen 52 66 74 82 90 100

Perbandingan pelayanan SR/HU

Sambungan rumah persen 84.85 82.43 80.49 78.89 77.00

HU/KU/MCK persen 13.15 17.57 19.51 21.11 23.00

Jumlah penduduk yang dilayani

Sambungan rumah jiwa 33,851 45,357 60,092 78,504 98,669

HU/KU/MCK jiwa 6,045 9,666 14,568 21,008 29,472

Total jiwa 29,183 39,896 55,023 74,660 99,512 128,141

Pemakaian air domestik

Sambungan rumah l/jiwa/hari 120 130 140 150 160

HU/KU/MCK l/jiwa/hari 30 40 50 60 70

Rata-rata l/jiwa/hari 106.4 114.2 122.4 131.0 139.3

Kebutuhan air domestik l/det 49.1 72.7 103.8 150.9 206.6

Kebutuhan air non domestik

persen dari kebut. Domestik persen 20 23 26 29 32

Debit l/det 9.8 16.7 27.5 43.8 66.1

Kebutuhan air non dan

domestik 58.9 89.4 133.3 194.6 272.7

(38)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

Aspek Satuan 2009 2011 2015 2020 2025 2032

tingakat kebocoran persen 38 33 28 23 18 13

debit kebocoran & operasi l/det 19.4 23.0 30.7 33.0 33.5

Kebutuhan rata-rata l/det 78.4 114.5 164.0 229.7 308.2

Perhitungan Jumlah Sambungan

Jumlah Sambungan

Sambungan rumah unit 5,642 7,560 10,015 13,084 16,445

HU/KU/MCK unit 60 97 146 210 295

Total unit 5,702 7,656 10,161 13,294 16,739

Sumber : Hasil Analisis, 2010.

Untuk meningkatkan produktivitas sistem yang potensial, maka perlu direncanakan peningkatan kapasitas penyediaan air baku untuk beberapa Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang ada dan penambahan beberapa IPA, dengan berbagai metoda yang sesuai dengan potensi dan kondisi setempat antara lain adalah :

- Pembuatan IPA Muaro Kalaban dan pemanfaatan IPA Batu Tanjung.

- Peningkatan kapasitas pelayanan - Peningkatan kapasitas IPA Talawi

- Mengoptimalkan pengelolaan air bersih oleh PDAM terutama mengurangi angka

kebocoran air bersih, penataan dan pengembangan jaringan distribusi pada daerah-daerah yang ekonomis untuk dilayani.

Mengingat kondisi topografi kota dan penyebaran perkembangan aktivitas yang tidak merata maka arahan penanganan dilakukan sebagai berikut :

• Penelitian kualitas dan kuantitas air tanah dangkal

• Menetapkan dan mengawasi kualitas sumber daya air agar sesuai baku mutu air untuk masing-masing penggunnaannya

• Mengoptimalkan pengelolaan air bersih oleh PDAM terutama mengurangi angka kebocoran air bersih, penataan dan pengembangan jaringan distribusi pada daerah-daerah yang ekonomis untuk dilayani.

• Pemanfaatan sumber air setempat berbasis masyarakat

2. Sistem Pengelolaan Air Limbah

(39)

a. air limbah domestik; b. air limbah industri; dan

c. air limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3). Sistem pengelolaan air limbah domestik terdiri atas:

a. sistem pengelolaan air limbah setempat dilakukan secara individual (septic tank) pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat.

b. sistem pengelolaan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat untuk rencana kawasan pusat pemerintahan di Kolok, kawasan pariwisata Kandih, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perumahan dan kawasan permukiman padat. c. IPAL terpusat diarahkan lokasinya di Kecamatan Barangin.

Sistem pengelolaan limbah industri dilakukan dengan sistem pengolahan air limbah setempat. Sistem pengolahan air limbah B3 dilakukan secara tersendiri oleh pihak penghasil limbah B3 dan diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dengan kepadatan penduduk yang tidak tergolong tinggi, diharapkan masing-masing rumah tangga sudah dapat memiliki sistem pembuangan limbah manusia setempat secara pribadi, asalkan keadaan daya resap tanah/muka air tanahnya memadai. Sistem air limbah yang dikelola oleh masyarakat terbatas pada Jamban rumah tangga dengan cara ditampung dalam tangki septik dan cubluk(leaching pit),sedangkan buangan air limbah lain disalurkan ke saluran drainase jalan atau ke lahan kosong di sekitar permukiman.Prediksi perencanaan kebutuhan pengelolaan air limbah dan sanitasi Kota Sawahlunto adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 7 Perkiraan Buangan Limbah Kota Sawahlunto

Sarana Air Limbah 2007 2008 2011 2015 2020 2025 2032

Jumlah Pemukiman /

Rumah 10,708 10,983 12,090 14,871 18,210 22,114 25,628

Jamban 53.53 58.53 63.53 68.53 73.53 78.53 83.53

Sarana Air Bersih 71.04 76.04 81.04 86.04 91.04 96.04 100.00

SPAL 43.96 50.96 53.96 60.96 63.96 70.96 73.96

Sumber : Hasil Analisis, 2010

(40)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

terpusat untuk rencana kawasan pusat pemerintahan di Kolok, kawasan pariwisata Kandih, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perumahan dan kawasan permukiman padat. Instalasi pengolahan air limbah diarahkan lokasinya di Kecamatan Barangin. Pengembangan instalasi air limbah harus memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan kawasan penyangga yang dikelola oleh pemerintah atau oleh swasta.

Program/ Rencana sistem pengembangan pengelolan air limbah domestik kota adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan masterplan rencana pengembangan pengelolaan sanitasi dan air limbah Kota Sawahlunto

2. Penyusunan kajian teknis rencana pengembagan sanitasi Kota Sawahlunto 3. Perencanaan teknis sarana dan prasarana sanitasi Kota Sawahlunto 4. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah dan sanitasi

a. Membangun sistem prasarana sanitasi terpadu pada kawasan permukiman padat dan kawasan komersial.

b. Mewajibkan setiap bangunan yang dihuni oleh penduduk atau digunakan untuk aktivitas yang dilengkapi dengan sanitasi dan pengelolaan air limbah yang sesuai ketentuan.

c. Pemantapan sistem setempat (on-site) untuk permukiman yang sudah memiliki sanitasi on-site. Jenis sarana yang digunakan adalah tangki septik serta dilakukan pengurasan secara rutin.

d. Pengelolaan air bekas yang masih digunakan adalah sistem individu dan sebagian menggunakan saluran drainase.

e. Untuk permukiman pada masyarakat berpenghasilan rendah serta belum memiliki sanitasi yang memadai, pengelolaan air limbah dilakukan dengan pembangunan prasarana komunal seperti MCK.

f. Sedangkan untuk permukiman yang kondisi lingkungannya tidak mendukung untuk sistem on-site, pengelolaan dilakukan dengan pembangunan tangki septik. 5. Pembangunan IPLT dan pengembangan operasionalnya di TPA Kayu Gadang

6. Pembangunan septic tank komunal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi dan daerah kumuh

7. Peningkatan kapasitas pengangkutan limbah oleh truk tinja

8. Perencanaan dan pengembangan sistem sanitasi berbasis masyarakat 9. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sanitasi 10. Monitoring pencemaran air dari sistem pembuangan on site

(41)

Mengatasi keterbatasan prasarana yang tersedia dalam pengelolaan limbah adalah dengan membuat percontohan pembangunan prasarana air limbah seperti jamban keluarga untuk fasilitas individual dan pembangunan MCK umum untuk fasilitas komunal, pembangunan tangki septic komunal untuk daerah padat dan kumuh.

Dengan adanya percontohan ini akan merangsang dan mendorong masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana air limbah yang memenuhi syarat. Sistem sarana dan prasarana yang diusulkan adalah :

• Membangun sistem prasarana sanitasi terpadu pada kawasan permukiman padat dan kawasan komersial.

• Mewajibkan setiap bangunan yang dihuni oleh penduduk atau digunakan untuk aktivitas tertentu yang dilengkapi dengan sanitasi dan pengelolaan air limbah yang sesuai ketentuan.

• Pemantapan sistem setempat (on-site) untuk permukiman yang sudah memiliki sanitasi on-site. Jenis sarana yang digunakan adalah jamban yang dilengkapi tangki septik

serta dilakukan pengurasan secara rutin.

• Pengelolaan air bekas yang masih digunakan adalah sistem individu dan sebagian menggunakan saluran drainase.

• Untuk permukiman pada masyarakat berpenghasilan rendah serta belum memiliki sanitasi yang memadai, pengelolaan air limbah dilakukan dengan pembangunan prasarana komunal seperti MCK. Sedangkan untuk permukiman yang kondisi lingkungannya tidak mendukung untuk sistem on-site, pengelolaan dilakukan dengan pembangunan tangki septik.

• Beberapa program yang perlu segera dilakukan adalah menyusun masterplan dan perencanaan teknis serta pembebasan lahan untuk sarana dan prasarana sanitasi. Selain itu pembuatan konstruksi IPLT (Intstalasi Pengolahan Limbah Terpadu) dan mobil penguras tangki septik.

(42)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

(43)

3. Sistem Persampahan

Pengelolaan sistem persampahan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Tingkat pelayanan persampahan eksisting saat ini baru mencapai 30%. Di targetkan terjadi peningkatan 5% setiap 5 tahun sekali sehingga pada tahun 2032 tingkat pelayanan bisa mencapai 50%.

Permasalahan yang di hadapi Kota Sawahlunto dalam melakukan pelayanan sistem persampahan adalah kondisi topografi yang menyebabkan aksesibilitas pengangkutan menjadi terbatas. Hal ini bisa di atasi dengan melakukan sistem pemberdayaan masyarakat dalam mengurangi timbulan sampah serta mengaktifkan tempat pengolahan sampah terpadu. Dengan demikian, tingkat ketergantungan masyarakat kepada pemerintah untuk penanganan sampah menjadi lebih kecil.

Perkiraan timbulan sampah sampai dengan tahun 2032 adalah seperti terlihat pada Tabel 3.12 . Rencana pengembangan sistem persampahan untuk kota Sawahlunto adalah sebagai berikut :

(1) Sistem persampahan terdiri dari Tempat Penampungan Sementara (TPS), Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

(2) Tempat Penampungan Sementara (TPS) berupa tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu, dengan lokasi pada setiap unit lingkungan permukiman dan pusat-pusat kegiatan di Wilayah. Ditetapkan di setiap desa/kelurahan.

(3) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berupa tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah, ditetapkan di setiap pusat lingkungan/ kelurahan/desa atau Kawasan seluas 500-1.000 m².

(4) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) berupa tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan, ditetapkan di Kayu Gadang Kecamatan Barangin

(44)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

Tabel 3. 8 Perkiraan Timbulan Sampah Kota Sawahlunto

Uraian Satuan 2008 2011 2015 2020 2025 2032

Talawi

Jumlah Penduduk Jiwa 17237 18974 23340 28580 34707 40223

Tingkat Pelayanan persen 50 50 55 60 65 70

Volume Timbulan l/o/h 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3

Sampah Domestik m3/h 29.73 32.73 40.26 49.30 59.87 69.38 Sampah Non Domestik m3/h 9.91 10.91 13.42 16.43 19.96 23.13 S u b T o t a l m3/h 39.65 43.64 53.68 63.73 79.83 92.51 Sub Total Sampah Terlayani m3/h 19.82 21.82 29.53 39.44 51.89 64.76 Barangin

Jumlah Penduduk jiwa 16158 17787 21879 26791 32535 37705

Tingkat Pelayanan persen 40 40 45 50 55 60

Volume Timbulan l/o/h 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3

Sampah Domestik m3/h 27.87 30.68 37.74 46.21 56.12 63.04 Sampah Non Domestik m3/h 9.29 10.23 12.58 13.40 18.71 21.68 S u b T o t a l m3/h 37.16 40.91 50.32 61.62 74.83 86.72 Sub Total Sampah Terlayani m3/h 14.87 16.36 22.64 30.81 41.16 52.03 Lembah Segar

Jumlah Penduduk jiwa 12034 13247 16295 19953 24231 28082

Tingkat Pelayanan persen 20 20 25 30 35 40

Volume Timbulan l/o/h 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3

Sampah Domestik m3/h 20.76 22.85 28.11 34.42 41.80 48.44 Sampah Non Domestik m3/h 6.92 7.62 9.37 11.47 13.93 16.15 S u b T o t a l m3/h 27.68 30.47 37.48 43.89 53.73 64.59 Sub Total Sampah Terlayani m3/h 3.54 6.09 9.37 13.77 19.51 23.84 Silungkang

Jumlah Penduduk jiwa 9484 10440 12842 15725 19096 22131

Tingkat Pelayanan persen 10 10 15 20 25 30

Volume Timbulan l/o/h 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3 2.3

(45)

Uraian Satuan 2008 2011 2015 2020 2025 2032

T o t a l m3/h 126.30 139.03 171.02 209.41 254.31 294.72

T o t a l Sampah yang dilayani

m3/h

42.40 46.68 63.97 91.25 123.53 157.90

Presentase pelayanan Total % 30 30 35 40 45 50

Presentase pelayanan Total % 33.57 33.57 38.57 43.57 48.57 53.57 Sumber : Hasil analisis, 2010.

Program untuk peningkatan pelayanan sampah adalah :

1. Memperluas cakupan pelayanan dan peningkatan tingkat pelayanan

2. Peningkatan pengelolaan persampahan oleh masyarakat mulai dari tahap pengumpulan sampah dari sumber sampai lokasi pemindahan atau TPSS yang ada. 3. Penyuluhan dan penyebarluasan sistem pengelolaan persampahan serta penggunaan

bio organik kepada masyarakat dan petugas kebersihan.

4. Pengadaan armada pengangkutan sampah menuju TPA dan mengatur rute pelayanan dan pembebanan

5. Pembenahan sarana dan prasarana persampahan di TPA. 6. Perencanaan pengembangan sistem pengelolaan persampahan

7. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana sistem pengelolaan persampahan 8. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan 3R (Reuse, reduce dan

recycle)mulai dari tahap pewadahan, pengumpulan dan pengolahan. 9. Penentuan dan pengembangan target reduksi sampah Kota

10. Sosialisasi dan penggiatan program pemilahan sampah di masyarakat 11. Pemenuhan sarana dan prasarana pengolahan dan pemanfaatan sampah

12. Pengembangan tempat penampungan sampah terpadu (TPST) terutama untuk daerah – daerah yang tidak terjangkau oleh sistem pengangkutan

13. Pengadaan kontainer sampah di tingkat pusat permukiman 14. Pengadaan dump truck, arm roll truck di tingkat kecamatan

15. Pembenahan sarana dan prasarana persampahan di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah)

16. Pengaktifan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah terpadu

17. Peningkatan metoda pengelolaan sampah di TPA dari controlled landfill menjadi sanitary landfill

18. Peningkatan masyarakat dan peran swasta dalam pengelolaan persampahan

(46)

RPIJM –Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya 2017 – 2021

keseluruhan baik oleh swasta atau pihak pemerintah. Sistem pengelolaan sampah yang baik untuk diterapkan dalam sebuah kota adalah sistem pengelolaan perkotaan dimana pengelolaan untuk seluruh kota dilakukan dalam suatu sistem, yang meliputi diantaranya sistem pengumpulan, sistem pengangkutan dan sistem pembuangan/pengolahan.

4. Sistem Drainase

Media yang digunakan untuk menyalurkan limpahan air hujan adalah saluran drainase. Saluran ini sangat berguna untuk menghindari adanya genangan-genangan air di permukaan tanah/jalan yang dapat mengakibatkan kondisi yang tidak diharapkan. Pelayanan sistem drainase di Kota Sawahlunto dapat dibedakan atas drainase alamiah dan drainase buatan di sepanjang tepi jalan yang merupakan saluran sekunder dan tersier. Drainase yang ada menggunakan sungai/parit yang dapat dikatakan sebagai saluran primer (sungai Ombilin dan Malakutan) dan merupakan penampungan dari saluran sekunder.

Dengan keadaan topografi Kota yang bergelombang dan berbukit, proses aliran air hujan cenderung cepat. Jika kondisi ini dibiarkan maka dikhawatirkan akan menimbulkan banjir yang menggenangi kawasan pusat kota yang cukup ramai dan merupakan pusat aktivitas perekonomian dan jasa. Sistem drainase meliputi jaringan drainase primer dan sekunder. Jaringan primer merupakan bagian dari sistem pengendalian banjir di DAS Indragiri. Jaringan drainase primer dan sekunder ditetapkan dengan menggunakan pendekatan Sub-DAS pada masing-masing kecamatan.

(1) Jaringan drainase primer merupakan bagian dari sistem pengendalian banjir di DAS Indragiri meliputi :

a. Sungai Batang Lasi; b. Sungai Batang Ombilin; c. Sungai Batang Lunto;

d. Sungai Batang Sumpahan; dan e. Sungai Batang Malakutan.

(2) Jaringan drainase sekunder ditetapkan dengan menggunakan pendekatan sub-DAS meliputi :

a. Sungai Selo;

(47)

Rencana pengembangan sistem drainase kota Sawahlunto meliputi

1. Perencanaan penataan dan pengintegrasian saluran drainase sesuai dengan perencanaan peruntukan lahan

2. Perencanaan saluran drainase yang terintegrasi antara pemanfaatan saluran yang ada dengan yang di rencanakan

3. Pembangunan saluran drainase / gorong – gorong terutama di prioritaskan di kawasan sikalang, kawasan karang anyar dan kawasan talawi

4. Pembangunan saluran drainase primer dan sekunder terutama di kawasan perumahan yang belum memiliki saluran drainase

5. Penurunan dan penanganan daerah genangan terutama daerah Sijantang, Sikalang, Karang Anyar, Pasar Remaja, Kampung Teleng dan sebahagian wilayah Silungkang yang berada disepanjang Daerah Aliran Sungai Batang Lasi

6. Pemeliharaan, rehabilitasi dan perbaikan saluran drainase primer, sekunder dan gorong gorong terutama di kawasan kampong teleng dan kawasan dengan kemiringan diatas 2%

7. Penyesuaian saluran drainase alami dengan debit dan konstruksi yang memadai 8. Pemeliharaan saluran drainase baik saluran primer, sekunder maupun tersier

terutama di sekitar kawasan pusat kota dan sub pusat kota sehingga proses pelimpasan pembuangan air hujan tidak menimbulkan genangan.

9. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan saluran drainase terutama kebersihan

10. Meningkatkan kedisiplinan dalam membuang sampah dengan tidak membuang sampah sembarangan apalagi ke saluran drainase yang pada akhirnya akan menghambat pergerakan aliran air di saluran-saluran drainase

11. Normalisasi sungai-sungai terutama Batang Lasi, Batang Ombilin, Batang Lunto serta anak-anak sungainya secara lateral untuk mencegah erosi

12. Membangun tanggul penahan laju air

13. Peningkatan kegiatan operasional dan pemeliharaan

Pengembangan sistem jaringan drainase kota diarahkan pada hal-hal sebagai berikut : • Menata kembali sistrem drainase yang ada dengan membuat master plan drainase

sesuai perencanaan peruntukan lahan. • Membangun tanggul penahan laju air

Gambar

Gambar 3. 1 Isue Strategis Kota Sawahlunto
Tabel 3. 1 Pusat Pelayanan Kota Subpusat Pelayanan Kota dan Pusat Lingkungan
Tabel 3. 2 Kebutuhan fasilitas Pelayanan di Setiap Pusat Pelayanan
Gambar 3. 1 peta Rencana Sistem Jaringan jalan Kota Sawahlunto 2032
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemakaian pengendali proporsional integral (PI) pada penyearah terkendali satu fasa dan tiga fasa tanpa umpan balik tidak berpengaruh terhadap besarnya amplitudo tegangan dan

binder lalu diaduk sampai rata. Campuran bahan dan binder yang telah menjadi adonan kemudian dibuat menjadi pelet, dengan menggunakan mesin penggiling daging nomor

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Persaudaraan Setia Hati Terate telah menyelenggarakan Parapatan Luhur 2016 yang menghasilkan penyempurnaan Anggaran

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa pemberian pupuk limbah kulit kopi Arabika berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan relatif, pertambahan biomassa, waktu

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide, pendapat, perasaan ke dalam suatu tulisan, yang telah disepakati dan dipahami

Disampaikan kepada Jemaat, bahwa Pelayanan Sakramen Baptisan Kudus dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2017 dalam Ibadah Hari Raya Natal ke-2 pkl. 09.00 WIB.. Pastoral

Dalam rangka menunjang upaya tersebut, telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sebaran dan potensi Gonystylus non bancanus di empat lokasi

Rekomendasi metode yang digunakan untuk melakukan deteksi longsor yang berbasis fuzzy adalah menggunakan metode eksraksi cirri PCA, dengan analisis klaster