HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Penelitian
1. Pengamatan Afektif
Aktifitas siswa yang diamati meliputi lima indikator aspek afektif yang telah
ditetapkan peneliti, yaitu antusiasme siswa terhadap materi yang disampaikan,
interaksi siswa dengan guru, kepedulian sesama, kerjasama kelompok, dan
97
a. Antusias siswa terhadap materi yang disampaikan
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada indikator ini adalah sebesar 75%,
pada pertemuan pertama siklus I tingkat antusias masih sangat rendah yaitu
sebesar 46,67%, kemudian pada pertemuan kedua mengalami sedikit
peningkatan menjadi 56,67% dan pada pertemuan ketiga mengalami
peningkatan menjadi 70%. Peningkatan tersebut masih kurang dari kriteria yang
ditetapkan, oleh karena itu perlu ditingkatkan kembali pada siklus selanjutnya
(siklus II).
Aspek antusias siswa pada siklus II mengalami peningkatan mulai dari
pertemuan pertama sebesar 70%, kemudian menjadi 75% pada pertemuan
kedua, dan meningkat menjadi 78,33% pada pertemuan keenam. Tingkat
antusias siswa terhadap materi yang disampaikan ini telah mencapai indikator
keberhasilan yang mensyaratkan sekurang-kurangnya persentase antusias siswa
terhadap materi yang disampaikan adalah sebesar 75%.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, faktor pendukung yang sangat
mempengaruhi peningkatan antusias siswa adalah menunjukkan kepada siswa
contoh-contoh penerapan mikrokontroler yang nyata dan lebih aplikatif. Hal ini
merupakan salah satu perlakuan untuk meningkatkan rasa antusias siswa
terhadap materi yang disampaikan.
Peningkatan aspek afektif pada indikator ini dapat ditingkatkan lagi dengan
memberikan perlakuan-perlakuan yang lain. Beberapa cara yang bisa diterapkan
untuk lebih meningkatkan rasa antusias siswa terhadap materi yang disampaikan
98
1) Membuat trainer mikrokontroler dalam bentuk line follower sehingga
lebih menarik dan aplikatif. Secara tidak langsung siswa juga akan belajar
bagaimana proses membuat robot line follower. Selain akan
meningkatkan indikator antusias siswa, penggunaan trainer ini juga akan
semakin meningkatkan aspek kognitif dan psikomotorik siswa. Menurut
Edgar Dale dalam Rudi & Cepi (2008:7), kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran trainer merupakan tingkatan paling
tinggi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini karena akan memberikan
pengalaman langsung kepada siswa. Melalui pengalaman langsung, daya
serap siswa terhadap pelajaran mencapai 90%.
2) Menampilkan contoh nyata penerapan mikrokontroler yang berbeda-beda
pada setiap pokok materinya. Misalnya pada saat pokok materi tentang
seven segment, guru membawa jam digital yang terbuat dari seven
segment untuk ditunjukkan kepada siswa di dalam kelas. Saat pokok
materi motor servo, guru membawa lengan robot yang terbuat dari motor
servo untuk ditunjukkan kepada siswa di dalam kelas. Contoh nyata
penerapan mikrokontroler tersebut bisa didapatkan dengan cara :
meminjam atau membuat sendiri bersama-sama dengan siswa.
3) Apabila susah untuk mendapatkan contoh nyata, sebagai penggantinya
adalah menunjukkan video terkait pokok materi yang akan disampaikan.
Video ini bisa didapatkan dengan mudah melalui internet.
b. Interaksi siswa dengan guru
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada indikator ini adalah sebesar 75%,
99
sebesar 41,67%, kemudian pada pertemuan kedua mengalami sedikit
peningkatan menjadi 58,33% dan pada pertemuan ketiga mengalami
peningkatan menjadi 63,33%. Peningkatan tersebut masih jauh dari kriteria yang
ditetapkan, oleh karena itu perlu ditingkatkan kembali pada siklus selanjutnya
(siklus II).
Aspek interaksi siswa pada siklus II dengan guru mengalami peningkatan
mulai dari pertemuan pertama sebesar 66,67%, kemudian menjadi 70% pada
pertemuan kedua, dan meningkat menjadi 78,33 pada pertemuan ketiga. Tingkat
interaksi siswa dengan guru ini telah mencapai indikator keberhasilan yang
mensyaratkan sekurang-kurangnya persentasenya adalah sebesar 75%.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, faktor pendukung yang sangat
mempengaruhi peningkatan interaksi siswa dengan guru adalah dengan
memperbanyak pertanyaan yang bersifat masal dan memvariasi cara bertanya
kepada siswa. Hal ini merupakan salah satu perlakuan peneliti untuk
meningkatkan interaksi siswa dengan guru.
Peningkatan aspek afektif pada indikator ini dapat ditingkatkan lagi dengan
memberikan perlakuan-perlakuan yang lain. Beberapa cara yang bisa diterapkan
untuk lebih meningkatkan interaksi siswa dengan guru antara lain:
1) Memotivasi siswa agar aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Siswa yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan
akan diberikan nilai tambah oleh guru.
2) Memberikan perhatian lebih kepada siswa yang kemampuannya masih
100
yang mudah sehingga siswa bisa menjawab. Hal ini untuk memotivasi
siswa tersebut agar semakin aktif bertanya dan menjawab pertanyaan.
c. Kepedulian sesama
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada indikator ini adalah sebesar 75%,
pada pertemuan pertama siklus I tingkat kepedulian sesama masih sangat
rendah yaitu sebesar 48,33%, kemudian pada pertemuan kedua mengalami
peningkatan menjadi 58,33% dan pada pertemuan ketiga mengalami
peningkatan menjadi 68,33%. Peningkatan tersebut masih jauh dari kriteria yang
ditetapkan, oleh karena itu perlu ditingkatkan kembali pada siklus selanjutnya
(siklus II).
Aspek kepedulian sesama pada siklus II mengalami peningkatan mulai dari
pertemuan pertama sebesar 71,67%, kemudian tetap pada 71,67% pada
pertemuan kedua, dan meningkat menjadi 76,67% pada pertemuan ketiga. Hal
ini memperlihatkan bahwa kepedulian sesama termasuk indikator aspek afektif
yang sulit dikondisikan sehingga diperlukan perhatian lebih pada indikator ini.
Tingkat kepedulian sesama ini baru mencapai indikator keberhasilan pada
pertemuan keenam dan telah memenuhi syarat sekurang-kurangnya
persentasenya adalah sebesar 75%.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, faktor pendukung yang sangat
mempengaruhi peningkatan kepedulian sesama adalah dengan menanamkan
kesadaran yang kuat kepada diri siswa untuk saling bertanggung jawab terhadap
hasil belajar kelompoknya. Hal ini merupakan salah satu perlakuan peneliti untuk
101
Peningkatan aspek afektif pada indikator ini dapat ditingkatkan lagi dengan
memberikan perlakuan-perlakuan yang lain. Beberapa cara yang bisa diterapkan
untuk lebih meningkatkan kepedulian terhadap sesama antara lain:
1) Menyusun soal penugasan pada jobsheet yang bisa melatih kepedulian
terhadap teman kelompoknya. Langkahnya yaitu membuat beberapa soal
yang bisa dikerjakan masing-masing individu dan satu soal yang
jawabannya adalah penggabungan dari beberapa jawaban soal
sebelumnya. Hal ini akan menuntut siswa lebih peduli terhadap teman
sekelompoknya karena menyangkut keberhasilan dalam kelompok.
2) Melakukan variasi pembagian kelompok agar siswa terbiasa memahami
sifat teman sekelompoknya yang berbeda-beda. Hal ini akan
membiasakan siswa selalu peduli terhadap teman sesamanya demi
keberhasilan dalam kelompok.
d. Kerjasama kelompok
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada indikator ini adalah sebesar 75%,
pada pertemuan pertama siklus I tingkat kerjasama kelompok masih sangat
rendah yaitu sebesar 55,00%, kemudian pada pertemuan kedua mengalami
sedikit peningkatan menjadi 63,33% dan pada pertemuan ketiga mengalami
peningkatan menjadi 68,33%. Peningkatan tersebut masih jauh dari kriteria yang
ditetapkan, oleh karena itu perlu ditingkatkan kembali pada siklus selanjutnya
(siklus II).
Aspek kerjasama kelompok pada siklus II mengalami peningkatan mulai dari
pertemuan pertama sebesar 78,33%, kemudian menjadi 78,33% pada
102
Tingkat kerjasama kelompok ini telah mencapai indikator keberhasilan yang
mensyaratkan sekurang-kurangnya persentasenya adalah sebesar 75%.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, peningkatan aspek kerjasama
kelompok ini juga merupakan dampak dari perlakuan yang diberikan oleh peneliti
yaitu dengan menanamkan kesadaran yang kuat kepada diri siswa untuk saling
bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompoknya.
Peningkatan aspek afektif pada indikator ini dapat ditingkatkan lagi dengan
memberikan perlakuan-perlakuan yang lain. Cara yang diterapkan untuk lebih
meningkatkan kerjasama kelompok sama dengan perlakuan yang disampaikan
pada indikator kepedulian terhadap sesama, karena kedua indikator ini saling
terkait. Beberapa cara tersebut antara lain:
1) Menyusun soal penugasan pada jobsheet yang bisa melatih kepedulian
terhadap teman kelompoknya. Langkahnya yaitu membuat beberapa soal
yang bisa dikerjakan masing-masing individu dan satu soal yang
jawabannya adalah penggabungan dari beberapa jawaban soal
sebelumnya. Hal ini akan menuntut siswa lebih peduli terhadap teman
sekelompoknya karena menyangkut keberhasilan dalam kelompok.
2) Melakukan variasi pembagian kelompok agar siswa terbiasa memahami
sifat teman sekelompoknya yang berbeda-beda. Hal ini akan
membiasakan siswa selalu peduli terhadap teman sesamanya demi
keberhasilan dalam kelompok.
e. Mengerjakan tugas
Indikator aspek afektif yang terakhir adalah mengerjakan tugas. Kriteria
103
pertemuan pertama siklus I tingkat antusias masih sangat rendah yaitu sebesar
25%, kemudian pada pertemuan kedua mengalami banyak peningkatan menjadi
56,67% dan pada pertemuan ketiga mengalami peningkatan menjadi 70%.
Peningkatan tersebut masih jauh dari kriteria yang ditetapkan, oleh karena itu
perlu ditingkatkan kembali pada siklus selanjutnya (siklus II).
Aspek mengerjakan tugas pada siklus II indikator mengalami peningkatan
mulai dari pertemuan pertama sebesar 80%, kemudian menjadi 88,33% pada
pertemuan kedua, dan meningkat menjadi 93,33% pada pertemuan ketiga.
Tingkat mengerjakan tugas ini telah mencapai indikator keberhasilan yang
mensyaratkan sekurang-kurangnya persentasenya adalah sebesar 75%.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, peningkatan aspek mengerjakan
tugas ini terjadi karena kemampuan siswa dalam pemecahan masalah terus
meningkat setiap pertemuan. Hal ini menunjukkan siswa sudah terbiasa dengan
metode problem solving.
Peningkatan aspek afektif pada indikator ini dapat ditingkatkan lagi dengan
memberikan perlakuan-perlakuan yang lain. Beberapa cara yang bisa diterapkan
untuk lebih meningkatkan indikator mengerjakan tugas antara lain:
1) Membuat soal-soal penugasan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Harapannya adalah siswa akan merasa tertantang untuk
menyelesaikan tugas tersebut dan termotivasi untuk menerapkan
penyelesain tugas tersebut apabila menjumpai permasalahan yang mirip
104
2) Menghimpun pendapat dari siswa terkait jenis soal penugasan apa yang
diinginkan oleh siswa. Hal ini akan menghasilkan jenis soal yang memang
benar-benar diinginkan oleh siswa.
Gambar 14. Peningkatan Aspek Afektif Siklus I – Siklus II
Gambar 14 di atas menunjukkan diagram peningkatan afektif siswa secara
keseluruhan (rata-rata seluruh indikator) mulai dari siklus I sampai dengan
siklus II, satu siklus penelitian dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Diagram
di atas terlihat bahwa aktifitas siswa pada aspek afektif mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata
persentase afektif yang semula 43,33% pada awal siklus I menjadi 83,33% pada
akhir siklus II. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode problem solving
dapat meningkatkan kompetensi siswa pada aspek afektif.