• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1.1 Alat  Tabung reaksi  Gelas ukur  Pipet tetes  Pemanas  Erlenmeyer  Penangas air  Drop plate  Gelas beker  Thermometer  Pengaduk  Penjepit 3.1.2 Bahan

 Larutan polisakarida (larutan pati)

 Glukosa

 Fruktosa

 Sukrosa

 α-Naftol (dalam etanol)

 H2SO4 pekat

 HCl pekat

 NaOH

 Larutan iodin (dalam KI 30/L)

 Larutan benedict

 Larutan barfode

 Minyak kemasan

 Lemak padatan

 Kloroform

 Asam asetat glasial

 KI 10 %

 KI 30 %

 Lesitin (dalam alkohol)

 Asam nitrat pekat

 Amonium molibdat

 Kolesterol (dalam kloroform)

 Natrium tiosianat  Amilum  Etanol  Eter  KOH Alkoholis  Aquadest

3.2 Skema Kerja 3.2.1 Karbohidrat a. Uji Molisch Penambahan 1 mL H2SO4 Pengamatan b. Uji Benedict

 Penambahan 2 mL larutan benedict

 Pemanasan

 Pengamatan

 Penambahan 2 mL larutan benedict

 Pemanasan

 Pengamatan

 Penambahan 2 mL larutan benedict

 Pemanasan

 Pengamatan

2 mL larutan gandum+ 2 tetes α naftol Tabung reaksi hasil 5 tetes glukosa Tabung reaksi Hasil 5 tetes fruktosa Tabung reaksi Hasil 5 tetes sukrosa Tabung reaksi Hasil

c. Uji Barfoed

 Penambahan 2 mL larutan Barfoed

 Pemanasan 1 menit dalam penangas air

 Pendiaman hingga dingin

 Pengamatan

 Penambahan 2 mL larutan Barfoed

 Pemanasan 1 menit dalam penangas air

 Pendiaman hingga dingin

 Pengamatan

 Penambahan 2 mL larutan Barfoed

 Pemanasan 1 menit dalam penangas air

 Pendiaman hingga dingin

 Pengamatan 1 mL glukosa Tabung reaksi Hasil 1 mL fruktosa Tabung reaksi Hasil 1 mL sukrosa Hasil Hasil

3.2.2. Lemak / Lipid a. Uji Peroksida

 Pelarutan kedalam 1 mL kloroform

 Penambahan 2 mL asam asetat glasial

 Penambahan 1 tetes larutan KI 10%

 Pengadukkan dan biarkan selama 5 menit

 Pelarutan kedalam 1 mL kloroform

 Penambahan 2 mL asam asetat glasial

 Penambahan 1 tetes larutan KI 10%

 Pengadukkan dan biarkan selama 5 menit

b. Uji Fosfat pada Lesitin

 Penambahan asam nitrat pekat

 Pemanasan dalam air mendidih

 Penambahan larutan amonium molibdat

 Pemanasan sampai 600 C  Pengamatan 1 mL minyak baru Tabung reaksi Hasil 1 mL minyak baru 1 mL minyak baru 1 ml minyak baru

Lesitin yang telah larut dalam alkohol Tabung reaksi

c. Uji Kolesterol

 Penambahan 3 tetes H2SO4 pekat

 Pencampuran hingga merata

 Pengamatan

3.2.3. Protein

a. Tes Ninhidrin

 Penambahan 1 tetes larutan ninhidrin

 Pemanasan 2 menit

 Pengamatan

 Penambahan 1 tetes larutan ninhidrin

 Pemanasan 2 menit  Pengamatan 2 mL larutan kuning telur Tabung reaksi I 2 mL minyak nabati (dalam kloroform) Tabung reaksi II Hasil 1 mL larutan glisin Tabung reaksi Hasil 1 mL larutan putih telur Tabung reaksi Hasil

b. Tes Biuret

Penambahan NaOH & CuSO4

Pengadukkan

Pemanasan

Pengamatan

Penambahan NaOH & CuSO4

Pengadukkan

Pemanasan

Pengamatan

c. Tes Xanthoprotein 0,5mL putih telur encer

encer Tabung reaksi

hasil

Penambahan asam nitrat pekat dingin Pengamatan warna Penetesan NaOH Pengamatan warna 0,5mL larutan glisin Tabung reaksi hasil Penambahan asam nitrat pekat dingin Pengamatan warna Penetesan NaOH Pengamatan warna 1 mL larutan putih telur

Hasil

Hasil

1mL larutan glisin Tabung reaksi

e. Tes Sulfur

 Penambahan 1mL NaOH

 Pemanasan dalam penangas air selama 1 menit

 Penambahan 1 tetes Pb asetat

 Pengamatan f. Reaksi Pengendapan Protein

 Pengendapan protein oleh Garam

 Penambahan amonium sulfat

 Pengadukkan

 Penambahan amonium sulfat

 Pembentukkan endapan

 Pengendapan oleh Alkohol

 Penambahan 2 mL alkohol 96 %

 Pengamatan

1 mL larutan albumin telur Tabung reaksi

Hasil

10 mL larutan putih telur Tabung reaksi

Hasil

2 mL larutan putih telur Tabung reaksi

 Pengendapan oleh Logam Berat

Penambahan 1 tetes ZnSO4

Penambahan ZnSO4 berlebih

Pengamatan

3.2.4. Vitamin a. Vitamin A

Penambahan kloroform

Penambahan 2 tetes asam asetat anhidrat

Penambahan 1 ml larutan SbCl3

Pengamatan

b. Vitamin B1

 Penambahan 3 tetes NaOH 30%, 3 tetes K3Fe(CN)6 0,6 %, dan 1 ml isobutanol.

 Pengocokkan hingga merata.

 Pengamatan 2 mL larutan putih telur

2 mL larutan putih telur

Hasil I Hasil II Hasil Serbuk vitamin A Tabung reaksi Hasil Serbuk vitamin B1 Tabung Reaksi Hasil

c. Vitamin B2

 Penambahan 2 mL etanol 80 %

 Pengocokkan hingga kuat hinga bercampur

 Pengamatan

d. Vitamin C

Penambahan 2 tetes larutan NaOH 10%

Penambahan 2 mL larutan FeSO4

Pencampuran hingga merata

Pengamatan

 Sifat Antioksidan Vitamin C

 Penambahan air  Pendiaman  Penirisan Serbuk vitamin B2 Tabung reaksi Hasil 2 mL larutan vitamin C Tabung reaksi Hasil Sayatan pear Gelas beker Hasil Sayatan pear Gelas beker

 Penambahan larutan vitamin C

 Pendiaman

 Penirisan IV. DATA PENGAMATAN

No Perlakuan Pengamatan 1. Karbohidrat

a.Uji Molisch

- pemasukkan 2 tetes larutan α-Naftol + 2 mL larutan karbohidrat kedalam satu tabung reaksi.

- penambahan 1 mLH2SO4

- pengamatan pada tabung reaksi - pengulangan perlakuan dengan air tanpa karbohidrat

b. Uji Benedict

- pemasukkan 4 tetes larutan glukosa, fruktosa,sukrosa ke dalam 3 tabung reaksi berbeda,

- penambahkan 2 mL larutan benedict,

- pemanasan

- pendinginan kembali, pengamatan pada perubahan warna.

c. Uji Barfoed

- pemasukkan 1 ml larutan glukosa, fruktosa, sukrosa + 2 mL larutan barfoed (dalam 3 tabung reaksi berbeda),

- pemanasan dan pendinginan kembali,

- pengamatan pada perubahan warna.

d. Hidrolisis Polisakarida

- pemasukkan 10 Ldalam tabung reaksi, pemanasan.

- pemasukkan 1 tetes larutan diatas + 1 tetes Iarutan iodin ke dalam “Drop Plate”.

- penetralkan dengan NaOH + 5 ml larutan benedict, larutan ini adalah larutan A.

- perlakukan pada menit ke-6, lalu

S

ampel : L arutan P ati

- warna larutan bening - warna larutan bening - tidak terbentuk 2 lapisan B langko (aquadest)

- warna larutan bening - warna larutan bening - tidak terbantuk 2 lapisan - warna larutan awal bening

- warna larutan dalam ke-4 tabung berwarna biru

- glukosa: warna larutan coklat kebiruan sukrosa: warna larutan orange kecoklatan

fruktosa : warna larutan orange - warna larutan tetap

- glukosa: warna larutan biru fruktosa: terdapat gumpalan sukrosa: warna larutan biru - glukosa: warna larutan tetap fruktosa: tetap terdapat endapan sukrosa: warna larutan tetap

- larutan berwarna putih keruh - wana larutan semakin hijau tua - warna larutan biru

2.

3.

pendidihan semua tabung reaksi selama 3 menit, lalu pendinginan kembali,

- pengamatan pada perubahan yang terjadi.

Lipid

a. Uji Peroksida

- pemasukkan 1 mL minyak sampel + 1 mL kloroform + 2 mL asam asetat glasial + 1 tetes larutan KI 10%, pengadukan, pendiaman selama 5 menit.

- pengulangan untuk minyak/ lemak tengik.

b. Uji Fosfat pada Lesitin

- pemasukkan lesitin yang telah di larutkan dalam alkohol ke dalam tabung reaksi,

- penambahan asam nitrat pekat. - pemanasan pada penangas air, - penambahan larutan ammonium molibdat,

- pemanasan kembali sampai suhu 60°C,

- pengamatan pada perubahan. c. Uji Kolesterol (Libermann- Buchard) - tabung 1: pemasukkan 2 mL larutan kolesterol tabung 2 : pemasukkan 2 mL minyak nabati tabung 3 : pemasukkan 2 mL minyak hewani ( penambahan 3 tetes

asam sulfat pekat pada masing- masing tabung reaksi,pencampuran hingga rata).

- pengamatan pada perlakuan.

Asam amino dan Protein

a. Tes Ninhidrin

- pemasukkan 1 Ml larutan protein + 1 mL larutan glisin (dalam dua tabung reaksi), penambahan 1 tetes larutan ninhidrin,

- pendidihan selama dua menit. - pengamatan.

b. Tes Biuret

- pemasukkan 1mL larutan protein

- warna larutan tetap

S ampel: ● minyak baru + kloroform : larut + CH3COOH : keruh + KI 10% : larutan tetap ● minyak tengik + kloroform : larut + CH3COOH : keruh + KI 10% : larutan tetap S

ampel : (minyak baru & minyak lama)

- terbagi 2 lapisan, atas : larutan keruh Bawah : bening kuning - warna larutan menjadi kuning

- warna larutan tetap - terdapat endapan kuning - larutan menjadi keruh

Hasil

- tabung 1 : terdapat gumpalan atau endapan

- tabung 2 : tidak terjadi perubahan - tabung 3 : tidak terjadi perubahan

S

ampel P rotein : susu kedelai

- terdapat gumpalan dalam tabung reaksi

- tdak terjadi perubahan.

Sampel :

● larutan glisin

dan 1 mL larutan glisin ke dalam tabung reaksi,

- penambahan 1 mL larutan NaOH 2,5 N, lalu penambahan 1 tetes larutan CuSO4 0,01 M ke dalam masing-masing tabung reaksi, - penggoyangan.

* jika tidak timbul warna, tambahkan 2 tetes CuSO4 0,01 M c. Tes Xanthoprotein

- pemasukkan 0,5 ml larutan protein dan 0,5 mL larutan glisin ke dalam dua tabung reaksi berbeda, - penambahan 0,5 mL HNO3 pekat dingin, pemasukkan tetes demi tetes NaOH 10 M.

- pengamatan pada perubahan warna.

- pengulangan dengan larutan fenol.

d. Test Sulfur

- pemasukkan dalam tabung reaksi 1 mL larutan albumin telur, dan penambahan 1 mL NaOH 40%, - pemanasan selama 1 menit,

- penambahan 1tetes Pb-asetat, pengamatan.

e. Reaksi pengendapan protein ● Pengendapan protein oleh garam - pemasukkan 10 mL larutan protein ke dalam gelas beker, lalu penambahan garam ammonium sulfat, dan pengadukan hingga merata.

● Pengendapan oleh logam berat - pemasukkan 2 mL larutan protein encer dan penambahan 1 tetes larutan ZnSO4,

- pembagian dalam 2 tabung. Tabung 1 : tak ada penambahan Tabung 2 : penambahan ZnSO4

berlebihan,pengamatan. ● Pengendapan oleh alcohol

- pemasukkan 2 mL larutan protein

- + CuSO4: larutan tidak berwarna

● susu kedelai

- + NaOH : larutan berwarna kuning - + CuSO4: larutan berwarna ungu

Sampel : ● larutan glisin

- + HNO3 : larutan tidak berwarna - + tetes demi tetes NaOH : larutan tidak berwarna

susu kedelai

- + HNO3 : terbentuk endapan kuning, larutan menjadi kuning

- + tetes demi tetes NaOH : larutan dan endapan menjadi semakin kuning. fenol

- + HNO3 : larutan berwarna kuning bening

- + tetes demi tetes NaOH : larutan menjadi semakin kuning - larutan masih kental kuning - larutan menjadi encer dan tetap berwarna kuning

- larutan berubah warna menjadi coklat bening, terdapat endapan endapan coklat.

- larutan terbagi menjadi 2 lapisan; lapisan atas berupa larutan bening lapisan bawah terendapkan.

- larutan awal: putih susu

+ 1 tetes ZnSO4 : terbentuk endapan - Tabung 1: tetap, tak ada perubahan Tabung 2: larutan lebih

mengendap/padat

4.

encer

- penambahan 2 mL alkohol 96% dalam tabung reaksi, pengamatan pada perubahan.

f. Denaturasi protein putih telur - pemasukkan putih telur ke dalam air panas

- pengamatan

g. Penggumpalan protein

- pemasukkan 2 mL larutan protein ke dalam tabung reaksi, lalu penambahan 1 tetes indikator klofenol mera,pengamatan. - penambahan tetes demi tetes asam cuka 2% sampai warna hilang.

- pendidihan dalam penangas air - pembuktian gumpalan tidak larut dalam asam encer atau basa encer

Vitamin

a. Vitamin A

- pemasukkan dalam tabung reaksi 0,5 mL minyak ikan/ sedikit (ujung spatula) serbuk vitamin A, penambahan tetes demi tetes kloroform hingga larut, lalu penambahan 2 tetes asam asetat anhidrid dan penambahan 1 mL larutan SbCl3,

- pengamatan pada perubahan warna di bawah lampu ultraviolet.. b. Vitamin B1

- pemasukkan dalam tabung reaksi sedikit (ujung spatula) serbuk vitaminB1,lalu penambahan 3 tetes NaOH 30%, kemudian pemasukkan 3 tetes K3Fe(CN)6 0,6% dengan penambahan 1 mL isobutanol, pengocokan hingga rata.

- pengamatan pada perubahan warna fluoresensi di bawah lampu ultra violet.

c. Vitamin B2

- pemasukkan dalam tabung reaksi

- larutan terbagi menjadi 2 lapisan; lapisan atas: berwarna bening lapisan bawah: ada endapan putih. - terjadi penggumpalan warna putih

- warna larutan berubah menjadi ungu

- 5 tetes asam cuka 2%

- terbentuk gumpalan warna kuning - dalam NaOH (p), gumpalan tidak larut, gumpalan berwarna ungu, gumpalan berada di atas.

dalam HCl pekat: gumpalan tidak larut,gumpalan berwarna

tetap (kuning), gumpalan berada di bawah.

- sampai tidak terbentuk endapan

- larutan bagiam bawah berwarna biru, Menunjukkan uji postif vit. A - larutan berwarna kuning, terbentuk

lapisan

- terbentuk 2 lapusan.

lapisan atas : larutan berwarna biru lapisan bawah : ada endapan berwarna hijau

sedikit (ujung spatula) serbuk vitamin B2 + 2 mL etanol 80%, lalu pengocokan hingga rata,kemudian penyaringan,dan pengamatan filtrate di bawah sinar ultra violet. d. Vitamin C

- pemasukkan dalam tabung reaksi 2 mL larutan vitamin C, lalu penambahan 2 tetes larutan NaOH 10%,

- pemasukkan 2 mL larutan FeSO4 5%, lalu pencampuran

hingga rata,pendiaman,dan pengamatan pada perubahan warna.

Sifat anti oksidan vitamin C

- pemasukkan 1 buah pear disayat, pemasukkan sayatan

pertama dalam larutan vitamin C, dan pemasukkan sayatan yang lain

ke dalam air,

- pendiaman selama 30 menit. - pengamatan pada perubahan yang terjadi.

ultraviolet, warna endapan hijau muda menunjukkan uji positif.

- larutan tetap berwarna kuning,

- larutan berubah warna menjadi Hijau Lumut kehitaman

- dalam perendaman vitamin C,buah pear tetap segar, tidak timbul warna kecoklatan.

- dalam perendaman air, buah pear berubah warna menjadi coklat

V. HIPOTESIS

5.1 Karbohidrat 5.1.1 Uji Molisch

Suatu zat dikatakan positif mengandung karbohidrat dapat diuji melalui uji molisch. Uji molisch terhadap adanya karbohidrat ini ditandai dengan terbentuknya cincin merah hingga ungu.

5.1.2 Uji Benedict

Suatu zat yang mengandung karbohidrat seperti glukosa jika diuji dengan uji ini akan menghasilkan endapan yang berwarna merah, hijau, atau merah bata. Perbedaan warna endapan ini disesuaikan konsentrasi/kadar kemanisan dari karbohidrat yang diuji.

Suatu zat positif mengandung karbohidrat dapat pula diuji dengan uji barfoed. Uji positifnya ditandai dengan perubahan warna yang terjadi pada larutan yaitu menjadi merah bata.

5.1.4 Hidrolisis Polisakarida

Hidrolisis polisakarida ini dapat digunakan untuk menguji adanya karbohidrat. Uji positif pada hidrolisis polisakarida ini ditandai dengan perubahan warna yang terjadi menjadi merah bata. 5.2 Lipid/ Lemak

5.2.1 Uji Peroksida

Suatu minyak dikatakan mengandung peroksida ditunjukkan dengan pembebasan iodin. Uji positif ini dapat dilakukan dengan menggunakan indikator amilum. Jika iodin benar-benar ada, maka setelah ditambah indikator amilum akan berubah menjadi biru hingga hitam.

5.2.2 Uji Fosfat pada Lesitin

Uji ini dilakukan pada lesitin yang dilarutkan dalam alkohol. Uji positifnya ditandai dengan adanya perubahan warna pada larutan.

5.2.3 Uji Kolesterol (Libermann-Buchard)

Ada perbedaan warna pada masing-masing larutan. Antara kolesterol, mentega, minyak hewan dan minyak nabati, kemungkinan minyak nabati jauh lebih jernih daripada minyak hewani.

5.3 Asam Amino dan Protein 5.3.1 Uji Ninhidrin

Hasil positif dari uji ini adalah timbulnya perubahan warna pada larutan mulai dari ungu hingga tua, berarti terbukti bahwa zat tersebut mengandung asam amino.

5.3.2 Tes Biuret

Suatu zat jika diuji dengan reagen biuret, maka menghasilkan warna merah muda hingga violet, berarti zat tersebut termasuk protein yang mempunyai ikatan peptida.

5.3.3 Tes Xanthoprotein

Tes ini digunakan untuk mengetahui kandungan protein, yaitu asam amino dengan radikal fenil. Uji positif tes ini ditandai dengan timbulnya endapan putih dan dapat berubah menjadi kuning bila dipanaskan.

5.3.4 Tes Millon

Untuk mengetahui kandungan protein yaitu tirosin dapat dilakukan dengan tes millon. Uji positif bila protein tersebut mengandung tirosin, maka larutan akan berubah warna menjadi merah.

5.3.5 Tes Sulfur

Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya asam amino unsur S pada protein. Uji positif terhadap uji ini akan

menghasilkan warna kuning, kemudian menjadi coklat dan akhirnya mengendap berwarna hitam.

5.3.6 Reaksi Pengendapan Protein

a. Pengendapan protein oleh garam

Uji positif terhadap reaksi ini ditandai dengan

adanya endapan setelah ditambah dengan amonium sulfat. b. Pengendapan oleh logam berat

Pengendapan akan terjadi jika dalam protein mempunyai sifat alkalis. Sehingga penambahan ion logam berat bermuatan positif menyebabkan terjadinya reaksi penetralan sehingga protein mengendap.

c. Pengendapan oleh alkohol

Uji positif terhadap reaksi pengendapan oleh alkohol ditandai dengan adanya gumpalan pada dasar tabung. 5.3.7 Denaturasi Protein Putih Telur

Uji positif terhadap tes ini adalah putih telur akan mangalami penguraian dan terjadi penggumpalan pada putih telur. 5.3.8 Penggumpalan Protein

Uji positif terhadap percobaan ini adalah adanya gumpalan yang tidak dapat larut dalam asam encer maupun basa encer. 5.4 Vitamin

5.4.1 Vitamin A

Uji ini dilakukan dibawah sinar UV, jika benar mengandung vitamin A maka larutan tersebut akan berubah warna menjadi biru.

5.4.2 Vitamin B1

Uji positif terhadap adanya vitamin B1 ini ditandai dengan adanya perubahan warna pada larutan menjadi hijau jika diamati di bawah lampu UV.

5.4.3 Vitamin B2

Adanya vitamin B2 fitunjukkan dengan penambahan etanol 80 %. Jika diamati di bawah sinar UV akan menghasilkan warna hijau, berarti zat tersebut positif mengandung vitamin B2.

5.4.4 Vitamin C

Uji positif teradap vitamin C ini dilakukan dengan mencamur NaOH, vitamin C, dan larutan FeSO4. Uji positifnya akan menghasilkan perubahan warna yang kuning hingga agak kecoklatan.

5.4.5 Sifat Antioksidan Vitamin C

Sifat antioksidan vitamin C ini dilakukan pada buah pear. Buah yamg dimasukkan ke dalam air akan berwarna kecoklatan, sedangkan yang dimasukkan ke dalam vitamin C tidak mengalami perubahan.

VI. PEMBAHASAN

Percobaan analisa kualitatif biomolekul ini bertujuan untuk melakukan analisa kualitatif terhadap biomolekul yang terdiri atas karbohidrat, lipid, protein dan vitamin. Dimana pada percobaan ini untuk mengetahui ada dan tidaknya sifat dari karbohidrat, lipid, protein dan vitamin, maka dilakukan uji-uji terhadap senyawa-senyawa biomolekul tersebut.

6.1 Karbohidrat

Karbohidrat ialah gula sederhana dari zat-zat yang dengan hidrolisis menghasilkan gula sederhana. Uji-uji yang dilakukan adalah :

6.1.1 Uji Molisch

Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan adanya karbohidrat dalam suatu larutan . Prinsip dari uji ini yaitu asam sulfat

pekat akan menghidrolisis ikatan glikosidik membentuk monosakarida yang selanjutnya terhidrasi menjadi senyawa furfural dan turunannya. Produk furfural ini akan bergabung dengan -naftol tersulfonasi membentuk kompleks berwarna ungu.

Sampel bahan yang digunakan yaitu larutan pati. Larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 tetes  -naftol (dalam etanol) kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat terbentuk dua lapisan, lapisan bawah berwarna coklat dan lapisan atas berwarna kuning. Ada tidaknya karbohidrat ditunjukkan dengan adanya cincin merah sampai ungu pada batas antara lapisan bawah dan lapisan atas. Tetapi dalam percobaan ini hampir tidak terlihat dua lapisan, larutan tetap berwarna bening. Ini membuktikan larutan tersebut sedikit mengandung karbohidrat. Fungsi penambahan asam sulfat yaitu untuk menghidrolisis ikatan glikosidik pada karbodidrat sehingga membentuk monosakarida.

Warna cincin ungu disebabkan oleh adanya furfural dengan -naftol. Fungsi derivat sendiri dihasilkan oleh adanya monosakarida yang ditambahkan asam kuat pekat. Sebenarnya reaksi kondensasi antara furfural dengan -naftol, tidak spesifik untuk karbohidrat tetapi dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat.

(Poedjiadi, 1994) Penambahan pereaksi molish pada karbohidrat merupakan reaksi eksoterm yaitu mengahasilkan kalor, melepaskan kalor ke lingkungan.

Reaksi kimia yang terjadi :

CHO C OH H C OH H C OH H CH2OH H C CH H C C O H CH H O (Poedjiadi, 1994)

6.1.2 Uji Benedict

Uji benedict bertujuan untuk mengetahui gugus gula pereduksi dalam karbohidrat. Prinsip dari uji ini yaitu jika suspensi kupri hidroksida (Cu(OH)2 dalam larutan alkali dipanaskan, maka akan terbentuk endapan kupri oksida (Cu2O) berwarna kecoklatan. Karbohidrat dengan gugus aldehida dan keton bebas mempunyai sifat pereduksi dalam larutan alkali, dalam hal ini monosakarida berperan sebagai zat pereduksi.

(Poedjiadi, 1994) Pada uji ini sampel yang digunakan yaitu glukosa, fruktosa dan sukrosa. Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 ml larutan benedict. Larutan benedict ini berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi benedict bersifat asam lemah. Setelah itu larutan dipanaskan dalam penangas air. Pemanasan ini bertujuan untuk mengubah kupri oksida yang berwarna hitam menjadi kupro iksida yang berwarna merah bata, dan dengan pemanasan reaksi akan berjalan lebih cepat terjadi karena energi aktivasi yang diperlukan hanya sedikit / kecil. Kemudian larutan didiamkan dan diamati perubahan warna yang terjadi. Pada sampel larutan fruktosa terbentuk endapan berwarna merah bata yang berarti menunjukkan hasil positif. Warna endapan yang menjadi merah bata menunjukkan bahwa larutan fruktosa merupaka glukosa pereduksi. Reaksi antara sampel dengan peraksi benedict merupakan reaksi redoks, dimana pereaksi benedict mengalami reduksi menjadi endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Karbohidrat mengalami oksidasi menjadi asam alkanoat. Pada sampel larutan glukosa berwarna coklat kehijauan sedangkan sukrosa berwarna kecoklatan tetapi tidak terbentuk endapan. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa dan sukrosa menghasilkan uji negatif. Seharusnya pada glukosa menunjukkan hasil yang positif, karena glukosa merupakan suatu monosakarida yang memiliki gugus pereduksi. Pada sampel sukrosa menunjukkan hasil yang negatif karena sukrosa tidak memiliki gugus gula pereduksi dan tidak memilki gugus aldehid dan keton bebas sehingga bukan gula pereduksi.

O C H C OH H C OH H C OH H C H2C CH2OH H OH + Cu2++ NaOH + H2O COONa C H HO C H HO C OH H C OH H CH2OH + Cu2O + H+

Reaksi fruktosa dengan benedict : CH2OH C O C H HO C H HO C OH H CH2OH + Cu2++ 2OH -CH2OH C OH H C H HO C OH H C OH H CH2OH + Cu2O + H2O

Reaksi sukrosa dengan benedict

O H OH H H OH H OH CH2OH H O CH2OH H HO OH H H O HOCH2 + CU2++ 2OH -(Poedjiadi, 1994) 6.1.3 Uji Barfoed

Percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan adanya karbohidrat yaitu monosakarida. Prinsipnya adalah reagen Barfoed bersifat asam sangat lemah dan hanya bisa direduksi oleh monosakarida. Pemanasan yang lama akan menghidrolisis disakarida sehingga menyebabkan terjadinya false positif. Pengendapan kupro oksida

(Cu2O) pada uji barfoed membentuk warna lebih merah bata daripada uji benedict.

CuOH2 Reagen Barfoed CuO H2O O2

(Poedjiadi, 1994) Pada percobaan ini menggunakan 3 larutan yaitu glukosa, fruktosa, dan sukrosa masing 1 mL. Yang kemudian masing-masing ditambahkan larutan Barfoed 2 mL, larutan barfoed ini terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air dan digunakan untuk membedakan dengan disakarida. Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif. Hasilnya semua larutan berwarna biru dan pada larutan fruktosa ada gumpalan. Setelah itu semua larutan dipanaskan dalam penangas, fungsi pemanasan adalah agar mempercepat reaksi. Lalu didinginkan, hasilnya larutan glukosa dan sukrosa tetap berwarna biru, sedangkan pada larutan fruktosa didapatkan hasil positif yang ditandai dengan perubahan warna larutan berwarna biru ada endapan merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa fruktosa merupakan monosakarida karena terbentuk endapan merah bata.

Seharusnya yang hasilnya positif adalah larutan glukosa dan fruktosa, karena glukosa dan fruktosa merupakan monosakarida, tapi pada percobaan kali ini larutan glukosa tidak ada endapannya. Hal ini mungkin pada waktu pemanasan kurang lama.

6.1.4 Hidrolisis Polisakarida

Percobaan ini bertujuan untuk menghidrolisis atau memotong ikatan pembentuk polisakarida. Prinsipnya adalah polisakarida bukan pereduksi efektif, dikarenakan walaupun polisakarida terdiri dari banyak monosakarida tetapi hanya terdapat satu monosakarida yang mengandung gugus pereduksi bebas. Hidrolisis polisakarida akan menghasilkan banyak monosakarida dengan gugus pereduksi bebas, sehingga bisa diuji gugus pereduksinya.

(Poedjiadi, 1994) Pada percobaan ini, sampel yang digunakan yaitu larutan pati.

Dokumen terkait