Konservasi tanah dan air dalam perkebunan dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa usaha perkebunan teh merupakan proses pengurasan hara dalam tanah , sehingga untuk memperoleh keuntungan yang berkelanjutan diperlukan pengembalian input ke tanaman agar terjadi keseimbangan.
Dengan kondisi topografi , sebaran iklim / cuaca yang ekstrim , tampa upaya kongkrit , kesuburan tanah akan merosot tajam dalam waktu yang tidak terlalu lama. Teknik konservasi tanah dan air yang dapat dilaksanakan secara umum sesuai standar operasional sebagai berikut :
a. Pembuatan drainase pembatas (Boundary drains) b. Pembuatan parit drainase terusan (Contour drains) c. Pembuatan parit drainase induk
d. Antar barisan rorak
Namun dalam kenyataan dilapangan yang saya temukan di Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII), Konservasi tanah dan air yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Penggarpuan
b. Penanaman tanaman penguat seperti kacang kacangan. c. Penanaman KKE (kebun kayu energi)
d. Pembuatan saluran air e. Pembuatan rorak.
Konservasi tanah dan air yang saya amati adalah Pengamatan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan di perkebunan teh.
Perkebunan Ciater memiliki topografi berbukit , berada pada ketinggian 450 – 1500 meter diatas permukaan laut. Jenis tanah sebagaian besar adalah jenis andosol dan sebagaian kecil latosol, curah hujan tahunan sebesar 4.301 m3 ( rata – rata 10 tahun) dengan temperature harian 20 – 26 0C. Luas areal perkebunan teh ciater dibagi menjadi 6 yaitu dari afdeling 1 sampai afdeling 6 atau ciater 1 sampai ciater 6.
Gambar 2. Bagan jenis kegiatan pengamatan pengendalian erosi dengan rorak. Perkebunan Teh Ciater
Afdeling 1 Afdeling 2 Afdeling 3 Afdeling 4 Afdeling 5 Afdeling 6 Tanaman belum menghasilkan Konservasi Tanah dan Air
Penggarpua n Penanaman Tanaman Penguat T Pengamatan Rorak Penanaman Kebun Kayu Energi (KKE) Saluran Air Afdelling 3 Pengendalian Erosi
Gambar 3. Luas arel per afdeling (Ha)
Seperti pada gambar diatas (Gambar 2. Bagan jenis kegiatan pengamatan pengendalian erosi dengan rorak) penerapan pengamatan pengendalian erosi pada lahan tanaman belum menghasilkan dilakukan di Afdeling 3 karena pada afdeling 3 terdapat tanaman belum menghasilkan (Gambar 3. Luas areal per afdeling). Pengamatan pengendalian erosi pada tanaman belum menghasilkan sangat penting bagi tanaman itu sendiri yaitu tanaman teh dikarenakan pada tanaman teh yang belum menghasilkan rentan terhadap erosi.
Pembuatan rorak pada Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) khususnya dilakukan di musim penghujan untuk mencegah erosi pada lahan perkebunan. Pembuatan rorak baru dilakukan dengan tidak mengganggu rorak yang sudah terisi penuh dengan bahan organik / tanah limpasan. Oleh karena itu rorak yang sudah terisi penuh tidak dilakukan pemeliharaan namun dilakukan pembuatan rorak yang baru. Namun hanya sekitar 20 % dari luas areal perkebunan teh yang dibuat rorak , kebanyakan besar di lahan dataran atas ( Afdelling 1/ Ciater 1) dan tanaman belum menghasilkan. Menurut Standar Operasional (SOP) PT. Perkebunanan Nusantara VIII (PTPN VIII) Pembuatan rorak berfungsi sebagai :
a. Kantong – kantong peresapan air pada saat musim hujan. b. untuk mencegah erosi.
c. Memperbaiki aerasi dan struktur tanah
d. Berfungsi sebagai tempat penampungan bahan organik.
Gambar 4. Pengamatan pengendalian erosi pada lahan tanaman belum menghasikan dengan rorak di perkebunan teh pada afdeling 3.
Pengamatan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan di perkebunan teh dilakukan diafdeling tiga dengan gambaran denah lokasi pengamatan seperti dibawah ini (Gambar 5. Denah pengamatan rorak pada tanaman belum menghasilkan. ) . Pada lahan tersebut tidak hanya dibuat rorak tapi juga ditanam tanaman penguat pada lahan tanaman belum menghasilkan tersebut sehingga penerapan rorak dilakukan berseling seling dengan tanaman penguat seperti pada gambar dibawai ini (Gambar 5. Denah pengamatan rorak pada tanaman belum menghasilkan. ).
Sebelum pengamatan pada rorak dimulai , dilakukan Identifikasi rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan (Gambar 6. Identifikasi rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan). Identifikasi rorak dilakukan dengan cara melakukan pengukuran pada rorak. Dalam identifikasi rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan meliputi:
a. Panjang rorak b. Jarak antar rorak c. Lebar rorak d. Kedalaman rorak
Identifikasi pada lahan tanaman belum menghasilkan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Dari hasil identifikasi rorak yang dilakukan dengan cara pengukuran langsung dilapangan seperti pada Gambar 6, berbeda dengan standar operasional perusahaan PT, Perkebunan Nusantara VIII menganai rorak. Adapun Standar operasional tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Standar Operasional Perusahaan Rorak PT. Perkebunan Nusantara VIII. Kemiringan
Lahan (%)
Jarak antar barisan Jumlah Rorak (bh. Perpatok)
Ukuran Rorak
0-15 Satu setiap 5 baris tanaman 12 300×30×40 16-30 Satu setiap 4 baris tanaman 16 300×30×40 >30 Satu setiaap 3 baris tanaman 22 300×30×40 Keterangan : jarak antar rorak dalam barisan 2 meter.
Dapat dilihat pada tabel 1 ketentuan ukuran rorak berbeda dengan pengukuran langsung yang dilakukan. Kemiringan pada lahan tanaman yang dilakukan pengamatan sebesar 0-15 %. Sehingga didapatkan perbedaan ukuran rorak yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2 . Perbedaan ukuran rorak.
Ketentuan Ukuran Rorak Rata- Rata Pengukuran Langsung
300×30×40 270×30×15
Keterangan : Panjang ×Lebar×Kedalaman
Dari panjang rorak pada pengukuran langsung berbeda dengan ketentuan ukuran rorak menurut standar operasional perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII. Namun untuk lebar rorak sendiri sama dengan ketentuan ukuran rorak menurut standar operasional perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII. Sedangkan untuk kedalaman rorak pada pengukuran langsung berbeda jauh dengan ketentuan ukuran rorak menurut standar operasional perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII dikarenakan pembuatan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan sudah berlangsung lama yang disebabkan tanah pada lahan tanaman belum menghasilkan sudah tergerus sehingga tanah tersebut tertampung
di rorak oleh karena itu terdapat perbedaan pada pengukuran langsung kedalaman rorak dengan ketentuan ukuran kedalaman rorak menurut standar operasional perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII.
Setelah dilakukan Identifikasi rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan , dapat dilakukan pengamatan pengendalian erosi. Pengamatan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan di perkebunan teh berlangsung selama 13 hari. Terdapat 13 sampel rorak yang dilakukan pengamatan pada lahan tanaman belum menghasilkan. Pengamatan rorak ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran kedalaman pada 13 sampel rorak, sampel rorak dilakukan pengukuran selama 13 hari. Pengukuran pada sampel rorak tersebut dilakukan untuk dapat mengetahui kemampuan rorak untuk menampung erosi , karena rorak melupakan salah satu pengendalian erosi mekanik. Adapun hasil yang dapat dilihat dari pengamatan rorak pada tanaman belum menghasilkan yaitu dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 3. Hasil Pengamatan Rorak pada Lahan Tanaman Belum Menghasilkan.
Sampel Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 3 2.5 2.5 2 2 2 2 2 1.9 1.8 1.7 1.7 1.6 2 6 6 5.9 5.9 5.9 5.9 5.8 5.8 5.5 5.5 5.5 5.3 5.3 3 11 7 7 6.9 6.9 6.8 6.8 6.8 6.8 6.6 6.5 6.5 6.2 4 7 5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.3 4.3 5 12 11 10.8 10.5 10.5 10.5 10.5 10.4 9.9 9 8.5 8.4 8.5 6 7 6 5 5 5 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 4.8 4.8 4.8 7 13 10 8 8 7.9 7.9 7.9 7.9 7.6 7.5 7.4 7.4 7 8 4 3 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2 2 2 2 2 9 18 16.5 16.4 16.4 16.4 16.3 16.3 16.3 16.2 15 14 14 13 10 9 7.5 7.5 7 6.9 6.8 6.8 6.5 6.5 6.5 6.5 6.4 6 11 30 29.5 29.4 27 27 27 27 27 26 26 25.5 25.5 25.5 12 14 10 9 8 8 7.9 7.8 7.8 7.5 7.4 7.4 7.4 7.4 13 20 16 16 15.5 15.5 15.5 15.5 15.5 15 15 14 14 14
Setelah mendapatkan hasil pengamatan pada tabel diatas dapat juga membuat grafik hasil pengamatan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan sehingga didapatkan kedalaman rorak yang menurun setiap harinya dalam 13 hari tersebut pada lahan tanaman belum menghasilkan. Namun penurunan tersebut tidak terlalu besar dikarenakan hasil penurunan yang kecil dan intensitas hujan yang tinggi.
Dari pernyataan dan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa rorak yang terdapat pada tanaman belum menghasilkan (tbm) pada teh setiap harinya mempunyai penurunan kedalaman , namun tidak terlalu jauh penurunanannya. Pengendalian erosi dengan rorak masih dapat digunakan karena rorak yang terdapat pada tanaman belum menghasilkan masih dapat menampung endapan erosi, namun harus terus dipelihara dengan cara pembuatan rorak baru apabila rorak sebelumnya sudah terisi penuh oleh endapan erosi.
Gambar 8. Alur Pengamatan rorak. Rorak Terdapat penurunan kedalaman rorak Penurunan tidak drastis Seberapa besar rorak dapat menampung erosi Pemeliharaan Rorak
BAB III PENUTUP
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan selama 25 hari, dari tanggal 21 Januari sampai dengan 14 February. Tempat penyelenggaraan kegiatan PKL adalah di Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara VIII Subang- Jawa Barat. Salah satu kegiatan yang dilakukan pada kegiatan PKL ini adalah pengamatan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan (TBM) di Perkebunan Teh.
Sebelum melakukan PKL, pada jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian, telah diberikan bermacam-macam teori mengenai konservasi lahan khususnya pada mata kuliah Teknik Pengawetan Tanah dan Air dalam melakukan pengendalian erosi yang terjadi di lahan miring. Namun pada kegiatan praktik Kerja Lapang di di Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara VIII ini, penulis dapat melakukan pengamatan langsung sehingga banyak pengalaman dan ilmu baru yang didapatkan.
Banyak pengalaman yang bisa didapatkan pada kegiatan praktek kerja lapangan ini, diantaranya adalah mengetahui kegiatan yang berada perkebunan teh dari kebun teh sampai proses pabrik teh , dan melakukan pengamatan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan di Perkebunan Teh.
Penulis dapat melakukan pengamatan metode konservasi mekanik yaitu rorak tersebut dari mulai identifikasi rorak ( panjang , lebar , kedalaman dan jarak antar rorak) pada lahan tanaman belum menghasilkan , dan melakukan pengamatan rorak berupa pengukuran kedalaman 13 sampel rorak selama 13 hari. Pengamatan tersebut dilakukan untuk dapat mengetahui kemampuan rorak untuk menampung erosi sesuai dengan yang telah didapatkan sebelumnya di jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian..
Dengan kegiatan tersebut, penulis dapat lebih mengerti apa yang telah didapatkan sebelumnya di dunia perkuliahan secara lebih jelas.