• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Lapangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Lapangan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

v

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PENGAMATAN PENGENDALIAN EROSI DENGAN RORAK PADA LAHAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM)

DI PERKEBUNAN TEH

PERKEBUNAN TEH CIATER

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan

Disusun Oleh : Belliana Nur Mustika Putri

240110090045

JURUSAN TEKNIK DAN MANAGEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR

(2)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Nama Mahasiswa : Belliana Nur Mustika Putri

NPM : 240110090045

Program Studi : Teknik dan Manajemen Industri Pertanian Tempat Praktek : Perkebunan Teh Ciater PTPN VIII Tanggal Praktek : 21 Januari – 14 February 2013

Judul Laporan : Pengamatan Pengendalian Erosi dengan Rorak pada Lahan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) di Perkebunan Teh

Disetujui untuk diajukan sebagai laporan praktek kerja lapang.

Jatinangor, April 2013

Menyetujui,

Dosen Pembimbing PKL Pembimbing Instansi PKL

Prof.Dr.Hj.Nurpilihan Bafdal Ir. M.sc. Embuh Suhendar NIP. 19480623 197602 2 001 NIP. 19570501 198402 1 001

Mengetahui, Koordinator PKL TMIP

Sophia Dwiratna NP, STP., MT NIP. 19780624 2005012 001

(3)

LEMBAR PENILAIAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Nama Mahasiswa : Belliana Nur Mustika Putri

NPM : 240110090045

Program Studi : Teknik dan Manajemen Industri Pertanian Tempat Praktek : Perkebunan Teh Ciater PTPN VIII

Tanggal Praktek : 21 Januari – 14 February 2013

Judul Laporan : Pengamatan Pengendalian Erosi dengan Rorak pada Lahan Tanaman Belum Menghasilkan di Perkebunan Teh

Tanggal Laporan : 28 Januari 2013 Nilai Dosen Pembimbing

(Skala 0 – 100)

:

Nilai Pembimbing Lapangan (Skala 0 – 100)

:

Nilai Akhir

(diisi oleh Koordinator)

:

Jatinangor, Januari 2013

Menyetujui,

Dosen Pembimbing PKL Pembimbing Instansi PKL

Prof.Dr.Hj.Nurpilihan Bafdal Ir. M.sc. Embuh Suhendar NIP. 19480623 197602 2 001 NIP. 19570501 198402 1 001

Mengetahui, Koordinator PKL TMIP

Sophia Dwiratna NP, STP., MT NIP. 19780624 2005012 001

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, hidayat, dan pertolongan-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul “Pengamatan Pengendalian Erosi dengan

Rorak pada Lahan Tanaman Belum Menghasilkan(TBM) di Perkebunan Teh”.

Tujuan disusunnya laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah PKL pada Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung.

Dalam penulisan laporan PKL, penulis banyak mendapatkan bantuan, dukungan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya baik secara langsung maupun tidak langsung pada penulis dalam penyusunan laporan ini, yaitu kepada yang terhormat :

1. Ibu Sophia Dwiratna NP, STP., MT selaku Koordinator PKL TMIP yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam penulisan laporan PKL ini.

2. Prof.Dr.Hj.Nurpilihan Bafdal Ir. M.sc.selaku Dosen pembimbing PKL TMIP yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam penulisan laporan PKL ini. 3. Ibu Via selaku HRD di PT. Perkebunan Nusantara (PTPN VIII) yang telah

memberikan izin dan bimbingan selama melaksanakan PKL.

4. Bapak Ahmad Kertabumi selaku manajer PT. Perkebunan Nusantara (PTPN VIII) yang telah membimbing dan memberikan masukan dalam pelaksanaan PKL

5. Bapak Dahlan , Bapak Dedi , Bapak Nunu, Bapak Dicky, Bapak Wawan, Bapak Wawan Iskandar , dan Ibu Oneng selaku Petugas Perkebunan Teh Ciater PTPN VIII , yang telah membimbing dan memberikan masukan selama melaksanakan PKL

6. Keluarga yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan yang tiada henti baik secara moril maupun materil.

7. Delvi Sabatini (UNPAD) , Triani Dewi Pertiwi (UNPAD), Gina Yunitasari (UNPAD), Heidy Ahadianty (UNPAD), Rizika Adianti (UNPAD) yang sama-sama melaksanakan PKL di Perkebunan Teh Ciater PTPN VIII dan selalu

(5)

memberikan motivasi serta senantiasa selalu mendukung selama melaksanakan kegiatan PKL.

8. Muhammad Rizal atas segala bantuan, doa, motivasi, dukungan tiada henti yang menjadikan semangat penulis dalam menyelesaikan laporan PKL.

9. Teman-teman Teknik dan Manajemen Industri Pertanian angkatan 2009 atas kebersamaan dan dukungannya selama penulis menyelesaikan laporan ini.

10.Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala kekurangan baik besar maupun kecil semoga dapat menjadi masukan bagi penulis. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wabillahitaufiq Wal Hidayah

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jatinangor, April 2013 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

BAB Judul Halaman

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ... i

LEMBAR PENILAIAN PRAKTEK KERJA LAPANG ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud Praktek Kerja Lapang ... 2

1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapang ... 2

1.3.1 Tujuan Umum ... 2

1.3.2 Tujuan Khusus ... 2

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ... 2

1.4.1 Waktu ... 2

1.4.2 Tempat ... 2

1.5 Deskripsi Kegiatan Praktek Kerja Lapang ... 3

1.6 Metode Penulisan ... 3

II PENGAMATAN PENGENDALIAN EROSI DENGAN RORAK PADA LAHAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN DI PERKEBUNAN TEH ... 4

2.1 Jenis Kegiatan ... 4

2.2 Alat dan Bahan Kegiatan ... 4

2.3 Tahapan Kegiatan ... 4

2.3.1 Mengenal Lahan Tanaman Belum Menghasilkan ... 4

2.3.2 Melakukan Pengamatan Pengendalian erosi dengan rorak ... 16

III PENUTUP ... 23 3.1 Kesimpulan ... 23 3.2 Alternatif Solusi ... 23 3.3 Rekomendasi Lain ... 23 DAFTAR PUSTAKA ... 24 LAMPIRAN ... 25

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Diagram alir proses produksi departemen SCM ... 9

2 Diagram alir proses pembuatan kaleng di departemen SCM ... 10

3 Aturan penyusunan Carton box di atas Pallet ... 16

4 Diagram sebab-akibat material gula banyak tercecer ... 19

5 Gula tercecer pada mix tank ... 19

6 Diagram sebab-akibat terdapat sisa susu pada mix tank ... 20

7 Susu yang tertinggal di mix tank ... 20

8 Diagram sebab-akibat dorongan awal dan akhir terdapat sisa susu ... 21

9 Sisa susu hasil dorongan awal dan akhir ... 21

10 Diagram sebab akibat defect pada kemasan ... 22

(9)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Profil Umum Perusahaan ... 26

2 Surat Ketersediaan Menerima Praktek Kerja Lapang ... 35

3 Tugas Perorangan Praktek Kerja Lapang ... 36

4 Surat Peraturan Praktek Kerja Lapang ... 37

5 Surat Job Training Schedule ... 38

6 Surat Tugas Praktek Kerja Lapang ... 39

7 Surat Keterangan Selesai Praktek kerja Lapang... 40

8 Lembar Penilaian dari Pembimbing Lapang ... 41

9 Log Book / Catatan Harian Praktek Kerja Lapang ... 42

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekitar 45% wilayah Indonesia berupa dataran tinggi perbukitan dan pegunungan yang dicirikan oleh topo-fisiografi yang sangat beragam, sehingga praktek budidaya pertanian di lahan dataran tinggi memiliki posisi strategis dalam pembangunan pertanian nasional. Tanaman pekebunan seperti kopi, teh, kina, dan berbagai jenis buah-buahan juga banyak diproduksi di lahan pegunungan

Walaupun berpeluang untuk budidaya pertanian, lahan pegunungan rentan terhadap longsor dan erosi, karena tingkat kemiringannya, curah hujan relatif lebih tinggi, dan tanah tidak stabil. Bahaya longsor dan erosi akan meningkat apabila lahan pegunungan yang semula tertutup hutan dibuka menjadi areal pertanian tanaman semusim yang tidak menerapkan praktek konservasi tanah dan air, atau menjadi areal peristirahatan dengan segala fasilitas yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena konservasi tanah dan air sangat dibutuhkan untuk pengelolaan perkebunan sehingga selain kita dapat memajukan komoditas pertanian kita juga dapat terhindar dari kerusakan lahan.

Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang harus diambil oleh mahasiswa Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, sebagai syarat untuk menyelesaikan masa studi. Tujuan Praktek Kerja Lapangan ini untuk membekali mahasiswa agar mendapatkan pengalaman bekerja pada suatu instansi yang memiliki kaitan dengan bidang ilmu teknologi industri pertanian. Pada kesempatan ini judul PKL yang diambil yaitu ” Pengamatan Pengendalian Erosi dengan Rorak di Perkebunan Teh Ciater PTPN VIII ”. Lokasi yang dipilih sebagai sasaran utama yaitu Perkebunan Teh Ciater .

1.2 Maksud Praktek Kerja Lapang

Praktek Kerja Lapang bagi mahasiswa Program Studi teknik Pertanian dimaksudkan untuk memberi pengalaman dan pengetahuan, baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik tentang suatu kegiatan pada lembaga/ perusahaan yang berkaitan dengan bidang keteknikan pertanian.

(11)

1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapang 1.3.1 Tujuan Umum

1. Membekali mahasiswa agar memiliki pengalaman bekerja pada sebuah instansi. 2. Memberikan kemampuan agar dapat membandingkan pengetahuan teoritis yang

diperoleh dengan kenyataan di lapangan.

3. Mengetahui pengendalian erosi di Perkebunan Teh Ciater PTPN VIII.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengamati pengendalian erosi dan penerapannya pada lahan perkebunan dalam pelaksanaan tugas di Perkebunan Teh Ciater PTPN VIII.

2. Melakukan pengamatan pengendalian erosi dengan rorak dalam pelaksanaan tugas di Perkebunan Teh Ciater PTPN VIII.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang 1.4.1 Waktu

Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan selama 25 hari kerja, selama periode 21 Januari 2013 s/d 14 Februari 2013.

1.4.2 Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunanan Nusantara (PTPN VIII) Subang – Jawa Barat.

1.5 Deskripsi Kegiatan Praktek Kerja Lapang

Praktek Kerja Lapangan memiliki tujuan untuk membekali mahasiswa agar mendapatkan pengalaman bekerja pada suatu instansi yang memiliki kaitan dengan bidang ilmu teknologi industri pertanian Diharapkan kegiatan praktek kerja lapang ini akan memberikan pengalaman praktis dan wawasan kepada mahasiswa dalam bekerja secara nyata tanpa mengganggu rangkaian kegiatan yang berada pada instansi yang masih memiliki keterkaitan dengan bidang keteknikan pertanian. Diantaranya kegitan yang dilakukan di Perkebunan Ciater PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII)

1. Melakukan Survey kegiatan yang berada di Perkebunan Teh PT. Perkebunan Nusantara (PTPN VIII)

2. Melakukan kunjungan ke semua bagian-bagian yang menunjang Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara VIII.

(12)

1.6 Metode Penulisan

Kegiatan praktek kerja lapangan ini dilaksanakan dengan metode deskriptif yaitu pengamatan secara langsung ke lapangan dalam proses kegiatan- kegiatannya dengan mengumpulkan data dan informasi sesuai dengan aspek tujuan.

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penulisan laporan ini adalah:

1. Observasi yaitu dengan melihat dan mengamati kegiatan yang dilakukan di perkebunan teh ciater.

2. Praktek langsung yaitu ikut serta dan terlibat secara langsung dalam melakukan proses pengamatan pengendalian erosi dengan rorak di lahan tanaman belum menghasilkan. Dengan tujuan agar penulis bisa merasakan dan menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.

3. Wawancara yaitu dengan cara mewawancarai/melakukan proses tanya jawab dengan pihak-pihak terkait seperti pembimbing lapangan, staf bagian tanaman , dan para karyawan di Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara (PTPN VIII) , Subang – Jawa Barat.

4. Pencatatan yaitu mencatat data dan informasi sekunder dari sumber-sumber yang diperoleh. Jenis data sekunder antara lain data mengenai kondisi umum Perusahaan Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara (PTPN VIII) , meliputi sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi, data dan informasi lain yang berkaitan dengan tema praktek kerja lapang.

5. Studi Pustaka yaitu dilakukan dengan cara mencari informasi dan referensi dari buku-buku yang diperlukan guna melengkapi data dan informasi yang berkaitan dalam penyusunan laporan praktek kerja lapangan.

(13)

BAB II

PENGAMATAN PENGENDALIAN EROSI DENGAN RORAK DI LAHAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN

DI PERKEBUNAN TEH

2.1 Jenis Kegiatan

Rorak yang telah dibuat pada lahan konservasi di Perkebunan teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara PTPN VIII memiliki kemiringan 0-15 % . Untuk memperkecil erosi yang terjadi pada lahan perkebunan , maka oleh perkebunan dilakukan pengendalian erosi secara mekanik yaitu dengan cara membuat rorak – rorak pada lahan perkebunan khususnya pada kemiringan lahan perkebunan yang tinggi dan tanaman belum menghasilkan.

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah tanaman yang dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen. Selama masa TBM diperlukan beberapa jenis pekerjaan yang secara teratur harus dilaksanakan diantarannya pemeliharaan tanaman belum menghasilkan. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) merupakan dasar untuk mendapatkan tanaman yang sehat, berpotensi tinggi dengan massa non produktif pendek sehingga merupakan investasi awal yang akan memberikan hasil ekonomis dalam jangka panjang. Rorak merupakan salah satu dari pemeliharaan tanaman belum menghasilkan yang cukup efektif yang salah satunya berfungsi sebagai pencegah erosi.

2.2 Alat dan Bahan Kegiatan

2.2.1 Alat  Laptop  Alat tulis  Kamera  Meteran 2.2.2 Bahan

 Buku catatan perkembangan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan di Perkebunan Teh.

(14)

2.3 Tahapan Kegiatan

Gambar 3. Alur Tahapan Kegiatatan Pengamatan Pengendalian Erosi Dengan Rorak Pada Lahan Tanaman belum Menghasilkan.

Pengumpulan Data Pengamatan Start Survey Lapangan (Kebun Teh) . Lokasi TBM (dengan pengendalian erosi : rorak) Pengamatan Rorak Pengamatan Pengendalian Erosi Dengan Rorak Pada lahan TBM Identifikasi Rorak

Kedalaman Rorak Ukuran :

a. Panjang b. lebar

Jarak antar Rorak

(15)

Pada kegiatan pengamatan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan (TBM) di Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara (PTPN VIII) ada beberapa tahapan pengerjaan seperti yang dijelaskan pada gambar diatas (Gambar 3), diantaranya sebagai berikut :

1. Survey perkebunan teh meliputi : Lokasi Tanaman Belum Menghasilkan(TBM) dengan pengendalian erosi rorak yang akan dilakukan pengamatan .

2. Setelah itu melakukan pengamatan pada rorak yang meliputi:

a. Pengukuran rorak meliputi : ukuran rorak, dan jarak antar rorak.

b. Pengamatan pengendalian Erosi dengan Rorak meliputi : kedalaman pengendalian roraknya sendiri agar dapat telihat erosi yang terdapat pada rorak.

3. Penyusunan laporan dilakukan setelah melakukan pengumpulan data yang kita dapatkan dari pengamatan rorak.

2.4 Konservasi Tanah dan Air

Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanahnya, memperlakukannya sesuai dengan persyaratan yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sedangkan konservasi air adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah seefisien mungkin dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau (Arsyad, 2006). Tujuan dari konservasi tanah dan air adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan tanah, memperbaiki tanah-tanah yang sudah rusak, menetapkan kelas kemampuan lahan dan tindakan-tindakan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat digunakan dalam waktu yang tidak terbatas. Selain itu, Sinukaban (1989) menyatakan bahwa pada umumnya, pengelolaan tanah dan penanaman mengikuti kontur dapat mengurangi aliran permukaan dan erosi.

Metode konservasi tanah dan air dapat digolongkan ke dalam tiga golongan utama, yaitu metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimia (Arsyad, 2006). Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman dan tumbuhan, atau

(16)

bagian-bagian tumbuhan atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butiran hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi. Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi. Fungsi dari metode mekanik adalah memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman.

Sedangkan metode kimia adalah penggunaan bahan kimia baik berupa senyawa sintetik maupun berupa bahan alami yang telah diolah, dalam jumlah yang relatif sedikit, untuk meningkatkan stabilitas agregat tanah dan mencegah erosi. Struktur tanah yang stabil merupakan salah satu faktor yang berpengaruh positif terhadap pengurangan kepekaan erosi tanah dan pertumbuhan tanaman. Agar air hujan lebih banyak masuk ke dalam tanah dan air alira permukaan lebih terkendali perlu penerapan dari ketiga metode diatas (metode vegetatif, mekanik dan kimia). Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa metode vegetatif dan mekanik adalah metode yang paling banyak digunakan. Noeralam et al. (2003) menyatakan bahwa untuk mengurangi laju aliran permukaan dan erosi perlu dilakukan konservasi tanah dan air, seperti dengan pemberian mulsa, memotong panjang lereng dengan pembuatan rorak dan guludan yang dapat menampung aliran permukaan. Selain itu, Sinukaban (1990) menyatakan bahwa dengan pengolahan tanah konservasi (conservation tillage) dapat mengurangi erosi dan aliran permukaan dengan menghasilkan permukaan tanah yang kasar sehingga simpanan depresi dan infiltrasi meningkat serta dapat meninggalkan sisa-sisa tanaman dan gulma pada permukaan tanah agar dapat menahan energi butir hujan yang jatuh.

(17)

2.5 Erosi

Erosi didefinisikan sebagai proses berpindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian tanah di permukaan dari suatu tempat ke tempat yang lain (Arsyad, 2000). Secara alamiah permukaan bumi akan selalu mengalami proses erosi, dimana di suatu tempat terjadi proses pengikisan sedangkan di tempat yang lain terjadi penimbunan. Peristiwa alamiah ini dapat berlangsung sangat lambat dan tanpa adanya campur tangan manus ia proses ini mampu membentuk suatu keseimbangan dinamis.

` Erosi merupakan salah satu penyebab kerusakan tanah dan meningkatnya erosi tanah pada lahan kering umumnya disebabkan karena penggunaan lahan yang semakin intensif. Alibasyah (2000) mengemukakan bahwa besarnya erosi tanah di daerah tropika, termasuk Indonesia bukan hanya disebabkan oleh agroekosistemnya yang kondusif terhadap terjadinya erosi, tetapi juga karena pengelolaan tanah di daerah ini kurang memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air.

Mekanisme terjadinya erosi diidentifikasikan menjadi tiga tahap yaitu : (i) detachment (penghancuran tanah dari agregat tanah menjadi partikel – partikel tanah) ; (ii) transportation(pengangkutan partikel tanah oleh limpasan hujan atau run off dan (iii) sedimentation (sedimen / pengendapan jumlah tanah tererosi) (Nurpilihan, 2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses erosi yaitu :

1. Faktor iklim , dalam faktor iklim yang dominan berpengaruh terhadap proses erosi adalah hujan yang mampu menyebabkan hancurnya agregat tanah. Karakteristik hujan yang menentukan besarnya kecepatan aliran permukaan dan erosi adalah besarnya curah hujan, intens itas hujan dan distibusi hujan (Baver, 1956). 2. Topografi, faktor topografi yang mempunyai peranan penting

dalam menentukan laju erosi adalah kemiringan lereng dan panjang lereng. Faktor topografi lain yang juga berpengaruh terhadap erosi adalah keseragaman dan arah lereng (Arsyad, 2000).

3. Tanah , faktor tanah merupakan produk alami yang mempunyai sifat yang heterogen.

(18)

4. Vegetasi, salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi dan merupakan faktor yang dapat dikendalikan adalah factor vegetasi. Vegetasi penutup tanaman dapat memperlambat terjadinya proses erosi dan dapat menghambat pengangkutan partikel tanah (Arsyad, 2000).

5. Manusia, hal ini berkaitan dengan tindakan manusia dalam proses pengelolaan tanah. Pengelolaan tanah yang salah yaitu tanpa diimbangi dengan tindakan konservasi tanah dan air dapat mempercepat proses degradasi lahan, termasuk terjadinya proses erosi. Proses erosi yang terjadi dapat menurunkan produktivitas lahan karena tanah tidak dapat melakukan fungsinya sebagai unsur produksi dan media pengatur tata air. Di lain pihak manusia juga dapat mencegah terjadinya erosi dengan tindakan pengelolaan sumber daya alam yang lebih memperhatikan keseimbangan antara proses pembentukan tanah dan laju erosi tanah.

.

2.6. Rorak

Rorak adalah lubang atau penampang yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaan sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi dari lahan. Rorak merupakan lubang yang digali ke dalam tanah dengan ukuran kedalaman 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang berisar dari 1 sampai 5 meter (Arsyad, 2006). Lubang yang digali kemudian diisi oleh serasah atau sisa-sisa tanaman yang ada di sekitarnya. Hal ini berfungsi untuk menampung aliran permukaan dan serasah atau sisa-sisa tanaman dapat menahan partikel tanah pada dinding rorak serta sebagai bahan organik yang merupakan sumber makanan bagi organisme tanah. Adanya rorak menyebabkan aliran permukaan tertampung di dalam rorak kemudian terinfiltrasi secara perlahan dan dapat dimanfaatkan oleh vegetasi sehingga tidak semua aliran permukaan sampai ke titik pembuangan (outlet).

(19)

2.7 Tanaman Teh

Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) tergolong dalam famili Theaceae dan genus Camellia. Tanaman teh berasal dari Cina dan menyebar sampai ke daerah tropis dan subtropis (Eden, 1965). Menurut Adisewojo (1982) Camellia sinensis mempunyai banyak varietas, akan tetapi varietas yang terkenal adalah varietas sinensis dan varietas assamica. Menurut Setiawati dan Nasikun (1991), teh varietas sinensis mempunyai ciri-ciri, antara lain tumbuhnya lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat, daunnya kecil, pendek, ujungnya agak tumpul dan berwarna hijau tua. Sedangkan teh varietas assamica mempunyai ciri-ciri, antara lain tumbuh cepat, cabang agak jauh dari permukaan tanah, daunnya lebar, panjang dan ujungnya runcing serta berwarna hijau mengkilat. Menurut Setiawati dan Nasikun (1991) tanaman teh mempunyai daun yang bergerigi dengan tulang daun menyirip dari tepi dan berpangkal pada ujung daun yang runcing. Pohon teh mempunyai akar yang cukup panjang, masuk jauh ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Bunga teh dapat tumbuh di ketiak daun, di cabang–cabang, atau di ujung batang. Bunga teh merupakan bunga tunggal, berwarna putih, berbau harum dengan mahkota sebanyak 5 - 6 helai. Pada umumnya buah teh mempunyai tiga butir biji meskipun tidak jarang dijumpai buah yang berbiji dua atau tunggal. Biji–biji yang masih muda berwarna putih dan berwarna coklat tua bila sudah tua.

Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik pada iklim subtropis yaitu pada daerah 43° LU hingga 27° LS. Tanaman teh tumbuh pada ketinggian antara 400 – 1 500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman teh adalah 13 – 25° C dengan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70 %. Persyaratan penting lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan teh, yaitu curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun. Curah hujan yang dibutuhkan antara 2 000 – 2 500 mm/tahun (Setyamidjaja, 2000). Tanah merupakan faktor yang cukup menentukan bagi pertumbuhan tanaman teh. Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik yang cukup, tidak bercadas, serta memiliki derajat keasaman (pH) antara 4.5 - 6.0. Umumnya tanah yang baik untuk pertumbuhan teh terletak di lereng-lereng gunung berapi yang biasa dinamakan

(20)

tanah Andosol (vulkanis muda). Selain Andosol masih ada beberapa jenis tanah lain yang cocok ditanami teh, yaitu tanah Latosol dan tanah Podzolik (Setyamidjaja, 2000).

2.8 Lahan Tanaman Belum Menghasilkan

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah tanaman yang dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen. Selama masa TBM diperlukan beberapa jenis pekerjaan yang secara teratur harus dilaksanakan diantarannya pemeliharaan tanaman belum menghasilkan.

Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) merupakan dasar untuk mendapatkan tanaman yang sehat, berpotensi tinggi dengan massa non produktif pendek sehingga merupakan investasi awal yang akan memberikan hasil ekonomis dalam jangka panjang. Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan diantaranya adalah : a. Penyiangan b. Pembuatan rorak c. Penyulaman d. Pemupukan e. Pembuatan Frame

(21)

2.9 Pengamatan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan pada perkebunan teh

Konservasi tanah dan air dalam perkebunan dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa usaha perkebunan teh merupakan proses pengurasan hara dalam tanah , sehingga untuk memperoleh keuntungan yang berkelanjutan diperlukan pengembalian input ke tanaman agar terjadi keseimbangan.

Dengan kondisi topografi , sebaran iklim / cuaca yang ekstrim , tampa upaya kongkrit , kesuburan tanah akan merosot tajam dalam waktu yang tidak terlalu lama. Teknik konservasi tanah dan air yang dapat dilaksanakan secara umum sesuai standar operasional sebagai berikut :

a. Pembuatan drainase pembatas (Boundary drains) b. Pembuatan parit drainase terusan (Contour drains) c. Pembuatan parit drainase induk

d. Antar barisan rorak

Namun dalam kenyataan dilapangan yang saya temukan di Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII), Konservasi tanah dan air yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

a. Penggarpuan

b. Penanaman tanaman penguat seperti kacang kacangan. c. Penanaman KKE (kebun kayu energi)

d. Pembuatan saluran air e. Pembuatan rorak.

Konservasi tanah dan air yang saya amati adalah Pengamatan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan di perkebunan teh.

Perkebunan Ciater memiliki topografi berbukit , berada pada ketinggian 450 – 1500 meter diatas permukaan laut. Jenis tanah sebagaian besar adalah jenis andosol dan sebagaian kecil latosol, curah hujan tahunan sebesar 4.301 m3 ( rata – rata 10 tahun) dengan temperature harian 20 – 26 0C. Luas areal perkebunan teh ciater dibagi menjadi 6 yaitu dari afdeling 1 sampai afdeling 6 atau ciater 1 sampai ciater 6.

(22)
(23)

Gambar 2. Bagan jenis kegiatan pengamatan pengendalian erosi dengan rorak. Perkebunan Teh Ciater

Afdeling 1 Afdeling 2 Afdeling 3 Afdeling 4 Afdeling 5 Afdeling 6 Tanaman belum menghasilkan Konservasi Tanah dan Air

Penggarpua n Penanaman Tanaman Penguat T Pengamatan Rorak Penanaman Kebun Kayu Energi (KKE) Saluran Air Afdelling 3 Pengendalian Erosi

(24)

Gambar 3. Luas arel per afdeling (Ha)

Seperti pada gambar diatas (Gambar 2. Bagan jenis kegiatan pengamatan pengendalian erosi dengan rorak) penerapan pengamatan pengendalian erosi pada lahan tanaman belum menghasilkan dilakukan di Afdeling 3 karena pada afdeling 3 terdapat tanaman belum menghasilkan (Gambar 3. Luas areal per afdeling). Pengamatan pengendalian erosi pada tanaman belum menghasilkan sangat penting bagi tanaman itu sendiri yaitu tanaman teh dikarenakan pada tanaman teh yang belum menghasilkan rentan terhadap erosi.

(25)

Pembuatan rorak pada Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) khususnya dilakukan di musim penghujan untuk mencegah erosi pada lahan perkebunan. Pembuatan rorak baru dilakukan dengan tidak mengganggu rorak yang sudah terisi penuh dengan bahan organik / tanah limpasan. Oleh karena itu rorak yang sudah terisi penuh tidak dilakukan pemeliharaan namun dilakukan pembuatan rorak yang baru. Namun hanya sekitar 20 % dari luas areal perkebunan teh yang dibuat rorak , kebanyakan besar di lahan dataran atas ( Afdelling 1/ Ciater 1) dan tanaman belum menghasilkan. Menurut Standar Operasional (SOP) PT. Perkebunanan Nusantara VIII (PTPN VIII) Pembuatan rorak berfungsi sebagai :

a. Kantong – kantong peresapan air pada saat musim hujan. b. untuk mencegah erosi.

c. Memperbaiki aerasi dan struktur tanah

d. Berfungsi sebagai tempat penampungan bahan organik.

Gambar 4. Pengamatan pengendalian erosi pada lahan tanaman belum menghasikan dengan rorak di perkebunan teh pada afdeling 3.

(26)

Pengamatan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan di perkebunan teh dilakukan diafdeling tiga dengan gambaran denah lokasi pengamatan seperti dibawah ini (Gambar 5. Denah pengamatan rorak pada tanaman belum menghasilkan. ) . Pada lahan tersebut tidak hanya dibuat rorak tapi juga ditanam tanaman penguat pada lahan tanaman belum menghasilkan tersebut sehingga penerapan rorak dilakukan berseling seling dengan tanaman penguat seperti pada gambar dibawai ini (Gambar 5. Denah pengamatan rorak pada tanaman belum menghasilkan. ).

(27)

Sebelum pengamatan pada rorak dimulai , dilakukan Identifikasi rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan (Gambar 6. Identifikasi rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan). Identifikasi rorak dilakukan dengan cara melakukan pengukuran pada rorak. Dalam identifikasi rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan meliputi:

a. Panjang rorak b. Jarak antar rorak c. Lebar rorak d. Kedalaman rorak

Identifikasi pada lahan tanaman belum menghasilkan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

(28)

Dari hasil identifikasi rorak yang dilakukan dengan cara pengukuran langsung dilapangan seperti pada Gambar 6, berbeda dengan standar operasional perusahaan PT, Perkebunan Nusantara VIII menganai rorak. Adapun Standar operasional tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Standar Operasional Perusahaan Rorak PT. Perkebunan Nusantara VIII. Kemiringan

Lahan (%)

Jarak antar barisan Jumlah Rorak (bh. Perpatok)

Ukuran Rorak

0-15 Satu setiap 5 baris tanaman 12 300×30×40 16-30 Satu setiap 4 baris tanaman 16 300×30×40 >30 Satu setiaap 3 baris tanaman 22 300×30×40 Keterangan : jarak antar rorak dalam barisan 2 meter.

Dapat dilihat pada tabel 1 ketentuan ukuran rorak berbeda dengan pengukuran langsung yang dilakukan. Kemiringan pada lahan tanaman yang dilakukan pengamatan sebesar 0-15 %. Sehingga didapatkan perbedaan ukuran rorak yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2 . Perbedaan ukuran rorak.

Ketentuan Ukuran Rorak Rata- Rata Pengukuran Langsung

300×30×40 270×30×15

Keterangan : Panjang ×Lebar×Kedalaman

Dari panjang rorak pada pengukuran langsung berbeda dengan ketentuan ukuran rorak menurut standar operasional perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII. Namun untuk lebar rorak sendiri sama dengan ketentuan ukuran rorak menurut standar operasional perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII. Sedangkan untuk kedalaman rorak pada pengukuran langsung berbeda jauh dengan ketentuan ukuran rorak menurut standar operasional perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII dikarenakan pembuatan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan sudah berlangsung lama yang disebabkan tanah pada lahan tanaman belum menghasilkan sudah tergerus sehingga tanah tersebut tertampung

(29)

di rorak oleh karena itu terdapat perbedaan pada pengukuran langsung kedalaman rorak dengan ketentuan ukuran kedalaman rorak menurut standar operasional perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII.

Setelah dilakukan Identifikasi rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan , dapat dilakukan pengamatan pengendalian erosi. Pengamatan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan di perkebunan teh berlangsung selama 13 hari. Terdapat 13 sampel rorak yang dilakukan pengamatan pada lahan tanaman belum menghasilkan. Pengamatan rorak ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran kedalaman pada 13 sampel rorak, sampel rorak dilakukan pengukuran selama 13 hari. Pengukuran pada sampel rorak tersebut dilakukan untuk dapat mengetahui kemampuan rorak untuk menampung erosi , karena rorak melupakan salah satu pengendalian erosi mekanik. Adapun hasil yang dapat dilihat dari pengamatan rorak pada tanaman belum menghasilkan yaitu dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 3. Hasil Pengamatan Rorak pada Lahan Tanaman Belum Menghasilkan.

Sampel Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 3 2.5 2.5 2 2 2 2 2 1.9 1.8 1.7 1.7 1.6 2 6 6 5.9 5.9 5.9 5.9 5.8 5.8 5.5 5.5 5.5 5.3 5.3 3 11 7 7 6.9 6.9 6.8 6.8 6.8 6.8 6.6 6.5 6.5 6.2 4 7 5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 4.3 4.3 5 12 11 10.8 10.5 10.5 10.5 10.5 10.4 9.9 9 8.5 8.4 8.5 6 7 6 5 5 5 4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 4.8 4.8 4.8 7 13 10 8 8 7.9 7.9 7.9 7.9 7.6 7.5 7.4 7.4 7 8 4 3 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2 2 2 2 2 9 18 16.5 16.4 16.4 16.4 16.3 16.3 16.3 16.2 15 14 14 13 10 9 7.5 7.5 7 6.9 6.8 6.8 6.5 6.5 6.5 6.5 6.4 6 11 30 29.5 29.4 27 27 27 27 27 26 26 25.5 25.5 25.5 12 14 10 9 8 8 7.9 7.8 7.8 7.5 7.4 7.4 7.4 7.4 13 20 16 16 15.5 15.5 15.5 15.5 15.5 15 15 14 14 14

(30)

Setelah mendapatkan hasil pengamatan pada tabel diatas dapat juga membuat grafik hasil pengamatan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan sehingga didapatkan kedalaman rorak yang menurun setiap harinya dalam 13 hari tersebut pada lahan tanaman belum menghasilkan. Namun penurunan tersebut tidak terlalu besar dikarenakan hasil penurunan yang kecil dan intensitas hujan yang tinggi.

(31)

Dari pernyataan dan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa rorak yang terdapat pada tanaman belum menghasilkan (tbm) pada teh setiap harinya mempunyai penurunan kedalaman , namun tidak terlalu jauh penurunanannya. Pengendalian erosi dengan rorak masih dapat digunakan karena rorak yang terdapat pada tanaman belum menghasilkan masih dapat menampung endapan erosi, namun harus terus dipelihara dengan cara pembuatan rorak baru apabila rorak sebelumnya sudah terisi penuh oleh endapan erosi.

Gambar 8. Alur Pengamatan rorak. Rorak Terdapat penurunan kedalaman rorak Penurunan tidak drastis Seberapa besar rorak dapat menampung erosi Pemeliharaan Rorak

(32)

BAB III PENUTUP

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan selama 25 hari, dari tanggal 21 Januari sampai dengan 14 February. Tempat penyelenggaraan kegiatan PKL adalah di Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara VIII Subang- Jawa Barat. Salah satu kegiatan yang dilakukan pada kegiatan PKL ini adalah pengamatan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan (TBM) di Perkebunan Teh.

Sebelum melakukan PKL, pada jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian, telah diberikan bermacam-macam teori mengenai konservasi lahan khususnya pada mata kuliah Teknik Pengawetan Tanah dan Air dalam melakukan pengendalian erosi yang terjadi di lahan miring. Namun pada kegiatan praktik Kerja Lapang di di Perkebunan Teh Ciater PT. Perkebunan Nusantara VIII ini, penulis dapat melakukan pengamatan langsung sehingga banyak pengalaman dan ilmu baru yang didapatkan.

Banyak pengalaman yang bisa didapatkan pada kegiatan praktek kerja lapangan ini, diantaranya adalah mengetahui kegiatan yang berada perkebunan teh dari kebun teh sampai proses pabrik teh , dan melakukan pengamatan pengendalian erosi dengan rorak pada lahan tanaman belum menghasilkan di Perkebunan Teh.

Penulis dapat melakukan pengamatan metode konservasi mekanik yaitu rorak tersebut dari mulai identifikasi rorak ( panjang , lebar , kedalaman dan jarak antar rorak) pada lahan tanaman belum menghasilkan , dan melakukan pengamatan rorak berupa pengukuran kedalaman 13 sampel rorak selama 13 hari. Pengamatan tersebut dilakukan untuk dapat mengetahui kemampuan rorak untuk menampung erosi sesuai dengan yang telah didapatkan sebelumnya di jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian..

Dengan kegiatan tersebut, penulis dapat lebih mengerti apa yang telah didapatkan sebelumnya di dunia perkuliahan secara lebih jelas.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Bafdal, Nurpilihan (2011). Teknik Pengawetan Tanah dan Air. Bandung: Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian Universitas Padjadjaran

Bafdal, Nurpilihan (2012). Penuntun Praktikum Teknik Pengawetan Tanah dan Air. Bandung: Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian Universitas Padjadjaran

(34)
(35)

KEBERADAAN KEBUN CIATER PTP. NUSANTARA VIII (PERSERO) KABUPATEN SUBANG PROPINSI JAWA BARAT

LANDASAN HUKUM

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996 dan dikukuhkan oleh Notaris Harun Kamil, SH. No 41 tanggal 11 Maret 1996, dalam rangka penggabungan PTP XI, PTP XII, PTP XIII yang wilayah kerjanya berada di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Dalam perjalanannya beberapa kali diubah terakhir dengan Akta Notaris Nanda Fauz Iwan, SH,M.Kn. Nomor 14 tanggal 12 Agustus 2008 dan telah disahkan oleh Mentri Kehakiman dan HAM RI melalui surat Keputusan Nomor AHU-5420.AH.01.02 Tahun 2008.

1945 Nasionalisasi Perkebunan milik Pemerintahan Belanda dan Inggris. 1957-1960 Perusahaan yang dinasionalisasikan dikenal dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).

1963-1968 Reorganisasi PPN dengan dibentuknya PPN Aneka Tanaman VII-X untuk Mengelola Teh.

1968-1971 Penggabungan PPN Aneka Tanaman dan PPN Karet menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP). Di Provinsi Jawa Barat menjadi 3 PNP, yaitu PNP XI, PNP XII dan PNP XIII.

1971 PNP berubah status menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan atau disingkat PT. Perkebunan (Persero) sehingga menjadi PTP XI, PTP XIII dan PTP XIII. 1996 - sekarang PTP XI, PTP XII, PTP XIII menjadi PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 tahun 1996 tanggal 11 Maret 1996.

VISI

“Menjadi Perusahaan Agribisnis Terkemuka dan Terpercaya Mengutamakan Kepuasan Pelanggan dan Kepedulian Lingkungan dengan Didukung oleh SDM yang Profesional”

(36)

MISI

 Menghasilkan produk utama Teh , Karet, Kelapa, Sawit, Kina dan Kakao bermutu dan ramah lingkungan yang dibutuhkan oleh pasar dan mempunyai nilai tambah tinggi.

 Mengelola Perusahaan dengan menerapkan good cosporate govermance dan strong leadership,memosisikan sumber daya manusia sebagai asset bernilai serta mengedepankan kesejahteraan karyawan.

 Mengoptimalkan seluruh sumber daya untuk dapat meraih peluang-peluang pengembangan bisnis secara mandiri maupun bersama-sama mitra strategic (Pengembangan Non Core Business).  Mengedepankan corporate social responsibility (CSR) seiring

dengan kemajuan perusahaan.

MAKSUD DAN TUJUAN PENDIRIAN PERUSAHAAN

Maksud dan tujuan didirikannya PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) adalah melakukan usaha di bidang agrobisnis dan agro industri serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

(37)

KEGIATAN USAHA

USAHA UTAMA

 Pengusahaan budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengolahan lahan, pembibitan,penanaman,pemeliharaan dan pemungutan hasil tanaman serta melakukan kegiatan-kegiatan lain yang sehubungan dengan pengusahaan budidaya tanaman tersebut.

 Produksi meliputi pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi dan atau barang jadi serta produksi turunannya;

 Perdagangan meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksi serta melakukan kegiatan perdagangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan usaha Perseroan;

 Pengembangan usaha dibidang Perkebunan , Agro Wisata ,Agro Bisnis dan Agro Forestry.

USAHA LAINNYA

Selain kegiatan usaha utama sebagaimana dimaksud, Perseroan dapat melakukan kegiatan usaha dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, misalnya untuk : trading house, pengembangan kawasan industry, agro industrial complex, real estate, pusat perbelanjaan /mall, perkantoran, pergudangan, pariwisata, perhotelan, resort, olah raga dan rekreasi, rest area, rumah sakit, pendidikan dan penelitian, prasarana telekomunikasi dan sumber daya energy, jasa penyewaan, jasa konsultasi bidang perkebunan, jasa pembangunan kebun, dan pengusahaan sarana dan prasarana yang dimiliki perusahaan.

(38)

DAMPAK SOSIAL EKONOMI

 Menghidupi 1.955 Orang Pegawai sekaligus sebagai masyarakat di Kabupaten Subang

 Dapat membantu Pertumbuhan Ekonomi kabupaten Subang

 Roda perekonomian masyarakat sekitar perkebunan dapat berjalan dengan adanya masyarakat yang bekerja di perkebunan (gaji/upah, dll).

 Dapat membantu Pemerintah mengatasi kemiskinan dengan adanya lapangan kerja di Perusahaan PTPN VIII (Persero).

 Berkembangnya Pusat Perbelanjaan di Daerah  Menyerap tenaga kerja sekitar lingkungan kebun  Membantu Pembelian Produksi Teh Rakyat

 Memberikan Pinjaman Modal kerja kepada Pengusaha Golongan Ekonomi lemah

 Berdirinya Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU)  Adanya fasilitas Olah Raga

 Terdapat Fasilitas Kantor Kecamatan dan Kantor Desa

 CSR (kemitraan dengan pertani sekitar kebun dalam bentuk KSO => 400 (empat ratus) petani).

 Rehabilitasi kebun dengan menanam jenis tanaman kayu-kayuan sebanyak 2.500 pohon, penanaman tersebut dilaksankan bersama-sama dengan/dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Subang, adapun tanaman kayu-kayuan yang ditanam antara lain : Sengon, Mahoni, Rasamala, Eukalyptus,Suren, Mani’i (Apricana), Jati Putih, Pinus, Manggis, dll.

(39)

A. PROGRAM BINA LINGKUNGAN

Program Kemitraan adalah pinjaman modal kerja kepada usaha kecil yang secara teknis belum memenuhi persyaratan perbankan namun mampu menyerap tenaga kerja, dengan sektor usaha seperti perdagangan, industri, perkebunan, peternakan dan lain sebagainya, sedangkan Program Bina Lingkungan adalah bantuan untuk merubah kondisi sosial masyarakat di lingkungan Unit Kerja seperti dibidang pendidikan masyarakat, kesehatan masyarakat dan bantuan lainnya sesuai dengan ruang lingkup.

Realisasi penyaluran Program Kemitraan pada triwulan IV/2011 sebesar Rp. 1,7 milyar,dan Program Bina Lingkungan sebesar Rp 370 juta sedangkan sampai dengan Triwulan IV/2011 penyaluran Program Kemitraan sebesar Rp. 48 Milyar dan Program Bina Lingkungan sebesar Rp. 13 milyar.data diambil dari Laporan khusus Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Triwulan IV Tahun 2011.

B. MENYERAP TENAGA KERJA DENGAN MENCIPTAKAN

LAPANGAN KERJA.

 Penanaman Rumput Gajah (King Grass)

 Pembangunan komplek penginapan Agrowisata Walini

 Pembuatan Resto Kampung Walini yang bekerja sama dengan KOPKAR Kebun Ciater.

C. PEDULI AKAN LINGKUNGAN

 Penanaman KKE 341.160 pohon  Penanaman Teh 650.000 pohon

 Penanaman hutan koloni 2.500 pohon (Eucalyptus 800 pohon, Rasamala 800 pohon, Suren 900 pohon).

Hal tersebut sejalan dengan Program Pemerintah yang di canangkan Presiden Republik Indonesia (Program OBIT) Jati Putih, Pinus dan Manggis.

(40)
(41)

Lampiran 5.

Log Book/Catatan Kegiatan Harian Praktek Kerja Lapang

(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)

Lampiran 6.

DOKUMENTASI KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG

Gambar 1. Mesin ctc pengeringan. Gambar 2. Mesin pengeringan.

Gambar 3. Hasil pengepakan teh . Gambar 4. Mesin pengepakan teh.

(48)

Gambar 7. Survey kelahan perkebunan Gambar 8. Pernyotiran tanaman teh. teh.

Gambar 9. Hasil pernyotiran Gambar 10. Pemetikan teh. tanaman teh.

(49)

(50)

Gambar

Gambar 3. Alur Tahapan Kegiatatan Pengamatan Pengendalian Erosi Dengan  Rorak Pada Lahan Tanaman belum Menghasilkan
Gambar 1. Tabel curah hujan tahun 2012.
Gambar 2. Bagan jenis kegiatan pengamatan pengendalian erosi dengan rorak.
Gambar 3. Luas arel per afdeling (Ha)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Konsep dasar perancangan tata ruang dalam pada bangunan Auto Mall adalah menciptakan bentuk ruang promosi yang bernuansa modern didukung aspek pencahayaan buatan yang

Dinas Kehutanan Kabupaten Tapanuli Utara. Pemeliharaan

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa prakiraan risiko flouride dengan durasi pajanan realtime sebesar 0,2535 masih dalam batas aman dan tidak berisiko menyebabkan

Sehubungan dengan tidak adanya calon pemenang yang lulus pembuktian kualifikasi pada pelaksanaan pengadaan pekerjaan Pembangunan Pembangkit Listrik Surya (PLTS) Terpusat di

Penelitian Anozie and Aderibigbe (2011) mengenai optimasi proses hidrolisa pati singkong menggunakan asam menjadi sirup glukosa dengan variabel temperatur, waktu dan

Yang bertandatangan dibawah ini, menerangkan bahwa yang namanya tersebut dibawah ini adalah daftar nama nama siswa yang menerima PIP semester 1 Tahun 2016 dengan buku rekening

Dari hasil penelitian ini, dapat diinformasikan kepada masyarakat bahwa ada pengaruh lama penyimpanan dan suhu penyimpanan brokoli terhadap kadar nitrat dan nitrit,