• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 Bahan dan Metoda

3.7 Pengamatan Visual dan Mikroskopis

3.7Pengamatan Visual dan Mikroskopis

Pengamatan dilakukan dengan 2 cara yaitu secara visual dan mikroskopis. Pengamatan secara visual dilakukan dengan cara melihat zona/luas pertumbuhan miselium dari masing-masing lempeng inokulum fungi endofit dan fungi perusak makanan. Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan cara mengamati ujung miselium pada daerah/zona hambat fungi perusak makanan. Ujung miselium fungi perusak makanan yang tumbuh pada permukaan media PDA dipotong berbentuk block square kemudian diletakkan pada objek gelas, selanjutnya diamati adanya abnormalitas pertumbuhan miselium fungi perusak makanan berupa pembengkokan ujung miselium, miselium pecah, miselium berbelah, miselium bercabang, miselium lisis dan miselium tumbuh kerdil (Lorito et al., 1992).

xxviii

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Isolat Fungi Endofit

Hasil isolasi fungi endofit dari tanaman andaliman diperoleh sebanyak 32 isolat yang termasuk dalam 7 genus (Gambar 4.1.2), 5 famili, dan 5 ordo dari anggota kelas Ascomycetes, Zygomycetes, dan Basidiomycetes. Ketujuh genus fungi endofit tersebut adalah Penicillium, Aspergillus, Rhizopus, Colletotrichum, Cochliobolus, Schizophyllum, dan Trichoderma. Pada akar tanaman andaliman diperoleh 6 isolat, pada batang andaliman diperoleh 8 isolat. Pada daun andaliman diperoleh 7 isolat dan pada buah diperoleh 11 isolat. Seluruh isolat yang berasal dari akar, batang, dan daun andaliman termasuk pada kelas Ascomycetes sedangkan pada buah andaliman terdiri dari kelas Ascomycetes dan Basidiomycetes.

Frekuensi kehadiran genus endofit pada setiap bagian tanaman andaliman dapat dilihat seperti pada Gambar 4.1.1 berikut ini:

Gambar 4.1.1. Frekuensi kehadiran genus fungi endofit pada setiap bagian tanaman andaliman

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Akar Batang Daun Buah

Jum la h F ungi E ndof it Bagian Tanaman

Aspergillus Penicillium Trichoderma Cochliobolus

xxix

Gambar 4.1.1 menunjukkan bahwa fungi endofit yang paling banyak ditemukan yaitu pada buah yaitu sebanyak 11 isolat. Fungi endofit pada batang terdiri dari 8 isolat, daun terdiri dari 7 isolat dan akar terdiri dari 6 isolat. Fungi endofit paling banyak ditemukan pada buah. diduga asosiasi fungi endofit banyak terjadi pada saat pembungaan andaliman. Hasil karakterisasi morfologi koloni isolat fungi endofit pada tanaman andaliman dapat dilihat pada Table 4.1.1 berikut ini:

Tabel 4.1.1 Karakteristik morfologi koloni isolat fungi endofit tanaman andaliman Kode

Isolat

Warna Koloni pada Cawan Petri Bentuk Konidia Spesies Jumlah Koloni FAA 1 FAA 2 FAA 3 FAA 4 Coklat muda kekuningan

Ovate Penicillium citreonigrum 1

Hitam Spinulose Aspergillus niger 2

Hijau tua Ovate Aspergillus sp1. 1

Hijau muda Ovate Aspergillus sp2. 2

FBtA 1 FBtA 2 FBtA 3 FBtA 4 BZtA 5 BZtA 6

Putih susu Globose Penicillium sp1. 1

Hijau kecoklatan Ovate Aspergillus sp3. 1

Hijau muda Ovate Aspergillus sp2. 2

Hijau tua Ovate Aspergillus sp4. 2

Hijau kekuningan Ovate Aspergillus sp5. 1

Hijau tua keputihan Ovate Aspergillus sp6. 1

FDA 1 FDA 2 FDA 3 FDA 4 FDA 5 FDA 6 FDA 7

Oranye keputihan Globose Rhizopus sp. 1

Hijau keabuan Globose Trichoderma sp. 1

Putih susu Globose Penicillium sp1. 1

Hijau tua Globose Trichoderma lignorum 1

Hijau Ovate Aspergillus sp4. 1

Hijau kekuningan Ovate Aspergillus sp5. 1

Hijau kecoklatan Ovate Aspergillus sp3. 1

FBuA 1 FBuA 2 FBuA 3 FBuA 4 FBuA 5

Putih Susu Ovate Penicillium sp2. 1

Putih susu Ovate Penicillium sp1. 2

Hijau tua Globose Trichoderma lignorum 1

Oranye keabuan Ovate Colletotrichum sp. 1

xxx

FBuA 6 FBuA 7 FBuA 8

Merah muda keabuan - Schizophyllum communae 1

Merah muda Ovate Colletotrichum

gloesporioides

1

Hijau tua Ovate Aspergillus sp5. 2

Keterangan:

FAA : Fungi Akar Andaliman FBtA : Fungi Batang Andaliman FDA : Fungi Daun Andaliman FBuA : Fungi Buah Andaliman

Pada bagian akar, batang, daun, dan buah andaliman ditemukan 2 genus fungi endofit yang sama yaitu Aspergillus dan Penicillium. Sedangkan genus Trichoderma hanya ditemukan pada daun dan buah andaliman, sedangkan Genus Rhizopus hanya pada daun saja. Pada buah andaliman ditemukan Genus Colletotrichum, Cochliobolus, Schizophyllum, dan Trichoderma (Gambar 4.1.1). Fungi endofit yang ditemukan pada setiap bagian tanaman sebenarnya terdiri dari beberapa spesies yang berbeda. Perbedaan ini dapat dilihat dari warna koloni, bentuk konidia, dan tekstur permukaan koloni (Tabel 4.1.1 dan Lampiran J, hlm. 42). Hal ini mungkin disebabkan karena faktor berbedanya asosiasi fungi endofit pada masing-masing bagian tanaman dan juga ketersedian nutrisi pada setiap bagian tanaman baik dari akar, batang, daun, dan buahnya. Frekuensi kehadiran genus fungi endofit pada semua bagian tanaman andaliman baik akar, batang, daun, dan buah dapat dilihat pada Gambar 4.1.2 berikut ini:

Gambar 4.1.2 Frekuensi kehadiran genus fungi endofit pada akar, batang, daun, dan buah andaliman

100 100 50 25 25 25 25 0 20 40 60 80 100 120

Aspergillus Penicillium Trichoderma Cochliobolus Colletotrichum Schizophyllum Rhizophus

F rek u en si K eh ad ir an ( % )

xxxi

Jika kita lihat berdasarkan kehadiran tiap genus fungi endofit pada semua bagian tanaman andaliman baik dari akar, batang, daun, dan buah maka Aspergillus dan Penicillium memiliki frekuensi kehadiran paling tinggi dibandingkan dengan genus yang lain. Frekuensi kehadiran Aspergillus dan Penicillium mencapai 100%, diikuti dengan Genus Trichoderma sebesar 50%, dan yang paling sedikit frekuensinya adalah Colletotrichum, Cochliobolus, Schizophyllum, dan Rhizopus, sebesar 25 % (Gambar 4.1.2).

Gambar 4.1.3 Variasi koloni dari Aspergillus (umur isolat 5 hari) pada andaliman ditumbuhkan pada media PDA dimana a. Aspergillus sp1, b. Aspergillus sp2., c. Aspergillus sp3., d. Aspergillus sp4. e. Aspergillus sp5., f. Aspergillus sp6.

Penicillium dan Aspergillus ditemukan hampir pada setiap bagian tanaman andaliman. Hal ini menunjukkan bahwa Aspergillus dan Penicillium adalah fungi endofit yang bersifat kosmopolitan, sehingga mikroorganisme ini umum ditemukan. Menurut Dwidjoseputro (1978), Aspergillus terdapat di mana-mana, baik di daerah kutub maupun di daerah tropik, dan hampir pada setiap substrat. Aspergillus memiliki fungsi penting bagi tanaman. Ada 7 spesies Aspergillus yang masing-masing memiliki

a

.

b c

xxxii

Aspergillus sp3., Aspergillus sp4., Aspergillus sp5., dan Aspergillus sp6.. Variasi yang muncul dapat dilihat dari perbedaan warna koloni, bentuk konidia, dan juga dari tekstur permukaan koloni (Tabel 4.1.1 dan Gambar 4.1.3).

Penicillium merupakan jenis fungi yang banyak digunakan dalam bidang medis karena kemampuannya dalam menghasilkan antibiotik untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen. Menurut Gilman (1971), genus Penicillium memiliki hifa vegetatif yang menjalar, bersekat, dan bercabang. Konidiofor tegak lurus, biasanya tidak memiliki percabangan, bersekat, dan pada bagian apeks memiliki vertisilia yang muncul dari percabangan primer yang tegak lurus, dan masing-masing memiliki vertisilia sekunder (metula) dan terkadang memiliki percabangan tersier (phialid). Konidia berbentuk globose, bulat telur (oval) atau ellips, halus ataupun kasar.

Trichoderma ditemukan hanya pada daun dan buah andaliman. Trichoderma adalah fungi endofit yang bersifat kosmopolitan, mikroorganisme ini umum ditemukan pada tanah perkebunan kelapa sawit. Beberapa spesies Trichoderma seperti T. harzianum, T. viride, T. album telah diteliti peranannya sebagai biokontrol. Trichoderma spp. dapat ditemui di hampir semua jenis tanah dan pada berbagai habitat. Fungi ini dapat berkembang biak dengan cepat pada daerah perakaran. Disamping itu Trichoderma spp. merupakan fungi parasit yang dapat menyerang dan mengambil nutrisi dari fungi lain. Rhizopus, Colletotrichum, Cochliobolus, dan Schizophyllum adalah genus yang paling sedikit ditemukan jumlahnya. Keempat genus ini masing-masing ditemukan pada daun dan buah andaliman saja. Rhizopus diisolasi dari daun, sedangkan Colletotrichum, Cochliobolus, dan Schizophyllum diisolasi dari buah andaliman. Rhizopus yang diisolasi memiliki ciri warna koloni atas oranye keputihan dan koloni bawahnya oranye kemerahan, bentuk konidia globose, dan tekstur koloni halus. Cochliobolus yang diisolasi memiliki ciri warna koloni atas berwarna hitam kecoklatan dan hitam pekat pada bagian dasar koloni. Bentuk konidia dari genus ini genikulat dan tekstur koloninya halus. Colletotrichum yang diisolasi memiliki ciri warna koloni atas berwarna merah muda dan hitam keabu-abuan pada bagian dasar koloni. Bentuk konidia dari genus ini ovate dan tekstur koloninya halus.

xxxiii

Jumlah spesies fungi endofit yang diisolasi dari akar, batang, daun dan buah andaliman menunjukkan bahwa Aspergillus sebagai jenis yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 17 isolat (53%) dari 32 isolat yang ditemukan diikuti dengan Penicillium 6 isolat (19%), Trichoderma 3 isolat (10%), Cochliobolus dan Colletotrichum masing-masing 2 isolat (6%) dan Rhizopus dan Schizophyllum 1 isolat (3%).

Tabel 4.1.2 Jumlah isolat fungi endofit yang diisolasi dari bagian tanaman andaliman

Genus Fungi Endofit Jumlah isolat Persentase (%)

Aspergillus 17 53 Penicillium 6 19 Trichoderma 3 10 Cochliobolus 2 6 Colletotrichum 2 6 Rhizopus 1 3 Schizophyllum 1 3

Jumlah Total 32 isolat 100

Aspergillus dan Penicillium memiliki tingkat presentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentase genus lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi inang yang sesuai dengan pertumbuhan kedua genus ini seperti ketersediaan nutrisi. Menurut Dwidjoseputro (1978), Aspergillus terdapat di mana-mana, baik di daerah kutub maupun di daerah tropik, dan hampir pada setiap substrat. Aspergillus memiliki fungsi penting bagi tanaman. Menurut Domsch (1993), Penicillium spp. adalah spesies yang tersebar luas di seluruh dunia, hampir pada semua substrat walaupun bukan habitat alaminya. Fungi ini banyak ditemukan di daerah yang banyak bahan organiknya.

4.2 Kemampuan Antagonis Fungi Endofit terhadap Fungi Perusak Makanan (Aspergillus sp1. dan Aspergillus sp2.)

Hasil uji antagonis dari 32 isolat fungi endofit yang diperoleh dari akar, batang, daun, dan buah andaliman pada media PDYA (Potato Dextrose Yeast Agar) + antibiotik

xxxiv

chloramphenicol menunjukkan sebanyak 17 isolat fungi endofit yang potensial dalam menghambat pertumbuhan fungi perusak makanan yang diisolasi dari nasi dan roti (Aspergillus sp1. dan Aspergillus sp2.). Kemampuan antagonis fungi endofit ditandai dengan adanya pertemuan kedua hifa dari fungi yang diuji membentuk zona penghambatan pada daerah pertemuan kedua koloni fungi tersebut.

Interaksi antara hifa fungi endofit mendesak miselium fungi uji sehingga membentuk zona pembatas atau zona hambat antara kedua hifa tersebut (Gambar 4.2.1).

Gambar 4.2.1 Uji antagonis fungi endofit terhadap fungi uji, pada media PDYA, umur fungi 5 hari. Fungi Endofit (FE), (ZH) Zona Hambat (ZH), Fungi Uji (FU)

Mekanisme antagonis yang terjadi antara fungi endofit dan fungi perusak makanan untuk semua isolat yang potensial yaitu adanya gejala antagonis dimana pertumbuhan miselium fungi perusak makanan terhambat dan pertumbuhan hifa mengalami abnormalitas, mengering dan menipis (Tabel 4.2.1 dan Gambar 4.2.2). Terdapat tiga genus yang mampu melakukan proses penghambatan terhadap pertumbuhan miselium fungi perusak makanan yaitu Aspergillus, Penicillium, dan Rhizopus. Kebutuhan faktor lingkungan yang berbeda antara jasad renik memudahkan untuk memacu antagonisme (Gray & Williams, 1971). Antagonisme dapat terjadi karena melalui kontak langsung, kemungkinan aktivitas antibiotik, perubahan

FU

FE ZH

xxxv

lingkungan hidup akibat aktivitas metabolisme atau akibat persaingan atas hara tertentu yang terbatas jumlahnya (Brock, 1966, Gray & Williams, 1971; Clark, 1979).

Tabel 4.2.1 Deskripsi gejala antagonis yang terjadi antara fungi endofit dan fungi perusak makanan

Kode Isolat Spesies Gejala Antagonis

FAA 2 Aspergillus niger

Aspergillus sp1.

Aspergillus sp2.

Pertumbuhan miselium fungi perusak makanan terhambat dan pertumbuhan hifa mengalami abnormalitas

FAA 3 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FAA 4 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat, kering dan menipis. FBtA 1 Penicillium sp1. Aspergillus sp3. Aspergillus sp2. Aspergillus sp4. Aspergillus sp5. Aspergillus sp6.

Pertumbuhan miselium fungi perusak makanan terhambat.

FBtA 2 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FBtA 3 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FBtA 4 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat. Pertumbuhan hifa mengalami abnormalitas

FBtA 5 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat, kering dan menipis

FBtA 06 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FDA 1 Rhizopus sp.

Penicillium sp1.

Aspergillus sp4.

Aspergillus sp5.

Pertumbuhan miselium fungi perusak makanan terhambat, pertumbuhan hifa mengalami abnormalitas

FDA 3 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FDA 5 Miselium fungi perusak makanan

terhambat.

xxxvi

Aspergillus sp3.

FDA 7 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FBuA 1 Penicillium sp2.

Penicillium sp1.

Aspergillus sp5.

Pertumbuhan miselium fungi perusak makanan terhambat.

FBuA 2 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FBuA 8 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

Gambar 4.2.2 Beberapa Isolat fungi endofit dari andaliman yang berpotensi antagonis terhadap fungi perusak makanan (Aspergillus sp1. dan

Aspergillus sp2.) yang ditumbuhkan pada media PDA+YE 1%

umur 5 hari.

Hasil uji antagonis juga menunjukkan bahwa dari akar andaliman diperoleh 3 fungi endofit, pada batang andaliman diperoleh 6 fungi endofit, pada daun andaliman diperoleh 5 fungi endofit, dan pada buah andaliman terdapat 3 fungi endofit yang berpotensi untuk menghambat fungi perusak makanan baik terhadap (Aspergillus sp1. dan Aspergillus sp2.) (Tabel 4.2.1). Fungi endofit yang berasal dari akar, batang, daun, dan buah memiliki kemampuan antagonistik yang ditandai dengan adanya penghambatan miselium fungi perusak makanan dan pada akhirnya pertumbuhan hifa mengalami abnormalitas, menipis, dan mengering.

FBtA 2 Sp2. Sp2 FBtA 1 Sp2. FDA 5 Sp1. FBuA 8 Sp2. FBtA 6 FDA 1 Sp1.

xxxvii

Fungi endofit yang berasal dari tanaman andaliman mampu menghambat pertumbuhan miselium fungi perusak makanan dan juga bisa menyebabkan hifa mengalami kekeringan dan penipisan dinding hifa. Sebelum diuji antagonis fungi perusak makanan seperti terlihat pada Gambar 4.2.3 a yang merupakan hifa normal dari fungi perusak makanan. Setelah dilakukan uji antagonis hifa perusak makanan yang tumbuh mengalami abnormalitas, ditandai dengan pertumbuhan hifa yang bengkok (Gambar 4.2.3.b) dan berukuran kerdil seperti pada Gambar 4.2.3.c. Fungi endofit yang bersifat antagonistik terhadap fungi perusak makanan akan berpeluang sebagai agen bioantifungal hayati. Mekanisme antagonisme pada ketiga genus tersebut kemungkinan menunjukkan bahwa fungi endofit memiliki senyawa aktif (biosintesis) yang dapat menghambat fungi perusak makanan tersebut.

a.. Hifa normal Aspergillus sp2.(Perb:10x40)

xxxviii

a. Hifa bengkok dari mekanisme antagonis fungi andofit), b. Hifa cebol/kerdil dari mekanisme antagonis fungi endofit, c. Hifa normal Aspergillus sp2.

Adanya aktivitas antagonistik fungi endofit pada andaliman, tanaman ini dapat dikembangkan sebagai bahan dasar bioantifungal. Tabel 4.2.1 memperlihatkan isolat fungi endofit yang mempunyai potensi aktivitas antagonistik, dari 32 isolat terdapat 17 isolat yang berpotensi menghambat fungi perusak makanan dilihat dari gejala antagonisnya, zona hambat yang terbentuk. Isolat fungi lainnya yang tidak menunjukkan aktivitas antimikroba diduga mempunyai kandungan senyawa aktif namun jumlahnya lebih kecil atau mungkin juga mengandung senyawa aktif potensial yang lain (Son dan Cheah, 2002).

xxxix

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang isolasi dan uji kemampuan antifungal fungi endofit dari tanaman andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap fungi perusak makanan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Fungi endofit yang diisolasi dari akar, batang, daun, dan buah andaliman terdiri dari 32 isolat dengan jumlah variasi jenis terbanyak pada buah andaliman. Aspergillus dan Penicillium ada pada semua organ andaliman dengan frekuensi kehadiran tertinggi yaitu 100% dan Aspergillus merupakan genus dengan variasi jenis terbanyak yang ditemukan yaitu 17 isolat (53%).

b. Sebanyak 17 isolat fungi endofit dapat menghambat pertumbuhan Aspergillus sp1. dan Aspergillus sp2. yang diisolasi dari nasi dan roti yang rusak.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap 17 isolat potensial dan kandungan senyawa bioaktif yang dihasilkan fungi endofit untuk menghambat pertumbuhan fungi perusak makanan.

xl

DAFTAR PUSTAKA

Aini, L. Q. dan A. L. Abadi. 2004. Keragaman bakteri endofitik dalam jaringan akar pisang serta potensi antagonistiknya. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati. 16 (2): hlm. 114-115.

Ali, N., Sardjono, A. Yamashita, and T. Yoshizawa. 1998. Natural occurrence of aflatoxins and fusarium mycotoxins (fumonisins, deoxinivalenol, nivalenol, and zearalenon) in corn from Indonesia. Food. Add. Contaminant. 15: hlm. 377-384.

Andayanie, L. 2000. Kajian Daya Insektisida Alami Nabati Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana. L), Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.), Getah Gambir (Uncaria gambir Roxb.) dan Daun Teh (Camellia sinensis L.) terhadap Perkembangan Hama Gudang Sitophilus zeamays Motsch. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi pertanian IPB. hlm. 36.

Azevedo, J. L., W. Maccheroni Jr, J. O. Pereira, and W. Luiz de Araujo. 2000. Endophytic microorganism: A review on insect control and recent advances on tropical plants. Electronic Journal of Biotechnology. 3 (1): hlm. 40-65.

Bacon, C. 1991. Isolation, culture and maintenance of endophytic fungi and grass. In Hand Book of Mycology (D. K. Aurora, D. Rai, K. G. Mukeri and G. R. Knudsen,1). Athens. Georgia.

Bahri, S., Ohim, Maryam, R. 1995. “Residu aflatoksin M1 pada susu sapi dan hubungannya dengan keberadaan afaltoksin M1 pada pakan sapi”. Kumpulan Makalah Lengkap Kongres Nasional Perhimpunan Mikologi Kedokteran Manusia dan Hewan Indonesia I dan Temu Ilmiah: hlm. 269-275. Bogor: Indonesia: IPB Press.

Bahri, S., Maryam, R dan Widiastuti, R. 2002. Materi Kuliah pada Workshop on “Grain and Feed Quality”, Bogor 30 Januari -1 Pebruari 2002.

Bhat, R. V. and J. D. Miller. 1991. Mycotoxins and food supply. FAO, Food, Nutrition and Agriculture, 1: hlm. 27-31.

Bills, G. F. and Polyshook, J. D. 1992. Recovery of Endophytic fungi from

Chamaechyparisthyoides. Sydowia. 44: hlm. 1-12.

Brock, T. D. 1996. Principles of Microbiology. Prentice Hall Inc. New Jersey. hlm. 288

Carrol, G. C. 1988. Fungal endophytes in stem and leaves. From latent pathogens to mutualistic symbiont. Ecology. 69: hlm. 2-9.

Choi, Y. W. I. J. Hodgkiss and K. D. Hyde. 2005. Enzyme production by endophytes of Brucea javanica. Journal of Agriculture Technology. 1: hlm. 55-65.

Clay, K. 1988. Fungal endophytes of grasses : A defensive mutualism between plants and fungi. Ecology. 69 (1): hlm. 10-16.

xli

Cole, R. J. and Cox, R. H. (Eds.). 1981. Handbook of Toxic Fungal Metabolites. Academic press, New York, pp 1850.

Dharmaputra, 2003b. “Isolasi dan Identifikasi Cendawan Perusak Pasca Panen”. Bogor: Jurusan Biologi FMIPA IPB dan Bagian Proyek Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Dirjen Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Dwidjoseputro.1978. Pengantar Mikologi. Edisi Kedua. Bandung. Penerbit Alumni. hlm. 92-127

Fisher, P. J. O., Petrini, and H. M. Lappin-Scot. 1992. The distribution of some fungal and bacteria endophytes in maize (Zea mays), New Phytologist. 122: hlm. 299-303.

Ganjar. I., Robert A. Samson., Karin van den Tweel-Vermeulen., Ariyanti Oetari, Iman Santoso. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Edisi Pertama Depok: Universitas Indonesia (University of Indonesia Culture Collection). Gilman, J. C. 1971. A manual of Soil fungi. Second edition. Fourth Printing. U.S.A,

The Lowa State University Press.

Gray, T. R. G. and S. T. Williams. 1971. Soil Microorganism. Longman. London. hlm. 240.

Hsuan Keng. 1978. “Orders and Families of Malayan Seed Plant”. Dalam Widiastuti, B. Aktivitas Antioksidan dan Immunostimulan Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). Skripsi. Bogor. Fakultas Teknik Pertanian IPB.

Hallman, J., A. Quadt Hallman, W. X. Mahasse, and J. W. Kloepper. 1997. Bacterial and Endophytes in Agricultural Crops. Canadian Journal of Microbiology. 43: hlm. 895-914.

Hasairin, A. 1994. Etnobotani Tanaman Rempah dalam Makanan Adat Masyarakat Batak Angkola dan Mandailing. Thesis. Bogor: Program Pascasarjana IPB. . Katzer. 2004. Sichuan Pepper (Zanthoxylum piperitum / stimulans / bungeanum /

rhetsa / acanthopodium and others). 15 Oktober 2008. http://www.ang.kfunigraz.ac.at/-katzer/engl/Zant-pip.html.

Landecker and E. Moore. 1996. Fundamentals of the Fungi. Fourth edition. New Jersey. Prentice Hall International, Inc. hlm. 82-103.

Lorito, M., G. E. Harman., C. K. Hayes., R. M. Broadway., Tronsmo., S. L. Woo., and A. Di Pietro. 1992. Chitinolytic enzymes produced by Trichoderma

xlii

Lumyong S, Norkaew N, Ponputhachart D, Lumyong P, and Tomita F, 2001. Isolation, Optimitation and Characterization of 2001. Optimitation and Characterization of Xylanase from Endophytic fungi. Biotechnology for Sustainable Utilization of Biological Resources. The Tropic, 15.

Maryam, R., Bahri, S., and Zahari, P. 1994. “Deteksi aflatoksin B1, M1 dan aflatoksikol dalam telur dengan kromatografi cair kinerja tinggi”. Proceeding Teknologi Veteriner untuk Kesehatan Hewan dan Keamanan Pangan: hlm. 22-24. Bogor: IPB Press.

Maryam, R. 1996. ”Residu aflatoksin dan metabolitnya dalam daging dan hati ayam”. Prosiding Temu Ilmiah Nasional Bidang Veteriner: hal. 236-339. Bogor: IPB Press.

Maryam, R. 2000a. Fumonisin: Kelompok mikotoksin Fusarium yang perlu diwaspadai. Jurnal Mikologi Kedokteran Indonesia (Indonesian Journal of Medical Mycology), 1 (1): hlm. 51-57.

Maryam, R. 2002. Mewaspadai bahaya kontaminasi mikotoksin pada makanan. Tugas Mata Kuliah Falsafah Sains. Bogor, Indonesia: Institut Pertanian Bogor.

Miller, J. D., Savard, M. E., Sabilia, A., Rapior, S., Hocking, A. D., Pitt, J. I. 1993. Production of fumonisins and fusarins by Fusarium moniliforme from South East Asia. Mycologia. 85 (3): hlm. 385-391.

Muhilal and D. Karyadi. 1985. Aflatoxin in nuts and grains. Gizi Indonesia. 10 (1): hlm. 75-79.

Parhusip, A. J .N. 2005. Pengaruh Ekstrak Andaliman terhadap Permeabilitas dan Hidrofibisitas Bacilus cereus. http:/www.ipb.ac.id/galery/jurnal/tpg/index.php. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2007.

Pereira, J. O. M. L. Carneiro-Vieira, and J. L. Azevedo. 1999. Endophytic fungi from Musa acuminata and their reintroduction an axenic plant. World Journal of Microbiology and Biotechnology. 15: hlm. 47-51.

Petrini, O., T. N. Sieber, L. Toti and O. Viret., 1992. Ecology metabolite production and substrate utilization in endophytics fungi. Natural Toxin. 1: hlm. 185-196. Pitt, J. L and Hocking. A. D. 1997. Fungi and Food Spoilage. Second Edition. New

York: Blackie Academic & Professional.

Radji, M. 2005. Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2 (3): hlm. 118-121.

Radu, S and C. Y. Kqueen. 2002. Preliminary screening of endophytic fungi from medicinal plants in Malaysia for antimicrobial and antitumor activity. Malaysian Journal of Medical Science, 9 (2): hlm. 23-33.

xliii

Ramamoorthy. V. R. Viswanathan, T. Raguchander, V. Prakasan, and R. Samiyappan. 2001. Introduction of systematic resistance by plant growth promoting rhizobacteria in crop plants against pests and diseases crop protection. 20: hlm. 1-11.

Rao, N. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi kedua.. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Sembiring, A. M. 2008. Isolasi dan Uji Antagonis Bakteri Endofit Akar dan Daun Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) terhadap Ganoderma boninense Pat. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU. Sibuea, P. 2002. Potensi Andaliman Sebagai Antioksidan Alami.

http://www.compas.com. Diakses tanggal 12 Desember, 2008.

Siregar, B. L. 2003. Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) di Sumatera Utara: deskripsi dan perkecambahan. Hayati: 10 (1): hlm. 38.

Son, R. dan Cheah Y. K., 2002. Preliminary Screening of Endophytic Fungi from Medical Plants in Malaysia for Antimicrobial and Antitumor Activity. Malaysian Journal of Medical Sciences, 9(2): 23–33.

Strobel, G. A., W. M. Hess, E. Ford, R. S. Sidhu, and X. Yang., 1996. Taxol from fungal endophytes and the issue of biodiversity. Journal of Industrial Microbiology. 17: hlm. 417-425.

Strobel, G. A. 2002. Microbial gifts from rain forest. Can. J. Plant. Pathol. 24: hlm. 14-20.

Strobel, G. A. and B. Daisy. 2003. Bioprospecting for microbial endophytes and their natural products. Microbiology and Molecular Biology Review. hlm. 419- 502. Sudjadi, S., Machmud, M., Damardjati, D.S., Hidayat, A., Widowati, S., Widiati, A.

1999. Aflatoxin research in Indonesia. Elimination of Aflatoxin Contamiation in Peanut. Australian Centre for International Agricultural Research. Canberra, pp.23-25.

Suryanarayanan, T. S., G. Venkasten and T. S. Murali. 2003. Endophytic fungal communities in leaves of tropical forest trees: diversity and distribution

Dokumen terkait