• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi Dan Uji Kemampuan Antifungal Fungi Endofit Dari Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Fungi Perusak Makanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Isolasi Dan Uji Kemampuan Antifungal Fungi Endofit Dari Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Fungi Perusak Makanan"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DAN UJI KEMAMPUAN ANTIFUNGAL FUNGI ENDOFIT DARI TANAMAN ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP

FUNGI PERUSAK MAKANAN

SKRIPSI

MAYSARAH 050805001

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ISOLASI DAN UJI KEMAMPUAN ANTIFUNGAL FUNGI

ENDOFIT DARI TANAMAN ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP FUNGI PERUSAK MAKANAN

NAMA : MAYSARAH

NIM : 050805001

No Nama Keterangan Tanggal Tanda Tangan

1. Drs. Kiki Nurtjahja, M. Sc Dosen Pembimbing I

2. Yurnaliza, S. S i, M. Si Dosen Pembimbing II

3. Dra. Isnaini Nurwahyuni, M. Sc Dosen Penguji I

(3)

iii

ISOLASI DAN UJI KEMAMPUAN ANTIFUNGAL FUNGI ENDOFIT DARI TANAMAN ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TERHADAP

FUNGI PERUSAK MAKANAN

SKRIPSI

Oleh

050805001 MAYSARAH

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh:

Pembimbing II Pembimbing I

Yurnaliza, S. S i, M. Si____

NIP. 197107181999032001 NIP. 196212111998031001

Drs. Kiki Nurtjahja, M. Sc

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

iv

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas rahmat, berkat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Isolasi dan Uji Kemampuan Antifungal Fungi Endofit

dari Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Fungi Perusak Makanan”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc dan Ibu Yurnaliza, M. Si selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta waktu dan perhatiannya kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dra. Isnaini Nurwahyuni, M. Sc dan Ibu Dra. Elimasni, M. Si sebagai Ketua dan Sekretaris Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan saran dalam penyempurnaan penulisan hasil penelitian ini.

Ucapan terimakasih juga saya ucapkan kepada Ibu Dra. Elimasni, M. Si selaku Pembimbing Akademik saya yang selalu memberikan nasehat luar biasanya selama saya menempuh pendidikan di jurusan Biologi ini dan juga kepada Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M. Sc Ketua Departemen Biologi FMIPA USU dan Ibu Dra. Nunuk Priyani, M. Sc selaku Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU. Dr Eddy Marlianto, M. Sc selaku Dekan FMIPA USU. Prof. Erman Munir, M. Sc selaku Ketua Laboratorium Mikrobiologi. Staf Pengajar di Departemen Biologi FMIPA USU. Bapak Sukirmanto, Ibu Nurhasni Muluk, Ibu Roslina Ginting, dan Bang Erwin selaku staf pegawai Departemen Biologi FMIPA USU. Serta tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada Tropical Rain Forest Coffee Team yang memberikan beasiswa penelitian kepada penulis khususnya kepada Mr. Wu Tzu Yu, Afrianty Sitanggang, dan Syukural Fajar yang memberi semangat luar biasa kepada penulis.

Ungkapan terimakasih yang tak ternilai penulis ucapkan kepada keluarga yang kusayangi, kepada kedua orangtuaku Ibundaku Siti Khadijah Semel yang sudah memberikan banyak doa, harapan, nasehat luar biasa, semangat, senyuman, jalan keajaiban dalam menempuh hidup ini dan Ayahanda Bakri Imran yang sudah banyak memberikan banyak doa, harapan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini. Kepada kakakku Suciati Bakri yang aku banggakan dan sayangi dan abang iparku Razman bin Adnan dan kepada Adindaku tersayang Siti Habiyah Bakri dan Rizaldi Abdillah, bungsu yang hebat. Penulis mengucapkan terimakasih atas segala cinta, kasih sayang, pengorbanan moril maupun materil, motivasi, kesabaran serta doa yang tak akan pernah bisa penulis balas sampai kapanpun.

(5)

Teman-v

teman seperjuangan yang spesial di Laboratorium Mikrobiologi (Irfan, Fendi, Kabul, Rahmad, Winda, Nia, Santy, Imus, Utin, Dini, Kak Pida dan Ummi). Teman-temanku Selingkaran yang luar biasa semangatnya dan Morobbi yang selalu memberikan penyejuk hati bagi penulis untuk senantiasa semangat dalam mengarungi hidup ini dan menjadi titik awal perubahan bagi penulis. Juga kepada sahabat-sahabat di UKMI AL-FALAK, Ukhuwah yang luar biasa, MSC, FLP Sumut, Incubator Sains terimakasih atas semua doa, persahabatan, dukungan, semangat dan nasehat yang selalu kalian berikan kepada penulis. Adik-adikku Zulfa, Dwi, Nikma, Ika, Yayan, Nana, Ami, Widya, Siti, Jean, dan Adi, Dan seluruh keluarga besar Biologi, senior, junior di Departemen Biologi serta semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, perhatian, dan bantuannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam melengkapi kekurangan serta penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua

Medan, Desember 2009

(6)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis fungi pada tanaman andaliman dan uji kemampuan antagonisnya dalam menghambat pertumbuhan fungi perusak makanan (Aspergillus sp1. dan Aspergillus sp2.). Akar, batang, daun, dan buah masing-masing disterilisasi permukaan dan ditumbuhkan pada media PDA. Fungi yang tumbuh dikarakterisasi morfologi untuk mengetahui jenisnya. Fungi endofit yang diperoleh selanjutnya diuji kemampuan antagonisnya terhadap fungi uji. Isolasi fungi endofit dari tanaman andaliman (akar, batang, daun dan buah) dapat diperoleh sebanyak tiga puluh dua isolat fungi endofit dengan jumlah terbanyak terdapat pada buah yang terdiri dari tujuh genus yaitu Penicillium, Aspergillus, Rhizopus, Colletotrichum, Cochliobolus, Schizophyllum, dan Trichoderma. Aspergillus dan Penicillium ditemukan pada semua bagian tanaman andaliman. Sebanyak tujuh belas isolat fungi endofit dapat menghambat pertumbuhan fungi uji.

(7)

vii

THE ISOLATION AND ABILITY OF ANTIFUNGAL OF ENDOPHYTIC FUNGI FROM ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

TO FOOD SPOILAGE FUNGI

ABSTRACT

This aims of this study is to determine the type of endophytic fungi isolated from andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) and to examined antagonistic activity to inhibit the growth of food spoilage fungi (Aspergillus sp1. and Aspergillus sp2.). Part of the plant sterilized and grown on PDA medium and then the endophytic fungi is examined by antagonistic test. Thirty two endophytic fungi were successfully cultured on Potato Dextrose Agar (PDA) medium. They consist of seven genera, such as Penicillium, Aspergillus, Rhizopus, Colletotrichum, Cochliobolus, Schizophyllum, and Trichoderma. From such genera Aspergillus and Penicillium were very often found. The result showed that seventy endophytic fungi were potential against the food spoilage fungi.

(8)

viii

2.5 Kerusakan Makanan dan Bahaya Fungi Kontaminan pada Makanan 8

2.6 Fungi Perusak Makanan 11

BAB 3 Bahan dan Metoda 3.1 Waktu dan Tempat 12

3.2 Bahan 12 3.3 Isolasi Fungi Endofit dari Tanaman Andaliman 13

3.4 Karakterisasi dan Identifikasi Fungi Endofit 13 3.5 Isolasi, Karakterisasi dan Identifikasi Fungi Perusak 14

Makanan (Fungi Uji) 3.6 Uji Antagonis Fungi Endofit terhadap Fungi Perusa Makanan 14

3.7 Pengamatan Visual dan Mikroskopis 15

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1.1 Karakterisasi morfologi koloni isolat fungi endofit tanaman 17 andaliman

Tabel 4.1.2 Jumlah isolat fungi endofit yang diisolasi dari bagian 21 tanaman andaliman

Tabel 4.2.1 Deskripsi gejala antagonis yang terjadi antara fungi endofit 23 dan fungi perusak makanan

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.4.1 Andaliman dan buah andaliman 7

Gambar 3.2.1 Morfologi tanaman andaliman dan 12 akar, batang, daun, dan buah andaliman

Gambar 4.1.1 Frekuensi kehadiran genus endofit pada setiap bagian 16 tanaman andaliman Gambar 4.1.2 Frekuensi kehadiran genus fungi endofit pada setiap 18 bagian tanaman andaliman baik akar, batang, daun, dan buah

Gambar 4.1.3 Variasi Koloni dari Aspergillus (Umur Isolat 5 hari) pada 19 andaliman ditumbuhkan pada media PDA dimana

a. Aspergillus sp1, b. Aspergillus sp2., c. Aspergillus sp3., d. Aspergillus sp4. e. Aspergillus sp5., f. Aspergillus sp6.

Gambar 4.2.1 Uji antagonis fungi endofit terhadap fungi uji, umur 5 hari. 22 Fungi Endofit (FE), (ZH) Zona Hambat (ZH), Fungi Uji (FU)

Gambar 4.2.2 Beberapa Isolat fungi endofit dari andaliman yang 24 berpotensi antagonis terhadap fungi perusak makanan

(Aspergillus sp1. dan Aspergillus sp2.) yang ditumbuhkan pada media PDA+YE 1% umur 5 hari.

Gambar 4.2.3 Pertumbuhan hifa abnormal pada media PDYA, umur 5 hari 25 a. Hifa normal Aspergillus sp2.

b. Hifa bengkok dari mekanisme antagonis fungi andofit), c. Hifa cebol/kerdil dari mekanisme antagonis fungi endofit,

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Data Pengukuran 33 Faktor Fisik Lingkungan dari Lokasi Pengambilan andaliman

Lampiran B. Morfologi makroskopis dan mikroskopis 7 genus 34 fungi endofit yang ditemukan pada tanaman andaliman

umur 15 hari yang ditanam pada media PDA

Lampiran C. Miselium Fungi Perusak Makanan Yang Telah diidentifikasi 35 Uji Antagonis Beberapa Isolat Fungi Endofit Yang Tidak

Berpotensi

(12)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis fungi pada tanaman andaliman dan uji kemampuan antagonisnya dalam menghambat pertumbuhan fungi perusak makanan (Aspergillus sp1. dan Aspergillus sp2.). Akar, batang, daun, dan buah masing-masing disterilisasi permukaan dan ditumbuhkan pada media PDA. Fungi yang tumbuh dikarakterisasi morfologi untuk mengetahui jenisnya. Fungi endofit yang diperoleh selanjutnya diuji kemampuan antagonisnya terhadap fungi uji. Isolasi fungi endofit dari tanaman andaliman (akar, batang, daun dan buah) dapat diperoleh sebanyak tiga puluh dua isolat fungi endofit dengan jumlah terbanyak terdapat pada buah yang terdiri dari tujuh genus yaitu Penicillium, Aspergillus, Rhizopus, Colletotrichum, Cochliobolus, Schizophyllum, dan Trichoderma. Aspergillus dan Penicillium ditemukan pada semua bagian tanaman andaliman. Sebanyak tujuh belas isolat fungi endofit dapat menghambat pertumbuhan fungi uji.

(13)

vii

THE ISOLATION AND ABILITY OF ANTIFUNGAL OF ENDOPHYTIC FUNGI FROM ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

TO FOOD SPOILAGE FUNGI

ABSTRACT

This aims of this study is to determine the type of endophytic fungi isolated from andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) and to examined antagonistic activity to inhibit the growth of food spoilage fungi (Aspergillus sp1. and Aspergillus sp2.). Part of the plant sterilized and grown on PDA medium and then the endophytic fungi is examined by antagonistic test. Thirty two endophytic fungi were successfully cultured on Potato Dextrose Agar (PDA) medium. They consist of seven genera, such as Penicillium, Aspergillus, Rhizopus, Colletotrichum, Cochliobolus, Schizophyllum, and Trichoderma. From such genera Aspergillus and Penicillium were very often found. The result showed that seventy endophytic fungi were potential against the food spoilage fungi.

(14)

xii

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Andaliman merupakan rempah asli dari Sumatera Utara dan disebut sebagai the

golden spicy from North Sumatera. Tanaman ini ditemukan tumbuh liar di daerah

Tapanuli dan dimanfaatkan sebagai rempah pada masakan adat Batak Angkola dan

Batak Mandailing. Buah andaliman dipakai sebagai bumbu penyedap masakan yang

memberikan rasa pedas dan aroma yang khas (Sibuea, 2002; Katzer, 2004). Menurut

Parhusip (2005), masakan yang menggunakan andaliman umumnya lebih tahan lama.

Andaliman mengandung senyawa terpenoid yang mempunyai aktivitas antimikroba

dan antioksidan (Wijaya, 2000).

Pemanfaatan andaliman masih sebatas penggunaanya sebagai bumbu masakan

tetapi saat ini juga telah berkembang penelitian yang mencoba menggali potensi

andaliman sebagai obat sakit perut, perangsang nafsu makan, dan tonik (Hasairin,

2004). Ekstrak kasar buah andaliman memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan

antimikroba yang potensial (Wijaya, 2000; Siregar, 2003). Manfaat lain buah

andaliman berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai insektisida untuk menghambat

pertumbuhan Sitophilus zeamais (Andayanie, 2000). Senyawa metabolit yang terdapat

pada tanaman andaliman hanya bisa dimanfaatkan jika dilakukan pengekstraksian

bagian dari tanaman tersebut. Pemanfaatan metabolit secara langsung dari tanamannya

dibutuhkan banyak biomassa atau bagian tanaman sehingga mengganggu

kelangsungan hidup dan keberadaan tanaman ini. Hingga kini usaha budidaya

tanaman ini sulit dilakuka n. Pada umumnya penyebaran tanaman ini dilakukan oleh

burung, hal ini terbukti tidak ada ditemukannya anakan andaliman di sekitar tanaman

(15)

xiii

Mikroba endofit adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis (bakteri

dan fungi) yang hidup di dalam jaringan tanaman (xylem dan phloem), daun, akar,

buah, dan batang. Mikroba ini hidup bersimbiosis saling menguntungkan, dalam hal

ini mikroba endofit mendapatkan nutrisi dari hasil metabolisme tanaman dan

memproteksi tanaman melawan herbivora, hama dan penyakit sedangkan tanaman

mendapatkan derivat nutrisi dan senyawa aktif yang diperlukan selama hidupnya

(Tanaka et al., 1999). Hampir setiap tanaman tingkat tinggi memiliki beberapa

mikroorganisme endofit yang mampu menghasilkan metabolit sekunder. Bahan aktif

yang dihasilkan mikroorganisme endofit ini diperkirakan memiliki kemampuan yang

sama dengan bahan aktif yang dihasilkan tanaman inangnya. Telah banyak penelitian

yang dilakukan untuk mengisolasi mikroorganisme endofit pada beberapa tanaman,

misalnya pada tanaman obat (Tan and Zou, 2001), tanaman perkebunan dan tanaman

budidaya seperti kelapa sawit (Wibowo, 2008; Sembiring, 2008), padi (Zinniel et al.,

2002), dan tanaman-tanaman hutan (Strobel, 2002; Suryanarayanan et al., 2002).

Untuk mengetahui potensi mikroorganisme endofit khususnya fungi endofit

pada tanaman andaliman yang dapat berperan sebagai antifungal masih perlu

dilakukan penelitian. Isolasi dan uji kemampuan antifungal fungi endofit dari akar,

batang, daun, dan buah melalui aktivitas antagonis, diharapkan akan diperoleh isolat

fungi endofit yang potensial sebagai antifungal. Selanjutnya isolat tersebut akan

diujikan pada fungi perusak makanan. Fungi perusak makanan yang diperoleh dari

makanan yang sudah rusak yaitu roti dan nasi dijadikan sebagai fungi uji. Setelah

mengetahui adanya aktivitas antifungal dari fungi endofit tanaman andaliman melalui

uji antagonis fungi endofit dengan fungi perusak makanan, diharapkan dapat diperoleh

fungi endofit yang potensial penghasil senyawa antifungal yang baru dan unik dalam

(16)

xiv

1. 2 Permasalahan

Pengetahuan tentang fungi endofit khususnya pada tanaman andaliman sangat

sedikit, baik jenis maupun kegunaanya. Isolasi fungi endofit dari tanaman andaliman

menjadi menarik karena pekerjaan ini belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkan

andaliman termasuk tumbuhan yang langka untuk daerah tropis khususnya di

Indonesia. Sejauh ini andaliman banyak ditemukan hanya di Sumatera Utara

khususnya di Kabupaten Tapanuli. Fungi endofit yang berasosiasi dengan jaringan

tanaman diperkirakan memiliki kemampuan dalam menghasilkan senyawa metabolit

sekunder yang sama dengan tanaman inangnya. Keanekaragaman fungi endofit dari

tanaman andaliman perlu digali untuk mengetahui kemampuan antifungalnya dalam

menghambat pertumbuhan fungi perusak makanan.

1. 3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis fungi endofit yang

terdapat pada akar, batang, daun, dan buah tanaman andaliman dan menguji

kemampuan antifungal fungi endofit terhadap fungi perusak makanan.

1. 4 Hipotesis

Ada beberapa jenis endofit yang dapat diisolasi dari organ tanaman andaliman dan diantaranya memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan fungi perusak makanan.

1. 5 Manfaat

Sebagai informasi jenis-jenis fungi endofit pada tanaman andaliman yang

memiliki kemampuan antifungal dan sebagai sumber informasi untuk penelitian lebih

(17)

xv

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Mikroorganisme Endofit

Endofit merupakan asosiasi antara mikroorganisme dengan jaringan tanaman. Tipe

asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman inang bervariasi dari

netral, komensialisme sampai simbiosis. Pada situasi ini tanaman merupakan sumber

makanan bagi mikroorganisme endofit dalam melengkapi siklus hidupnya. Fungi

endofit adalah fungi yang terdapat di dalam sistem jaringan tanaman, seperti daun,

buah, ranting, ataupun akar tanaman (Clay, 1988). Tanaman menyediakan sumber

makanan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme endofit. Fungi

ini menginfeksi tanaman sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan

mikotoksin, enzim serta antibiotika (Carrol, 1988).

Hampir semua tanaman vaskular memiliki endofit. Endofit masuk ke dalam

jaringan tanaman umumnya melalui akar atau bagian lain dari tanaman. Bakteri

menembus jaringan tanaman di akar atau bagian lain dari tanaman yang luka. Fungi

endofit hidup dalam jaringan tanaman dan membantu tanaman dalam fiksasi nitrogen

(N2). Sementara itu asosiasi fungi endofit dengan tumbuhan inangnya oleh Carrol

(1988) digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu mutualisme konstitutif dan induktif.

Mutulisme konstitutif merupakan asosiasi yang relatif erat hubungannya antara fungi

endofit dengan tanaman inang terutama rumput-rumputan. Pada kelompok ini fungi

endofit menginfeksi ovula (benih) inang, dan penyebarannya melalui benih serta

organ penyerbukan inang. Mutualisme induktif merupakan asosiasi antara

mikroorganisme endofit dengan tumbuhan inang yang penyebarannya terjadi secara

(18)

xvi

dan sering berada dalam keadaan tidak aktif dalam periode cukup lama dan

membentuk biomassa yang kecil.

Ditinjau dari sisi taksonomi dan ekologi, fungi endofit merupakan organisme

yang sangat heterogen. Petrini et al. (1992), menggolongkan fungi endofit dalam

kelompok Ascomycotina dan Deuteromycotina. Strobel et al. (1996), mengemukakan

bahwa fungi endofit meliputi genus Pestalotia, Pestalotiopsis, Monochaetia, dan

lain-lain. Sedangkan Clay (1988) melaporkan, bahwa fungi endofit dimasukkan dalam

famili Balansiae, Balansiopsis, Epichloe dan Myriogenospora. Genus Balansiae

umumnya dapat menginfeksi tumbuhan tahunan dan hidup secara simbiosis

mutualistik dengan tanaman inangnya. Dalam simbiosis ini, fungi dapat membantu

proses penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses fotosintesis

serta melindungi tanaman inang dari serangan penyakit, dan hasil dari fotosintesis

dapat digunakan oleh fungi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Bacon,

1991; Petrini et al., 1992; Rao, 1994).

2.2 Endofit dan Biodiversitas

Keanekaragaman hayati secara tidak langsung berarti keanekaragaman senyawa

kimia. Kemampuan bertahan hidup dengan tingkat kompetisi yang tinggi

menyebabkan tanaman beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Hal

ini menyebabkan tanaman menghasilkan senyawa-senyawa yang unik secara biologi

dan strukturnya. Keanekaragaman yang tinggi menyebabkan endofit juga

menghasilkan produk alami aktif yang lebih banyak (Wibowo, 2008). Menurut Bills

and Polyshook. (1992) dalam Strobel and Daisy (2003), endofit di daerah tropis

dengan jumlah yang tinggi menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang aktif

dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan endofit tanaman-tanaman yang

ada di daerah subtropis. Jadi tanaman inang mempengaruhi proses metabolisme

(19)

xvii

2. 3 Manfaat Endofit

Beberapa ahli telah mengisolasi dan meneliti endofit dari berbagai tanaman

diantaranya; tanaman obat (Tan and Zou, 2001), tanaman perkebunan (Zinniel et al.

2002), dan tanaman-tanaman hutan (Strobel, 2002; Suryanarayanan et al., 2003). Dari

sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di muka bumi, masing-masing tanaman

mengandung satu atau lebih mikroorganisme endofit yang terdiri dari bakteri dan

fungi (Strobel and Daisy, 2003). Bakteri atau fungi tersebut dapat menghasilkan

senyawa metabolit yang dapat berfungsi sebagai antibiotika (antifungi/antibakteri),

antivirus, antikanker, antidiabetes, antimalaria, antioksidan, antiimunopressif (Strobel

and Daisy, 2003), antiserangga (Azevedo et al., 2000), zat pengatur tumbuh (Tan and

Zou, 2001) dan penghasil enzim-enzim hidrolitik seperti amilase, selulase, xilanase,

ligninase (Choi et al., 2005), kitinase (Zinniel et al., 2002).

Mikroba endofit merupakan bagian dari mikroflora alamiah dari tanaman yang

sehat di lapangan, mikroba ini sebagai kontributor penting bagi kesehatan tanaman

(Aini et al., (2004). Menurut Hallman et al. (1999) dalam Aini et al. (2004), telah

diketahui pula bahwa bakteri endofit dapat berpengaruh pada kesehatan tanaman

dalam hal: (1) antagonisme langsung atau penguasaan niche atas patogen, (2)

menginduksi ketahanan sistemik dan (3) meningkatkan toleransi tanaman terhadap

tekanan lingkungan. Karena sifat-sifat tersebut bakteri endofit telah terbukti dapat

dimanfaatkan sebagai pengendali hayati penyakit tanaman bahkan dapat mengurangi

serangan hama tanaman (Ramamoorthy et al., 2001 dalam Aini et al., (2004).

2.4 Botani Tanaman Andaliman

Andaliman di Indonesia hanya dijumpai pada daerah Tapanuli, Sumatera Utara. Di

Indonesia, tanaman ini tumbuh liar di pegunungan dengan ketinggian 1400 m di atas

(20)

xviii

Subtropis. Di dunia, tanaman ini tersebar antara lain di India Utara, Nepal, Pakistan

Timur, Myanmar, Thailand, dan China (Wijaya, 1999; Hasairin, 1994).

Menurut Hasairin (1994), tinggi tanaman andaliman adalah 3-8 m. Batang dan

cabangnya merah, kasar beralur, berbulu halus dan berduri (Gambar 4.2.1). Buahnya

bulat hijau kecil dengan diameter ± 4mm (Gambar 4.2.2) (Tensiska, 2001).

Andaliman mempunyai aroma dan rasa khas yang dapat merangsang produksi air liur.

Hal ini karena tanaman andaliman memiliki sifat karminativum (Hasairin, 1994).

Andaliman mempunyai bunga lengkap dengan panjang ± 3mm (Tensiska, 2001).

Daunnya tersebar, bertangkai, majemuk menyirip beranak daun gasal, panjang

5-20 cm dan lebar 3-15 cm, memiliki kelenjar minyak (Gambar 4.2.1). Tangkai daun

bersayap dengan permukaan berduri, begitu pula dengan anak daun. Permukaan atas

daun berwarna hijau mengkilat dan permukaan bawahnya hijau muda atau pucat,

sedangkan pada daun muda permukaan bawahnya berwarna hijau kemerahan (Siregar,

2003 dan Wijaya 2000). Bunga aksilar, majemuk terbatas, anak payung menggarpu

majemuk, berkelamin dua, berwarna kuning pucat. Buahnya berbentuk kapsul, bulat

hijau kecil seperti lada (merica), jika sudah tua berwarna merah. Tiap buah memiki

satu biji yang berwarna hitam (Wijaya, 2000; Sibuea, 2002 and Siregar, 2003).

Gambar 2.4.1 a. Andaliman dan b. Buah Andaliman

(21)

xix

Menurut Hsuan Keng (1978) dalam Wijaya (1999), sistematika tanaman

andaliman adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Klass : Angiospermae

Sub klass : Dicotyledoneae

Ordo : Rutales

Family : Rutaceae

Genus : Zanthoxylum

Spesies : Zanthoxylum acanthopodium DC.

Andaliman adalah tanaman liar dan langka. Tanaman ini sulit dibudidayakan.

Andaliman tumbuh pada ladang atau lahan bukaan baru di hutan belantara. Andaliman

bukan ditanam, seperti cabai, merica, dan sayur mayur lainnya. Biasanya andaliman

tumbuh begitu saja. Andaliman mengandung senyawa terpenoid yang mempunyai

aktivitas antioksidan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting

untuk mempertahankan mutu produk pangan dari berbagai kerusakan seperti

ketengikan, perubahan nilai gizi serta perubahan warna dan aroma makanan.

Tumbuhan yang mengandung terpenoid juga dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba.

Hal ini memberikan peluang bagi andaliman sebagai bahan baku senyawa antioksidan

atau antimikroba bagi industri pangan dan farmasi (Wijaya, 2000).

Saat ini andaliman diperhitungkan menjadi senyawa aromatik dan minyak

esensial. Masyarakat Himalaya, Tibet dan sekitarnya menggunakan tanaman ini

sebagai bahan aromatik, tonik, perangsang nafsu makan dan obat sakit perut (Hasairin,

1994). Manfaat lain buah andaliman berdasarkan penelitian adalah sebagai insektisida

untuk menghambat pertumbuhan serangga Sitophilus zeamais. Efeknya berupa daya

tolak makan serangga dan daya mengurangi makan selera serangga (Andayanie,

(22)

xx

Salah satu jenis andaliman dari Cina diimpor oleh Amerika dan digunakan

untuk mencegah penyebaran penyakit kanker pada tanaman jeruk (Katzer, 2004). Di

Jepang, daun andaliman digunakan untuk pemberi aroma dan untuk dekorasi.

Antioksidan ekstrak andaliman kemungkinan dapat dicoba diaplikasikan pada sistem

akeous seperti minuman kaya β-karoten, sup, soto, minuman fungsional kaya rempah,

minuman ringan, pada banyak minyak/lemak, produk pangan berlemak yang

dipanggang serta produk pangan berlemak yang memiliki pH netral (Tensiska, 2001).

Hasil pengujian aktivitas antimikroba menunjukkan bahwa ekstrak buah

andaliman bersifat bakterisidal terhadap bakteri Bacillus stearothermophilus,

Pseudomonas aeruginosa, Vibrio cholera, dan Salmonella thypimurium. Selain itu

andaliman juga mampu menghambat Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, dan

Staphylococcus thyposa (Andayanie, 2000).

2.5 Kerusakan Makanan dan Bahaya Fungi Kontaminan pada Makanan

Kerusakan makanan dapat didefinisikan bahwa makanan tersebut telah rusak

sehingga manusia tidak ingin atau tidak dapat mengkonsumsi makanan tersebut.

Kerusakan makanan dapat terjadi karena serangga, kerusakan fisik atau kerusakan

lainnya seperti memar, rusak karena temperatur dingin, aktivitas enzim dan kerusakan

akibat mikroorganisme (Pitt and Hocking, 1993).

Makanan merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh manusia dan hewan

untuk melangsungkan kehidupannya. Namun, makanan dapat menjadi sumber

penyakit jika tidak memenuhi kriteria sebagai makanan baik, sehat dan aman.

Berbagai kontaminan dapat mencemari bahan pangan dan pakan sehingga tidak layak

untuk dikonsumsi. Fungsi makanan yaitu menjaga keberlangsungan hidup dan

menjaga agar makhluk hidup sehat lahir dan batin. Selain itu, kualitas makanan yang

dikonsumsi dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup dan perilaku makhluk hidup itu

sendiri. Oleh karena itu, setiap makhluk hidup selayaknya berusaha untuk

(23)

xxi

segi fisik dan psikologis, karena kualitas makanan berpengaruh terhadap kualitas

makhluk hidup, terutama manusia (Maryam, 2002).

Kualitas makanan atau bahan makanan di alam ini tidak terlepas dari berbagai

pengaruh seperti kondisi dan lingkungan, yang menjadikan layak atau tidaknya suatu

makanan untuk dikonsumsi. Berbagai bahan pencemar dapat terkandung di dalam

makanan karena penggunaan bahan baku pangan terkontaminasi, proses pengolahan,

dan proses penyimpanan. Kontaminan yang sering ditemukan adalah mikotoksin yang

dihasilkan oleh fungi. Kontaminasi mikotoksin pada makanan sulit dihindari dan

merupakan masalah global, terutama di Indonesia yang mempunyai iklim yang sangat

mendukung pertumbuhan fungi penghasil mikotoksin. Umumnya kontaminasi

mikotoksin terjadi pada komoditi pertanian dan hasil olahannya, atau pada bahan

makanan yang disimpan terlalu lama. Mikotoksikosis dapat terjadi karena adanya

rantai makanan yang saling berkaitan, dimana pemaparan mikotoksin ke dalam tubuh

terjadi karena konsumsi bahan pangan yang sudah tercemar (efek primer) dan

konsumsi produk hewani (efek sekunder) (Maryam, 2002).

Dari begitu banyaknya jenis mikotoksin yang telah ditemukan, aflatoksin

merupakan mikotoksin yang paling banyak dijumpai di alam terutama di negara

beriklim tropis, dan mempunyai toksisitas yang lebih tinggi dari mikotoksin lainnya.

Namun, toksisitas mikotoksin tergantung beberapa faktor seperti dosis, rute

pemaparan, lamanya pemaparan, spesies, umur, jenis kelamin, status fisiologis (

kese-hatan dan gizi), serta adanya efek sinergis dari berbagai mikotoksin dalam makanan.

(Maryam, 2002a).

Selama penyimpanan, makanan atau bahan makanan sangat mudah ditumbuhi

oleh fungi. Iklim tropis yang dimiliki Indonesia dengan curah hujan, suhu dan

kelembaban yang tinggi sangat mendukung pertumbuhan fungi penghasil mikotoksin.

Kontaminasi mikotoksin tidak hanya menurunkan kualitas bahan pangan/pakan dan

mempengaruhi nilai ekonomis, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia dan

hewan. Berbagai penyakit dapat ditimbulkan oleh mikotoksin, seperti kanker hati yang

(24)

xxii

Hingga saat ini telah dikenal 300 jenis mikotoksin (Cole and Cox, 1981), lima

jenis diantaranya sangat berpotensi menyebabkan penyakit baik pada manusia maupun

hewan, yaitu aflatoksin, okratoksin A, zearalenon, trikotesena (deoksinivalenol, toksin

T2) dan fumonisin. Menurut Bhat dan Miller (1991) sekitar 25-50% komoditas

pertanian tercemar kelima jenis mikotoksin tersebut. Penyakit yang disebabkan karena

adanya pemaparan mikotoksin disebut mikotoksikosis.

Di Indonesia, aflatoksin merupakan mikotoksin yang sering ditemukan pada

produk-produk pertanian dan hasil olahan (Muhilal and Karyadi, 1985). Selain itu,

residu aflatoksin dan metabolitnya juga ditemukan pada produk peternak seperti susu

(Bahri et al., 1995), telur (Maryam et al., 1994), dan daging ayam (Maryam, 1996).

Sudjadi et al (1999) melaporkan bahwa 80 diantara 81 orang pasien (66 orang pria dan

15 orang wanita) menderita kanker hati karena mengkonsumsi oncom, tempe, kacang

goreng, bumbu kacang, kecap dan ikan asin. Aflatoksinterdeteksi pada contoh liver

dari 58% pasien tersebut dengan konsentrasi diatas 400 µg/kg.

2.6 Fungi Perusak Makanan

2.6.1. Aspergillus

Aspergillus adalah suatu genus yang besar, terdiri lebih dari 100 spesies, sebagian

besar tumbuh dengan baik pada kultur laboratorium. Aspergillus merupakan fungi

yang mempunyai arti penting karena menyerang berbagai jenis bahan pangan di

gudang penyimpanan dan banyak spesiesnya yang menghasilkan toksin

(Dharmaputra, 2003b). Toksin yang dihasilkan disebut mikotoksin. Salah satu yang

paling berbahaya adalah aflatoksin yang diproduksi oleh A. flavus dan A. parasiticus.

Kemampuan aflatoksin menyebabkan kerusakan hati telah ditunjukkan pada hewan

menyusui, ikan dan burung. Karsinoma hati oleh aflatoksin diketahui terjadi pada

anak-anak itik, ikan trout, tikus dan sebangsa lingsang. Perannya dalam penyakit

manusia pada umumnya bergantung keadaan, tetapi kenyataannya banyak makanan

(25)

xxiii

Aspergillus mempunyai warna yang bervariasi. Struktur tubuh buah semua spesies

mempunyai kepala seperti ragbol dapat sederhana (hanya mempunyai fialid) atau

lebih kompleks (mempunyai metula dan fialid). Beberapa spesies membentuk struktur

(26)

xxiv

BAB 3

BAHAN DAN METODA

3. 1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009 bertempat

di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi FMIPA USU.

3. 2 Bahan

Bahan-bahan yang dipakai adalah akar, batang, daun, dan buah dari tanaman

andaliman (Gambar 3.2.1) yang diperoleh dari desa Paung Dolok Sanggul Sidi Kalang

Simpang Tiga Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan (Lampiran A,

hlm. 33).

Gambar 3.2.1 a. Morfologi tanaman andaliman

b. Akar, batang, daun, dan buah andaliman

Dua isolat fungi uji yaitu sp1. (isolat dari nasi yang telah rusak) dan sp2.

(isolat dari roti yang telah rusak) (Lampiran C, hlm. 35), Potato Dextrose Agar

(PDA), Yeast Extract (YE), antibiotik chloramfenikol, aquades steril, alkohol 70%,

sodium hipoklorit 5,3%, etanol 70% dan etanol 75%.

(27)

xxv

3. 3 Isolasi Fungi Endofit dari Tanaman Andaliman

Fungi endofit diisolasi dari akar, batang, daun, dan buah tanaman andaliman.

Isolasi fungi endofit dari akar dan batang tanaman dilakukan menurut metode Radu

dan Kqueen (2002). Isolasi fungi endofit dari daun menurut metode Fisher et al.

(1992) dengan modifikasi (Pereira et al., 1999) dan isolasi fungi endofit dari buah

menurut metode Tomita (Lumyong et al., 2001). Tahap awal yang dilakukan adalah

mencuci bagian akar, batang, daun, dan buah andaliman dengan air mengalir selama

20 menit. Selanjutnya disterilisasi permukaan akar, batang, daun, dan buah tanaman.

Sterilisasi permukaan pada akar dan batang tanaman dengan merendam bagian

tanaman berturut-turut dalam etanol 75% selama 2 menit, larutan sodium hipoklorit

5,3% selama 5 menit dan etanol 75% selama 30 detik. Bagian daun disterilisasi

permukaan dengan merendam berturut-turut dalam etanol 70% selama 30 detik,

larutan sodium hipoklorit 3% selama 3 menit dan buah disterilisasi permukaan dalam

larutan etanol 75% selama 1 menit, sodium hipoklorit 5,3% selama 5 menit, dan

terakhir dengan etanol 75% kembali selama 30 detik. Kemudian akar, batang, daun

dan buah tanaman dibilas dengan aquades steril sebanyak 2 kali dan dikeringkan pada

kertas saring steril. Setelah kering, bagian ujung kiri dan kanan dari akar dan batang

tanaman dibuang ± 1 cm. Kemudian masing-masing akar dan batang tersebut dipotong

menjadi 1 cm. Daun dipotong seluas ± 1 cm2 dan buah dipotong menjadi 2 bagian.

Bagian akar, batang, daun dan buah yang telah steril dan telah dipotong,

diletakkan di permukaan media PDA + kloramfenikol (0,03 mg/ml) dengan posisi

bekas potongan ke arah media. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang (25º–30ºC)

selama 5 hari. Pengamatan dilakukan setiap hari selama masa inkubasi. Koloni yang

muncul dari bagian akar, batang, daun, dan buah tanaman sebelah dalam

disubkulturkan ke media PDA yang baru untuk mendapatkan isolat murni.

3.4 Karakterisasi dan Identifikasi Fungi Endofit

Isolat fungi endofit yang diperoleh dari akar, batang, daun dan buah dari

(28)

xxvi

berdasarkan struktur dan warna koloni kemudian disubkultur. Selanjutnya dilakukan

identifikasi secara mikroskopik dengan mengamati morfologi fungi menurut Pitt and

Hocking (1997), Gilman (1971), Landecker and Moore (1996) dan Ganjar et al.

(1999).

3.5 Isolasi, Karakterisasi dan Identifikasi Fungi Perusak Makanan (Fungi Uji)

Isolasi fungi perusak makanan dilakukan menurut Pitt and Hocking (1997)

yaitu dengan metode penanaman langsung (Direct Plating). Fungi perusak makanan

diperoleh dari nasi dan roti yang telah terkontaminasi oleh fungi. Nasi dan roti

masing-masing diletakkan di permukaan media PDA + kloramfenikol (0,03 mg/ml).

Inkubasi dilakukan pada suhu ruang (25º–30ºC) selama 5 hari. Pengamatan dilakukan

setiap hari selama masa inkubasi. Koloni yang muncul dari bagian nasi dan roti

disubkulturkan ke media PDA yang baru untuk mendapatkan isolat murni, lalu dipilih

masing-masing 1 fungi dari nasi dan roti selanjutnya dikarakterisasi morfologi secara

makroskopis dan mikroskopis dan fungi tersebut dijadikan sebagai fungi uji.

3.6Uji Antagonis Endofit Terhadap Fungi Perusak Makanan

Uji antagonis dilakukan secara kualitatif untuk melihat kemampuan endofit

dalam menghambat pertumbuhan fungi perusak makanan. Masing-masing jenis fungi

endofit yang tumbuh dibuat biakan murninya dengan melakukan penanaman pada

media baru dan diinkubasi pada suhu ruang (± 25–30ºC) selama ± 5 hari sampai

pertumbuhan fungi endofit cukup untuk penyiapan inokulum. Dua lempeng inokulum

(bagian yang digunakan untuk uji antagonis adalah hifa terluar/paling ujung dari

koloni fungi yang tumbuh), yaitu lempeng inokulum dari fungi endofit dan lempeng

inokulum dari fungi perusak makanan yang telah disiapkan diinokulasikan ke dalam

media PDA. Lempeng inokulum yang diinokulasikan dilakukan dengan cara

memotong miselium dari inokulum yang yang tumbuh di permukaan media PDA

dengan menggunakan cork borer diameter 6 mm kemudian dimasukkan ke dalam

(29)

xxvii

(± 25ºC – 30ºC) selama ± 5 hari. Hal yang sama dilakukan untuk setiap fungi endofit

yang didapat. Isolat fungi endofit yang berpotensi menunjukkan hambatan

pertumbuhan terhadap fungi perusak makanan yang diujikan, selanjutnya dikoleksi.

3.7Pengamatan Visual dan Mikroskopis

Pengamatan dilakukan dengan 2 cara yaitu secara visual dan mikroskopis.

Pengamatan secara visual dilakukan dengan cara melihat zona/luas pertumbuhan

miselium dari masing-masing lempeng inokulum fungi endofit dan fungi perusak

makanan. Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan cara mengamati ujung

miselium pada daerah/zona hambat fungi perusak makanan. Ujung miselium fungi

perusak makanan yang tumbuh pada permukaan media PDA dipotong berbentuk block

square kemudian diletakkan pada objek gelas, selanjutnya diamati adanya

abnormalitas pertumbuhan miselium fungi perusak makanan berupa pembengkokan

ujung miselium, miselium pecah, miselium berbelah, miselium bercabang, miselium

(30)

xxviii

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Isolat Fungi Endofit

Hasil isolasi fungi endofit dari tanaman andaliman diperoleh sebanyak 32 isolat yang

termasuk dalam 7 genus (Gambar 4.1.2), 5 famili, dan 5 ordo dari anggota kelas

Ascomycetes, Zygomycetes, dan Basidiomycetes. Ketujuh genus fungi endofit tersebut

adalah Penicillium, Aspergillus, Rhizopus, Colletotrichum, Cochliobolus,

Schizophyllum, dan Trichoderma. Pada akar tanaman andaliman diperoleh 6 isolat,

pada batang andaliman diperoleh 8 isolat. Pada daun andaliman diperoleh 7 isolat dan

pada buah diperoleh 11 isolat. Seluruh isolat yang berasal dari akar, batang, dan daun

andaliman termasuk pada kelas Ascomycetes sedangkan pada buah andaliman terdiri

dari kelas Ascomycetes dan Basidiomycetes.

Frekuensi kehadiran genus endofit pada setiap bagian tanaman andaliman

dapat dilihat seperti pada Gambar 4.1.1 berikut ini:

(31)

xxix

Gambar 4.1.1 menunjukkan bahwa fungi endofit yang paling banyak

ditemukan yaitu pada buah yaitu sebanyak 11 isolat. Fungi endofit pada batang terdiri

dari 8 isolat, daun terdiri dari 7 isolat dan akar terdiri dari 6 isolat. Fungi endofit

paling banyak ditemukan pada buah. diduga asosiasi fungi endofit banyak terjadi pada

saat pembungaan andaliman. Hasil karakterisasi morfologi koloni isolat fungi endofit

pada tanaman andaliman dapat dilihat pada Table 4.1.1 berikut ini:

Tabel 4.1.1 Karakteristik morfologi koloni isolat fungi endofit tanaman andaliman Kode

Ovate Penicillium citreonigrum 1

Hitam Spinulose Aspergillus niger 2

Hijau tua Ovate Aspergillus sp1. 1

Putih susu Globose Penicillium sp1. 1

Hijau kecoklatan Ovate Aspergillus sp3. 1

Hijau muda Ovate Aspergillus sp2. 2

Hijau tua Ovate Aspergillus sp4. 2

Hijau kekuningan Ovate Aspergillus sp5. 1

Hijau tua keputihan Ovate Aspergillus sp6. 1

FDA 1

Oranye keputihan Globose Rhizopus sp. 1

Hijau keabuan Globose Trichoderma sp. 1

Putih susu Globose Penicillium sp1. 1

Hijau tua Globose Trichoderma lignorum 1

Hijau Ovate Aspergillus sp4. 1

Hijau kekuningan Ovate Aspergillus sp5. 1

Hijau kecoklatan Ovate Aspergillus sp3. 1

FBuA 1

Hijau tua Globose Trichoderma lignorum 1

Oranye keabuan Ovate Colletotrichum sp. 1

(32)

xxx

FBuA 6 FBuA 7 FBuA 8

Merah muda keabuan - Schizophyllum communae 1

Merah muda Ovate Colletotrichum

gloesporioides

1

Hijau tua Ovate Aspergillus sp5. 2

Keterangan:

FAA : Fungi Akar Andaliman FBtA : Fungi Batang Andaliman FDA : Fungi Daun Andaliman FBuA : Fungi Buah Andaliman

Pada bagian akar, batang, daun, dan buah andaliman ditemukan 2 genus fungi

endofit yang sama yaitu Aspergillus dan Penicillium. Sedangkan genus Trichoderma

hanya ditemukan pada daun dan buah andaliman, sedangkan Genus Rhizopus hanya

pada daun saja. Pada buah andaliman ditemukan Genus Colletotrichum, Cochliobolus,

Schizophyllum, dan Trichoderma (Gambar 4.1.1). Fungi endofit yang ditemukan pada

setiap bagian tanaman sebenarnya terdiri dari beberapa spesies yang berbeda.

Perbedaan ini dapat dilihat dari warna koloni, bentuk konidia, dan tekstur permukaan

koloni (Tabel 4.1.1 dan Lampiran J, hlm. 42). Hal ini mungkin disebabkan karena

faktor berbedanya asosiasi fungi endofit pada masing-masing bagian tanaman dan

juga ketersedian nutrisi pada setiap bagian tanaman baik dari akar, batang, daun, dan

buahnya. Frekuensi kehadiran genus fungi endofit pada semua bagian tanaman

andaliman baik akar, batang, daun, dan buah dapat dilihat pada Gambar 4.1.2 berikut

ini:

Gambar 4.1.2 Frekuensi kehadiran genus fungi endofit pada akar, batang, daun, dan buah andaliman

Aspergillus Penicillium Trichoderma Cochliobolus Colletotrichum Schizophyllum Rhizophus

(33)

xxxi

Jika kita lihat berdasarkan kehadiran tiap genus fungi endofit pada semua

bagian tanaman andaliman baik dari akar, batang, daun, dan buah maka Aspergillus

dan Penicillium memiliki frekuensi kehadiran paling tinggi dibandingkan dengan

genus yang lain. Frekuensi kehadiran Aspergillus dan Penicillium mencapai 100%,

diikuti dengan Genus Trichoderma sebesar 50%, dan yang paling sedikit frekuensinya

adalah Colletotrichum, Cochliobolus, Schizophyllum, dan Rhizopus, sebesar 25 %

(Gambar 4.1.2).

Gambar 4.1.3 Variasi koloni dari Aspergillus (umur isolat 5 hari) pada andaliman ditumbuhkan pada media PDA dimana a. Aspergillus sp1, b. Aspergillus sp2., c. Aspergillus sp3., d. Aspergillus sp4. e. Aspergillus sp5., f. Aspergillus sp6.

Penicillium dan Aspergillus ditemukan hampir pada setiap bagian tanaman

andaliman. Hal ini menunjukkan bahwa Aspergillus dan Penicillium adalah fungi

endofit yang bersifat kosmopolitan, sehingga mikroorganisme ini umum ditemukan.

Menurut Dwidjoseputro (1978), Aspergillus terdapat di mana-mana, baik di daerah

kutub maupun di daerah tropik, dan hampir pada setiap substrat. Aspergillus memiliki

fungsi penting bagi tanaman. Ada 7 spesies Aspergillus yang masing-masing memiliki

a

.

b

c

(34)

xxxii

Aspergillus sp3., Aspergillus sp4., Aspergillus sp5., dan Aspergillus sp6.. Variasi yang

muncul dapat dilihat dari perbedaan warna koloni, bentuk konidia, dan juga dari

tekstur permukaan koloni (Tabel 4.1.1 dan Gambar 4.1.3).

Penicillium merupakan jenis fungi yang banyak digunakan dalam bidang

medis karena kemampuannya dalam menghasilkan antibiotik untuk menghambat

pertumbuhan mikroorganisme patogen. Menurut Gilman (1971), genus Penicillium

memiliki hifa vegetatif yang menjalar, bersekat, dan bercabang. Konidiofor tegak

lurus, biasanya tidak memiliki percabangan, bersekat, dan pada bagian apeks memiliki

vertisilia yang muncul dari percabangan primer yang tegak lurus, dan masing-masing

memiliki vertisilia sekunder (metula) dan terkadang memiliki percabangan tersier

(phialid). Konidia berbentuk globose, bulat telur (oval) atau ellips, halus ataupun

kasar.

Trichoderma ditemukan hanya pada daun dan buah andaliman. Trichoderma

adalah fungi endofit yang bersifat kosmopolitan, mikroorganisme ini umum

ditemukan pada tanah perkebunan kelapa sawit. Beberapa spesies Trichoderma seperti

T. harzianum, T. viride, T. album telah diteliti peranannya sebagai biokontrol.

Trichoderma spp. dapat ditemui di hampir semua jenis tanah dan pada berbagai

habitat. Fungi ini dapat berkembang biak dengan cepat pada daerah perakaran.

Disamping itu Trichoderma spp. merupakan fungi parasit yang dapat menyerang dan

mengambil nutrisi dari fungi lain. Rhizopus, Colletotrichum, Cochliobolus, dan

Schizophyllum adalah genus yang paling sedikit ditemukan jumlahnya. Keempat

genus ini masing-masing ditemukan pada daun dan buah andaliman saja. Rhizopus

diisolasi dari daun, sedangkan Colletotrichum, Cochliobolus, dan Schizophyllum

diisolasi dari buah andaliman. Rhizopus yang diisolasi memiliki ciri warna koloni atas

oranye keputihan dan koloni bawahnya oranye kemerahan, bentuk konidia globose,

dan tekstur koloni halus. Cochliobolus yang diisolasi memiliki ciri warna koloni atas

berwarna hitam kecoklatan dan hitam pekat pada bagian dasar koloni. Bentuk konidia

dari genus ini genikulat dan tekstur koloninya halus. Colletotrichum yang diisolasi

memiliki ciri warna koloni atas berwarna merah muda dan hitam keabu-abuan pada

(35)

xxxiii

Jumlah spesies fungi endofit yang diisolasi dari akar, batang, daun dan buah

andaliman menunjukkan bahwa Aspergillus sebagai jenis yang paling banyak

ditemukan yaitu sebanyak 17 isolat (53%) dari 32 isolat yang ditemukan diikuti

dengan Penicillium 6 isolat (19%), Trichoderma 3 isolat (10%), Cochliobolus dan

Colletotrichum masing-masing 2 isolat (6%) dan Rhizopus dan Schizophyllum 1 isolat

(3%).

Tabel 4.1.2 Jumlah isolat fungi endofit yang diisolasi dari bagian tanaman andaliman

Genus Fungi Endofit Jumlah isolat Persentase (%)

Aspergillus 17 53

Aspergillus dan Penicillium memiliki tingkat presentase yang lebih tinggi

dibandingkan dengan persentase genus lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena

kondisi inang yang sesuai dengan pertumbuhan kedua genus ini seperti ketersediaan

nutrisi. Menurut Dwidjoseputro (1978), Aspergillus terdapat di mana-mana, baik di

daerah kutub maupun di daerah tropik, dan hampir pada setiap substrat. Aspergillus

memiliki fungsi penting bagi tanaman. Menurut Domsch (1993), Penicillium spp.

adalah spesies yang tersebar luas di seluruh dunia, hampir pada semua substrat

walaupun bukan habitat alaminya. Fungi ini banyak ditemukan di daerah yang banyak

bahan organiknya.

4.2 Kemampuan Antagonis Fungi Endofit terhadap Fungi Perusak Makanan (Aspergillus sp1. dan Aspergillus sp2.)

Hasil uji antagonis dari 32 isolat fungi endofit yang diperoleh dari akar, batang, daun,

(36)

xxxiv

chloramphenicol menunjukkan sebanyak 17 isolat fungi endofit yang potensial dalam

menghambat pertumbuhan fungi perusak makanan yang diisolasi dari nasi dan roti

(Aspergillus sp1. dan Aspergillus sp2.). Kemampuan antagonis fungi endofit ditandai

dengan adanya pertemuan kedua hifa dari fungi yang diuji membentuk zona

penghambatan pada daerah pertemuan kedua koloni fungi tersebut.

Interaksi antara hifa fungi endofit mendesak miselium fungi uji sehingga

membentuk zona pembatas atau zona hambat antara kedua hifa tersebut (Gambar

4.2.1).

Gambar 4.2.1 Uji antagonis fungi endofit terhadap fungi uji, pada media PDYA, umur fungi 5 hari. Fungi Endofit (FE), (ZH) Zona Hambat (ZH), Fungi Uji (FU)

Mekanisme antagonis yang terjadi antara fungi endofit dan fungi perusak

makanan untuk semua isolat yang potensial yaitu adanya gejala antagonis dimana

pertumbuhan miselium fungi perusak makanan terhambat dan pertumbuhan hifa

mengalami abnormalitas, mengering dan menipis (Tabel 4.2.1 dan Gambar 4.2.2).

Terdapat tiga genus yang mampu melakukan proses penghambatan terhadap

pertumbuhan miselium fungi perusak makanan yaitu Aspergillus, Penicillium, dan

Rhizopus. Kebutuhan faktor lingkungan yang berbeda antara jasad renik memudahkan

untuk memacu antagonisme (Gray & Williams, 1971). Antagonisme dapat terjadi

karena melalui kontak langsung, kemungkinan aktivitas antibiotik, perubahan

FU

(37)

xxxv

lingkungan hidup akibat aktivitas metabolisme atau akibat persaingan atas hara

tertentu yang terbatas jumlahnya (Brock, 1966, Gray & Williams, 1971; Clark, 1979).

Tabel 4.2.1 Deskripsi gejala antagonis yang terjadi antara fungi endofit dan fungi perusak makanan

Kode Isolat Spesies Gejala Antagonis

FAA 2 Aspergillus niger

Aspergillus sp1.

Aspergillus sp2.

Pertumbuhan miselium fungi perusak makanan terhambat dan pertumbuhan hifa mengalami abnormalitas

FAA 3 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FAA 4 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat, kering dan menipis.

FBtA 1 Penicillium sp1.

Aspergillus sp3.

FBtA 2 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FBtA 3 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FBtA 4 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat. Pertumbuhan hifa mengalami abnormalitas

FBtA 5 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat, kering dan menipis

FBtA 06 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FDA 3 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FDA 5 Miselium fungi perusak makanan

terhambat.

(38)

xxxvi

Aspergillus sp3.

FDA 7 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FBuA 1 Penicillium sp2.

Penicillium sp1.

Aspergillus sp5.

Pertumbuhan miselium fungi perusak makanan terhambat.

FBuA 2 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

FBuA 8 Pertumbuhan miselium fungi perusak

makanan terhambat.

Gambar 4.2.2 Beberapa Isolat fungi endofit dari andaliman yang berpotensi antagonis terhadap fungi perusak makanan (Aspergillus sp1. dan

Aspergillus sp2.) yang ditumbuhkan pada media PDA+YE 1%

umur 5 hari.

Hasil uji antagonis juga menunjukkan bahwa dari akar andaliman diperoleh 3

fungi endofit, pada batang andaliman diperoleh 6 fungi endofit, pada daun andaliman

diperoleh 5 fungi endofit, dan pada buah andaliman terdapat 3 fungi endofit yang

berpotensi untuk menghambat fungi perusak makanan baik terhadap (Aspergillus sp1.

dan Aspergillus sp2.) (Tabel 4.2.1). Fungi endofit yang berasal dari akar, batang,

daun, dan buah memiliki kemampuan antagonistik yang ditandai dengan adanya

penghambatan miselium fungi perusak makanan dan pada akhirnya pertumbuhan hifa

mengalami abnormalitas, menipis, dan mengering.

(39)

xxxvii

Fungi endofit yang berasal dari tanaman andaliman mampu menghambat

pertumbuhan miselium fungi perusak makanan dan juga bisa menyebabkan hifa

mengalami kekeringan dan penipisan dinding hifa. Sebelum diuji antagonis fungi

perusak makanan seperti terlihat pada Gambar 4.2.3 a yang merupakan hifa normal

dari fungi perusak makanan. Setelah dilakukan uji antagonis hifa perusak makanan

yang tumbuh mengalami abnormalitas, ditandai dengan pertumbuhan hifa yang

bengkok (Gambar 4.2.3.b) dan berukuran kerdil seperti pada Gambar 4.2.3.c. Fungi

endofit yang bersifat antagonistik terhadap fungi perusak makanan akan berpeluang

sebagai agen bioantifungal hayati. Mekanisme antagonisme pada ketiga genus tersebut

kemungkinan menunjukkan bahwa fungi endofit memiliki senyawa aktif (biosintesis)

yang dapat menghambat fungi perusak makanan tersebut.

a.. Hifa normal Aspergillus sp2.(Perb:10x40)

(40)

xxxviii

a. Hifa bengkok dari mekanisme antagonis fungi andofit), b. Hifa cebol/kerdil dari mekanisme antagonis fungi endofit, c. Hifa normal Aspergillus sp2.

Adanya aktivitas antagonistik fungi endofit pada andaliman, tanaman ini dapat

dikembangkan sebagai bahan dasar bioantifungal. Tabel 4.2.1 memperlihatkan isolat

fungi endofit yang mempunyai potensi aktivitas antagonistik, dari 32 isolat terdapat 17

isolat yang berpotensi menghambat fungi perusak makanan dilihat dari gejala

antagonisnya, zona hambat yang terbentuk. Isolat fungi lainnya yang tidak

menunjukkan aktivitas antimikroba diduga mempunyai kandungan senyawa aktif

namun jumlahnya lebih kecil atau mungkin juga mengandung senyawa aktif potensial

yang lain (Son dan Cheah, 2002).

(41)

xxxix

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang isolasi dan uji kemampuan antifungal fungi endofit dari

tanaman andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) terhadap fungi perusak

makanan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Fungi endofit yang diisolasi dari akar, batang, daun, dan buah andaliman

terdiri dari 32 isolat dengan jumlah variasi jenis terbanyak pada buah

andaliman. Aspergillus dan Penicillium ada pada semua organ andaliman

dengan frekuensi kehadiran tertinggi yaitu 100% dan Aspergillus merupakan

genus dengan variasi jenis terbanyak yang ditemukan yaitu 17 isolat (53%).

b. Sebanyak 17 isolat fungi endofit dapat menghambat pertumbuhan Aspergillus

sp1. dan Aspergillus sp2. yang diisolasi dari nasi dan roti yang rusak.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap 17 isolat potensial dan

kandungan senyawa bioaktif yang dihasilkan fungi endofit untuk menghambat

(42)

xl

DAFTAR PUSTAKA

Aini, L. Q. dan A. L. Abadi. 2004. Keragaman bakteri endofitik dalam jaringan akar pisang serta potensi antagonistiknya. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati. 16 (2): hlm. 114-115.

Ali, N., Sardjono, A. Yamashita, and T. Yoshizawa. 1998. Natural occurrence of aflatoxins and fusarium mycotoxins (fumonisins, deoxinivalenol, nivalenol, and zearalenon) in corn from Indonesia. Food. Add. Contaminant. 15: hlm. 377-384.

Andayanie, L. 2000. Kajian Daya Insektisida Alami Nabati Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana. L), Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.), Getah Gambir (Uncaria gambir Roxb.) dan Daun Teh (Camellia sinensis L.) terhadap Perkembangan Hama Gudang Sitophilus zeamays Motsch. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi pertanian IPB. hlm. 36.

Azevedo, J. L., W. Maccheroni Jr, J. O. Pereira, and W. Luiz de Araujo. 2000. Endophytic microorganism: A review on insect control and recent advances on tropical plants. Electronic Journal of Biotechnology. 3 (1): hlm. 40-65.

Bacon, C. 1991. Isolation, culture and maintenance of endophytic fungi and grass. In Hand Book of Mycology (D. K. Aurora, D. Rai, K. G. Mukeri and G. R. Knudsen,1). Athens. Georgia.

Bahri, S., Ohim, Maryam, R. 1995. “Residu aflatoksin M1 pada susu sapi dan hubungannya dengan keberadaan afaltoksin M1 pada pakan sapi”. Kumpulan Makalah Lengkap Kongres Nasional Perhimpunan Mikologi Kedokteran Manusia dan Hewan Indonesia I dan Temu Ilmiah: hlm. 269-275. Bogor: Indonesia: IPB Press.

Bahri, S., Maryam, R dan Widiastuti, R. 2002. Materi Kuliah pada Workshop on “Grain and Feed Quality”, Bogor 30 Januari -1 Pebruari 2002.

Bhat, R. V. and J. D. Miller. 1991. Mycotoxins and food supply. FAO, Food, Nutrition and Agriculture, 1: hlm. 27-31.

Bills, G. F. and Polyshook, J. D. 1992. Recovery of Endophytic fungi from

Chamaechyparisthyoides. Sydowia. 44: hlm. 1-12.

Brock, T. D. 1996. Principles of Microbiology. Prentice Hall Inc. New Jersey. hlm. 288

Carrol, G. C. 1988. Fungal endophytes in stem and leaves. From latent pathogens to mutualistic symbiont. Ecology. 69: hlm. 2-9.

Choi, Y. W. I. J. Hodgkiss and K. D. Hyde. 2005. Enzyme production by endophytes of Brucea javanica. Journal of Agriculture Technology. 1: hlm. 55-65.

(43)

xli

Cole, R. J. and Cox, R. H. (Eds.). 1981. Handbook of Toxic Fungal Metabolites. Academic press, New York, pp 1850.

Dharmaputra, 2003b. “Isolasi dan Identifikasi Cendawan Perusak Pasca Panen”. Bogor: Jurusan Biologi FMIPA IPB dan Bagian Proyek Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Dirjen Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Dwidjoseputro.1978. Pengantar Mikologi. Edisi Kedua. Bandung. Penerbit Alumni. hlm. 92-127

Fisher, P. J. O., Petrini, and H. M. Lappin-Scot. 1992. The distribution of some fungal and bacteria endophytes in maize (Zea mays), New Phytologist. 122: hlm. 299-303.

Ganjar. I., Robert A. Samson., Karin van den Tweel-Vermeulen., Ariyanti Oetari, Iman Santoso. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Edisi Pertama Depok: Universitas Indonesia (University of Indonesia Culture Collection).

Gilman, J. C. 1971. A manual of Soil fungi. Second edition. Fourth Printing. U.S.A, The Lowa State University Press.

Gray, T. R. G. and S. T. Williams. 1971. Soil Microorganism. Longman. London. hlm. 240.

Hsuan Keng. 1978. “Orders and Families of Malayan Seed Plant”. Dalam Widiastuti, B. Aktivitas Antioksidan dan Immunostimulan Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). Skripsi. Bogor. Fakultas Teknik Pertanian IPB.

Hallman, J., A. Quadt Hallman, W. X. Mahasse, and J. W. Kloepper. 1997. Bacterial and Endophytes in Agricultural Crops. Canadian Journal of Microbiology. 43: hlm. 895-914.

Hasairin, A. 1994. Etnobotani Tanaman Rempah dalam Makanan Adat Masyarakat Batak Angkola dan Mandailing. Thesis. Bogor: Program Pascasarjana IPB. .

Katzer. 2004. Sichuan Pepper (Zanthoxylum piperitum / stimulans / bungeanum / rhetsa / acanthopodium and others). 15 Oktober 2008. http://www.ang.kfunigraz.ac.at/-katzer/engl/Zant-pip.html.

Landecker and E. Moore. 1996. Fundamentals of the Fungi. Fourth edition. New Jersey. Prentice Hall International, Inc. hlm. 82-103.

Lorito, M., G. E. Harman., C. K. Hayes., R. M. Broadway., Tronsmo., S. L. Woo., and A. Di Pietro. 1992. Chitinolytic enzymes produced by Trichoderma

(44)

xlii

Lumyong S, Norkaew N, Ponputhachart D, Lumyong P, and Tomita F, 2001. Isolation, Optimitation and Characterization of 2001. Optimitation and Characterization of Xylanase from Endophytic fungi. Biotechnology for Sustainable Utilization of Biological Resources. The Tropic, 15.

Maryam, R., Bahri, S., and Zahari, P. 1994. “Deteksi aflatoksin B1, M1 dan aflatoksikol dalam telur dengan kromatografi cair kinerja tinggi”. Proceeding Teknologi Veteriner untuk Kesehatan Hewan dan Keamanan Pangan: hlm. 22-24. Bogor: IPB Press.

Maryam, R. 1996. ”Residu aflatoksin dan metabolitnya dalam daging dan hati ayam”. Prosiding Temu Ilmiah Nasional Bidang Veteriner: hal. 236-339. Bogor: IPB Press.

Maryam, R. 2000a. Fumonisin: Kelompok mikotoksin Fusarium yang perlu diwaspadai. Jurnal Mikologi Kedokteran Indonesia (Indonesian Journal of Medical Mycology), 1 (1): hlm. 51-57.

Maryam, R. 2002. Mewaspadai bahaya kontaminasi mikotoksin pada makanan. Tugas Mata Kuliah Falsafah Sains. Bogor, Indonesia: Institut Pertanian Bogor.

Miller, J. D., Savard, M. E., Sabilia, A., Rapior, S., Hocking, A. D., Pitt, J. I. 1993. Production of fumonisins and fusarins by Fusarium moniliforme from South East Asia. Mycologia. 85 (3): hlm. 385-391.

Muhilal and D. Karyadi. 1985. Aflatoxin in nuts and grains. Gizi Indonesia. 10 (1): hlm. 75-79.

Parhusip, A. J .N. 2005. Pengaruh Ekstrak Andaliman terhadap Permeabilitas dan Hidrofibisitas Bacilus cereus. http:/www.ipb.ac.id/galery/jurnal/tpg/index.php. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2007.

Pereira, J. O. M. L. Carneiro-Vieira, and J. L. Azevedo. 1999. Endophytic fungi from Musa acuminata and their reintroduction an axenic plant. World Journal of Microbiology and Biotechnology. 15: hlm. 47-51.

Petrini, O., T. N. Sieber, L. Toti and O. Viret., 1992. Ecology metabolite production and substrate utilization in endophytics fungi. Natural Toxin. 1: hlm. 185-196.

Pitt, J. L and Hocking. A. D. 1997. Fungi and Food Spoilage. Second Edition. New York: Blackie Academic & Professional.

Radji, M. 2005. Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2 (3): hlm. 118-121.

(45)

xliii

Ramamoorthy. V. R. Viswanathan, T. Raguchander, V. Prakasan, and R. Samiyappan. 2001. Introduction of systematic resistance by plant growth promoting rhizobacteria in crop plants against pests and diseases crop protection. 20: hlm. 1-11.

Rao, N. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi kedua.. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Sembiring, A. M. 2008. Isolasi dan Uji Antagonis Bakteri Endofit Akar dan Daun Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) terhadap Ganoderma boninense Pat. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.

Sibuea, P. 2002. Potensi Andaliman Sebagai Antioksidan Alami. http://www.compas.com. Diakses tanggal 12 Desember, 2008.

Siregar, B. L. 2003. Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) di Sumatera Utara: deskripsi dan perkecambahan. Hayati: 10 (1): hlm. 38.

Son, R. dan Cheah Y. K., 2002. Preliminary Screening of Endophytic Fungi from Medical Plants in Malaysia for Antimicrobial and Antitumor Activity. Malaysian Journal of Medical Sciences, 9(2): 23–33.

Strobel, G. A., W. M. Hess, E. Ford, R. S. Sidhu, and X. Yang., 1996. Taxol from fungal endophytes and the issue of biodiversity. Journal of Industrial Microbiology. 17: hlm. 417-425.

Strobel, G. A. 2002. Microbial gifts from rain forest. Can. J. Plant. Pathol. 24: hlm. 14-20.

Strobel, G. A. and B. Daisy. 2003. Bioprospecting for microbial endophytes and their natural products. Microbiology and Molecular Biology Review. hlm. 419- 502.

Sudjadi, S., Machmud, M., Damardjati, D.S., Hidayat, A., Widowati, S., Widiati, A. 1999. Aflatoxin research in Indonesia. Elimination of Aflatoxin Contamiation in Peanut. Australian Centre for International Agricultural Research. Canberra, pp.23-25.

Suryanarayanan, T. S., G. Venkasten and T. S. Murali. 2003. Endophytic fungal communities in leaves of tropical forest trees: diversity and distribution patterns. Current Science, 85 (4): hal. 489-493.

Tan, R. X., and W. X. Zou. 2001. Endophytes: A rich of functional metabolites. Nat. Prod. Rep. 18: hlm. 448-459.

(46)

xliv

Tensiska. 2001. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Andaliman(Zanthoxylum acanthopodium DC.) dalam Beberapa Sistem Pangan dan Kestabilan Aktivitasnya terhadap Kondisi Suhu dan pH. Thesis. Bogor: Program Pascasarjana IPB.

Trisiwi. 1996. Identifikasi Kapang Penghasil Mikotoksin pada Pakan Ayam Pedaging dan Petelur di Kotamadya Bandar Lampung. Skripsi. Lampung: Universitas Lampung.

Volk, A.W. & Wheleer. M.F. 1989. Mikrobiologi Dasar. Jilid 2. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wibowo, R. H. 2008. Isolasi dan Uji Antagonis Fungi Endofit Akar Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) terhadap Ganoderma boninense Pat. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU.

Widiastuti, B. 2002. Aktivitas Antioksidan dan Immunostimulan Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). Skripsi. Bogor. Fakultas Teknik Pertanian IPB.

Wijaya, C. H. 1999. Andaliman, rempah tradisional Sumatera Utara dengan antioksidan dan antimikroba. Teknologi dan Industri Pangan. 2(10): 59-61.

Wijaya, C. H. 2000. Isolasi dan identifikasi senyawa trigeminal aktif buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.). Hayati : 7 (3): 91-92.

(47)

xlv

LAMPIRAN

Lampiran A .

A. Deskripsi Lokasi Penelitian No. Lokasi Pengambilan Sampel

Penelitian

Letak Astronomis Ketinggian Lokasi

1 Desa Paung Dolok Sanggul Sidi

B. Data Pengukuran Faktor Fisik Lingkungan dari Lokasi Pengambilan andaliman

No. Lokasi Penelitian Faktor Fisik Lingkungan

Suhu Udara

(48)

xlvi

Lampiran B: Morfologi makroskopis dan mikroskopis 7 genus fungi endofit yang ditemukan pada tanaman andaliman umur 15 hari yang ditanam pada media PDA

a. Penicillium b. Rhizopus

c. Aspergillus d.Cochliobolus

e.Trichoderma f. Colletotrichum

(49)

xlvii

Lampiran C:

A. Miselium Fungi Perusak Makanan Yang Telah Di identifikasi

a. Aspergillus sp1. b. Aspergillus sp2.

(Nasi) (Roti)

B.Uji Antagonis Beberapa Isolat Fungi Endofit Yang Tidak berpotensi

a. Colletotrichum FBuA 07 b. Cochliobolus FBuA 05

c. Trichoderma lignorum FBuA 03 d. Schizophyllum communae FBuA 06

(50)

xlviii

Lampiran D: Gambar-Gambar Penelitian

A. Cara mengisolasi fungi endofit dari akar, batang, daun dan buah andaliman

(51)

xlix

Lanjutan lampiran D

D. Pengukuran faktor fisik lingkungan secara in situ

E. Pengambilan andaliman F. Pengambilan Akar andaliman

Gambar

Gambar 2.4.1  a. Andaliman dan b. Buah Andaliman
Gambar 3.2.1 a. Morfologi tanaman andaliman                                          b
Gambar 4.1.1. Frekuensi kehadiran genus fungi endofit pada setiap                                          bagian tanaman  andaliman
Tabel 4.1.1  Karakteristik morfologi koloni isolat fungi endofit tanaman andaliman  Kode Warna Koloni pada Bentuk  Spesies Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah andaliman memiliki efek sitotoksisitas yang poten terhadap sel kanker serviks HeLa.. EEBA memiliki indeks selektivitas

Fungi endofit yang telah diisolasi dari akar tanaman Bakau (Rhizophora mucronata Lam.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus sebanyak 3

Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah andaliman memiliki efek sitotoksisitas yang poten terhadap sel kanker serviks HeLa.. EEBA memiliki indeks selektivitas

Efek Kombinasi Ekstrak Aktif Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dan Doxorubicin terhadap Sel Kanker Payudara. Medan: Fakultas Farmasi Universitas

Aktivitas Antioksidan dan Penghambat Xantin Oksidase dari Ekstrak Buah Andaliman ( Zanthoxylum acanthopodium DC.).. The Indonesian Zanthoxylum acanthopodium

Senyawa flavonoid yang diduga terkandung didalam ekstrak isolat fungi endofit dari kulit buah Hylocereus polyrhizus merupakan salah satu dari senyawa metabolit sekunder

Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa ekstrak buah Andaliman dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi yang paling terbesar yaitu

Karakteristik Makroskopik Isolat Fungi Endofit Daun Miana Coleus scutellarioides L Benth No Jenis Isolat Gambar Makroskopik Pengamatan Makroskopik Pengamatan Rujukan 1 Putih