• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Pengambilan Keputusan Pembelian

Menurut Amirulah (2002:61), pengambilan keputusan dapat diartikan

sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternative sesuai

dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan

yang dianggap paling menguntungkan. Proses pemilihan dan penilaian itu

biasanya diawali dengan mengidentifikasi masalah utama yang mempengaruhi

tujuan, menyusun, menganalisis, dan memilih berbagai alternative tersebut dan

mengambil keputusan yang dianggap paling baik. Langkah terakhir dari proses

situ merupakan sistem evaluasi untuk menentukan efektifitas dari keputusan

yang telah diambil.

1. Tingkatan pengambilan keputusan konsumen

Tidak semua situasi pengambilan keputusan konsumen berada dalam

tingkatan yang sama. Jika semua keputusan pembelian memerlukan usaha

yang lebih luas, kemudian konsumen mengambil keputusan itu walaupun

dengan proses yang cukup melelahkan, maka keputusan harus tetap diambil.

Sebaliknya, ada sebagian konsumen yang begitu mudah mengambil

keputusan. Kondisi ini terjadi karena konsumen sudah menganggap bahwa

Berdasarkan pola hubungan antara jenis usaha (masalah) yang paling

tinggi dan usaha yang paling rendah, maka kita dapat membedakan tiga

tingkatan pengambilan keputusan konsumen:

a. extensive problem solving. Pada tingkat ini konsumen sangat membutuhkan banyak informasi untuk lebih meyakinkan putusan

yang diambilnya. Konsumen dalam hal ini telah memiliki

kriteria-kriteria khusus terhadap barang yang akan dipilihnya. Pengambilan

keputusan extensive juga melibatkan keputusan multi pilihan dan

upaya kognitif serta perilaku yang cukup besar. Akhirnya,

pengambilan keputusan ini cenderung membutuhkan waktu yang

cukup lama.

b. limited problem solving. Pada tingkat ini konsumen tidak begitu banyak memerlukan informasi, akan tetapi konsumen tetap perlu

mencari-cari informasi untuk lebih memberikan keyakinannya.

Biasannya konsumen yang berada pada tingkat ini selalu

membandingkan merek atau barang dengan menggali terus

informasi-informasi. Disini lebih sedikit alternatif yang

dipertimbangkan dan demikian pula dengan proses integrasi yang

dibutuhkan. Pilihan yang melibatkan pengambilan keputusan

terbatas biasanya cukup cepat, dengan tingkat upaya kognitif dan

c. Routinized response behavior. Karena konsumen telah memiliki banyak pengalaman membeli, maka informasi biasanya tidak

diperlukan lagi. Informasi yang dicari hanyalah untuk

membandingkan saja, walaupun keputusan itu sudah terpikirkan oleh

mereka. Dibandingkan dengan tingkat yang lain, perilaku pilihan

rutin membutuhkan sangat sedikit kapasitas kognitif atau kontrol

sadar. Pada dasarnya, rencana keputusan yang telah dipelajari

konsumen diaktifkan kembali dari ingatan dan dilakukan secara

otomatis untuk menghasilkan perilaku konsumen.

2. Komponen dan Proses Keputusan

Ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku (keputusan membeli)

konsumen. Faktor-faktor itu dapat berasal dari luar diri konsumen (external influence) dan juga berasal dari dalam diri konsumen (psychological influence). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka komponen utama yang mempengaruhi keputusan membeli konsumen dapat

digolongkan menjadi tiga macam:

a. Komponen input. Komponen ini dapat juga disebut sebagai pengaruh

eksternal, yang dapat diklasifikasikan dalam dua sumber, yaitu:

lingkungan sosial-budaya (keluarga, sumber informal, klas sosial,

budaya dan sub-budaya).

b. Komponen Proses. Komponen ini sudah mengarah pada pengambilan

keputusan konsumen. Selain dipengaruhi oleh external influence, komponen ini juga melibatkan faktor-faktor seperti: motivasi,

persepsi, belajar, kepribadian dan sikap. Dalam proses pengambilan

keputusan, faktor-faktor itu mengarah pada upaya penemuan

masalah, pencarian informasi, evaluasi, pemilihan.

c. Komponen Output. Bagian output dari pengambilan keputusan

konsumen mengarah pada dua bentuk kegiatan dan sikap, yaitu

perilaku membeli dan evaluasi pasca pembelian. Hasil akhir dari dua

kegiatan itu adalah meningkatkan kepuasan lewat barang yang dibeli

oleh konsumen.

Herbert A. Simon mengajukan model yang bermanfaat sebagai dasar dalam

proses pengambilan keputusan. Model tersebut memuat tiga tahap pokok,

yaitu sebagai berikut:

a.Riset, yaitu mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan

keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan diuji untuk dijadikan

arah tindakan yang dapat mengidentifikasi masalah.

b. Perancangan, yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis

untuk memahami masalah, menghasilkan pemecahan, dan menguji

kelayakan pemecahan tersebut.

c.Pemilihan, yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari totalitas yang

ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.

D. Perilaku Perkembangan Psikologis Remaja

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kecenderungan perilaku

konsumtif remaja, antara lain karakteristik masa remaja yang merupakan masa

transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa. Pada masa peralihan ini, status

individu tidaklah jelas karena remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan

orang dewasa. Kebutuhan untuk memiliki dan menemukan identitas pribadi yang

khas menjadi sangat penting dan diwujudkan melalui proses identifikasi dengan

teman sebaya atau tokoh idola tertentu. Kondisi inilah yang menyebabkan remaja

mudah terpengaruh oleh teman sebayanya dalam mengkonsumsi suatu produk

dan meniru mode terbaru yang ditawarkan pada berbagai media massa. Remaja

membeli dan mencoba produk – produk baru berkaitan dengan usahanya untuk

mengekspresikan identitas serta usaha untuk memperoleh penerimaan dan

pengakuan sosial dari teman sebayanya (Santrock, 1995: 44).

E. Perilaku Hidup Sehat

Pada awal abad ke 20 Winslow membuat batasan mengenai kesehatan

meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat

untuk: perbaikan lingkungan sanitasi, pemberantasan penyakit menular,

pendidikan untuk kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan-pelayanan

medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan. Pengembangan

rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang

layak dalam memelihara kesehatannya.

Bentuk kesadaran akan hidup sehat biasanya dimulai dari perubahan perilaku

kesehatan. Dimana perilaku kesehatan dibentuk oleh suatu proses pendidikan

kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh Prof.Dr.Soekidjo Notoatmodjo bahwa

pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka

menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan

berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran

dari pendidikan kesehatan.

Seperti yang diungkapkan Skinner seorang ahli perilaku dikatakan bahwa

perilaku adalah hasil hubungan antara stimulus (rangsangan) dan response

(tanggapan). Secara lebih operasional dapat diartikan bahwa perilaku adalah suatu

respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subyek

tersebut. Sedangkan perilaku kesehatan yaitu Respon tersebut terbentuk dua

macam yaitu: (Notoatmodjo, 1997)

1. Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi didalam diri

2. Bentuk aktif adalah apabila perilaku tersebut dapat dengan jelas dilakukan

observasi secara langsung.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta

lingkungan. Respon tersebut dapat bersifat pasif maupun aktif, sedangkan kriteria

orang memiliki perilaku hidup sehat adalah seberapa jauh sesorang menerapkan

empat unsur pokok dari stimulus kesehatan di praktekkan dalam kehidupan sehari

– hari.

Ada empat unsur pokok dari stimulus perilaku kesehatan, yaitu:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia

berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit

atau rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif

(tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit tersebut.

Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan

tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

(health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, mandi dua kali sehari, menggosok gigi dan lain-lain.

b. Perilaku pencegahan penyakit (health preevention behaviour) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai

sumber air sehat, cukup kualitas maupun kuantitas, harus ada tempat

pembuangan kotoran sampah dan air limbah yang baik, harus dapat

mencegah perkembangbiakan vaktor penyakit seperti: nyamuk, lalat,

tikus dan sebagainya. Termasuk perilaku untuk tidak menularkan

penyakit kepada orang lain.

c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari

pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri,

dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan

tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya

melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka

pemulihan kesehatannya).

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern

maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas

terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas,

petugas dan obat-obatan.

3. Perilaku terhadap makanan

Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini

meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta

unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan,

dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.

Makanan higienis, yaitu makanan yang tidak mengandung kuman penyakit

dan tidak boleh bersifat meracuni tubuh serta lezat rasanya, Syarat-syarat itu

adalah sebagai berikut :

a. Harus cukup mengandung kalori

b. Protein yang dikonsumsi harus mengandung kesepuluh asam

amino utama, yaitu lipsin, triptopan, histidin, penilalanin,

leusin, isoleusin, threonin, metionin, valin, dan arginin.

c. Harus cukup mengandung vitamin

d. Harus cukup mengandung garam mineral dan air

e. Perbandingan yang baik antara sumber karbohidrat, protein dan

lemak.

Selain syarat-syarat diatas, agar memberikan kesehatan bagi tubuh, sebaiknya

a. Mudah dicerna oleh alat pencernaan

b. Bersih, tidak mengandung bibit penyakit, karena hal ini tentu

akan membahayakan kesehatan tubuh serta tidak bersifat racun

bagi tubuh.

c. Jumlah yang cukup dan tidak berlebihan

d. Tidak terlalu panas pada saat disantap. Makanan yang terlalu

panas disajikan mungkin sekali dapat merusak gigi dan

mengunyah pun tidak dapat sempurna.

e. Bentuknya menarik dan rasanya enak

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan

Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behaviour) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan

manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu

sendiri.

Perilaku ini antara lain mencakup :

a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen

manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

Kualitas yang baik untuk air rumah tangga harus memenuhi 3 syarat,

yaitu:

1. Syarat fisik, yaitu air harus jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan

2. Syarat kimiawi, yaitu air tidak mengandung zat racun (toksin),

tidak mengandung mineral-mineral, dan zat organik yang lebih

tinggi dari jumlah yang ditentukan. Misalnya zat besi (Fe) tidak

boleh lebih dari 0,10 mg per liter, sulfat tidak boleh lebih dari

250,00 mg per liter, timah hitam tidak boleh lebih dari 0,05 mg per

liter, zat organk tidak boleh lebih dari 10,00 mg per liter. pH

(keasaman) antara 6-8. kesadahan antara 5-10 derajat jerman (1

derajat jerman = 10 mg CaCo per liter)

3. Syarat bakteriologis, yaitu air tidak boleh mengandung kuman

penyakit menular, antara lain Cholera dan Paracholera Eltor,

Typhus abdominalis dan Parathypus A, B dan C, Dysenteria

bacillaris dan Dysenteria amoebica, Hepatitis infectiosa,

Poliomyelitis anterior acuta, dan cacing. Untuk kepentingan air

minum hendaknya air dimasak sampai mendidih agar semua

bakteri parasit mati.

b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut

segi - segi higienis, pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.

c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah

cair. Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah

yang sehat serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik. Untuk

tempat sampah di tiap rumah tangga isinya cukup 1 meter kubik.

dapur, karena akan merupakan gudang makanan bagi tikus sehingga

rumah banyak tikusnya.

Tempat sampah sebaiknya:

1. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah

rusak

2. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau

hewan lainnya seperti tikus, kucing, ayam dan sebagainya

3. Ditempatkan di luar rumah. Jika pengumpulannya dilakukan

oleh pemerintah, tempatkanlah tempat sampah sedemikian

rupa sehingga karyawan pengumpul sampah mudah

mengambilnya

d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,

pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk

(vektor) dan sebagainya.

E. Bahan Makanan Penyusun Junk Food

Junk food adalah kata lain untuk makan yang jumlah kandungan nutrisinya terbatas. Umumnya, yang termasuk dalam golongan junk food adalah makanan yang kandungan garam, gula, lemak, dan kalorinya tinggi, tetapi

kandungan gizinya sedikit. Yang paling mudah masuk dalam jenis ini adalah

makanan pencuci mulut yang manis, makanan fast food yang digoreng, dan minuman bersoda atau minuman berkarbonasi. Biasanya makanan yang punya

label junk food ini kandungan protein, vitamin atau mineralnya sangat sedikit. Padahal, semua itu sangat dibutuhkan untuk kesehatan tubuh.

Makanan yang dikategorikan junk food biasanya juga mengandung

banyak sodium, saturated fat, dan kolestrol. Bila dalam tubuh jumlah ini

banyak, maka akan menimbulkan banyak penyakit, mulai dari penyakit ringan

sampai penyakit berat macamdarah tinggi, stroke, jantung, dan kanker.

Sodium

Sodium adalah bagian dari garam yang banyak ditemukan pada makanan

dan minuman kemasan. Banyak makanan kemasan atau kalengan itu berkadar

sodium tinggi. Sodium banyak terdapat pada french fries (apalagi bila ditambah shakers), ayam goreng, burger, cheese burger, bologna, pizza, segala jenis snack

keripik kentang dan mi instan.

Tidak hanya makanan dan minuman, sayuran yang dikemas dan dijual

dalam kaleng banyak yang mengandung zat ini. Keju pun tak bebas dari bahan

sodium ini. Begitu pun beberapa penyedap, seperti soy sauce (biasanya disediakan di resto jepang atau asia timur), garlic salt, dan onion salt. Hal serupa

juga terjadi jika menyantap bakso atau mie ayam di pinggir jalan, garam meja

Yang harus diperhatikan adalah kadar sodium yang dikonsumsi jumlahnya

tidak boleh berlebihan. Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman

jumlahnya tidak dari 3300 miligram. Ini sama dengan 1 3/5 sendok teh, sodium

yang terlalu banyak dalam tubuh dapat menungkatkan tekanan darah tinggi.

Tekanan darah tinggi inilah yang mempengaruhi munculnya gangguan ginjal,

penyakit jantung, dan stroke.

Natrium

Satu hari rata-rata masukan natrium dalam tubuh sebaiknya kurang dari 200

mg. Kelebihan natrium dapat menyebabkan antara lain penurunan fungsi otot

jantung. Mengapa begitu? Karena kelebihan natrium mengakbiatkan

kekurangan kalium. Nah, sungguh sangat disayangkan kandungan natrium junk food kita amat tinggi. Masih dari sumber yang sama, dikentahui bahwa seporsi

fried chicken mengandung di atas 1500 mg natrium. Ini belum termasuk tambahan natrium jika ayam tadi disantap dengan kentang goreng.

Saturated fat

Bahan lain yang biasanya banyak terdapat dalam junk food adalah saturated fat. Saturated fat berbahaya untuk tubuh, karena merangsang hati memproduksi banyak kolesterol. Di samping itu, jumlah saturated fat yang tinggi akan menimbulkan kanker, terutama kanker usus dan kanker payudara. Lemak dari

daging, susu, dan produk-produk susu merupakan sumber utama dari saturated fat ini.

Dari berbagai literatur banyak mengatakan bahwa batas maksimal

mengkonsumsi jenis makanan junk food seperti ayam goreng fried chicken, kentang russet, burger, dan pizza adalah seminggu sekali dikarenakan banyak zat yang berbahaya bila dikonsumsi berlebih.

F. Hubungan Makanan dan Kolesterol

Menurut Dr. Jonathan Kuntaraf (1985:34), kolesterol ialah zat kimia

yang tergolong dalam kelompok compound organik yang dikenal lipid. Lipid

tersebut meliputi lemak, waxes, phospholipids, cerebosides, kolesterol, dan

sterol yang lain. Semuanya ialah zat yang menyerupai lemak yang tidak dapat

larut dalam air, tetapi lebih kurang larut dalam ether dan solvant organik

lainnya, kolesterol terdapat pada semua sel binatang, dengan demikian terdapat

pada semua makanan yang berasal dari binatang termasuk daging ayam, ikan,

cream, mentega dan telur. Daftar kadar kolesterol dalam makanan-makanan

tersebut dapat kita lihat dalam daftar di bawah ini:

BAHAN MAKANAN KOLESTEROL Mg.per 100gr

Mentega 280

Keju 120

Cream 70

1. Perilaku seseorang terhadap makanan sehat 2. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit 3. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan 4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan

Ikan 60 Es krim 60 Hati sapi 260 Margarin 70 Daging 100 Susu sapi 11 Ayam, Itik 80

Dokumen terkait