oleh :
Pandu Prasetyo
NIM : 042214031
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
oleh :
Pandu Prasetyo
NIM : 042214031
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HidupLah Seperti Pohon Kayu Yang Lebat Buahnya, Hidup di Tepi Jalan dan Dilempari Orang Dengan Batu,
Tetapi di Balas Dengan Buah..
(Abu Bakar Sibli)
Aku Ramah Bukan Berarti Takut
Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk
Karya ini kupersembahkan untuk :
Yesus Kristus penerang jalan dan penyelamatku
Bunda Maria yang menyertaiku
Bapak dan Mamah yang tercinta
Adekku yang tersayang
vi ABSTRAK
Hubungan Perilaku Hidup Sehat dan Frekuensi Pembelian Junk Food
Studi pada Pengunjung Remaja Plaza Ambarrukmo Yogyakarta
Pandu Prasetyo
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1). Tingkat perilaku hidup sehat remaja pengunjung plaza ambarrukmo, 2). hubungan antara perilaku hidup sehat dengan frekuensi pembelian makanan junk food.
Penelitian ini dilakukan dengan cara studi kasus pada pengunjung remaja Plaza Ambarrukmo Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Populasi dari penelitian ini adalah pengunjung remaja Plaza Ambarrukmo Yogyakarta yang mengkonsumsi makanan
junk food Yogyakarta. Sampel yang diteliti sebanyak 100 responden. Teknik
sampling yang digunakan adalah Convenience Sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, analisis persentase, korelasi berganda, korelasi pearson product moment, Uji F dan Uji t.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa : 1). Remaja pengunjung plaza ambarrukmo memiliki tingkat perilaku hidup sehat yang tinggi 2). Variabel perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan dan perilaku terhadap lingkungan kesehatan memiliki kecenderungan hubungan yang negatif terhadap frekuensi pembelian junk food.
ix
atas segala berkat, kasih serta anugrahNya yang senantiasa penulis rasakan dari awal
sampai akhir penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Perilaku Hidup Sehat dan
Frekuensi Pembelian Junk Food: Studi Kasus Pada Pengunjung Remaja Plaza Ambarrukmo Yogyakarta”. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya motivasi, bimbingan, dan bantuan dari
berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Bapak Drs. A. Triwanggono, M.S., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, koreksi, pengetahuan, motivasi dan saran dalam penulisan
skripsi ini.
4. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, koreksi, motivasi dan saran dalam
x
6. Bapak dan Mamah terimakasih atas doa yang tak pernah henti dan cinta kasih yang
telah kalian ajarkan kepada aku hingga dapat aku terapkan saat ini.
7. Adek putri yang selalu berharap aku cepat lulus agar dapat meringankan beban Bapak
8. Eyang Notodihardjo yang telah memberikan kasih sayang dan semangat.
9. si jegeg ngontel, makasih telah mengisi hatiku dan menjadikan aku orang yang bisa
tersenyum terus, I WiLL do AnYtHiNg FoR Love!!!!!!!!!!!!
10.Sahabat-sahabat De Britto lulusan ’04, mari kita berjuang bersama demi merah-putih,
salam VOX POPULI VOX DEI..
11.Sahabat-sahabat BOXER, salam BOX!
12.Keluarga cemara yang telah memberikan banyak arti kehidupan , ciayooo semangat !
13.D’Cakep kontrakan (brorduz,si blaw,loren,helmi,vQcina,billy): ayo cah do LULUs,
ora mung tungkrang-tungkrung ae
14.Mas Kiat Sugiharjo, selaku Direktur PT. Surya Agung Tour, trimakasih untuk
pengalaman kerja yang telah diberikan
15.Teman-teman Manajemen A ’04 seperjuangan
16.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, makasih buat
xi
dan kritik yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang membacanya.
Yogyakarta, 2009
Penulis
xii
HALAMAN PERSETUJUAN ……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... v
ABSTRAK ……… vi
ABSTRACT ………. vii
KATA PENGANTAR ……….. ix
DAFTAR ISI ……… xii
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Rumusan Masalah ……… 4
C. Batasan Masalah ……….. 4
D. Tujuan Penelitian ………. 5
E. Manfaat Penelitian ……… 5
F. Sistematika Penulisan ……… 6
BAB II LANDASAN TEORI A Pengertian Perilaku Konsumen……….. 8
B Proses Pembelian……… 12
xiii
G. Kerangka Pemikiran ………. 29
H. Hipotesis Penelitian ……… 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………. 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 31
C. Subyek dan Objek Penelitian ………... 31
D. Variabel Penelitian ………... 32
E. Data yang Diperlukan ……….. 35
F. Populasi dan Sampel ……… 36
G. Pengujian Instrumen ……….. 37
H. Teknik Analisis Data ……… 39
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Plaza Ambarrukmo ………. 51
B. Tenant Yang Menempati Plaza Ambarrukmo ……….. 53
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Instrumen ………. 78
B. Analisis Data ……… 85
xiv
Goreng Fried Chicken ……….. 95
2. Pengujian Hipotesis Kelompok Responden Yang Hanya Mengkonsumsi Mie Instant ……… 104 3. Pengujian Hipotesis Kelompok Responden Yang Hanya Mengkonsumsi Jenis
Pizza ……… 113 4. Pengujian Hipotesis Kelompok Responden Yang Hanya Mengkonsumsi Ayam
Goreng Fried Chicken dan Mie Instant ……….. 121
5. Pengujian Hipotesis Kelompok Responden Yang Hanya Mengkonsumsi Ayam
Goreng Fried Chicken, Mie Instant dan Hamburger ………. 129 6. Pengujian Hipotesis Kelompok Responden Yang Hanya Mengkonsumsi Ayam
Goreng Fried Chicken, Mie Instant, Hamburger dan Pizza ……….. 137
D. Pembahasan ……… 146
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN
A. Kesimpulan ……… 151
B. Saran ……….. 152
C. Keterbatasan Penelitian ………... 153
DAFTAR PUSTAKA
1 A. Latar Belakang Masalah
Pengetahuan merupakan salah satu cara penting yang
mengakibatkan konsumen memiliki perbedaan dalam hal perilaku
konsumen. Pengetahuan dan hasil belajar dapat didefinisikan sebagai
informasi yang disimpan dalam ingatan. (Engel et.,al 1994). Informasi
yang masuk dan disimpan menjadi sebuah pengetahuan dapat diterima dari
berbagai masukan.
Pada umumnya masyarakat yang berpendidikan tinggi adalah
sekelompok masyarakat yang memiliki input atau masukan yang lebih
dalam artian bahwa mereka selalu mendapat informasi yang lebih bisa
melalui media cetak ataupun elektronik sehingga mereka memiliki
pengetahuan lebih banyak. Oleh karena itu seharusnya memiliki indikasi
makin sadar akan pentingnya hidup sehat, oleh karenanya mereka akan
lebih memilih produk yang bertanggung jawab terutama dari segi
kesehatan. Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu hal-hal
yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk juga
tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih
Perubahan selera masyarakat yang didorong oleh perubahan pola
hidup sehat merupakan peluang, dimana era modern ini mendorong
masyarakat untuk hidup praktis sehingga banyak sekali produsen-produsen
junk food yang berkaliber multinasional berlomba-lomba melakukan investasi karena melihat satu celah dimana masyarakat Indonesia mulai
menuju masyarakat yang instant, keadaan ini dibarengi dengan perubahan
gaya hidup dan kebiasaan makan. Pola makan, terutama di kota besar,
bergeser dari pola makan tradisional ke pola makan barat yang dapat
menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan tersebut
merupakan jenis-jenis makanan yang bermanfaat, akan tetapi secara
potensial mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori jika tidak
dikonsumsi secara rasional. Berbagai makanan yang tergolong junk food
tersebut adalah kentang goreng, ayam goreng, hamburger, soft drink, pizza, hotdog, donat, dan lain-lain.
Perubahan gaya hidup dalam hal ini adalah pola makan junk food
membawa dampak yang besar dan merugikan bagi anak-anak maupun
remaja di Indonesia, bisa dikatakan bahwa masyarakat dituntut untuk bisa
menyelami budaya ini, keadaan ini diperkuat dengan iklan – iklan junk food di televisi ditayangkan dengan penuh sejuta kelezatan alhasil banyak sekali anak-anak di Indonesia terpengaruh dengan iklan ini dan pada
akhirnya lidah – lidah mereka menjadi cinta makanan “barat” dan lambat
mengadopsi budaya ini, banyak aspek kehidupan yang akan menghilang,
mereka menjadi seseorang yang tidak cinta akan masakan orangtuanya
sendiri sekaligus mereka menuntut agar orangtuanya dapat membelikan
makanan – makanan itu, apabila semuanya itu sudah mengendap dalam
diri mereka berarti akan ada satu sikap penyingkiran terhadap makanan –
makanan Indonesia seperti : gudeg, ketoprak, tiwul, dll tergantikan oleh
junk food.
Produsen junk food dihadapkan pada dua belah pihak yang saling bertentangan. Disatu pihak produk junk food yang selalu mengutamakan kebersihan dipandang oleh sebagian masyarakat sebagai produk sehat.
Namun disisi lain produk junk food memiliki kandungan kolesterol cukup tinggi oleh sebagian orang diyakini memiliki dampak kurang baik
terhadap kesehatan karena kolesterol dapat memicu timbulnya penyakit
jantung koroner. Dengan adanya dua pandangan yang berbeda dalam
memandang produk junk food sebagai makanan sehat sekaligus makanan yang kurang baik bagi kesehatan menimbulkan suatu kekuatan sekaligus
kelemahan produk-produk junk food.
Berangkat dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang analisis perilaku konsumen terhadap
keputusan pembelian. Dari gamabarn tersebut, maka penulis mengambil
judul “Hubungan Perilaku Hidup Sehat dan Frekuensi Pembelian
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah,
1. Seberapa tinggi perilaku hidup sehat pengunjung Plaza Ambarrukmo? 2. Apakah perilaku hidup sehat memiliki hubungan secara simultan dan
parsial terhadap frekuensi pembelian produk junk food?
C. Batasan Masalah
Agar masalah yang diteliti ini tidak terlampau luas penulis memberikan
batasan-batasan dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan di Plaza Ambarrukmo.
2. Penelitian ini ditujukan kepada remaja yang pernah membeli dan
mengkonsumsi produk junk food .
3. Produk makanan junk food yang diteliti dalam penelitian ini adalah ayam goreng fried chicken, mie instan, pizza, hamburger, dan hotdog
4. Perilaku hidup sehat dalam penelitian ini mengacu pada perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan, termasuk juga tindakan-tindakan untuk memilih makanan
dan minuman, pencegahan sakit dan penyakit dan perilaku terhadap
D. Tujuan Penelitian
Penelitian kali ini memiliki beberapa tujuan yaitu, untuk mengetahui tingkat
perilaku hidup sehat pengunjung remaja plaza ambarukmo dan hubungan
antara perilaku hidup sehat dengan frekuensi pembelian produk makanan
junk food.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian kali ini adalah:
1. Bagi produsen Junk Food khususnya, dengan penelitian kali ini mereka bisa melihat bagaimana realita tentang perilaku hidup sehat
konsumen junk food dan hubungannya terhadap frekuensi pembelian
junk food.
2. Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi kesempatan bagi penulis
untuk menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama masa kuliah
serta menambah wawasan penulis.
3. Bagi masyarakat umum, penelitian ini akan mampu menjelaskan lebih
banyak mengenai tingkat perilaku hidup sehat dari konsumen junk food.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi tambahan referensi pada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari enam bab, yaitu pendahuluan, landasan teori,
metode penelitian, gambaran umum perusahaan, analisis data dan
pembahasan, serta kesimpulan dan saran
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan akan dijelaskan mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab landasan teori akan dijelaskan mengenai teori-teori yang
berkaitan dengan permasalahan-permasalahan dan konsep yang
mendasari perumusan masalah.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab metode penelitian akan dijelaskan mengenai jenis
penelitian, waktu penelitian,waktu oenelitian, lokasi penelitian,
subjek dan objek penelitian, sumber data, metode pengumpulan
data, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, teknik
pengujian kuisioner, dan metode analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab gambaran umum perusahaan akan dikemukakan
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab analisis data akan dijelaskan analisis data dan
pembahasannya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab kesimpulan dan saran akan diuraikan mengenai
kesimpulan dari analisis data yang ada serta saran yang dapat
diberikan oleh penulis kepada perusahaan.
8 A. Perilaku Konsumen
Keberhasilan pemasaran tidak akan lepas dari mampu atau tidaknya
sebuah perusahaan mengenali segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebutuhan, keinginan dan permintaan konsumen. Berkaitan dengan hal
tersebut maka perusahaan harus mampu menjaga serta memelihara hubungan
dengan konsumen yang telah ada dan harus berusaha memperoleh konsumen
baru. Dalam upaya menjaga hubungan dengan konsumen tersebut maka
perusahaan atau produsen perlu memahami perilaku konsumen.
Engel, James F.(1994) dalam bukunya consumer behavior
mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau
jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan
they buy it, how often they use it, how they evaluate it after the purchase and the impact of such evaluations on future purchases, and how they dispose of it.
Perilaku konsumen timbul oleh adanya beberapa bentuk interaksi
antara faktor-faktor lingkungan disatu pihak dan individu dipihak lain. Ada
beberapa teori tentang perilaku konsumen yaitu :
1. Teori Ekonomi Mikro
Teori ekonomi mikro dikembangkan oleh para ahli ekonomi klasik
seperti Adam Smith. Adam Smith mengembangkan doktrin suatu
pertumbuhan ekonomi yang didasarkan atas prinsip bahwa manusia
dalam segala tindakannya didorong atas kepentingannya sendiri.
Sedangkan Jeremy Bentham memandang bahwa manusia sebagai
makhluk yang memperhitungkan dan mempertimbangkan untung rugi
yang akan didapat dari segala tingkah laku yang akan dilakukannya.
Pandangan keduanya ini yang pada akhir abad 19 ditetapkan pada teori
perilaku konsumen.
Berbeda dengan para ahli ekonomi klasik diatas, ahli ekonomi Neo
klasik sedikit menyempurnakan teori diatas yaitu dengan “teori kepuasan
marginal” dalam teori tersebut setiap konsumen akan berusaha
sebuah produk untuk jangka waktu yang lama bila ia mendapatkan
kepuasan dari produk yang sama yang telah dikonsumsinya.
2. Teori Psikologis
Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang
selalu dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan.
Ada beberapa teori yang termasuk dalam teori ini, yang secara garis
besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
A. Teori belajar
Dikembangkan oleh ahli-ahli psikologi seperti Ivan Pavlov, ada
empat komponen pokok teori belajar yaitu:
a. Drive (dorongan) adalah: rangsangan kuat dalam diri
sesorang yang memaksa untuk bertindak
b. Clue (petunjuk) adalah : Rangsangan yang lebih lemah yang
akan menentukan kapan, dimana dan bagaimana tanggapan
subyek.
c. Response (tanggapan) adalah: merupakan reaksi seseorang
terhadap kombinasi petunjuk.
d. Reinforcement (penguatan) adalah: terjadi bila perilaku
B. Teori Psikhoanalistis
Menurut Freud perilaku manusia dipegaruhi oleh adanya
keinginan yang terpaksa dengan adanya motif yang
tersembunyi. Perilaku manusia selalu merupakan hasil
kerjasama dari ketiga aspek dalam struktur kepribadian
manusia, yaitu:
a. Id yaitu: aspek biologis dan merupakan aspek yang penting
dalam kehidupan manusia
b. Ego yaitu: aspek psikologis dari kepribadian dan timbul
karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara
baik dengan dunia kenyataan.
c. Super ego yaitu: Merupakan aspek sosiologis dari
kepribadian. Aspek ini dapat dianggap sebagai aspek moral
dari kepribadian.
3. Teori Sosiologis
Pada teori sosiologis lebih dititik berakan kepada hubungan dan
pengaruh antara individu-individu yang dikaitkan dengan perilaku
mereka, lebih mengutamakan perilaku kelompok dan bukan perilaku
4. Teori Anthropologis
Yang ditekankan pada teori ini adalah perilaku pembelian dari suatu
kelompok masyarakat, tetapi kelompok yang dimaksudkan dalam teori
ini bukannya kelompok kecil seperti keluarga, melainkan kelompok
besar atau kelompok yang memiliki ruang lingkup lebih luas.
B. Proses Pembelian
Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan yaitu niat dan
pengaruh lingkungan. Niat pada umumnya dirujuk sebagai pembelian yang
terencana sepenuhnya. Namun selain dengan niat beberapa pembelian
didorong oleh sesuatu pembelian berdasarkan impuls yang terjadi ketika
konsumen mengalami desakan tiba-tiba, yang biasanya kuat dan menetap
unuk membeli sesuatu dengan segera. Impuls untuk membeli ini kompleks
secara hedonik dan mungkin akan merangsang konflik emosional. Juga,
pembelian berdasarkan impuls cenderung terjadi dengan perhatian yang
berkurang pada akibatnya. (Engel, et.al 1995)
Rook dalam penelitiannya seperti yang dikutip oleh Engel
mengemukakan bahwa pembelian berdasarkan impuls mungkin memiliki satu
atau lebih karakteristik ini:
1. Spontanitas
2. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas.
4.Ketidakperdulian akan akibat.
Pengaruh situasi bisa dibagi menurut beberapa situasi, yaitu:
1. Situasi komunikasi yang dapat didefinisikan sebagai latar dimana
konsumen dihadapkan pada komunikasi pribadi atau non pribadi.
Komunikasi pribadi dapat meliputi percakapan yang mungkin dilakukan
oleh konsumen dengan orang lain. Sedangkan komunikasi non pribadi
adalah sebuah komunikasi yang melibatkan stimulus yang luas
cakupannya seperti iklan dan program serta publikasi yang berorientasi
konsumen.
2. Situasi pembelian lebih mengacu pada alasan dimana konsumen
memperoleh produk dan jasa. Pengaruh situasi sangat biasa ditemui
selama pembelian
3. Siuasi pemakaian yang mengacu pada alasan dimana konsumsi terjadi.
Dalam banyak kejadian, situasi pembelian dan pemakaian sebenarnya
sama.
Tahap – tahap dalam proses kegiatan suatu pembelian, sebagai berikut:
a. Kebutuhan yang dirasakan
b. Keputusan sebelum membeli
c. Keputusan untuk membeli
d. Perilaku untuk membeli
C. Pengambilan Keputusan Pembelian
Menurut Amirulah (2002:61), pengambilan keputusan dapat diartikan
sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternative sesuai
dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan
yang dianggap paling menguntungkan. Proses pemilihan dan penilaian itu
biasanya diawali dengan mengidentifikasi masalah utama yang mempengaruhi
tujuan, menyusun, menganalisis, dan memilih berbagai alternative tersebut dan
mengambil keputusan yang dianggap paling baik. Langkah terakhir dari proses
situ merupakan sistem evaluasi untuk menentukan efektifitas dari keputusan
yang telah diambil.
1. Tingkatan pengambilan keputusan konsumen
Tidak semua situasi pengambilan keputusan konsumen berada dalam
tingkatan yang sama. Jika semua keputusan pembelian memerlukan usaha
yang lebih luas, kemudian konsumen mengambil keputusan itu walaupun
dengan proses yang cukup melelahkan, maka keputusan harus tetap diambil.
Sebaliknya, ada sebagian konsumen yang begitu mudah mengambil
keputusan. Kondisi ini terjadi karena konsumen sudah menganggap bahwa
Berdasarkan pola hubungan antara jenis usaha (masalah) yang paling
tinggi dan usaha yang paling rendah, maka kita dapat membedakan tiga
tingkatan pengambilan keputusan konsumen:
a. extensive problem solving. Pada tingkat ini konsumen sangat membutuhkan banyak informasi untuk lebih meyakinkan putusan
yang diambilnya. Konsumen dalam hal ini telah memiliki
kriteria-kriteria khusus terhadap barang yang akan dipilihnya. Pengambilan
keputusan extensive juga melibatkan keputusan multi pilihan dan
upaya kognitif serta perilaku yang cukup besar. Akhirnya,
pengambilan keputusan ini cenderung membutuhkan waktu yang
cukup lama.
b. limited problem solving. Pada tingkat ini konsumen tidak begitu banyak memerlukan informasi, akan tetapi konsumen tetap perlu
mencari-cari informasi untuk lebih memberikan keyakinannya.
Biasannya konsumen yang berada pada tingkat ini selalu
membandingkan merek atau barang dengan menggali terus
informasi-informasi. Disini lebih sedikit alternatif yang
dipertimbangkan dan demikian pula dengan proses integrasi yang
dibutuhkan. Pilihan yang melibatkan pengambilan keputusan
terbatas biasanya cukup cepat, dengan tingkat upaya kognitif dan
c. Routinized response behavior. Karena konsumen telah memiliki banyak pengalaman membeli, maka informasi biasanya tidak
diperlukan lagi. Informasi yang dicari hanyalah untuk
membandingkan saja, walaupun keputusan itu sudah terpikirkan oleh
mereka. Dibandingkan dengan tingkat yang lain, perilaku pilihan
rutin membutuhkan sangat sedikit kapasitas kognitif atau kontrol
sadar. Pada dasarnya, rencana keputusan yang telah dipelajari
konsumen diaktifkan kembali dari ingatan dan dilakukan secara
otomatis untuk menghasilkan perilaku konsumen.
2. Komponen dan Proses Keputusan
Ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku (keputusan membeli)
konsumen. Faktor-faktor itu dapat berasal dari luar diri konsumen (external influence) dan juga berasal dari dalam diri konsumen (psychological influence). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka komponen utama yang mempengaruhi keputusan membeli konsumen dapat
digolongkan menjadi tiga macam:
a. Komponen input. Komponen ini dapat juga disebut sebagai pengaruh
eksternal, yang dapat diklasifikasikan dalam dua sumber, yaitu:
lingkungan sosial-budaya (keluarga, sumber informal, klas sosial,
budaya dan sub-budaya).
b. Komponen Proses. Komponen ini sudah mengarah pada pengambilan
keputusan konsumen. Selain dipengaruhi oleh external influence, komponen ini juga melibatkan faktor-faktor seperti: motivasi,
persepsi, belajar, kepribadian dan sikap. Dalam proses pengambilan
keputusan, faktor-faktor itu mengarah pada upaya penemuan
masalah, pencarian informasi, evaluasi, pemilihan.
c. Komponen Output. Bagian output dari pengambilan keputusan
konsumen mengarah pada dua bentuk kegiatan dan sikap, yaitu
perilaku membeli dan evaluasi pasca pembelian. Hasil akhir dari dua
kegiatan itu adalah meningkatkan kepuasan lewat barang yang dibeli
oleh konsumen.
Herbert A. Simon mengajukan model yang bermanfaat sebagai dasar dalam
proses pengambilan keputusan. Model tersebut memuat tiga tahap pokok,
yaitu sebagai berikut:
a.Riset, yaitu mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan
keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan diuji untuk dijadikan
arah tindakan yang dapat mengidentifikasi masalah.
b. Perancangan, yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis
untuk memahami masalah, menghasilkan pemecahan, dan menguji
kelayakan pemecahan tersebut.
c.Pemilihan, yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari totalitas yang
ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.
D. Perilaku Perkembangan Psikologis Remaja
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kecenderungan perilaku
konsumtif remaja, antara lain karakteristik masa remaja yang merupakan masa
transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa. Pada masa peralihan ini, status
individu tidaklah jelas karena remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan
orang dewasa. Kebutuhan untuk memiliki dan menemukan identitas pribadi yang
khas menjadi sangat penting dan diwujudkan melalui proses identifikasi dengan
teman sebaya atau tokoh idola tertentu. Kondisi inilah yang menyebabkan remaja
mudah terpengaruh oleh teman sebayanya dalam mengkonsumsi suatu produk
dan meniru mode terbaru yang ditawarkan pada berbagai media massa. Remaja
membeli dan mencoba produk – produk baru berkaitan dengan usahanya untuk
mengekspresikan identitas serta usaha untuk memperoleh penerimaan dan
pengakuan sosial dari teman sebayanya (Santrock, 1995: 44).
E. Perilaku Hidup Sehat
Pada awal abad ke 20 Winslow membuat batasan mengenai kesehatan
meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat
untuk: perbaikan lingkungan sanitasi, pemberantasan penyakit menular,
pendidikan untuk kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan-pelayanan
medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan. Pengembangan
rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang
layak dalam memelihara kesehatannya.
Bentuk kesadaran akan hidup sehat biasanya dimulai dari perubahan perilaku
kesehatan. Dimana perilaku kesehatan dibentuk oleh suatu proses pendidikan
kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh Prof.Dr.Soekidjo Notoatmodjo bahwa
pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka
menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan
berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran
dari pendidikan kesehatan.
Seperti yang diungkapkan Skinner seorang ahli perilaku dikatakan bahwa
perilaku adalah hasil hubungan antara stimulus (rangsangan) dan response
(tanggapan). Secara lebih operasional dapat diartikan bahwa perilaku adalah suatu
respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subyek
tersebut. Sedangkan perilaku kesehatan yaitu Respon tersebut terbentuk dua
macam yaitu: (Notoatmodjo, 1997)
1. Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi didalam diri
2. Bentuk aktif adalah apabila perilaku tersebut dapat dengan jelas dilakukan
observasi secara langsung.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Respon tersebut dapat bersifat pasif maupun aktif, sedangkan kriteria
orang memiliki perilaku hidup sehat adalah seberapa jauh sesorang menerapkan
empat unsur pokok dari stimulus kesehatan di praktekkan dalam kehidupan sehari
– hari.
Ada empat unsur pokok dari stimulus perilaku kesehatan, yaitu:
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia
berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit
atau rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif
(tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit tersebut.
Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan
tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :
a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
(health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, mandi dua kali sehari, menggosok gigi dan lain-lain.
b. Perilaku pencegahan penyakit (health preevention behaviour) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai
sumber air sehat, cukup kualitas maupun kuantitas, harus ada tempat
pembuangan kotoran sampah dan air limbah yang baik, harus dapat
mencegah perkembangbiakan vaktor penyakit seperti: nyamuk, lalat,
tikus dan sebagainya. Termasuk perilaku untuk tidak menularkan
penyakit kepada orang lain.
c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari
pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri,
dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan
tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).
d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya
melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka
pemulihan kesehatannya).
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern
maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas
terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas,
petugas dan obat-obatan.
3. Perilaku terhadap makanan
Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini
meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta
unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan,
dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.
Makanan higienis, yaitu makanan yang tidak mengandung kuman penyakit
dan tidak boleh bersifat meracuni tubuh serta lezat rasanya, Syarat-syarat itu
adalah sebagai berikut :
a. Harus cukup mengandung kalori
b. Protein yang dikonsumsi harus mengandung kesepuluh asam
amino utama, yaitu lipsin, triptopan, histidin, penilalanin,
leusin, isoleusin, threonin, metionin, valin, dan arginin.
c. Harus cukup mengandung vitamin
d. Harus cukup mengandung garam mineral dan air
e. Perbandingan yang baik antara sumber karbohidrat, protein dan
lemak.
Selain syarat-syarat diatas, agar memberikan kesehatan bagi tubuh, sebaiknya
a. Mudah dicerna oleh alat pencernaan
b. Bersih, tidak mengandung bibit penyakit, karena hal ini tentu
akan membahayakan kesehatan tubuh serta tidak bersifat racun
bagi tubuh.
c. Jumlah yang cukup dan tidak berlebihan
d. Tidak terlalu panas pada saat disantap. Makanan yang terlalu
panas disajikan mungkin sekali dapat merusak gigi dan
mengunyah pun tidak dapat sempurna.
e. Bentuknya menarik dan rasanya enak
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behaviour) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan
manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu
sendiri.
Perilaku ini antara lain mencakup :
a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen
manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
Kualitas yang baik untuk air rumah tangga harus memenuhi 3 syarat,
yaitu:
1. Syarat fisik, yaitu air harus jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan
2. Syarat kimiawi, yaitu air tidak mengandung zat racun (toksin),
tidak mengandung mineral-mineral, dan zat organik yang lebih
tinggi dari jumlah yang ditentukan. Misalnya zat besi (Fe) tidak
boleh lebih dari 0,10 mg per liter, sulfat tidak boleh lebih dari
250,00 mg per liter, timah hitam tidak boleh lebih dari 0,05 mg per
liter, zat organk tidak boleh lebih dari 10,00 mg per liter. pH
(keasaman) antara 6-8. kesadahan antara 5-10 derajat jerman (1
derajat jerman = 10 mg CaCo per liter)
3. Syarat bakteriologis, yaitu air tidak boleh mengandung kuman
penyakit menular, antara lain Cholera dan Paracholera Eltor,
Typhus abdominalis dan Parathypus A, B dan C, Dysenteria
bacillaris dan Dysenteria amoebica, Hepatitis infectiosa,
Poliomyelitis anterior acuta, dan cacing. Untuk kepentingan air
minum hendaknya air dimasak sampai mendidih agar semua
bakteri parasit mati.
b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut
segi - segi higienis, pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.
c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah
cair. Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah
yang sehat serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik. Untuk
tempat sampah di tiap rumah tangga isinya cukup 1 meter kubik.
dapur, karena akan merupakan gudang makanan bagi tikus sehingga
rumah banyak tikusnya.
Tempat sampah sebaiknya:
1. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah
rusak
2. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau
hewan lainnya seperti tikus, kucing, ayam dan sebagainya
3. Ditempatkan di luar rumah. Jika pengumpulannya dilakukan
oleh pemerintah, tempatkanlah tempat sampah sedemikian
rupa sehingga karyawan pengumpul sampah mudah
mengambilnya
d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk
(vektor) dan sebagainya.
E. Bahan Makanan Penyusun Junk Food
Junk food adalah kata lain untuk makan yang jumlah kandungan nutrisinya terbatas. Umumnya, yang termasuk dalam golongan junk food adalah makanan yang kandungan garam, gula, lemak, dan kalorinya tinggi, tetapi
kandungan gizinya sedikit. Yang paling mudah masuk dalam jenis ini adalah
makanan pencuci mulut yang manis, makanan fast food yang digoreng, dan minuman bersoda atau minuman berkarbonasi. Biasanya makanan yang punya
label junk food ini kandungan protein, vitamin atau mineralnya sangat sedikit. Padahal, semua itu sangat dibutuhkan untuk kesehatan tubuh.
Makanan yang dikategorikan junk food biasanya juga mengandung
banyak sodium, saturated fat, dan kolestrol. Bila dalam tubuh jumlah ini
banyak, maka akan menimbulkan banyak penyakit, mulai dari penyakit ringan
sampai penyakit berat macamdarah tinggi, stroke, jantung, dan kanker.
Sodium
Sodium adalah bagian dari garam yang banyak ditemukan pada makanan
dan minuman kemasan. Banyak makanan kemasan atau kalengan itu berkadar
sodium tinggi. Sodium banyak terdapat pada french fries (apalagi bila ditambah shakers), ayam goreng, burger, cheese burger, bologna, pizza, segala jenis snack
keripik kentang dan mi instan.
Tidak hanya makanan dan minuman, sayuran yang dikemas dan dijual
dalam kaleng banyak yang mengandung zat ini. Keju pun tak bebas dari bahan
sodium ini. Begitu pun beberapa penyedap, seperti soy sauce (biasanya disediakan di resto jepang atau asia timur), garlic salt, dan onion salt. Hal serupa
juga terjadi jika menyantap bakso atau mie ayam di pinggir jalan, garam meja
Yang harus diperhatikan adalah kadar sodium yang dikonsumsi jumlahnya
tidak boleh berlebihan. Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman
jumlahnya tidak dari 3300 miligram. Ini sama dengan 1 3/5 sendok teh, sodium
yang terlalu banyak dalam tubuh dapat menungkatkan tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi inilah yang mempengaruhi munculnya gangguan ginjal,
penyakit jantung, dan stroke.
Natrium
Satu hari rata-rata masukan natrium dalam tubuh sebaiknya kurang dari 200
mg. Kelebihan natrium dapat menyebabkan antara lain penurunan fungsi otot
jantung. Mengapa begitu? Karena kelebihan natrium mengakbiatkan
kekurangan kalium. Nah, sungguh sangat disayangkan kandungan natrium junk food kita amat tinggi. Masih dari sumber yang sama, dikentahui bahwa seporsi
fried chicken mengandung di atas 1500 mg natrium. Ini belum termasuk tambahan natrium jika ayam tadi disantap dengan kentang goreng.
Saturated fat
daging, susu, dan produk-produk susu merupakan sumber utama dari saturated fat ini.
Dari berbagai literatur banyak mengatakan bahwa batas maksimal
mengkonsumsi jenis makanan junk food seperti ayam goreng fried chicken, kentang russet, burger, dan pizza adalah seminggu sekali dikarenakan banyak zat yang berbahaya bila dikonsumsi berlebih.
F. Hubungan Makanan dan Kolesterol
Menurut Dr. Jonathan Kuntaraf (1985:34), kolesterol ialah zat kimia
yang tergolong dalam kelompok compound organik yang dikenal lipid. Lipid
tersebut meliputi lemak, waxes, phospholipids, cerebosides, kolesterol, dan
sterol yang lain. Semuanya ialah zat yang menyerupai lemak yang tidak dapat
larut dalam air, tetapi lebih kurang larut dalam ether dan solvant organik
lainnya, kolesterol terdapat pada semua sel binatang, dengan demikian terdapat
pada semua makanan yang berasal dari binatang termasuk daging ayam, ikan,
cream, mentega dan telur. Daftar kadar kolesterol dalam makanan-makanan
tersebut dapat kita lihat dalam daftar di bawah ini:
BAHAN MAKANAN KOLESTEROL Mg.per 100gr
Mentega 280
Keju 120
Cream 70
1. Perilaku seseorang terhadap makanan sehat 2. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit 3. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan 4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
Ikan 60
Es krim 60
Hati sapi 260
Margarin 70
Daging 100
Susu sapi 11
Ayam, Itik 80
G. Kerangka Pemikiran
H. Hipotesis penelitian
Maka berdasarkan rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini
penulis mengajukan hipotesis yang merupakan anggapan sementara yang
berfungsi sebagai pedoman untuk mempermudah jalannya penelitian, adalah: PERILAKU HIDUP
SEHAT FREKUENSI
1. H01: Perilaku hidup sehat tidak memiliki hubungan terhadap
frekuensi pembelian produk junk food.
HA1: Perilaku hidup sehat memiliki hubungan terhadap frekuensi
pembelian produk junk food.
2. H01: Perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap
sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan
kesehatan dan perilaku terhadap lingkungan kesehatan tidak
memiliki hubungan secara parsial terhadap frekuensi
pembelian produk junk food.
HA1: Perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap
sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan
kesehatan dan perilaku terhadap lingkungan kesehatan
memiliki hubungan secara parsial terhadap frekuensi
31
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada pengunjung remaja
Plaza Ambarrukmo yang mengkonsumsi junk food, dengan demikian kesimpulan yang bisa diambil hanya berlaku bagi Plaza Ambarrukmo.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian : Penelitian ini dilakukan di Plaza Ambarrukmo
Waktu penelitian : Penelitian ini dilakukan pada bulan januari 2009
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian : Subjek penelitian ini adalah pengunjung remaja Plaza
Ambarrukmo yang pernah mengkonumsi junk food. 2. Objek penelitian : Objek penelitian merupakan hal-hal yang ingin diteliti
dari suatu penelitian. Objek penelitian dalam kasus ini
adalah hubungan perilaku hidup sehat dan frekuensi
pembelian produk junk food.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan objek
penelitian atau faktor – faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang
diteliti. Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini maka variabel
penelitian ini adalah :
Variabel Dependen : Frekuensi Pembelian
Arti : Frekuensi pembelian adalah banyaknya pembelian
yang dilakukan atau tingginya intensitas pembelian
oleh konsumen dalam periode tertentu.
Pengukuran : Jumlah Konsumsi
Indikator – indikator yang terdapat dalam jumlah
konsumsi, yaitu:
1.Jumlah kali rata-rata konsumen membeli dan
makan produk junk food.
2.Nilai rupiah rata-rata konsumsi makanan junk
food dalam sekali makan.
Dalam penelitian ini ada satu variabel independen, yaitu :
Variabel Independen : Perilaku Hidup Sehat
Arti : Perilaku hidup sehat adalah suatu respon terhadap
sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Respon tersebut dapat bersifat pasif
maupun aktif.
Aspek : a). Perilaku terhadap makanan dan minuman
Indikator-indikator yang terdapat dalam perilaku
terhadap makanan, yaitu :
1. Gizi yang seimbang dalam mengkonsumsi
makanan.
2. Minum air putih minimal 8 gelas per hari.
3. Kebiasaan minum minuman keras.
4. Kebiasaan merokok.
b). Perilaku terhadap sakit dan penyakit
Indikator-indikator yang terdapat dalam perilaku
sakit dan penyakit, yaitu :
1. Melakukan pencegahan penyakit.
2. Pencarian pengobatan (health seeking), jika
terjangkit penyakit.
3. Tindakan check-up kesehatan.
4. Istirahat yang cukup (tidur malam minimal 8 jam)
c). Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
Indikator-indikator yang terdapat dalam perilaku
terhadap sistem pelayanan kesehatan, yaitu :
1. Mengikuti perkembangan informasi kesehatan,
melalui: koran, tabloid, televisi, dan internet.
2. Pencarian informasi tentang fasilitas dan pelayanan
terbaik yang diberikan oleh rumah sakit.
d). Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
Indikator-indikator yang terdapat dalam perilaku
terhadap lingkungan kesehatan, yaitu :
1. Penggunaan air bersih sangat penting untuk
kepentingan kesehatan
2. Pembuangan sampah dan limbah pada tempatnya.
3. Kebersihan tempat tinggal.
4. Sinar matahari yang cukup dan sirkulasi udara.
Cara ukur : menggunakan skala ordinal. Skala ordinal tidak hanya
mengkategorikan variabel-variabel untuk menunjukkan
perbedaan di antara berbagai kategori, tetapi juga
mengurutkannya ke dalam beberapa cara (Uma sekaran,
yang digunakan berdasarkan beberapa pilihan, maka
digunakanlah skala ordinal. Pilihan – pilihan tersebut
kemudian diurutkan dan diberi nomor 1 sampai dengan
5, yaitu:
1).Jawaban Sangat tinggi diberi skor 5
2).Jawaban Tinggi diberi skor 4
3).Jawaban Netral diberi skor 3
4).Jawaban Rendah diberi skor 2
5).Jawaban Sangat rendah diberi skor 1
E. Data yang diperlukan
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dari responden melalui
wawancara, observasi, pengisian kuesioner mengenai variabel-variabel
penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai tingkat
perilaku hidup sehat konsumen dan tingkat rutinitas pengunjung ambarukmo
Plaza dalam mengkonsumsi produk junk food.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi atau data
yang ada pada perusahaan, antara lain: sejarah perusahaan, tujuan perusahaan,
F. Populasi dan Sampel
Populasi adalah daerah generalisasi yang dikenai kesimpulan, populasi
merupakan sejumlah individu yang setidaknya mempunyai ciri atau sifat yang
sama. (Hadi, 2000:220). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi, adalah :
semua orang pengunjung Plaza Ambarrukmo. Jadi populasi dalam penelitian
adalah tidak terbatas.
Sampel adalah bagian dari populasi yang jumlahnya sesuai dengan ukuran yang
akan dijadikan sumber data yang sebenarnya yang diteliti, dengan memperhatikan
sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representative atau
benar-benar mewakili populasi. Dalam penilitian ini penulis mengambil sampel
sebanyak 100 orang pengunjung Ambarukmo Plaza yang secara rutin membeli
dan mengkonsumsi produk junk food, dengan rumus :
n > p.q (Za/2/e)
2 Keterangan :n = Jumlah sampel
Za/2 = Nilai Uji dengan tingkat signifikansi 5% ( Za/2 = 1.96)
e = Tingkat kesalahan yang ditolerir (10%)
p = Proporsi populasi yang diinginkan mempunyai
q = (1 – q ) = Proporsi yang diinginkan mempunyai karakteristik
tertentu
p.q = jika p dan q tidak diketahui, maka dapat diganti dengan 0.25.
Berdasarkan perhitungan rumus tersebut dapat dihasilkan jumlah
sampel (n) harus lebih besar dari 96 dan agar memudahkan
perhitungan maka dibulatkan menjadi 100 sampel responden.
Dalam penelitian kali ini penulis menggunakan teknik convenience
sampling, yaitu siapa saja yang kebetulan ditemui oleh peneliti dapat dijadikan sebagai sampel asalkan memenuhi syarat.
G. Pengujian Instrumen
Berdasarkan data yang diperoleh penulis lewat penyebaran kuesioner kepada
responden, maka penulis melakukan pengujian instrument terlebih dahulu.
Teknik pengujian instrument yaitu :
1. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Uji validitas ini dilakukan sebelum melakukan
penelitian atau diujikan pada kuesioner yang disebarkan sebagai sampel.
Rumus untuk menguji validitas suatu kuesioner digunakan rumus korelasi
(
)( )
(
)
[
∑
∑
]
[
∑
( )
∑
]
∑
∑
∑
−
−
−
=
2 2
2 2
Y
Y
N
X
X
N
Y
X
XY
N
r
xyKeterangan :
rxy = korelasi product moment
X = nilai masing-masing butir atau item
Y = nilai seluruh butir atau item
N = jumlah responden
Untuk menentukan apakah instrumen itu valid atau tidak, digunakan
ketentuan sebagai berikut :
a. Jika r hit ≥ r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df = N-2, maka
instrumen tersebut dikatakan valid.
b. Jika r hit < r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df = N-2, maka
instrumen tersebut dikatakan tidak valid.
2. Pengujian Reliabilitas kuesioner
Setelah koefisien korelasi item bernomor ganjil dan genap ditemukan,
maka digunakan rumus Spearman Brown untuk memperoleh koefisien
xy xy xx
r
r
r
+
=
1
2
Keterangan :
r
xx = Koefisien keterandalanr
xy = Korelasi antar item bernomor ganjil dan genap(koefisien korelasi product moment)
Untuk menentukan apakah instrumen itu reliabel atau tidak, digunakan
ketentuan sebagai berikut :
a. Jika r hit ≥ r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df = N-2, maka
instrumen tersebut dikatakan reliabel.
b. Jika r hit < r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df = N-2, maka
instrumen tersebut dikatakan tidak reliabel.
H. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah pertama digunakan rumus struges, yaitu :
1. Pemberian skor skala untuk variabel perilaku hidup sehat
a. Perilaku Terhadap Makanan dan Minuman
Untuk skor skala perilaku terhadap makanan dan minuman, item
i) Skor terkecil : 4 x 1 = 4
ii) Skor terbesar : 4 x 5 = 20
dalam menentukan interval yang digunakan untuk membentuk skala
perilaku terhadap makanan dan minuman maka digunakan rumus struges :
Range Ci =
K
20 – 4
= 5
= 3,2
Tabel Kategorisasi skor Terhadap Makanan dan Minuman
Skala Perilaku Terhadap Makanan dan Minuman
Rentang Skor Jumlah Responden Presentase
Kategori
16,8 – ≤ 20 Sangat Tinggi
13,6 – < 16,8 Tinggi
10,4 – <13,6 Sedang
7,2 – < 10,4 Rendah
b. Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit
Untuk skor skala perilaku terhadap makanan dan minuman, item
pertanyaan berjumlah 5, dengan skor 1,2,3,4,5.
i) Skor terkecil : 5 x 1 = 5
ii) Skor terbesar : 5 x 5 = 25
dalam menentukan interval yang digunakan untuk membentuk skala
perilaku terhadap makanan dan minuman maka digunakan rumus struges :
Range Ci =
K
25 – 5
= 5
= 4
Tabel Kategorisasi skor Terhadap Sakit dan Penyakit
Skala Perilaku terhadap Sakit dan Penyakit
Rentang Skor Jumlah Responden Presentase
Kategori
21 – ≤ 25 Sangat Tinggi
17 – < 21 Tinggi
13 – < 17 Sedang
9 – < 13 Rendah
c. Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
Untuk skor skala perilaku terhadap sistem Pelayanan Kesehatan, item
pertanyaan berjumlah 2, dengan skor 1,2,3,4,5.
i) Skor terkecil : 2 x 1 = 2
ii) Skor terbesar : 2 x 5 = 10
dalam menentukan interval yang digunakan untuk membentuk skala
perilaku terhadap makanan dan minuman maka digunakan rumus struges :
Range Ci =
K
10 – 2
= 5
= 1,6
Tabel Kategorisasi skor Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
Skala Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
Rentang Skor Jumlah Responden Presentase
Kategori
8,4 – ≤ 10 Sangat Tinggi
6,8 – < 8,4 Tinggi
5,2 – < 6,8 Sedang
3,6 – < 5,2 Rendah
d. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan
Untuk skor skala perilaku terhadap Lingkungan Kesehatan, item
pertanyaan berjumlah 4, dengan skor 1,2,3,4,5.
i) Skor terkecil : 4 x 1 = 4
ii) Skor terbesar : 4 x 5 = 20
dalam menentukan interval yang digunakan untuk membentuk skala
perilaku terhadap makanan dan minuman maka digunakan rumus struges :
Range Ci =
K
20 – 4
= 5
= 3,2
Tabel Kategorisasi skor Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
Skala Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan
Kesehatan
Rentang Skor Jumlah Responden Presentase
Kategori
16,8 – ≤ 20 Sangat Tinggi
13,6 – < 16,8 Tinggi
10,4 – <13,6 Sedang
7,2 – < 10,4 Rendah
2. Langkah selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, yaitu
: Untuk mengetahui hubungan variabel X dalam hal ini perilaku hidup
sehat dengan variabel Y yaitu frekuensi pembelian junk food, digunakan
alat analisis korelasi berganda dan korelasi Pearson Product Moment.
a. Analisis Korelasi Berganda
Teknik korelasi berganda digunakan untuk menentukan hubungan
antara perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap
sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan dan
perilaku terhadap lingkungan kesehatan dengan frekuensi pembelian
junk food. Untuk memperoleh hasil perhitungan koefisien korelasi berganda digunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2001 : 190) :
Keterangan :
= koefisien korelasi antara variabel X1, X2, dan X3 secara
bersama-sama dengan variabel Y
= koefisien korelasi Product Moment antara X1 dengan Y
= koefisien korelasi Product Moment antara X2 dengan Y
= koefisien korelasi Product Moment antara X1 dengan X2,
dan X3
b. Analisis Korelasi Pearson Product Moment
Analisis korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk
menentukan hubungan antara dua gejala interval. Gejala interval
adalah gejala yang menggunakan skala pengukuran yang sama. Rumus
koefisien korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2001 : 182) :
Keterangan :
r = koefisien korelasi antara Xi terhadap Y
Y = variabel frekuensi pembelian makanan junk food
Xi = variabel perilaku hidup sehat
Langkah selanjutnya untuk menguji hipotesis pertama adalah
menentukan H0 dan Ha :
H0 : r = 0, tidak ada hubungan antara perilaku hidup sehat dengan
Ha : r ≠ 0, ada hubungan antara perilaku hidup sehat dengan frekuensi
pembelian produk junk food.
Pada hakikatnya nilai korelasi dapat bervariasi dari -1 melalui 0 hingga 1.
a. Bila r = 0 atau r mendekati 0, berarti bahwa antara kedua variabel tidak
terdapat hubungan antara kedua variabel sangat lemah.
b. Bila r = +1, berarti bahwa kedua variabel mempunyai hubungan positif dan
sempurna (mendekati = 1 hubungan sangat kuat dan positif).
c. Bila r = -1, berarti kedua variabel mempunyai hubungan negatif dan
sempurna (mendekati -1 hubungan sangat kuat dan negatif).
Langkah selanjutnya memberikan interpretasi koefisien korelasi
dengan menggunakan pedoman sebagai berikut (Sugiyono, 2001 : 183) :
Tabel 3.1
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
I. Pengujian Hipotesis
1. Uji-F
Uji-F dimaksudkan untuk mengidentifikasi apakah secara simultan
variabel perilaku terhadap makanan dan minuman (X1), perilaku terhadap
sakit dan penyakit (X2), perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan (X3)
dan perilaku terhadap lingkungan kesehatan (X4) tersebut secara signifikan
dapat menjelaskan variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji-F
dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel perilaku terhadap makanan
dan minuman (X1), perilaku terhadap sakit dan penyakit (X2), perilaku
terhadap sistem pelayanan kesehatan (X3), dan perilaku terhadap lingkungan
kesehatan (X4) secara simultan mempunyai hubungan yang signifikan dengan
frekuensi pembelian junk food(Y).
Pengujian hipotesis dengan cara membandingkan probabilitas
distribusi hasil perhitungan dengan F tabel dan besarnya tingkat signifikan (α)
yang digunakan adalah 5 %.
Untuk menguji hipotesis ini dikemukakan hipotesis nol dan hipotesis
alternatif sebagai berikut :
H0 : Perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan
penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan dan perilaku
terhadap lingkungan kesehatan tidak mempunyai hubungan yang
Ha : Perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan
penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan dan perilaku
terhadap lingkungan kesehatan mempunyai hubungan yang signifikan
dengan frekuensi pembelian junk food.
Rumus :
Keterangan :
R2 = koefisien korelasi ganda
k = jumlah variabel X1-3
n = jumlah anggota sampel
F = Fhitung yang selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel
Jika Fhitung≥ Ftabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti perilaku terhadap
makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan penyakit, perilaku
terhadap sistem pelayanan kesehatan dan perilaku terhadap lingkungan
kesehatan secara simultan mempunyai hubungan yang signifikan dengan
frekuensi pembelian makanan junk food.
Jika Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak berarti perilaku terhadap
makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan penyakit, perilaku
kesehatan secara simultan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
frekuensi pembelian junk food.
2. Uji-t
Uji-t digunakan untuk menguji apakah ada hubungan secara parsial antara
perilaku hidup sehat dengan variabel frekuensi pembelian. Pengujian hipotesis
dengan cara membandingkan probabilitas distribusi hasil perhitungan dengan
nilai t tabel dan besarnya tingkat signifikan (α) yang digunakan adalah 5 %.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menghitung nilai t (Sugiyono, 2001
: 292) :
Rumus :
Keterangan :
t = t hitung yang dicari
r = koefisien korelasi
r2 = koefisien determinasi
n = jumlah sampel
Jika - ttabel > thitung > ttabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima, berarti perilaku
terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan penyakit,
lingkungan kesehatan secara parsial mempunyai hubungan yang signifikan
dengan frekuensi pembelian junk food.
Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti perilaku
terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan penyakit,
perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan dan perilaku terhadap
lingkungan kesehatan secara parsial tidak mempunyai hubungan yang
51 Gambaran Umum PlazaAmbarrukmo
Plaza Ambarrukmo merupakan Mall terbesar dan terlengkap yang ada di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Plaza yang mempunyai konsep
arsitektur sangat menarik ini terletak di Jalan Laksda Adisucipto yang
merupakan jalan strategis yang menghubungkan antara Yogyakarta,Solo dan
Surabaya. Plaza Ambarrukmo mempunyai 7 lantai ditempati oleh beberapa
Anchor Tenant dan junior Tenant seperti Carrefour, Centro Department Store,
Gramedia Book Store , Timezone, Cineplex 21, Food Court Tamansari , dan
Caesar Lounge & Café. Selain itu Plaza Ambarrukmo ditempati oleh beragam tenant yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan keluarga , orang tua dan
anak-anak mulai dari kebutuhan belanja bulanan, pakaian, hiburan, buku, salon,
perawatan tubuh hingga makanan. Sedangkan untuk area pameran Plaza ini
mempunyai beberapa area pameran yang dapat digunakan untuk pameran atau
event promosi lainnya yang terletak di Atrium GF dengan luas 796m2, Hall LG
dengan luas 384m2, Hall A Lt2 248m2 dan beberapa area Minihall yang
terletak disetiap lantai.
terletak di basement sampai dengan roof top, dan dikelola oleh perusahaan
pengelola parkir yang profesional dan sangat berpengalaman. Sistem
pengamanan di Plaza Ambarrukmo adalah sistem 24 jam dengan fasilitas
CCTV yang dipasang disetiap tempat strategis. Sistem keamanan & kebersihan
Plaza Ambarrukmo ditangani sangat profesional oleh perusahaan multi nasional
yang bereputasi internasioal.
Untuk menunjang kegiatan operasional Plaza Ambarrukmo mempunyai
fasilitas umum modern seperti 2 unit lift penumpang, 2 unit lift barang, 20 unit
escalator, 4 unit travelator, 2 unit smoking room, 1 unit baby's room, mushola,
loading dock dan toilet berkelas hotel berbintang yang terletak di setiap lantai.
Untuk pengunjung yang akan beristirahat sejenak Plaza Ambarrukmo
mempunyai taman yang asri lengkap dengan air mancur yang terletak di depan
sisi timur gedung, sedangkan untuk menunjang pelayanan prima yang selalu
menjadi tujuan, Plaza Ambarrukmo mempunyai Customer Service yang selalu
siap melayani baik itu pengunjung maupun penyewa.
Plaza Ambarrukmo dikelola dan dioperasikan oleh PT Putera Mataram Mitra Sejahtera, Perusahaan yang mempunyai sistem dan team manajemen
pengelolaan pusat retail yang sangat profesional dan mempunyai kapasitas dan
intregitas yang baik, menjadikan Plaza Ambarrukmo menjadi pusat
53
Untuk mengetahui gambaran penelitian ini, penulis menguraikan data-data
yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari
kuesioner yang dibagikan di setiap lantai kepada responden di Ambarukmo Plaza
Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian penulis pada 100 responden yaitu
pengunjung Ambarukmo Plaza yang mengkonsumsi produk junk food, maka selanjutnya penulis akan menganalisis data yang telah dikumpulkan. Analisis data
dibagi menjadi 2 bagian yaitu pengujian instrumen terdiri dari uji validitas dan uji
reliabilitas,analisis data terdiri dari analisis persentase, korelasi sederhana dan uji
F.
A. Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Perhitungan uji validitas dilakukan pada 30 responden
menggunakan program SPSS (Statistical Program for Society Science) 15.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Ketentuan
taraf signifikansi 5% atau 0,05 dan derajat kebebasan (df) = N-2. Berdasarkan
taraf signifikansi 5% atau 0,05 dan derajat kebebasan (df ) = 30-2 yaitu 28,
maka didapat r tabel sebesar 0,239. Hasil pengujian validitas menggunakan
program SPSS 15 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel V.1
Hasil Uji Validitas Perilaku Terhadap Makanan dan Minuman
Butir r hitung r tabel Status
Makanan 1 0,472 0,239 Valid
Makanan2 0,519 0,239 Valid
Makanan3 0,683 0,239 Valid
Makanan4 0,597 0,239 Valid
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel V.1 menunjukkan bahwa pernyataan perilaku terhadap makanan dan
minuman butir 1 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu 0,472 > 0,239, berarti
pernyataan perilaku terhadap makanan dan minuman butir 1 valid. Pernyataan
perilaku terhadap makanan dan minuman butir 2 memiliki nilai r hitung > r
tabel yaitu 0,519 > 0,239, berarti pernyataan perilaku terhadap makanan dan
minuman butir 2 valid. Pernyataan perilaku terhadap makanan dan minuman
butir 3 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu 0,689 > 0,239, berarti
perilaku terhadap makanan dan minuman butir 4 memiliki nilai r hitung > r
tabel yaitu 0,597 > 0,239, berarti pernyataan perilaku terhadap makanan dan
minuman butir 4 valid. Maka dapat disimpulkan bahwa
pertanyaan-pertanyaan pada bagian perilaku terhadap makanan dan minuman valid,
karena r hitung > r tabel.
Tabel V.2
Hasil Uji Validitas Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit
Butir r hitung r tabel Status
Sakit1 0,863 0,239 Valid
Sakit2 0,617 0,239 Valid
Sakit3 0,806 0,239 Valid
Sakit4 0,640 0,239 Valid
Sakit5 0,474 0,239 Valid
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel V.2 menunjukkan bahwa perilaku terhadap sakit dan penyakit butir
1 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu 0,863 > 0,239, berarti pernyataan
perilaku terhadap sakit dan penyakit butir 1 valid. Pernyataan perilaku
terhadap sakit dan penyakit butir 2 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu
0,617 > 0,239, berarti pernyataan perilaku terhadap sakit dan penyakit butir 2
hitung > r tabel yaitu 0,806 > 0,239, berarti pernyataan perilaku terhadap
sakit dan penyakit butir 3 valid. Pernyataan perilaku terhadap sakit dan
penyakit butir 4 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu 0,640 > 0,239, berarti
pernyataan perilaku terhadap sakit dan penyakit butir 4 valid. Pernyataan
perilaku terhadap sakit dan penyakit butir 5 memiliki nilai r hitung > r tabel
yaitu 0,474 > 0,239, berarti pernyataan perilaku terhadap sakit dan penyakit
butir 5 valid. Maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan pada bagian perilaku
terhadap sakit dan penyakit valid, karena r hitung > r tabel.
Tabel V.3
Hasil Uji Validitas Sistem Pelayanan Kesehatan
Butir r hitung r tabel Status
Kesehatan1 0,591 0,239 Valid
Kesehatan2 0,591 0,239 Valid
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel V.3 menunjukkan bahwa perilaku terhadap sistem pelayanan
kesehatan butir 1 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu 0,591 > 0,239, berarti
pernyataan perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan butir 1 valid.
Pernyataan perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan butir 2 memiliki
nilai r hitung > r tabel yaitu 0,591 > 0,239, berarti pernyataan perilaku
bahwa pernyataan pada bagian perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
valid, karena r hitung > r tabel.
Tabel V.4
Hasil Uji Validitas Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan
Butir r hitung r tabel Status
Lingkungan1 0,683 0,239 Valid
Lingkungan2 0,842 0,239 Valid
Lingkungan3 0,586 0,239 Valid
Lingkungan4 0,760 0,239 Valid
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel V.4 menunjukkan bahwa pernyataan perilaku terhadap
lingkungan kesehatan butir 1 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu 0,683 >
0,239, berarti pernyataan perilaku terhadap lingkungan kesehatan butir 1
valid. Pernyataan perilaku terhadap lingkungan kesehatan butir 2 memiliki
nilai r