• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP SEHAT DAN FREKUENSI PEMBELIAN MAKANAN JUNK FOOD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU HIDUP SEHAT DAN FREKUENSI PEMBELIAN MAKANAN JUNK FOOD"

Copied!
220
0
0

Teks penuh

(1)

oleh :

Pandu Prasetyo

NIM : 042214031

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

oleh :

Pandu Prasetyo

NIM : 042214031

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HidupLah Seperti Pohon Kayu Yang Lebat Buahnya, Hidup di Tepi Jalan dan Dilempari Orang Dengan Batu,

Tetapi di Balas Dengan Buah..

(Abu Bakar Sibli)

Aku Ramah Bukan Berarti Takut

Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk

Karya ini kupersembahkan untuk :

ƒ Yesus Kristus penerang jalan dan penyelamatku

ƒ Bunda Maria yang menyertaiku

ƒ Bapak dan Mamah yang tercinta

ƒ Adekku yang tersayang

(6)
(7)

vi ABSTRAK

Hubungan Perilaku Hidup Sehat dan Frekuensi Pembelian Junk Food

Studi pada Pengunjung Remaja Plaza Ambarrukmo Yogyakarta

Pandu Prasetyo

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1). Tingkat perilaku hidup sehat remaja pengunjung plaza ambarrukmo, 2). hubungan antara perilaku hidup sehat dengan frekuensi pembelian makanan junk food.

Penelitian ini dilakukan dengan cara studi kasus pada pengunjung remaja Plaza Ambarrukmo Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Populasi dari penelitian ini adalah pengunjung remaja Plaza Ambarrukmo Yogyakarta yang mengkonsumsi makanan

junk food Yogyakarta. Sampel yang diteliti sebanyak 100 responden. Teknik

sampling yang digunakan adalah Convenience Sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, analisis persentase, korelasi berganda, korelasi pearson product moment, Uji F dan Uji t.

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa : 1). Remaja pengunjung plaza ambarrukmo memiliki tingkat perilaku hidup sehat yang tinggi 2). Variabel perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan dan perilaku terhadap lingkungan kesehatan memiliki kecenderungan hubungan yang negatif terhadap frekuensi pembelian junk food.

(8)
(9)
(10)

ix

atas segala berkat, kasih serta anugrahNya yang senantiasa penulis rasakan dari awal

sampai akhir penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Perilaku Hidup Sehat dan

Frekuensi Pembelian Junk Food: Studi Kasus Pada Pengunjung Remaja Plaza Ambarrukmo Yogyakarta”. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen,

Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya motivasi, bimbingan, dan bantuan dari

berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, dalam

kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi

Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Drs. A. Triwanggono, M.S., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan, koreksi, pengetahuan, motivasi dan saran dalam penulisan

skripsi ini.

4. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku dosen pembimbing II yang telah

banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, koreksi, motivasi dan saran dalam

(11)

x

6. Bapak dan Mamah terimakasih atas doa yang tak pernah henti dan cinta kasih yang

telah kalian ajarkan kepada aku hingga dapat aku terapkan saat ini.

7. Adek putri yang selalu berharap aku cepat lulus agar dapat meringankan beban Bapak

8. Eyang Notodihardjo yang telah memberikan kasih sayang dan semangat.

9. si jegeg ngontel, makasih telah mengisi hatiku dan menjadikan aku orang yang bisa

tersenyum terus, I WiLL do AnYtHiNg FoR Love!!!!!!!!!!!!

10.Sahabat-sahabat De Britto lulusan ’04, mari kita berjuang bersama demi merah-putih,

salam VOX POPULI VOX DEI..

11.Sahabat-sahabat BOXER, salam BOX!

12.Keluarga cemara yang telah memberikan banyak arti kehidupan , ciayooo semangat !

13.D’Cakep kontrakan (brorduz,si blaw,loren,helmi,vQcina,billy): ayo cah do LULUs,

ora mung tungkrang-tungkrung ae

14.Mas Kiat Sugiharjo, selaku Direktur PT. Surya Agung Tour, trimakasih untuk

pengalaman kerja yang telah diberikan

15.Teman-teman Manajemen A ’04 seperjuangan

16.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, makasih buat

(12)

xi

dan kritik yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Yogyakarta, 2009

Penulis

(13)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... v

ABSTRAK ……… vi

ABSTRACT ………. vii

KATA PENGANTAR ……….. ix

DAFTAR ISI ……… xii

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ……… 4

C. Batasan Masalah ……….. 4

D. Tujuan Penelitian ………. 5

E. Manfaat Penelitian ……… 5

F. Sistematika Penulisan ……… 6

BAB II LANDASAN TEORI A Pengertian Perilaku Konsumen……….. 8

B Proses Pembelian……… 12

(14)

xiii

G. Kerangka Pemikiran ………. 29

H. Hipotesis Penelitian ……… 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………. 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 31

C. Subyek dan Objek Penelitian ………... 31

D. Variabel Penelitian ………... 32

E. Data yang Diperlukan ……….. 35

F. Populasi dan Sampel ……… 36

G. Pengujian Instrumen ……….. 37

H. Teknik Analisis Data ……… 39

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Plaza Ambarrukmo ………. 51

B. Tenant Yang Menempati Plaza Ambarrukmo ……….. 53

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Instrumen ………. 78

B. Analisis Data ……… 85

(15)

xiv

Goreng Fried Chicken ……….. 95

2. Pengujian Hipotesis Kelompok Responden Yang Hanya Mengkonsumsi Mie Instant ……… 104 3. Pengujian Hipotesis Kelompok Responden Yang Hanya Mengkonsumsi Jenis

Pizza ……… 113 4. Pengujian Hipotesis Kelompok Responden Yang Hanya Mengkonsumsi Ayam

Goreng Fried Chicken dan Mie Instant ……….. 121

5. Pengujian Hipotesis Kelompok Responden Yang Hanya Mengkonsumsi Ayam

Goreng Fried Chicken, Mie Instant dan Hamburger ………. 129 6. Pengujian Hipotesis Kelompok Responden Yang Hanya Mengkonsumsi Ayam

Goreng Fried Chicken, Mie Instant, Hamburger dan Pizza ……….. 137

D. Pembahasan ……… 146

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN

A. Kesimpulan ……… 151

B. Saran ……….. 152

C. Keterbatasan Penelitian ………... 153

DAFTAR PUSTAKA

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pengetahuan merupakan salah satu cara penting yang

mengakibatkan konsumen memiliki perbedaan dalam hal perilaku

konsumen. Pengetahuan dan hasil belajar dapat didefinisikan sebagai

informasi yang disimpan dalam ingatan. (Engel et.,al 1994). Informasi

yang masuk dan disimpan menjadi sebuah pengetahuan dapat diterima dari

berbagai masukan.

Pada umumnya masyarakat yang berpendidikan tinggi adalah

sekelompok masyarakat yang memiliki input atau masukan yang lebih

dalam artian bahwa mereka selalu mendapat informasi yang lebih bisa

melalui media cetak ataupun elektronik sehingga mereka memiliki

pengetahuan lebih banyak. Oleh karena itu seharusnya memiliki indikasi

makin sadar akan pentingnya hidup sehat, oleh karenanya mereka akan

lebih memilih produk yang bertanggung jawab terutama dari segi

kesehatan. Perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu hal-hal

yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk juga

tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih

(17)

Perubahan selera masyarakat yang didorong oleh perubahan pola

hidup sehat merupakan peluang, dimana era modern ini mendorong

masyarakat untuk hidup praktis sehingga banyak sekali produsen-produsen

junk food yang berkaliber multinasional berlomba-lomba melakukan investasi karena melihat satu celah dimana masyarakat Indonesia mulai

menuju masyarakat yang instant, keadaan ini dibarengi dengan perubahan

gaya hidup dan kebiasaan makan. Pola makan, terutama di kota besar,

bergeser dari pola makan tradisional ke pola makan barat yang dapat

menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan tersebut

merupakan jenis-jenis makanan yang bermanfaat, akan tetapi secara

potensial mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori jika tidak

dikonsumsi secara rasional. Berbagai makanan yang tergolong junk food

tersebut adalah kentang goreng, ayam goreng, hamburger, soft drink, pizza, hotdog, donat, dan lain-lain.

Perubahan gaya hidup dalam hal ini adalah pola makan junk food

membawa dampak yang besar dan merugikan bagi anak-anak maupun

remaja di Indonesia, bisa dikatakan bahwa masyarakat dituntut untuk bisa

menyelami budaya ini, keadaan ini diperkuat dengan iklan – iklan junk food di televisi ditayangkan dengan penuh sejuta kelezatan alhasil banyak sekali anak-anak di Indonesia terpengaruh dengan iklan ini dan pada

akhirnya lidah – lidah mereka menjadi cinta makanan “barat” dan lambat

(18)

mengadopsi budaya ini, banyak aspek kehidupan yang akan menghilang,

mereka menjadi seseorang yang tidak cinta akan masakan orangtuanya

sendiri sekaligus mereka menuntut agar orangtuanya dapat membelikan

makanan – makanan itu, apabila semuanya itu sudah mengendap dalam

diri mereka berarti akan ada satu sikap penyingkiran terhadap makanan –

makanan Indonesia seperti : gudeg, ketoprak, tiwul, dll tergantikan oleh

junk food.

Produsen junk food dihadapkan pada dua belah pihak yang saling bertentangan. Disatu pihak produk junk food yang selalu mengutamakan kebersihan dipandang oleh sebagian masyarakat sebagai produk sehat.

Namun disisi lain produk junk food memiliki kandungan kolesterol cukup tinggi oleh sebagian orang diyakini memiliki dampak kurang baik

terhadap kesehatan karena kolesterol dapat memicu timbulnya penyakit

jantung koroner. Dengan adanya dua pandangan yang berbeda dalam

memandang produk junk food sebagai makanan sehat sekaligus makanan yang kurang baik bagi kesehatan menimbulkan suatu kekuatan sekaligus

kelemahan produk-produk junk food.

Berangkat dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang analisis perilaku konsumen terhadap

keputusan pembelian. Dari gamabarn tersebut, maka penulis mengambil

judul “Hubungan Perilaku Hidup Sehat dan Frekuensi Pembelian

(19)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah,

1. Seberapa tinggi perilaku hidup sehat pengunjung Plaza Ambarrukmo? 2. Apakah perilaku hidup sehat memiliki hubungan secara simultan dan

parsial terhadap frekuensi pembelian produk junk food?

C. Batasan Masalah

Agar masalah yang diteliti ini tidak terlampau luas penulis memberikan

batasan-batasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan di Plaza Ambarrukmo.

2. Penelitian ini ditujukan kepada remaja yang pernah membeli dan

mengkonsumsi produk junk food .

3. Produk makanan junk food yang diteliti dalam penelitian ini adalah ayam goreng fried chicken, mie instan, pizza, hamburger, dan hotdog

4. Perilaku hidup sehat dalam penelitian ini mengacu pada perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan, termasuk juga tindakan-tindakan untuk memilih makanan

dan minuman, pencegahan sakit dan penyakit dan perilaku terhadap

(20)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian kali ini memiliki beberapa tujuan yaitu, untuk mengetahui tingkat

perilaku hidup sehat pengunjung remaja plaza ambarukmo dan hubungan

antara perilaku hidup sehat dengan frekuensi pembelian produk makanan

junk food.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian kali ini adalah:

1. Bagi produsen Junk Food khususnya, dengan penelitian kali ini mereka bisa melihat bagaimana realita tentang perilaku hidup sehat

konsumen junk food dan hubungannya terhadap frekuensi pembelian

junk food.

2. Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi kesempatan bagi penulis

untuk menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama masa kuliah

serta menambah wawasan penulis.

3. Bagi masyarakat umum, penelitian ini akan mampu menjelaskan lebih

banyak mengenai tingkat perilaku hidup sehat dari konsumen junk food.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi tambahan referensi pada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi

(21)

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari enam bab, yaitu pendahuluan, landasan teori,

metode penelitian, gambaran umum perusahaan, analisis data dan

pembahasan, serta kesimpulan dan saran

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan akan dijelaskan mengenai latar belakang

masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab landasan teori akan dijelaskan mengenai teori-teori yang

berkaitan dengan permasalahan-permasalahan dan konsep yang

mendasari perumusan masalah.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab metode penelitian akan dijelaskan mengenai jenis

penelitian, waktu penelitian,waktu oenelitian, lokasi penelitian,

subjek dan objek penelitian, sumber data, metode pengumpulan

data, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, teknik

pengujian kuisioner, dan metode analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab gambaran umum perusahaan akan dikemukakan

(22)

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab analisis data akan dijelaskan analisis data dan

pembahasannya.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab kesimpulan dan saran akan diuraikan mengenai

kesimpulan dari analisis data yang ada serta saran yang dapat

diberikan oleh penulis kepada perusahaan.

(23)

8 A. Perilaku Konsumen

Keberhasilan pemasaran tidak akan lepas dari mampu atau tidaknya

sebuah perusahaan mengenali segala sesuatu yang berkaitan dengan

kebutuhan, keinginan dan permintaan konsumen. Berkaitan dengan hal

tersebut maka perusahaan harus mampu menjaga serta memelihara hubungan

dengan konsumen yang telah ada dan harus berusaha memperoleh konsumen

baru. Dalam upaya menjaga hubungan dengan konsumen tersebut maka

perusahaan atau produsen perlu memahami perilaku konsumen.

Engel, James F.(1994) dalam bukunya consumer behavior

mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung

terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau

jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan

(24)

they buy it, how often they use it, how they evaluate it after the purchase and the impact of such evaluations on future purchases, and how they dispose of it.

Perilaku konsumen timbul oleh adanya beberapa bentuk interaksi

antara faktor-faktor lingkungan disatu pihak dan individu dipihak lain. Ada

beberapa teori tentang perilaku konsumen yaitu :

1. Teori Ekonomi Mikro

Teori ekonomi mikro dikembangkan oleh para ahli ekonomi klasik

seperti Adam Smith. Adam Smith mengembangkan doktrin suatu

pertumbuhan ekonomi yang didasarkan atas prinsip bahwa manusia

dalam segala tindakannya didorong atas kepentingannya sendiri.

Sedangkan Jeremy Bentham memandang bahwa manusia sebagai

makhluk yang memperhitungkan dan mempertimbangkan untung rugi

yang akan didapat dari segala tingkah laku yang akan dilakukannya.

Pandangan keduanya ini yang pada akhir abad 19 ditetapkan pada teori

perilaku konsumen.

Berbeda dengan para ahli ekonomi klasik diatas, ahli ekonomi Neo

klasik sedikit menyempurnakan teori diatas yaitu dengan “teori kepuasan

marginal” dalam teori tersebut setiap konsumen akan berusaha

(25)

sebuah produk untuk jangka waktu yang lama bila ia mendapatkan

kepuasan dari produk yang sama yang telah dikonsumsinya.

2. Teori Psikologis

Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang

selalu dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan.

Ada beberapa teori yang termasuk dalam teori ini, yang secara garis

besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

A. Teori belajar

Dikembangkan oleh ahli-ahli psikologi seperti Ivan Pavlov, ada

empat komponen pokok teori belajar yaitu:

a. Drive (dorongan) adalah: rangsangan kuat dalam diri

sesorang yang memaksa untuk bertindak

b. Clue (petunjuk) adalah : Rangsangan yang lebih lemah yang

akan menentukan kapan, dimana dan bagaimana tanggapan

subyek.

c. Response (tanggapan) adalah: merupakan reaksi seseorang

terhadap kombinasi petunjuk.

d. Reinforcement (penguatan) adalah: terjadi bila perilaku

(26)

B. Teori Psikhoanalistis

Menurut Freud perilaku manusia dipegaruhi oleh adanya

keinginan yang terpaksa dengan adanya motif yang

tersembunyi. Perilaku manusia selalu merupakan hasil

kerjasama dari ketiga aspek dalam struktur kepribadian

manusia, yaitu:

a. Id yaitu: aspek biologis dan merupakan aspek yang penting

dalam kehidupan manusia

b. Ego yaitu: aspek psikologis dari kepribadian dan timbul

karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara

baik dengan dunia kenyataan.

c. Super ego yaitu: Merupakan aspek sosiologis dari

kepribadian. Aspek ini dapat dianggap sebagai aspek moral

dari kepribadian.

3. Teori Sosiologis

Pada teori sosiologis lebih dititik berakan kepada hubungan dan

pengaruh antara individu-individu yang dikaitkan dengan perilaku

mereka, lebih mengutamakan perilaku kelompok dan bukan perilaku

(27)

4. Teori Anthropologis

Yang ditekankan pada teori ini adalah perilaku pembelian dari suatu

kelompok masyarakat, tetapi kelompok yang dimaksudkan dalam teori

ini bukannya kelompok kecil seperti keluarga, melainkan kelompok

besar atau kelompok yang memiliki ruang lingkup lebih luas.

B. Proses Pembelian

Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan yaitu niat dan

pengaruh lingkungan. Niat pada umumnya dirujuk sebagai pembelian yang

terencana sepenuhnya. Namun selain dengan niat beberapa pembelian

didorong oleh sesuatu pembelian berdasarkan impuls yang terjadi ketika

konsumen mengalami desakan tiba-tiba, yang biasanya kuat dan menetap

unuk membeli sesuatu dengan segera. Impuls untuk membeli ini kompleks

secara hedonik dan mungkin akan merangsang konflik emosional. Juga,

pembelian berdasarkan impuls cenderung terjadi dengan perhatian yang

berkurang pada akibatnya. (Engel, et.al 1995)

Rook dalam penelitiannya seperti yang dikutip oleh Engel

mengemukakan bahwa pembelian berdasarkan impuls mungkin memiliki satu

atau lebih karakteristik ini:

1. Spontanitas

2. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas.

(28)

4.Ketidakperdulian akan akibat.

Pengaruh situasi bisa dibagi menurut beberapa situasi, yaitu:

1. Situasi komunikasi yang dapat didefinisikan sebagai latar dimana

konsumen dihadapkan pada komunikasi pribadi atau non pribadi.

Komunikasi pribadi dapat meliputi percakapan yang mungkin dilakukan

oleh konsumen dengan orang lain. Sedangkan komunikasi non pribadi

adalah sebuah komunikasi yang melibatkan stimulus yang luas

cakupannya seperti iklan dan program serta publikasi yang berorientasi

konsumen.

2. Situasi pembelian lebih mengacu pada alasan dimana konsumen

memperoleh produk dan jasa. Pengaruh situasi sangat biasa ditemui

selama pembelian

3. Siuasi pemakaian yang mengacu pada alasan dimana konsumsi terjadi.

Dalam banyak kejadian, situasi pembelian dan pemakaian sebenarnya

sama.

Tahap – tahap dalam proses kegiatan suatu pembelian, sebagai berikut:

a. Kebutuhan yang dirasakan

b. Keputusan sebelum membeli

c. Keputusan untuk membeli

d. Perilaku untuk membeli

(29)

C. Pengambilan Keputusan Pembelian

Menurut Amirulah (2002:61), pengambilan keputusan dapat diartikan

sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternative sesuai

dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan

yang dianggap paling menguntungkan. Proses pemilihan dan penilaian itu

biasanya diawali dengan mengidentifikasi masalah utama yang mempengaruhi

tujuan, menyusun, menganalisis, dan memilih berbagai alternative tersebut dan

mengambil keputusan yang dianggap paling baik. Langkah terakhir dari proses

situ merupakan sistem evaluasi untuk menentukan efektifitas dari keputusan

yang telah diambil.

1. Tingkatan pengambilan keputusan konsumen

Tidak semua situasi pengambilan keputusan konsumen berada dalam

tingkatan yang sama. Jika semua keputusan pembelian memerlukan usaha

yang lebih luas, kemudian konsumen mengambil keputusan itu walaupun

dengan proses yang cukup melelahkan, maka keputusan harus tetap diambil.

Sebaliknya, ada sebagian konsumen yang begitu mudah mengambil

keputusan. Kondisi ini terjadi karena konsumen sudah menganggap bahwa

(30)

Berdasarkan pola hubungan antara jenis usaha (masalah) yang paling

tinggi dan usaha yang paling rendah, maka kita dapat membedakan tiga

tingkatan pengambilan keputusan konsumen:

a. extensive problem solving. Pada tingkat ini konsumen sangat membutuhkan banyak informasi untuk lebih meyakinkan putusan

yang diambilnya. Konsumen dalam hal ini telah memiliki

kriteria-kriteria khusus terhadap barang yang akan dipilihnya. Pengambilan

keputusan extensive juga melibatkan keputusan multi pilihan dan

upaya kognitif serta perilaku yang cukup besar. Akhirnya,

pengambilan keputusan ini cenderung membutuhkan waktu yang

cukup lama.

b. limited problem solving. Pada tingkat ini konsumen tidak begitu banyak memerlukan informasi, akan tetapi konsumen tetap perlu

mencari-cari informasi untuk lebih memberikan keyakinannya.

Biasannya konsumen yang berada pada tingkat ini selalu

membandingkan merek atau barang dengan menggali terus

informasi-informasi. Disini lebih sedikit alternatif yang

dipertimbangkan dan demikian pula dengan proses integrasi yang

dibutuhkan. Pilihan yang melibatkan pengambilan keputusan

terbatas biasanya cukup cepat, dengan tingkat upaya kognitif dan

(31)

c. Routinized response behavior. Karena konsumen telah memiliki banyak pengalaman membeli, maka informasi biasanya tidak

diperlukan lagi. Informasi yang dicari hanyalah untuk

membandingkan saja, walaupun keputusan itu sudah terpikirkan oleh

mereka. Dibandingkan dengan tingkat yang lain, perilaku pilihan

rutin membutuhkan sangat sedikit kapasitas kognitif atau kontrol

sadar. Pada dasarnya, rencana keputusan yang telah dipelajari

konsumen diaktifkan kembali dari ingatan dan dilakukan secara

otomatis untuk menghasilkan perilaku konsumen.

2. Komponen dan Proses Keputusan

Ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku (keputusan membeli)

konsumen. Faktor-faktor itu dapat berasal dari luar diri konsumen (external influence) dan juga berasal dari dalam diri konsumen (psychological influence). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka komponen utama yang mempengaruhi keputusan membeli konsumen dapat

digolongkan menjadi tiga macam:

a. Komponen input. Komponen ini dapat juga disebut sebagai pengaruh

eksternal, yang dapat diklasifikasikan dalam dua sumber, yaitu:

(32)

lingkungan sosial-budaya (keluarga, sumber informal, klas sosial,

budaya dan sub-budaya).

b. Komponen Proses. Komponen ini sudah mengarah pada pengambilan

keputusan konsumen. Selain dipengaruhi oleh external influence, komponen ini juga melibatkan faktor-faktor seperti: motivasi,

persepsi, belajar, kepribadian dan sikap. Dalam proses pengambilan

keputusan, faktor-faktor itu mengarah pada upaya penemuan

masalah, pencarian informasi, evaluasi, pemilihan.

c. Komponen Output. Bagian output dari pengambilan keputusan

konsumen mengarah pada dua bentuk kegiatan dan sikap, yaitu

perilaku membeli dan evaluasi pasca pembelian. Hasil akhir dari dua

kegiatan itu adalah meningkatkan kepuasan lewat barang yang dibeli

oleh konsumen.

Herbert A. Simon mengajukan model yang bermanfaat sebagai dasar dalam

proses pengambilan keputusan. Model tersebut memuat tiga tahap pokok,

yaitu sebagai berikut:

a.Riset, yaitu mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan

keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan diuji untuk dijadikan

arah tindakan yang dapat mengidentifikasi masalah.

b. Perancangan, yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis

(33)

untuk memahami masalah, menghasilkan pemecahan, dan menguji

kelayakan pemecahan tersebut.

c.Pemilihan, yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari totalitas yang

ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.

D. Perilaku Perkembangan Psikologis Remaja

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kecenderungan perilaku

konsumtif remaja, antara lain karakteristik masa remaja yang merupakan masa

transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa. Pada masa peralihan ini, status

individu tidaklah jelas karena remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan

orang dewasa. Kebutuhan untuk memiliki dan menemukan identitas pribadi yang

khas menjadi sangat penting dan diwujudkan melalui proses identifikasi dengan

teman sebaya atau tokoh idola tertentu. Kondisi inilah yang menyebabkan remaja

mudah terpengaruh oleh teman sebayanya dalam mengkonsumsi suatu produk

dan meniru mode terbaru yang ditawarkan pada berbagai media massa. Remaja

membeli dan mencoba produk – produk baru berkaitan dengan usahanya untuk

mengekspresikan identitas serta usaha untuk memperoleh penerimaan dan

pengakuan sosial dari teman sebayanya (Santrock, 1995: 44).

E. Perilaku Hidup Sehat

Pada awal abad ke 20 Winslow membuat batasan mengenai kesehatan

(34)

meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat

untuk: perbaikan lingkungan sanitasi, pemberantasan penyakit menular,

pendidikan untuk kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan-pelayanan

medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan. Pengembangan

rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang

layak dalam memelihara kesehatannya.

Bentuk kesadaran akan hidup sehat biasanya dimulai dari perubahan perilaku

kesehatan. Dimana perilaku kesehatan dibentuk oleh suatu proses pendidikan

kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh Prof.Dr.Soekidjo Notoatmodjo bahwa

pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka

menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan

berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran

dari pendidikan kesehatan.

Seperti yang diungkapkan Skinner seorang ahli perilaku dikatakan bahwa

perilaku adalah hasil hubungan antara stimulus (rangsangan) dan response

(tanggapan). Secara lebih operasional dapat diartikan bahwa perilaku adalah suatu

respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subyek

tersebut. Sedangkan perilaku kesehatan yaitu Respon tersebut terbentuk dua

macam yaitu: (Notoatmodjo, 1997)

1. Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi didalam diri

(35)

2. Bentuk aktif adalah apabila perilaku tersebut dapat dengan jelas dilakukan

observasi secara langsung.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon terhadap stimulus yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta

lingkungan. Respon tersebut dapat bersifat pasif maupun aktif, sedangkan kriteria

orang memiliki perilaku hidup sehat adalah seberapa jauh sesorang menerapkan

empat unsur pokok dari stimulus kesehatan di praktekkan dalam kehidupan sehari

– hari.

Ada empat unsur pokok dari stimulus perilaku kesehatan, yaitu:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia

berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit

atau rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif

(tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit tersebut.

Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan

tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

(health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, mandi dua kali sehari, menggosok gigi dan lain-lain.

b. Perilaku pencegahan penyakit (health preevention behaviour) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai

(36)

sumber air sehat, cukup kualitas maupun kuantitas, harus ada tempat

pembuangan kotoran sampah dan air limbah yang baik, harus dapat

mencegah perkembangbiakan vaktor penyakit seperti: nyamuk, lalat,

tikus dan sebagainya. Termasuk perilaku untuk tidak menularkan

penyakit kepada orang lain.

c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari

pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri,

dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan

tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya

melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka

pemulihan kesehatannya).

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern

maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas

(37)

terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas,

petugas dan obat-obatan.

3. Perilaku terhadap makanan

Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini

meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta

unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan,

dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.

Makanan higienis, yaitu makanan yang tidak mengandung kuman penyakit

dan tidak boleh bersifat meracuni tubuh serta lezat rasanya, Syarat-syarat itu

adalah sebagai berikut :

a. Harus cukup mengandung kalori

b. Protein yang dikonsumsi harus mengandung kesepuluh asam

amino utama, yaitu lipsin, triptopan, histidin, penilalanin,

leusin, isoleusin, threonin, metionin, valin, dan arginin.

c. Harus cukup mengandung vitamin

d. Harus cukup mengandung garam mineral dan air

e. Perbandingan yang baik antara sumber karbohidrat, protein dan

lemak.

Selain syarat-syarat diatas, agar memberikan kesehatan bagi tubuh, sebaiknya

(38)

a. Mudah dicerna oleh alat pencernaan

b. Bersih, tidak mengandung bibit penyakit, karena hal ini tentu

akan membahayakan kesehatan tubuh serta tidak bersifat racun

bagi tubuh.

c. Jumlah yang cukup dan tidak berlebihan

d. Tidak terlalu panas pada saat disantap. Makanan yang terlalu

panas disajikan mungkin sekali dapat merusak gigi dan

mengunyah pun tidak dapat sempurna.

e. Bentuknya menarik dan rasanya enak

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan

Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behaviour) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan

manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu

sendiri.

Perilaku ini antara lain mencakup :

a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen

manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

Kualitas yang baik untuk air rumah tangga harus memenuhi 3 syarat,

yaitu:

1. Syarat fisik, yaitu air harus jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan

(39)

2. Syarat kimiawi, yaitu air tidak mengandung zat racun (toksin),

tidak mengandung mineral-mineral, dan zat organik yang lebih

tinggi dari jumlah yang ditentukan. Misalnya zat besi (Fe) tidak

boleh lebih dari 0,10 mg per liter, sulfat tidak boleh lebih dari

250,00 mg per liter, timah hitam tidak boleh lebih dari 0,05 mg per

liter, zat organk tidak boleh lebih dari 10,00 mg per liter. pH

(keasaman) antara 6-8. kesadahan antara 5-10 derajat jerman (1

derajat jerman = 10 mg CaCo per liter)

3. Syarat bakteriologis, yaitu air tidak boleh mengandung kuman

penyakit menular, antara lain Cholera dan Paracholera Eltor,

Typhus abdominalis dan Parathypus A, B dan C, Dysenteria

bacillaris dan Dysenteria amoebica, Hepatitis infectiosa,

Poliomyelitis anterior acuta, dan cacing. Untuk kepentingan air

minum hendaknya air dimasak sampai mendidih agar semua

bakteri parasit mati.

b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut

segi - segi higienis, pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.

c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah

cair. Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah

yang sehat serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik. Untuk

tempat sampah di tiap rumah tangga isinya cukup 1 meter kubik.

(40)

dapur, karena akan merupakan gudang makanan bagi tikus sehingga

rumah banyak tikusnya.

Tempat sampah sebaiknya:

1. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah

rusak

2. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau

hewan lainnya seperti tikus, kucing, ayam dan sebagainya

3. Ditempatkan di luar rumah. Jika pengumpulannya dilakukan

oleh pemerintah, tempatkanlah tempat sampah sedemikian

rupa sehingga karyawan pengumpul sampah mudah

mengambilnya

d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,

pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk

(vektor) dan sebagainya.

E. Bahan Makanan Penyusun Junk Food

Junk food adalah kata lain untuk makan yang jumlah kandungan nutrisinya terbatas. Umumnya, yang termasuk dalam golongan junk food adalah makanan yang kandungan garam, gula, lemak, dan kalorinya tinggi, tetapi

kandungan gizinya sedikit. Yang paling mudah masuk dalam jenis ini adalah

(41)

makanan pencuci mulut yang manis, makanan fast food yang digoreng, dan minuman bersoda atau minuman berkarbonasi. Biasanya makanan yang punya

label junk food ini kandungan protein, vitamin atau mineralnya sangat sedikit. Padahal, semua itu sangat dibutuhkan untuk kesehatan tubuh.

Makanan yang dikategorikan junk food biasanya juga mengandung

banyak sodium, saturated fat, dan kolestrol. Bila dalam tubuh jumlah ini

banyak, maka akan menimbulkan banyak penyakit, mulai dari penyakit ringan

sampai penyakit berat macamdarah tinggi, stroke, jantung, dan kanker.

Sodium

Sodium adalah bagian dari garam yang banyak ditemukan pada makanan

dan minuman kemasan. Banyak makanan kemasan atau kalengan itu berkadar

sodium tinggi. Sodium banyak terdapat pada french fries (apalagi bila ditambah shakers), ayam goreng, burger, cheese burger, bologna, pizza, segala jenis snack

keripik kentang dan mi instan.

Tidak hanya makanan dan minuman, sayuran yang dikemas dan dijual

dalam kaleng banyak yang mengandung zat ini. Keju pun tak bebas dari bahan

sodium ini. Begitu pun beberapa penyedap, seperti soy sauce (biasanya disediakan di resto jepang atau asia timur), garlic salt, dan onion salt. Hal serupa

juga terjadi jika menyantap bakso atau mie ayam di pinggir jalan, garam meja

(42)

Yang harus diperhatikan adalah kadar sodium yang dikonsumsi jumlahnya

tidak boleh berlebihan. Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman

jumlahnya tidak dari 3300 miligram. Ini sama dengan 1 3/5 sendok teh, sodium

yang terlalu banyak dalam tubuh dapat menungkatkan tekanan darah tinggi.

Tekanan darah tinggi inilah yang mempengaruhi munculnya gangguan ginjal,

penyakit jantung, dan stroke.

Natrium

Satu hari rata-rata masukan natrium dalam tubuh sebaiknya kurang dari 200

mg. Kelebihan natrium dapat menyebabkan antara lain penurunan fungsi otot

jantung. Mengapa begitu? Karena kelebihan natrium mengakbiatkan

kekurangan kalium. Nah, sungguh sangat disayangkan kandungan natrium junk food kita amat tinggi. Masih dari sumber yang sama, dikentahui bahwa seporsi

fried chicken mengandung di atas 1500 mg natrium. Ini belum termasuk tambahan natrium jika ayam tadi disantap dengan kentang goreng.

Saturated fat

(43)

daging, susu, dan produk-produk susu merupakan sumber utama dari saturated fat ini.

Dari berbagai literatur banyak mengatakan bahwa batas maksimal

mengkonsumsi jenis makanan junk food seperti ayam goreng fried chicken, kentang russet, burger, dan pizza adalah seminggu sekali dikarenakan banyak zat yang berbahaya bila dikonsumsi berlebih.

F. Hubungan Makanan dan Kolesterol

Menurut Dr. Jonathan Kuntaraf (1985:34), kolesterol ialah zat kimia

yang tergolong dalam kelompok compound organik yang dikenal lipid. Lipid

tersebut meliputi lemak, waxes, phospholipids, cerebosides, kolesterol, dan

sterol yang lain. Semuanya ialah zat yang menyerupai lemak yang tidak dapat

larut dalam air, tetapi lebih kurang larut dalam ether dan solvant organik

lainnya, kolesterol terdapat pada semua sel binatang, dengan demikian terdapat

pada semua makanan yang berasal dari binatang termasuk daging ayam, ikan,

cream, mentega dan telur. Daftar kadar kolesterol dalam makanan-makanan

tersebut dapat kita lihat dalam daftar di bawah ini:

BAHAN MAKANAN KOLESTEROL Mg.per 100gr

Mentega 280

Keju 120

Cream 70

(44)

1. Perilaku seseorang terhadap makanan sehat 2. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit 3. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan 4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan

Ikan 60

Es krim 60

Hati sapi 260

Margarin 70

Daging 100

Susu sapi 11

Ayam, Itik 80

G. Kerangka Pemikiran

H. Hipotesis penelitian

Maka berdasarkan rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini

penulis mengajukan hipotesis yang merupakan anggapan sementara yang

berfungsi sebagai pedoman untuk mempermudah jalannya penelitian, adalah: PERILAKU HIDUP

SEHAT FREKUENSI

(45)

1. H01: Perilaku hidup sehat tidak memiliki hubungan terhadap

frekuensi pembelian produk junk food.

HA1: Perilaku hidup sehat memiliki hubungan terhadap frekuensi

pembelian produk junk food.

2. H01: Perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap

sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan

kesehatan dan perilaku terhadap lingkungan kesehatan tidak

memiliki hubungan secara parsial terhadap frekuensi

pembelian produk junk food.

HA1: Perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap

sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan

kesehatan dan perilaku terhadap lingkungan kesehatan

memiliki hubungan secara parsial terhadap frekuensi

(46)

31

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada pengunjung remaja

Plaza Ambarrukmo yang mengkonsumsi junk food, dengan demikian kesimpulan yang bisa diambil hanya berlaku bagi Plaza Ambarrukmo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian : Penelitian ini dilakukan di Plaza Ambarrukmo

Waktu penelitian : Penelitian ini dilakukan pada bulan januari 2009

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian : Subjek penelitian ini adalah pengunjung remaja Plaza

Ambarrukmo yang pernah mengkonumsi junk food. 2. Objek penelitian : Objek penelitian merupakan hal-hal yang ingin diteliti

dari suatu penelitian. Objek penelitian dalam kasus ini

adalah hubungan perilaku hidup sehat dan frekuensi

pembelian produk junk food.

(47)

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan objek

penelitian atau faktor – faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang

diteliti. Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini maka variabel

penelitian ini adalah :

Variabel Dependen : Frekuensi Pembelian

Arti : Frekuensi pembelian adalah banyaknya pembelian

yang dilakukan atau tingginya intensitas pembelian

oleh konsumen dalam periode tertentu.

Pengukuran : Jumlah Konsumsi

Indikator – indikator yang terdapat dalam jumlah

konsumsi, yaitu:

1.Jumlah kali rata-rata konsumen membeli dan

makan produk junk food.

2.Nilai rupiah rata-rata konsumsi makanan junk

food dalam sekali makan.

Dalam penelitian ini ada satu variabel independen, yaitu :

Variabel Independen : Perilaku Hidup Sehat

Arti : Perilaku hidup sehat adalah suatu respon terhadap

(48)

sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta

lingkungan. Respon tersebut dapat bersifat pasif

maupun aktif.

Aspek : a). Perilaku terhadap makanan dan minuman

Indikator-indikator yang terdapat dalam perilaku

terhadap makanan, yaitu :

1. Gizi yang seimbang dalam mengkonsumsi

makanan.

2. Minum air putih minimal 8 gelas per hari.

3. Kebiasaan minum minuman keras.

4. Kebiasaan merokok.

b). Perilaku terhadap sakit dan penyakit

Indikator-indikator yang terdapat dalam perilaku

sakit dan penyakit, yaitu :

1. Melakukan pencegahan penyakit.

2. Pencarian pengobatan (health seeking), jika

terjangkit penyakit.

3. Tindakan check-up kesehatan.

4. Istirahat yang cukup (tidur malam minimal 8 jam)

(49)

c). Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

Indikator-indikator yang terdapat dalam perilaku

terhadap sistem pelayanan kesehatan, yaitu :

1. Mengikuti perkembangan informasi kesehatan,

melalui: koran, tabloid, televisi, dan internet.

2. Pencarian informasi tentang fasilitas dan pelayanan

terbaik yang diberikan oleh rumah sakit.

d). Perilaku terhadap lingkungan kesehatan

Indikator-indikator yang terdapat dalam perilaku

terhadap lingkungan kesehatan, yaitu :

1. Penggunaan air bersih sangat penting untuk

kepentingan kesehatan

2. Pembuangan sampah dan limbah pada tempatnya.

3. Kebersihan tempat tinggal.

4. Sinar matahari yang cukup dan sirkulasi udara.

Cara ukur : menggunakan skala ordinal. Skala ordinal tidak hanya

mengkategorikan variabel-variabel untuk menunjukkan

perbedaan di antara berbagai kategori, tetapi juga

mengurutkannya ke dalam beberapa cara (Uma sekaran,

(50)

yang digunakan berdasarkan beberapa pilihan, maka

digunakanlah skala ordinal. Pilihan – pilihan tersebut

kemudian diurutkan dan diberi nomor 1 sampai dengan

5, yaitu:

1).Jawaban Sangat tinggi diberi skor 5

2).Jawaban Tinggi diberi skor 4

3).Jawaban Netral diberi skor 3

4).Jawaban Rendah diberi skor 2

5).Jawaban Sangat rendah diberi skor 1

E. Data yang diperlukan

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dari responden melalui

wawancara, observasi, pengisian kuesioner mengenai variabel-variabel

penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai tingkat

perilaku hidup sehat konsumen dan tingkat rutinitas pengunjung ambarukmo

Plaza dalam mengkonsumsi produk junk food.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumentasi atau data

yang ada pada perusahaan, antara lain: sejarah perusahaan, tujuan perusahaan,

(51)

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah daerah generalisasi yang dikenai kesimpulan, populasi

merupakan sejumlah individu yang setidaknya mempunyai ciri atau sifat yang

sama. (Hadi, 2000:220). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi, adalah :

semua orang pengunjung Plaza Ambarrukmo. Jadi populasi dalam penelitian

adalah tidak terbatas.

Sampel adalah bagian dari populasi yang jumlahnya sesuai dengan ukuran yang

akan dijadikan sumber data yang sebenarnya yang diteliti, dengan memperhatikan

sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representative atau

benar-benar mewakili populasi. Dalam penilitian ini penulis mengambil sampel

sebanyak 100 orang pengunjung Ambarukmo Plaza yang secara rutin membeli

dan mengkonsumsi produk junk food, dengan rumus :

n > p.q (Za/2/e)

2 Keterangan :

n = Jumlah sampel

Za/2 = Nilai Uji dengan tingkat signifikansi 5% ( Za/2 = 1.96)

e = Tingkat kesalahan yang ditolerir (10%)

p = Proporsi populasi yang diinginkan mempunyai

(52)

q = (1 – q ) = Proporsi yang diinginkan mempunyai karakteristik

tertentu

p.q = jika p dan q tidak diketahui, maka dapat diganti dengan 0.25.

Berdasarkan perhitungan rumus tersebut dapat dihasilkan jumlah

sampel (n) harus lebih besar dari 96 dan agar memudahkan

perhitungan maka dibulatkan menjadi 100 sampel responden.

Dalam penelitian kali ini penulis menggunakan teknik convenience

sampling, yaitu siapa saja yang kebetulan ditemui oleh peneliti dapat dijadikan sebagai sampel asalkan memenuhi syarat.

G. Pengujian Instrumen

Berdasarkan data yang diperoleh penulis lewat penyebaran kuesioner kepada

responden, maka penulis melakukan pengujian instrument terlebih dahulu.

Teknik pengujian instrument yaitu :

1. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Uji validitas ini dilakukan sebelum melakukan

penelitian atau diujikan pada kuesioner yang disebarkan sebagai sampel.

Rumus untuk menguji validitas suatu kuesioner digunakan rumus korelasi

(53)

(

)( )

(

)

[

]

[

( )

]

=

2 2

2 2

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

r

xy

Keterangan :

rxy = korelasi product moment

X = nilai masing-masing butir atau item

Y = nilai seluruh butir atau item

N = jumlah responden

Untuk menentukan apakah instrumen itu valid atau tidak, digunakan

ketentuan sebagai berikut :

a. Jika r hit ≥ r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df = N-2, maka

instrumen tersebut dikatakan valid.

b. Jika r hit < r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df = N-2, maka

instrumen tersebut dikatakan tidak valid.

2. Pengujian Reliabilitas kuesioner

Setelah koefisien korelasi item bernomor ganjil dan genap ditemukan,

maka digunakan rumus Spearman Brown untuk memperoleh koefisien

(54)

xy xy xx

r

r

r

+

=

1

2

Keterangan :

r

xx = Koefisien keterandalan

r

xy = Korelasi antar item bernomor ganjil dan genap

(koefisien korelasi product moment)

Untuk menentukan apakah instrumen itu reliabel atau tidak, digunakan

ketentuan sebagai berikut :

a. Jika r hit ≥ r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df = N-2, maka

instrumen tersebut dikatakan reliabel.

b. Jika r hit < r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df = N-2, maka

instrumen tersebut dikatakan tidak reliabel.

H. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah pertama digunakan rumus struges, yaitu :

1. Pemberian skor skala untuk variabel perilaku hidup sehat

a. Perilaku Terhadap Makanan dan Minuman

Untuk skor skala perilaku terhadap makanan dan minuman, item

(55)

i) Skor terkecil : 4 x 1 = 4

ii) Skor terbesar : 4 x 5 = 20

dalam menentukan interval yang digunakan untuk membentuk skala

perilaku terhadap makanan dan minuman maka digunakan rumus struges :

Range Ci =

K

20 – 4

= 5

= 3,2

Tabel Kategorisasi skor Terhadap Makanan dan Minuman

Skala Perilaku Terhadap Makanan dan Minuman

Rentang Skor Jumlah Responden Presentase

Kategori

16,8 – ≤ 20 Sangat Tinggi

13,6 – < 16,8 Tinggi

10,4 – <13,6 Sedang

7,2 – < 10,4 Rendah

(56)

b. Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit

Untuk skor skala perilaku terhadap makanan dan minuman, item

pertanyaan berjumlah 5, dengan skor 1,2,3,4,5.

i) Skor terkecil : 5 x 1 = 5

ii) Skor terbesar : 5 x 5 = 25

dalam menentukan interval yang digunakan untuk membentuk skala

perilaku terhadap makanan dan minuman maka digunakan rumus struges :

Range Ci =

K

25 – 5

= 5

= 4

Tabel Kategorisasi skor Terhadap Sakit dan Penyakit

Skala Perilaku terhadap Sakit dan Penyakit

Rentang Skor Jumlah Responden Presentase

Kategori

21 – ≤ 25 Sangat Tinggi

17 – < 21 Tinggi

13 – < 17 Sedang

9 – < 13 Rendah

(57)

c. Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan

Untuk skor skala perilaku terhadap sistem Pelayanan Kesehatan, item

pertanyaan berjumlah 2, dengan skor 1,2,3,4,5.

i) Skor terkecil : 2 x 1 = 2

ii) Skor terbesar : 2 x 5 = 10

dalam menentukan interval yang digunakan untuk membentuk skala

perilaku terhadap makanan dan minuman maka digunakan rumus struges :

Range Ci =

K

10 – 2

= 5

= 1,6

Tabel Kategorisasi skor Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan

Skala Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan

Rentang Skor Jumlah Responden Presentase

Kategori

8,4 – ≤ 10 Sangat Tinggi

6,8 – < 8,4 Tinggi

5,2 – < 6,8 Sedang

3,6 – < 5,2 Rendah

(58)

d. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan

Untuk skor skala perilaku terhadap Lingkungan Kesehatan, item

pertanyaan berjumlah 4, dengan skor 1,2,3,4,5.

i) Skor terkecil : 4 x 1 = 4

ii) Skor terbesar : 4 x 5 = 20

dalam menentukan interval yang digunakan untuk membentuk skala

perilaku terhadap makanan dan minuman maka digunakan rumus struges :

Range Ci =

K

20 – 4

= 5

= 3,2

Tabel Kategorisasi skor Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan

Skala Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan

Kesehatan

Rentang Skor Jumlah Responden Presentase

Kategori

16,8 – ≤ 20 Sangat Tinggi

13,6 – < 16,8 Tinggi

10,4 – <13,6 Sedang

7,2 – < 10,4 Rendah

(59)

2. Langkah selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, yaitu

: Untuk mengetahui hubungan variabel X dalam hal ini perilaku hidup

sehat dengan variabel Y yaitu frekuensi pembelian junk food, digunakan

alat analisis korelasi berganda dan korelasi Pearson Product Moment.

a. Analisis Korelasi Berganda

Teknik korelasi berganda digunakan untuk menentukan hubungan

antara perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap

sakit dan penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan dan

perilaku terhadap lingkungan kesehatan dengan frekuensi pembelian

junk food. Untuk memperoleh hasil perhitungan koefisien korelasi berganda digunakan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2001 : 190) :

Keterangan :

= koefisien korelasi antara variabel X1, X2, dan X3 secara

bersama-sama dengan variabel Y

= koefisien korelasi Product Moment antara X1 dengan Y

= koefisien korelasi Product Moment antara X2 dengan Y

(60)

= koefisien korelasi Product Moment antara X1 dengan X2,

dan X3

b. Analisis Korelasi Pearson Product Moment

Analisis korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk

menentukan hubungan antara dua gejala interval. Gejala interval

adalah gejala yang menggunakan skala pengukuran yang sama. Rumus

koefisien korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2001 : 182) :

Keterangan :

r = koefisien korelasi antara Xi terhadap Y

Y = variabel frekuensi pembelian makanan junk food

Xi = variabel perilaku hidup sehat

Langkah selanjutnya untuk menguji hipotesis pertama adalah

menentukan H0 dan Ha :

H0 : r = 0, tidak ada hubungan antara perilaku hidup sehat dengan

(61)

Ha : r ≠ 0, ada hubungan antara perilaku hidup sehat dengan frekuensi

pembelian produk junk food.

Pada hakikatnya nilai korelasi dapat bervariasi dari -1 melalui 0 hingga 1.

a. Bila r = 0 atau r mendekati 0, berarti bahwa antara kedua variabel tidak

terdapat hubungan antara kedua variabel sangat lemah.

b. Bila r = +1, berarti bahwa kedua variabel mempunyai hubungan positif dan

sempurna (mendekati = 1 hubungan sangat kuat dan positif).

c. Bila r = -1, berarti kedua variabel mempunyai hubungan negatif dan

sempurna (mendekati -1 hubungan sangat kuat dan negatif).

Langkah selanjutnya memberikan interpretasi koefisien korelasi

dengan menggunakan pedoman sebagai berikut (Sugiyono, 2001 : 183) :

Tabel 3.1

Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

(62)

I. Pengujian Hipotesis

1. Uji-F

Uji-F dimaksudkan untuk mengidentifikasi apakah secara simultan

variabel perilaku terhadap makanan dan minuman (X1), perilaku terhadap

sakit dan penyakit (X2), perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan (X3)

dan perilaku terhadap lingkungan kesehatan (X4) tersebut secara signifikan

dapat menjelaskan variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji-F

dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel perilaku terhadap makanan

dan minuman (X1), perilaku terhadap sakit dan penyakit (X2), perilaku

terhadap sistem pelayanan kesehatan (X3), dan perilaku terhadap lingkungan

kesehatan (X4) secara simultan mempunyai hubungan yang signifikan dengan

frekuensi pembelian junk food(Y).

Pengujian hipotesis dengan cara membandingkan probabilitas

distribusi hasil perhitungan dengan F tabel dan besarnya tingkat signifikan (α)

yang digunakan adalah 5 %.

Untuk menguji hipotesis ini dikemukakan hipotesis nol dan hipotesis

alternatif sebagai berikut :

H0 : Perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan

penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan dan perilaku

terhadap lingkungan kesehatan tidak mempunyai hubungan yang

(63)

Ha : Perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan

penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan dan perilaku

terhadap lingkungan kesehatan mempunyai hubungan yang signifikan

dengan frekuensi pembelian junk food.

Rumus :

Keterangan :

R2 = koefisien korelasi ganda

k = jumlah variabel X1-3

n = jumlah anggota sampel

F = Fhitung yang selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel

Jika Fhitung≥ Ftabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti perilaku terhadap

makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan penyakit, perilaku

terhadap sistem pelayanan kesehatan dan perilaku terhadap lingkungan

kesehatan secara simultan mempunyai hubungan yang signifikan dengan

frekuensi pembelian makanan junk food.

Jika Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak berarti perilaku terhadap

makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan penyakit, perilaku

(64)

kesehatan secara simultan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan

frekuensi pembelian junk food.

2. Uji-t

Uji-t digunakan untuk menguji apakah ada hubungan secara parsial antara

perilaku hidup sehat dengan variabel frekuensi pembelian. Pengujian hipotesis

dengan cara membandingkan probabilitas distribusi hasil perhitungan dengan

nilai t tabel dan besarnya tingkat signifikan (α) yang digunakan adalah 5 %.

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menghitung nilai t (Sugiyono, 2001

: 292) :

Rumus :

Keterangan :

t = t hitung yang dicari

r = koefisien korelasi

r2 = koefisien determinasi

n = jumlah sampel

Jika - ttabel > thitung > ttabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima, berarti perilaku

terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan penyakit,

(65)

lingkungan kesehatan secara parsial mempunyai hubungan yang signifikan

dengan frekuensi pembelian junk food.

Jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak, berarti perilaku

terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap sakit dan penyakit,

perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan dan perilaku terhadap

lingkungan kesehatan secara parsial tidak mempunyai hubungan yang

(66)

51 Gambaran Umum PlazaAmbarrukmo

Plaza Ambarrukmo merupakan Mall terbesar dan terlengkap yang ada di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Plaza yang mempunyai konsep

arsitektur sangat menarik ini terletak di Jalan Laksda Adisucipto yang

merupakan jalan strategis yang menghubungkan antara Yogyakarta,Solo dan

Surabaya. Plaza Ambarrukmo mempunyai 7 lantai ditempati oleh beberapa

Anchor Tenant dan junior Tenant seperti Carrefour, Centro Department Store,

Gramedia Book Store , Timezone, Cineplex 21, Food Court Tamansari , dan

Caesar Lounge & Café. Selain itu Plaza Ambarrukmo ditempati oleh beragam tenant yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan keluarga , orang tua dan

anak-anak mulai dari kebutuhan belanja bulanan, pakaian, hiburan, buku, salon,

perawatan tubuh hingga makanan. Sedangkan untuk area pameran Plaza ini

mempunyai beberapa area pameran yang dapat digunakan untuk pameran atau

event promosi lainnya yang terletak di Atrium GF dengan luas 796m2, Hall LG

dengan luas 384m2, Hall A Lt2 248m2 dan beberapa area Minihall yang

terletak disetiap lantai.

(67)

terletak di basement sampai dengan roof top, dan dikelola oleh perusahaan

pengelola parkir yang profesional dan sangat berpengalaman. Sistem

pengamanan di Plaza Ambarrukmo adalah sistem 24 jam dengan fasilitas

CCTV yang dipasang disetiap tempat strategis. Sistem keamanan & kebersihan

Plaza Ambarrukmo ditangani sangat profesional oleh perusahaan multi nasional

yang bereputasi internasioal.

Untuk menunjang kegiatan operasional Plaza Ambarrukmo mempunyai

fasilitas umum modern seperti 2 unit lift penumpang, 2 unit lift barang, 20 unit

escalator, 4 unit travelator, 2 unit smoking room, 1 unit baby's room, mushola,

loading dock dan toilet berkelas hotel berbintang yang terletak di setiap lantai.

Untuk pengunjung yang akan beristirahat sejenak Plaza Ambarrukmo

mempunyai taman yang asri lengkap dengan air mancur yang terletak di depan

sisi timur gedung, sedangkan untuk menunjang pelayanan prima yang selalu

menjadi tujuan, Plaza Ambarrukmo mempunyai Customer Service yang selalu

siap melayani baik itu pengunjung maupun penyewa.

Plaza Ambarrukmo dikelola dan dioperasikan oleh PT Putera Mataram Mitra Sejahtera, Perusahaan yang mempunyai sistem dan team manajemen

pengelolaan pusat retail yang sangat profesional dan mempunyai kapasitas dan

intregitas yang baik, menjadikan Plaza Ambarrukmo menjadi pusat

(68)

53

Untuk mengetahui gambaran penelitian ini, penulis menguraikan data-data

yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari

kuesioner yang dibagikan di setiap lantai kepada responden di Ambarukmo Plaza

Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian penulis pada 100 responden yaitu

pengunjung Ambarukmo Plaza yang mengkonsumsi produk junk food, maka selanjutnya penulis akan menganalisis data yang telah dikumpulkan. Analisis data

dibagi menjadi 2 bagian yaitu pengujian instrumen terdiri dari uji validitas dan uji

reliabilitas,analisis data terdiri dari analisis persentase, korelasi sederhana dan uji

F.

A. Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Perhitungan uji validitas dilakukan pada 30 responden

menggunakan program SPSS (Statistical Program for Society Science) 15.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Ketentuan

(69)

taraf signifikansi 5% atau 0,05 dan derajat kebebasan (df) = N-2. Berdasarkan

taraf signifikansi 5% atau 0,05 dan derajat kebebasan (df ) = 30-2 yaitu 28,

maka didapat r tabel sebesar 0,239. Hasil pengujian validitas menggunakan

program SPSS 15 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel V.1

Hasil Uji Validitas Perilaku Terhadap Makanan dan Minuman

Butir r hitung r tabel Status

Makanan 1 0,472 0,239 Valid

Makanan2 0,519 0,239 Valid

Makanan3 0,683 0,239 Valid

Makanan4 0,597 0,239 Valid

Sumber : Data Primer Diolah

Tabel V.1 menunjukkan bahwa pernyataan perilaku terhadap makanan dan

minuman butir 1 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu 0,472 > 0,239, berarti

pernyataan perilaku terhadap makanan dan minuman butir 1 valid. Pernyataan

perilaku terhadap makanan dan minuman butir 2 memiliki nilai r hitung > r

tabel yaitu 0,519 > 0,239, berarti pernyataan perilaku terhadap makanan dan

minuman butir 2 valid. Pernyataan perilaku terhadap makanan dan minuman

butir 3 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu 0,689 > 0,239, berarti

(70)

perilaku terhadap makanan dan minuman butir 4 memiliki nilai r hitung > r

tabel yaitu 0,597 > 0,239, berarti pernyataan perilaku terhadap makanan dan

minuman butir 4 valid. Maka dapat disimpulkan bahwa

pertanyaan-pertanyaan pada bagian perilaku terhadap makanan dan minuman valid,

karena r hitung > r tabel.

Tabel V.2

Hasil Uji Validitas Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit

Butir r hitung r tabel Status

Sakit1 0,863 0,239 Valid

Sakit2 0,617 0,239 Valid

Sakit3 0,806 0,239 Valid

Sakit4 0,640 0,239 Valid

Sakit5 0,474 0,239 Valid

Sumber : Data Primer Diolah

Tabel V.2 menunjukkan bahwa perilaku terhadap sakit dan penyakit butir

1 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu 0,863 > 0,239, berarti pernyataan

perilaku terhadap sakit dan penyakit butir 1 valid. Pernyataan perilaku

terhadap sakit dan penyakit butir 2 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu

0,617 > 0,239, berarti pernyataan perilaku terhadap sakit dan penyakit butir 2

(71)

hitung > r tabel yaitu 0,806 > 0,239, berarti pernyataan perilaku terhadap

sakit dan penyakit butir 3 valid. Pernyataan perilaku terhadap sakit dan

penyakit butir 4 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu 0,640 > 0,239, berarti

pernyataan perilaku terhadap sakit dan penyakit butir 4 valid. Pernyataan

perilaku terhadap sakit dan penyakit butir 5 memiliki nilai r hitung > r tabel

yaitu 0,474 > 0,239, berarti pernyataan perilaku terhadap sakit dan penyakit

butir 5 valid. Maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan pada bagian perilaku

terhadap sakit dan penyakit valid, karena r hitung > r tabel.

Tabel V.3

Hasil Uji Validitas Sistem Pelayanan Kesehatan

Butir r hitung r tabel Status

Kesehatan1 0,591 0,239 Valid

Kesehatan2 0,591 0,239 Valid

Sumber : Data Primer Diolah

Tabel V.3 menunjukkan bahwa perilaku terhadap sistem pelayanan

kesehatan butir 1 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu 0,591 > 0,239, berarti

pernyataan perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan butir 1 valid.

Pernyataan perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan butir 2 memiliki

nilai r hitung > r tabel yaitu 0,591 > 0,239, berarti pernyataan perilaku

(72)

bahwa pernyataan pada bagian perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

valid, karena r hitung > r tabel.

Tabel V.4

Hasil Uji Validitas Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan

Butir r hitung r tabel Status

Lingkungan1 0,683 0,239 Valid

Lingkungan2 0,842 0,239 Valid

Lingkungan3 0,586 0,239 Valid

Lingkungan4 0,760 0,239 Valid

Sumber : Data Primer Diolah

Tabel V.4 menunjukkan bahwa pernyataan perilaku terhadap

lingkungan kesehatan butir 1 memiliki nilai r hitung > r tabel yaitu 0,683 >

0,239, berarti pernyataan perilaku terhadap lingkungan kesehatan butir 1

valid. Pernyataan perilaku terhadap lingkungan kesehatan butir 2 memiliki

nilai r

Gambar

Tabel Kategorisasi skor Terhadap Makanan dan Minuman
Tabel Kategorisasi skor Terhadap Sakit dan Penyakit
Tabel Kategorisasi skor Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
Tabel Kategorisasi skor Terhadap Sistem Pelayanan Kesehatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan semua kegiatan kurikuler yang wajib dilaksanakan oleh semua mahasiswa sebagai latihan untuk menerapkan materi – materi atau

Tugas Akhir dengan judul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi IP (Indeks. Prestasi) Mahasiswa Berdasarkan Beberapa Faktor

Pengaruh Orientasi Kewirausahaan, Dinamika Lingkungan, Kemampuan Manajemen serta Strategi Bisnis Terhadap

Analisis Regresi Linier Sederhana adalah bentuk regresi dengan model yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel, yakni variabel terikat dan variabel

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK PASUNDAN 3 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu

1) Cuando existe un equilibrio simultáneo entre el mercado de bienes y servicios y el mercado de dinero, la tasa de interés y el nivel de ingreso real de la economía hacen que

Pentingnya ASI bagi bayi/ balita sebaiknya tidak terhambat akibat bekurangnya produksi ASI yang berdampak pada kurun waktu menyusui menjadi singkat akibat penggunaan

The Coulomb corrections to the spectrum and to the total cross section of e + e − photoproduction in a strong atomic field were derived in the next-to-leading