• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PROFIL FAKULTAS EKONOMI

B. Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Keputusan Rudianto(2006:4) adalah merupakan suatu pilihan yang telah dibuat dari sejumlah pilihan alternatif yang ada. Keputusan sesungguhnya juga merupakan hasil dari proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Namun bukan merupakan bagian dari pengambilan keputusan, karena ia hanyalah sebagian saja dari pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan adalah suatu proses yang bersifat kontinyu bagi seorang pimpinan dan merupakan tantangan yang harus selalu dihadapinya. Menurut Griffin (2004:190), “Pengambilan keputusan adalah landasan perencanaan.” Menurut Daft (2002:343), “Pengambilan keputusan merupakan proses identifikasi permasalahan dan peluang, kemudian menyelesaikannya, dan biasanya melibatkan usaha sebelum dan sesudah pilihan aktualnya.”

Pengambilan keputusan yang baik merupakan bagian yang penting dari manajemen yang baik, karena keputusan menentukan bagaimana instansi pemerintah maupun swasta menyelesaikan masalah mereka, mengalokasikan sumber daya dan mencapai tujuannya.

Pengambilan keputusan bukanlah hal yang mudah, karena harus dilakukan ditengah faktor-faktor yang selalu berubah, informasi tidak jelas dan cara pandang yang berlawanan. Adapun faktor-faktor atau kondisi yang dapat mempengaruhi hasil keputusan tersebut Richard L Daft (2004:340), yaitu : a. Kepastian (certainly)

Kepastian ini merupakan faktor positif yang mempengaruhi hasil keputusan. Seluruh informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan tersedia sangat lengkap. Sehingga pimpinan dengan mudah untuk mengambil keputusan yang akan diambil.

b. Risiko (risk)

Sebuah keputusan memiliki sasaran yang jelas dan didasarkan pada informasi yang baik, tetapi konsekuensi-konsekuensi yang akan di hadapi instansi atau lembaga dari keputusan yang diambil belum jelas. Ukuran risiko ini dapat mengidentifikasi kemungkinan kegagalan suatu alternatif di masa depan.

c. Ketidakpastian (uncertainly)

Seorang pimpinan mengetahui sasaran yang ingin dicapai, tetapi informasi yang dibutuhkan oleh instansi atau lembaga dimasa depan. Jadi keputusan yang diambil tidak dapat memproyeksikan kejadian di masa yang akan datang.

d. Ambiguitas

Sasaran atau masalah yang ingin diraih oleh pimpinan instansi atau lembaga tidak jelas karena informasi mengenai hasil yang ingin dicapai oleh instansi atau lembaga tidak tersedia. Ambiguitas dianggap sebagai situasi keputusan tersulit yang harus dilakukan.

2. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan a. Fungsi

Fungsi pengambilan keputusan adalah untuk mengetahui hal-hal yang akan dilakukan oleh seluruh pegawai yang telah diputuskan oleh seorang pimpinan suatu insatansi atau lembaga.

b. Tujuan

1. Tujuan yang bersifat tunggal, yaitu keputusan yang hanya sekali diputuskan dan hanya menyangkut satu masalah.

3. Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Sir Francis Bacon dalam Supranto, (1998:1) proses pengambilan keputusan merupakan tahap-tahap yang harus dilakukan dalam membuat keputusan yang didasarkan pada berbagai metode, rencana atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat. Adapun tahap-tahap dalam pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Pemahaman dan Perumusan Masalah

Pimpinan instansi atau lembaga sering menghadapi kenyataan bahwa masalah yang sebenarnya sulit ditemukan, bahkan sering hanya mengidentifikasi gejala masalah bukan penyebab mendasar. Maka untuk mempermudah mengidentifikasi masalah, pimpinan secara sistematik dapat menguji hubungan – hubungan sebab akibat dan mencari penyimpangan – penyimpangan atau perubahan – perubahan dari “normal”, serta berkonsultasi dengan pihak – pihak lain yang mampu memberikan pandangan dan wawasan yang berbeda tentang masalah atau kesempatan.

2. Pengumpulan dan Analisa Data yang Relevan

Setelah pimpinan menentukan dan merumuskan masalah, mereka harus mulai memutuskan langkah – langkah selanjutnya, yaitu menentukan data – data apa yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat.

3. Pengembangan Alternatif –Alternatif

Kecenderungan menerima alternatif keputusan pertama yang “feasible” sering menghindarkan pimpinan dari pencapaian penyelesaian yang terbaik untuk masalah – masalah mereka. Pengembangan sejumlah alternatif memungkin pimpinan menolak kecenderung untuk membuat keputusan terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusan yang efektif.

Setelah pimpinan mengembangkan sekumpulan alternatif, mereka harus mengevaluasinya untuk menilai efektifitasnya setiap alternatif.

5. Pemilihan Alternatif Terbaik

Alternatif yang terpilih akan didasarkan pada jumlah informasi yang tersedia bagi pimpinan dan ketidaksempurnaan kebijakan pimpinan. Pilihan alternatif terbaik juga sering merupakan suatu kompromi diantara berbagai faktor yang telah dipertimbangkan.

6. Implementasi Keputusan

Implementasi keputusan menyangkut lebih dari sekedar pemberian perintah. Pimpinan harus menetapkan anggaran atau skedul kegiatan, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan, serta menugaskan tangging jawab dan wewenang pelaksanaan tugas – tugas tertentu. Dalam hal ini, pimpinan perlu memperhatikan berbagai resiko dan ketidakpastian sebagai konsekuensi dibuatnya suatu keputusan. Dengan mengambil langkah tersebut, pimpinan dapat menentukan kegiatan – kegiatan yang diperlukan untuk menanggulangi hambatan dan tantangan yang akan terjadi.

7. Evaluasi Hasil – Hasil Keputusan

Implementasi keputusan haris dimonitori terus-mnerus. Pimpinan harus mengevaluasi apakah implementasi dilakukan dengan lancar dan keputusan memberikan hasil-hasil yang diinginkan.

4. Model-model Pengambilan Keputusan

Pendekatan yang digunakan pimpinan untuk mengambil keputusan didasarkan pada salah satu model pengambilan keputusan. Pilihan model tergantung pada preferensi individu pimpinan, apakah keputusan tersebut terprogram atau tidak terprogram, dan sampai sejauh mana keputusan

tersebut dicirikan oleh risiko, ketidakpastian, atau ambiguitas. Adapun model-model pengambilan keputusan Richard L Daft (2004:348) sebagai berikut :

1. Model Klasik (classical model), yaitu model pengambilan keputusan yang didasarkan pada asumsi bahwa pimpinan sebaiknya membuat keputusan yang logis, selaras dengan kepentingan ekonomis instansi atau lembaga. Seorang pimpinan diharapkan dapat membuat keputusan yang bijaksana yang selaras dengan tujuan program.

2. Model Administratif (administrative model), yaitu model pengambilan keputusan dimana seorang pimpinan instansi atau lembaga membuat keputusan secara nyata dalam situasi yang sulit, seperti keputusan tidak terprogram, ketidakpastian, dan ambiguisitas. Jika seorang pimpinan dihadapkan pada situasi ini, maka pimpinan dapat mempertimbangkan kepuasan dan rasionalitas terbatas (bounded rationality and satisficing) atau dengan menggunakan intuisi berdasarkan pengalaman masa lalu tanpa pemikiran yang mendalam. 3. Model Politis, yaitu model pengambilan keputusan yang melibatkan seluruh anggota

instansi atu lembaga terkait untuk memberikan solusi dengan harapan mendapatkan hasil yang terbaik.

C .Proses Pengambilan Keputusan Dalam Menetapkan Anggaran

Dokumen terkait