LANDASAN TEORI
2.4 Pengampunan Pajak ( Tax Amnesty)
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai Pengampunan Pajak mulai dari pengertian, asas dan tujuan Pengampunan Pajak, Subjek dan Objek dari Pengampunan Pajak, serta Tarif yang disertai cara penghitungan uang tebusan untuk Pengampunan Pajak. Pengampunan pajak diatur dalam UU Nomor 11 tahun 2016.
2.4.1 Definisi, Asas dan Tujuan Pengampunan Pajak
Pengampunan pajak berdasarkan dalam Pasal 1 adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana dibidang perpajakan, dengan cara menggungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengampunan Pajak.
Dalam pasal 2 dijelaskan Asas dan Tujuan dari Pengampunan Pajak adalah sebagai berikut:
Empat asas pengampunan pajak (Ayat 1) :
a. Asas Kepastian Hukum
Pelaksanaan Pengampunan Pajak harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
b. Asas Keadilan
Pelaksanaan Pengampunan Pajak menjunjung tinggi keseimbangan hak dan kewajiban dari setiap pihak yang terlibat.
c. Asas Kemanfaatan
Seluruh pengaturan kebijakan Pengampunan Pajak bermanfaat bagi kepentingan Negara, bangsa, dan masyarakat, khususnya dalam memajukan kesejahteraan umum.
d. Asas Kepentingan Nasional
Pelaksanaan Pengampunan Pajak mengutamakan kepentingan bangsa, Negara dan masyarakat diatas kepentingan lainnya.
Tujuan dilaksanakannya pengampunan pajak adalah (Ayat 2):
a. Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi
melalui pengalihan harta yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestic, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi.
b. Mendorong reformasi perpajakan menuju system perpajakan
yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi.
c. Meningkatkan penerimaan pajak yang antara lain akan
digunakan untuk pembiayaan pembangunan.
2.4.2 Subjek dan Objek Pengampunan Pajak
Subjek dan Objek Pengampunan Pajak selain diatur dalam UU Nomor 11 Tahun 2016 juga diatur dalam PMK 118/PMK.03/2016.
Subjek pengampunan pajak, diatur dalam Pasal 3 danlebih jelas
diatur dalam PER-11/PJ/2016 yang meliputi :
a. Wajib Pajak yang mempunyai kewajiiban menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;
b. Orang pribadi seperti petani, nelayan, pensiunan, tenaga kerja
Indonesia, atau subjek pajak warisan yang belum terbagi, yang jumlah penghasilannya pada Tahun Pajak Terakhir di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dapat tidak menggunakan haknya untuk mengikuti Pengampunan Pajak;
c. Warga Negara Indonesia yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan tidak mempunyai penghasilan dari Indonesia merupakan subjek pajak Luar Negeri dan dapat tidak menggunakan haknya untuk mengikuti pengampunan pajak.
Objek pengampunan pajak, diatur dalam Pasal 6 yang meliputi :
Nilai Harta yang diungkapkan dalam Surat Pernyataan untuk Pengampunan Pajak meliputi:
a. Nilai Harta yang telah dilaporkan dalam SPT PPh Terkahir;
b. Nilai Harta Tambahan yang belum atau belum seluruhnya
dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
Nilai Harta Tambahan yang belum dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir yang menjadi Objek Pengampunan Pajak yang wajib dibayarkaan uang tebusannya.
2.4.3 Tarif dan Cara Menghitung Uang Tebusan
a. Tarif uang tebusan
Berdasarkan Pasal 4 tentang Pengampunan Pajak, tarif uang tebusan adalah sebagai berikut:
a. Tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada di dlam wilayah
NKRI atau Harta yang berada di luar wilayah NKRI yang dialihkan ke dalam wilayah NKRI dan diinvestasikan di dalamnya, dalam jangka waktu paling singkat tiga tahun terhitung sejak dialihkan adalah sebesar:
1) 2% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada
bulan pertama dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang Pengampunan Pajak mulai berlaku;
2) 3% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada
bulan keempat terhitung sejak Undang-Undang
Pengampunan Pajak mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2016;
3) 5% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan terhitung
sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.
b. Tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada diluar wilayah
NKRI dan tidak dialihkan kedalam wilayah NKRI adalah sebesar:
1) 4% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada bulan pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak Undang-Undang Pengampunan Pajak mulai berlaku;
2) 6% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada
bulan keempat terhitung sejak Undang-Undang
Pengampunan Pajak mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2016;
3) 10% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.
c. Tarif Uang Tebusan bagi Wajib Pajak yang peredaran usahanya
sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (Empat Miliar Delapan Ratus Juta Rupiah) pada Tahun Pajak Terakhir adalah sebsar:
1) 0,5% bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai harta
sampai dengan Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam Surat Pernyataan; atau
2) 2% bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai harta lebih
dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam Surat Pernyataan untuk periode penyampain Surat Penyataan pada bulan pertama sejak Undang-Undang Pengampuan Pajak mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.
b. Cara menghitung uang tebusan
Dasar Pengenaan Uang Tebusan dihitung berdasarkan nilai harta bersih (Harta Tambahan yang belum dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir dikurangi dengan utang yang terkait dengan perolehan Harta Tambahan).
q Harta Bersih = Harta Tambahan (HT) – Utang Terkait HT
2.4.4 Perlakuan atas kompensasi kerugian, kompensasi kelebihan
pembayaran pajak, pengembalian kelebihan pembayaran pajak
(atas PPH atau PPN), dan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sehubungan dengan pengampunan pajak
Dalam UU yang sama pada Bab XVII Pasal 35 tentang Pengampunan Pajak, beberapa hal yang diatur terkait Kompensasi Kerugian dan Kompensasi Kelebihan Pembayaran Pajak yaitu:
1. Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan tidak berhak: a. mengompensasikan kerugian fiskal dalam surat pemberitahuan
atas jenis pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf a untuk bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, ke bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak berikutnya;
b. mengompensasikan kelebihan pembayaran pajak dalam surat pemberitahuan atas jenis pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) untuk masa pajak pada akhir Tahun Pajak Terakhir, ke masa pajak berikutnya;
c. mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dalam surat pemberitahuan atas jenis pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) untuk masa pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir;
d. melakukan pembetulan surat pemberitahuan atas jems pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) untuk masa pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, setelah Undang-Undang
Pengampunan Pajak berlaku.