Laporan Praktek Kerja Lapangan
PERBANDINGAN ANTARA PENGAMPUNAN PAJAK DAN
PEMBETULAN SPT ATAS HARTA BELUM TERLAPOR SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP KOMPENSASI KERUGIAN DAN LEBIH
BAYAR PPN
Disusun Oleh:
Vivian Ingka Prastiwi
15.H1.0049
PROGRAM STUDI PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
Laporan Praktek Kerja Lapangan
PERBANDINGAN ANTARA PENGAMPUNAN PAJAK DAN
PEMBETULAN SPT ATAS HARTA BELUM TERLAPOR SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP KOMPENSASI KERUGIAN DAN LEBIH
BAYAR PPN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Disusun Oleh:
Vivian Ingka Prastiwi
15.H1.0049
PROGRAM STUDI PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
HALAMAN MOTTO
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Matius 7:7
Hormatilah ayahmu dan ibumu
dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri
Matius 19:19
Filosofi Padi, “Semakin berisi maka padi akan semakin merunduk”, maknanya “Semakin kita merasa bisa maka kita harus bisa semakin merasa”
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini saya Persembahkan untuk:
1. Tuhan yang sangat baik
2. Kedua Orang tua tercinta yang tidak akan pernah bisa saya balaskan cinta
kasih mereka pada saya, Ngadimin dan Erika Nurmiaty Sinaga
3. Kedua adik yang saya sayangi Rahel Ingka Septianisa dan Septia Ingka
Anastasya Putri.
4. Para dosen tercinta Ibu Agnes, Ibu Rini, Ibu Shandy, Mba Wiwis dan
dosen yang tidak bisa saya sebutkan.
5. Orang yang saya sayangi yang selalu menemani saya Geggy Puput
6. Teman-teman yang selalu gila demi saya Elisabeth, Bunga, Stella, Hestia,
Caesar, David, Edward, Fabian, Maretta, Petrus
7. Teman-teman Organisasi Senat Bella, Ingrid, Kejora, Melina, Tika, Adit,
Dikcy, Christian, Pandu; Teman HMPSP Brigitta, Lia, Dota, Kanya,
Diana, Rami, Ivan, Evan
8. Orang-orang sekitar saya yang mendukung saya yang tidak bisa saya
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Nama : Vivian Ingka Prastiwi
NIM :15.H1.0049
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Perpajakan
Judul : Perbandingan Antara Pengampunan Pajak dan
Pembetulan SPT Atas Harta Belum Terlapor Serta
Pengaruhnya Terhadap Kompensasi Kerugian dan
Lebih Bayar PPN
Semarang, 14 Maret 2018
Dosen Pembimbing
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul: Perbandingan Antara
Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT Atas Harta Belum Terlapor Serta
Pengaruhnya Terhadap Kompensasi Kerugian dan Lebih Bayar PPN
Yang disusun oleh :
Nama : Vivian Ingka Prastiwi
NIM : 15.H1.0049
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 27 Februari 2018 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk mencapai gelar Ahli Madya Perpajakan.
Pembimbing Koordinator Penguji
Drs. Theodorus Sudimin, MS Paulina Rini H, SE, MSi, Akt, CA
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Vivian Ingka Prastiwi
NIM : 15.H1.0049
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Perpajakan
Menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir ini benar hasil karya saya sendiri.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya plagiasi, manipulasi, dan bentuk
kecurangan lainnya, saya bersedia untuk menerima sanksi dalam bentuk apapun
dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Semarang, 14 Maret 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat Kasih
KaruniaNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan sebagai Tugas Akhir dengan judul “Perbandingan Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT Atas Harta Belum Terlapor Serta Pengaruhnya Terhadap Kompensasi Kerugian dan Lebih Bayar PPN”.
Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Perpajakan pada Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Selama mendalami perkuliahan di Perpajakan ini sampai dengan menjalani
proses penyelesaian Tugas Akhir, banyak pihak yang membimbing, membantu
dan memberikan fasilitas bagi penulis untuk itu kepada:
1. Orang tua dari penulis Bapak Ngadimin AMK dan Ibu Erika Nurmiaty
Sinaga AMK yang telah memberikan bimbingan, dana dan segalanya
untuk kelancaran perkuliahan dan proses penyelesaian Tugas Akhir ini.
2. Bapak Drs. Theodorus Sudimin, MS selaku Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan memberi fasilitas yang dibutuhkan.
3. Ibu Agnes Arie MC., SE., M.Si.,Akt., BKP selaku dosen pembimbing
kedua penulis yang banyak memberikan pengarahan.
4. Ibu P. Rini Hastuti, SE, M.Si., Akt selaku dosen wali yang telah
membimbing selama masa perkuliahan dan penyusunan Tugas Akhir.
5. Ibu P. Rini Hastuti, SE, M.Si, Akt dan Ibu MG. Westri Kekalih, SE, ME
selaku penguji yang memberikan penilaian atas Tugas Akhir penulis.
6. Ibu Shandy Jannifer Matitaputty selaku dosen perpajakan yang juga
memberikan saran dalam menyelesaikan Tugas Akhir
7. Ibu Vincensia Retno selaku staf administrasi perpajakan yang banyak
8. Seluruh dosen staf administrasi di Universitas Katolik Soegijapranata yang
banyak membantu dan membimbing penulis selama masa perkuliahan dan
membantu penulis dengan memberikan berbagai fasilitas yang diperlukan
dalam penyelesaian Tugas Akhir.
Penulis menyadari, banyak kekurangan dalam Tugas Akhir ini. untuk itu
penulis menerima saran yang membangun guna memperbaiki pembuatan
penulisan yang akan datang. Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat menambah
wawasan kita dalam hal perpajakan.
Semarang, 14 Maret 2018
ABSTRAKSI
Salah satu kewajiban pokok wajib pajak yang terdaftar adalah
menyampaikan Surat Pemberitahuan. Namun tidak sedikit wajib pajak yang ingin
memperlihatkan pendapatan atau harta yang kecil agar jumlah pajak yang
dibayarkan juga kecil. Untuk itulah pada tahun 2016 pemerintah mengeluarkan
program yaitu Pengampunan Pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
perbandingan hasil dari pengungkapan harta yang dilakukan oleh PT VV apabila
mengikuti program pemerintah tersebut dan dengan melakukan pembetulan SPT,
serta pengaruh dari Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT terhadap
Kompensasi Kerugian dan Kompensasi Lebih Bayar PPN yang dimiliki PT VV.
Penulis menggunakan data primer dan sekunder serta menggunakan metode
deskripsi kualitatif dan kuantitatif. PT VV memiliki harta sejumlah Rp
276.112.397,00 yang belum dilaporkan. Apabila PT VV mengikuti Pengampunan
Pajak, Uang Tebusan yang harus dibayarkan pada periode ke II adalah Rp
8.283.372,00. Apabila PT VV melakukan Pembetulan SPT, PT VV hanya
melaporkan jumlah harta diatas dalam SPT Tahunan Badan PPH Badan
Pembetulan tahun 2015 dengann tambahan mengisi Lampiran-IV bagian B.
Kompensasi kerugian dan Kompensasi Lebih Bayar PPN tidak dapat diakui untuk
tahun berikutnya setelah WP mengikuti Pengampunan Pajak. Apabia WP
melakukan Pembetulan SPT, kedua kompensasi tersebut bisa terus diakumulasi.
Kata Kunci: Pengampunan Pajak, Pembetulan SPT, Kompensasi Kerugian,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN MOTTO ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAKSI ... viii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 7
1.3Tujuan Penulisan ... 7
1.4Manfaat Penulisan ... 8
1.5Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi, Fungsi, Sistem Pemungutan Pajak ... 10
2.1.1 Definisi Pajak ... 10
2.1.2 Fungsi Pajak ... 11
2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak ... 12
2.2 Pajak Penghasilan (PPH) ... 13
2.2.1 Definisi Pajak Penghasilan dan Subjek Pajak Penghasilan... 13
2.2.2 Objek Pajak Penghasilan ... 13
2.2.3 Wajib Pajak Badan ... 14
Non Objek PPH ... 14
2.3 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ... 16
2.3.1 Pengertian PPN dan Pengenaan PPN ... 16
2.3.2 Kredit Pajak ... 17
2.4 Pengampunan Pajak ... 18
2.4.1 Definisi, Asas dan Tujuan Pengampunan Pajak ... 18
2.4.2 Subjek dan Objek Pengampunan Pajak ... 19
2.4.3 Tarif dan Cara Menghitung Uang Tebusan ... 20
2.4.4 Perlakuan atas Kompensasi Kerugian, Kompensasi Kelebihan Pembayaran Pajak, Pengemballian Kelebihan Pembayaran Pajak (Atas PPH dan PPN), dan Pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Sehubungan dengan Pengampunan Pajak ... 22
2.5 Surat Pemberitahuan 2.5.1 Pengertian dan Fungsi SPT ... 23
2.5.2 Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan ... 24
BAB III GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum IPM Consultant ... 25
3.1.1. Sejarah Singkat IPM Consultant ... 25
3.1.2. Tugas dan Wewenang ... 27
3.2 Metode Penelitian ... 29
3.2.1. Definisi Data, dan Sampel ... 29
3.2.2. Jenis Data ... 29
3.2.3. Metode Pengumpulan Data ... 29
3.2.4. Metode Analisis Data ... 30
BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan ... 31
4.1 Perbandingan Cara Pelaporan antara Pengampunan Pajak dengan Pembetulan SPT atas Harta yang Belum Terlapor ... 32
4.1.1. Pelaporan dengan Pengampunan Pajak ... 32
4.1.2. Pelaporan dengan Pembetulan SPT ... 37
4.2.1 Pengaruh Pengampunan Pajak atas Kompensasi Kerugian ... 46
4.2.2 Pengaruh Pembetulan SPT atas Kompensasi Kerugian ... 46
4.3 Pengaruh Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT atas Kompensasi Lebih
Bayar PPN ... 47 4.3.1 Pengaruh Pengampunan Pajak atas Kompensasi LB PPN ... 50 4.3.2 Pengaruh Pembetulan SPT atas Kompensasi LB PPN ... 50
4.4 Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Sebelum dan Sesudah Pengampunan
DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GAMBAR
Tabel 1.1.1 Realisasi APBN (Triliun Rupiah) 2012-2016 ... 1
Tabel 1.1.2 Pengampunan Pajak di Beberapa Negara ... 4
Tabel 1.1.3 Data Wajib Pajak yang mengikuti Pengampunan Pajak Periode I dan II ... 6
Tabel 4.2.1 Data Laporan Keuangan PT VV Tahun 2015 ... 44
Tabel 4.2.2 Data Laporan Keuangan PT VV Tahun 2016 ... 45
Tabel 4.2.3 Laporan Laba Rugi PT VV Tahun 2015 ... 47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang. Untuk dapat
berkembang, tentu saja negara membutuhkan pendanaan. Sumber pendanaan di
Indonesia diperoleh dari berbagai sektor. Salah satu sumber pendanaan terbesar
adalah pendanaan dari pemungutan pajak. Dalam tabel yang disajikan yaitu Tabel
Realisasi APBN tahun 2012-2016, terlihat bahwa penerimaan pajak dalam negeri
merupakan sumber penerimaan dana terbesar untuk digunakan sebagai anggaran
belanja Negara.
Tabel 1.1.1
Realisasi APBN (Triliun Rupiah) 2012-2016
Menurut Prof dr. Rochmat Seomitro, SH (Mardiasmo, 2016) pajak adalah
kontribusi yang wajib dibayarkan kepada negara yang digunakan untuk sarana
pembangunan negara yang dalam pelaksanaanya dapat dipaksakan karena adanya
Undang-Undang yang mengatur, tetapi wajib pajak yang memberikan kontribusi
tidak akan mendapat kontraprestasti secara langsung. Dewasa ini, tingkat
kesadaran warga Negara Indonesia untuk membayar pajak tergolong rendah.
Karena warga negara menganggap pembayaran pajak sebagai suatu beban
tambahan. Sehingga banyak wajib pajak yang melakukan tindakan legal mauapun
illegal untuk dapat menghemat pajak atau pun menghindar dari pajak.
Dalam dunia perpajakan diperlukan adanya manajemen pajak yang baik
bagi wajib pajak. Manajemen pajak ini adalah sarana untuk memenuhi kewajiban
perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah
mungkin untuk tetap memperoleh laba yang diharapkan (Lumbantoruan, 1996).
Upaya ini dilakukan sebagai bentuk penghematan pajak secara legal. Diluar dari
konteks penghematan pajak secara legal, banyak juga ditemukan wajib pajak yang
melakukan penghematan pajak dengan illegal. Berikut adalah beberapa faktor
yang membuat wajib pajak melakukan penghematan pajak secara ilegal (Suandy,
2003):
a. Tax required to pay
Yaitu penghematan pajak karena besarnya jumlah pajak yang harus
dibayar oleh Wajib Pajak.
b. Cost of bribe
Yaitu Wajib Pajak yang melakukan penghematan pajak dengan cara
menyuap fiskus, jadi semakin kecil biaya untuk menyuap semakin
besar pula kecenderungan wajib pajak melakukan pelanggaran.
c. Probability of detection
Yaitu penghematan pajak dengan illegal yang dikarenakan kecilnya
deteksi terhadap suatu pelanggaran. Semakin kecil kemungkinan
pelanggaran terdeteksi maka semakin besar kecenderungan Wajib
d. Size of penalty
Faktor dari sanksi yang diberikan untuk sebuah pelanggaran. Semakin
ringan sanksi yang diberikan maka akan semakin besar juga Wajib
Pajak untuk melakukan pelanggaran.
Banyak usaha pemerintah untuk dapat mengurangi pelanggaran yang
dilakukan oleh Wajib Pajak. Usaha pemerintah ini bertujuan agar jumlah
penerimaan pajak dapat terus meningkat. Seperti beberapa program yang telah
diterapkan oleh pemerintah, pada tahun 2015, saat dikeluarkannya PMK 91 tahun
2015 yaitu penghapusan sanksi administrasi perpajakan. Peraturan yang
dikeluarkan belum begitu membawa dampak yang signifikan. Kemudian pada
tahun 2016 pemerintah mengeluarkan program terbaru bagi Wajib Pajak yang
sangat digencarkan yaitu Pengampunan Pajak atau yang juga dikenal sebagai Tax
Amnesty. Tujuan dari pengampunan pajak ini selain untuk meningkatkan pendapatan Negara, juga bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Praktik pengampunan pajak di Indonesia sebenarnya sudah pernah
dilaksanakan. Pengampunan Pajak yang pertama yaitu dilaksanakan pada tahun
1964 dengan dasar Penetapan Presiden No. 5 Tahun 1964 Tentang Peraturan
Pengampunan Pajak pada tanggal 9 September 1964. Kebutuhan dana yang besar
untuk kepentingan Revolusi Nasional dan pembangunan Nasional Semesta
Berencana menjadi dasar pelaksanaan kebijakan pengampunan pajak yang
pertama. Praktik pengampunan pajak yang kedua dilaksanakan pada 18 April
1984 yang didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1984 yang
diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 1984 dengan
dilatarbelakangi atas adanya perubahan system pemungutan perpajakan dari
official assessment menjadi self assessment.
Beberapa negara di dunia juga melakukan hal serupa untuk dapat
meningkatkan penerimaan pajak. Ada negara yang sangat berhasil dalam
dalam menerapkan program ini. Berikut adalah beberapa negara yang menerapkan
praktik pengampunan pajak dan juga implementasi program pengampunan pajak:
Tabel 1.1.2
Pengampunan Pajak di Beberapa Negara
Negara Sasaran Durasi Bentuk/Intens
enforcement
Dewasa ini antusiasme masyarakat untuk mengikuti TA tergolong masih
sedikit dibandingkan dengan jumlah wajib pajak seluruh Indonesia. Namun
karena dari beberapa negara yang membuat program serupa dengan Pengampunan
Pajak, Indonesia memiliki pengikut dengan jumlah yang cukup tingi. Berikut
adalah data Wajiib Pajak yang mengikuti prosedur Pengampunan Pajak.
Tabel 1.1.3
Data Wajib Pajak yang mengikuti Pengampunan Pajak Periode I dan II
Wilayah Jumlah WAJIB PAJAK Jumlah Tebusan (Rp)
Jawa (tanpa DKI) 144.517 29,03 trilliun
DKI 134.511 51,58 trilliun
Sumatera 65.185 7,86 trilliun
Kalimantan 17.983 2,11 trilliun
Bali,Nusteng, Papua, Maluku 17.236 1,35 trilliun
( Sumber: www.metrotvnews.com )
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa banyak masyarakat yang
notabene adalah wajib pajak menggunakan kesempatan ini untuk melaporkan
segala bentuk harta dan posisi keuangan yang sebelumnya belum dilaporkan agar
terhindar dari pemeriksaan. Hal ini membawa dampak yang baik bagi pemasukan
negara, atas laporan dari para wajib pajak. Sehingga program ini tentu saja
menguntungkan dua belah pihak yaitu pihak wajib pajak dan juga negara.
Dengan berakhirnya Pengampunan Pajak periode I,II dan III maka
pemerintah mulai mencanangkan program penyuluhan untuk para wajib pajak
agar dapat melaporkan SPT paska Tax Amnesty dengan baik. IPM Consultant
merupakan instansi yang melayani klien untuk dapat mengikuti program Tax
Amnesty. Wajib pajak yang akan menjadi objek untuk pelaporan penulis adalah wajib pajak badan yang notabene adalah klien dari IPM Consultant. Untuk
selanjutnya klien tersebut akan disebut PT VV.PT VV ini merupakan wajib pajak
badan yang mengikuti program Pengampunan Pajak pada periode ke II yang
berakhir pada bulan Desember 2016. PT ini mempunyai kompesasi kerugian dan
juga kompensasi PPN Lebih Bayar sebelum mengikuti Pengampunan Pajak. Atas
VV sebelum dan setelah mengikuti Pengampunan Pajak dan melihat bagaimana
hasil atas simulasi dengan perbandingan apabila melakukan pembetulan SPT
dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Perbandingan Atara
Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT Atas Harta Belum Terlapor serta Pengaruhnya Terhadap Kompensasi Kerugian dan Lebih Bayar PPN”
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat oleh penulis yaitu:
1. Seperti apa perbandingan pelaporan Pengampunan Pajak dengan
Pembetulan SPT untuk mengungkap harta yang belum terlapor?
2. Bagaimana perlakuan program Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT
terhadap PT VV yang memiliki kompensasi kerugian?
3. Bagaimana perlakuan program Pengampunan Pajak dan Pembetulan SPT
terhadap PT VV yang memiliki kompensasi lebih bayar pada PPN?
4. Bagaimana pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PT VV
sebelum dan sesudah mengikuti program Pengampunan Pajak?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai penulis atas penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbandingan hasil pengungkapan harta yang belum
terlapor dengan mengikuti program Pengampunan Pajak dan
melakukan Pembetulan SPT.
2. Untuk menjelaskan bagaimana perlakuan pajak atas PT VV yang
memiliki kompensasi kerugian sebelum dan sesudah mengikuti
Program Pengampunan Pajak dan melakukan Pembetulan SPT.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Pengampunan Pajak dan
4. Untuk menjelaskan bagaimana pelaporan SPT Tahunan PT VV
sebelum mengikuti program Pengampunan Pajak dan sesudah
mengikuti program Pengampunan Pajak.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dapat terpenuhi dari penulisan tugas akhir ini
yaitu:
1. Bagi Penulis
Sebagai bentuk evaluasi untuk mengukur kemampuan penulis dalam
mendalami ilmu yang terlah diperoleh selama masa perkuliahan, serta
membuka wawasan pengetahuan yang baru tentang permasalahan
dalam dunia perpajakan terutama dalam bidang pengampunan pajak
dan juga sebagai salah satu langkah untuk belajar lebih tanggap
terhadap isu-isu pajak yang terus berkembang.
2. Bagi Pembaca
Dapat menjadi bahan untuk menambah pengetahuan tentang beberapa
isu yang terjadi dalam program pengampunan pajak serta pembetulan
SPT dan juga dapat menjadi jembatan bagi mahasiswa-mahasiswi
untuk lebih mengerti tentang pelaksanaan pengampunan pajak dan hal
lain seperti pelaksanaan Pembetulan SPT.
3. Bagi Wajib Pajak
Sebagai dasar bagi wajib pajak untuk mengambil keputusan yang
berkaitan dengan Pembetulan SPT dan Pengampunan Pajak serta agar
lebih paham terhadap hal-hal yang terjadi dalam pelaksanaan
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang diberikan oleh penulis sebagai gambaran
mengenai laporan praktik kerja lapangan disusun sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaaat penulisan serta sistematika penulisan dalam tugas akhir ini.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini menjelaskan tentang berbagai teori yang sesuai dengan
rumusan masalah yang diajukan oleh penulis dan akan digunakan untuk
dasar pembahasan dari penelitian untuk tugas akhir ini.
BAB III : GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL DAN METODE
PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran umum dari sejarah
berdirinya, struktur organisasinya, pelaksanaan dasar kerja dari IPM
Consultant. Serta menjelaskan metode yang digunakan dalam menyusun
laporan praktik kerja lapangan ini.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan atau analisis dari rumusan masalah
yang telah dituliskan.
BAB V : PENUTUP
Berisikan tentang hasil analisis yang dirangkum dalam kesimpulan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.6Definisi, Fungsi, Sistem Pemungutan Pajak
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai istilah pajak secara umum dari
pengertian pajak, fungsi pajak hingga menyangkut sistem dan asas
pemungutan pajak berdasarkan Undang-undang.
2.1.4 Definisi Pajak
Berikut ini adalah beberapa kutipan definisi pajak dari para ahli (Abuyamin,
2014)
a. Rochmat Soemitro
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal-balik (kontra
prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Dalam bukunya “Pajak dan Pembangunan” (Eresco, 1974) Pajak adalah
peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplus-nya digunakan untuk “Public Saving” yang
merupakan sumber utama untuk membiayai “Public Invesment”
b. P.J.A Adriani
Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapaat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum
berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
(Brotodiharjo, 1993)
c. Definisi dari Perancis yang termuat dalam buku Leroy Beaulieu dengan
la contribution, soit dissimulee, que La Puissance Publique exige des habitants ou des biens pur subvenir aux depenses du Gouverment” yang
diterjemahkan “Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak, yang dipaksakan oleh kekuasaan public dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah” (Brotodiharjo, 1993)
d. Definisi pajak menurut Dr Soeparman dalam buku yang berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong” menyatakan bahwa Pajak adalah iuran wajib yang berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha
berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi atas
barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”
Dengan beberapa definsi yang diungkapkan para ahli terntang pajak, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak adalah:
a. Iuran rakyat kepada Negara
b. Dipungut oleh Negara (pemerintah pusat dan pemerintah daerah)
c. Peraturan pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang
d. Pemungutuan pajak dapat dipaksakan
e. Alih dana dari wajib pajak (sector swasta) kepada pemungut pajak
(Negara/pemerintah)
f. Hasil penerimaan digunakan untu membiayai tugas umum/pemerintah
dalam rangka meningkatkan kesejaahteraan rakyat.
2.1.5 Fungsi Pajak
Menurut UU No 28 Tahun 2007 yang dikutip dalam buku “Pilar-pilar Perpajakan” dijelaskan beberapa fungsi dari pajak (Abuyamin, 2014) :
a. Fungsi Budgetair
Yaitu fungsi untuk mengisi kas negara sebagai sumber utama bagi
APBN/APBD. Sebagai contoh, pemungutan pajak akan digunakan untuk
anggaran biaya pendidikan yang berarti pajak merupakan sumber kas
b. Fungsi Regulerend
Adalah fungsi untuk mengatur aspek sosial dan ekonomi pada umumnya
dalam rangka mencapai tujuan tertentu yang diharapkan oleh Negara.
Sebagai contoh, pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang mewah
sehingga fungsi pajak disini adalah untuk mengatur pola ekonomi agar
masyarakat tidak terlalu konsumtif.
2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak
Beberapa sistem yang digunakan untuk memungut pajak (Mardiasmo, 2016) :
a. Official Assesment System
Sistem pemungutan dengan wewenang yang diberikan kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang wajib pajak.
Sistem ini memiliki ciri-ciri yaitu wewenang menentukan besarnya pajak
terutang ada pada fiskus dan menimbulkan utang pajak setelah dikeluarkan
surat ketetapan oleh fiskus sehingga dapat diketahui bahwa wajib pajak
bersifat pasif.
b. Self Assesment System
Sistem pemungutan dengan wewenang yang diberikan kepada wajib pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.
Ciri-ciri sistem ini yaitu wajib pajak diberi wewenang untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang tanpa ikut campur tangan dari fiskus
sehingga wajib pajak merupakan wajib pajak aktif mulai dari menghitung,
menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.
c. Withholding System
Sistem pemungutan pajak dengan wewenang yang diberikan kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak) untuk menentukan besar
2.7Pajak Penghasilan
Pada sub bab berikut ini akan dibahas mengenai Pajak Penghasilan secara
khusus mulai dari pengertian, subjek, objek Pajak Penghasilan, dan juga
adanya kompensasi kerugian atas objek pajak penghasilan yang diatur
berdasarkan Undang-Undang. Undang-undang yang mengatur Pajak
Penghasilan yaitu UU Nomor 36 Tahun 2008.
2.2.4 Definisi Pajak Penghasilan dan Subjek Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak (Pasal
1 UU No. 10 Tahun 1994)
UU Nomor 36 Tahun 2008 dalam Pasal 2 Ayat (1) subjek PPH yaitu:
1. Orang Pribadi, dapat bertempat tinggal di Indonesia maupun diluar
Indonesia
2. Badan, sekumpulan orang dan/ atau modal yang melakukan usaha
maupun tidak melakukan usaha.
3. BUMN dan BUMD
4. Perkumpulan, termasuk asosiasi, persatuan, perhimpunan, atau
ikatan dari pihak-pihak yang mempunyai suatu kepentingan yang
sama.
2.2.5 Objek Pajak Penghasilan
Menurut UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat (1) yang dimaksud
dengan Objek Pajak Penghasilan adalah:
a. penggantian atau imbalan berkenaan denganpekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
Undang-undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi;
h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara
perpajakan; dan
s. surplus Bank Indonesia.
2.2.6 Wajib Pajak Badan
Non Objek PPH Badan
Dalam usahanya terdapat penghasilan yang diterima wajib pajak badan
a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga yang disahkan pemerintah
b. Harta hibahan yang diterima badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial atau orang pribadi sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikian, atau penguasaan antara
kedua pihak
c. Bantuan atau sumbangan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak Tertentu.
Kewajiban Pembukuan
Pembukuan adala suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
ertaur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutu dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak Tersebut.
Seluruh Wajib Pajak Badan di Indonesia wajib menyelenggarakan
pembukuan dengan memegang prinsip taat asas dan dengan stelsel
akurasi atau stelsel kas.
Kompensasi Kerugian
Berdasarkan Pasal 6 Ayat (1,2) UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Penghasilan Kena Pajak dan Kompensasi Kerugian, apabila subjek
pajak badan dalam melakukan usahanya menghasilkan kerugian
setelah pengurangan dari penghasilan bruto dengan
pengeluaran-pengeluaran, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan
2.8Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Dalam sub bab ini akan dibahas mendalam mengenai Pajak Pertambahan Nilai
dari pengertian PPN, pengenaan PPN dan juga Pajak Masukan serta Pajak
Keluaran yang menyebabkan adanya Kredit Pajak atau Pajak Lebih Bayar.
Pajak Pertambahan Nilai diatur dalam UU Nomor 42 Tahun 2009.
2.3.3 Pengertian PPN dan Pengenaan PPN
Menurut Pasal 1 dalam UU Nomor 42 Tahun 2009, PPN adalah pajak
yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul
karena digunakannya faktor-faktor produksi di setiap jalur perusahaan
dalam menyiapkam, menghasilkan, menyalurkan dan
memperdagangkan barang atau pemberian atas suatu pelayanan jasa
kepada konsumen. Pengusaha Kena Pajak hanya memungut PPN dan
kemudian PPN tersebut akan disetorkan ke Kantor Kas Negara.
PPN dikenakan atas transaksi berikut (Pasal 4 Ayat 1):
a. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh Pengusaha;
b. Impor Barang Kena Pajak (BKP);
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha;
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari Luar Daerah
Pabean dan di Dalam Daerah Pabean;
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean dan di
Dalam Daerah Pabean;
f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
2.3.4 Kredit Pajak
Dalam pasal 9 diatur mengenai Pajak Masukan, Pajak Keluaran, dan
Kredit Pajak sebagai berikut:
a. Pajak Masukan
Adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar
dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemanfaatan BKP
tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan JKP
dari luar Derah Pabean dan atau impor BKP.
b. Pajak Keluaran
Adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan
atau Jasa Kena Pajak, atau eskpor Barang Kena Pajak.
c. Mekanisme Pengkreditan
Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak
Keluaran untuk Masa Pajak yang sama.
d. Pajak Pertambahan Nilai Kurang Dibayar
Apabila dalam suatu masa pajak, Pajak Keluaran lebih besar
daripada Pajak Masukan maka selisihnya merupakan Pajak
Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak
dan disetor ke kas negara.
e. Pajak Pertambahan Nilai Lebih Dibayar
Apabila dalam suatu masa pajak, Pajak Masukan lebih besar
daripada Pajak Keluaran maka selisihnya adalah kelebihan pajak
yang dapat dimintakan kembali, atau dikompensasikan ke Masa
2.4 Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai Pengampunan Pajak mulai dari
pengertian, asas dan tujuan Pengampunan Pajak, Subjek dan Objek dari
Pengampunan Pajak, serta Tarif yang disertai cara penghitungan uang tebusan
untuk Pengampunan Pajak. Pengampunan pajak diatur dalam UU Nomor 11
tahun 2016.
2.4.1 Definisi, Asas dan Tujuan Pengampunan Pajak
Pengampunan pajak berdasarkan dalam Pasal 1 adalah penghapusan
pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi
perpajakan dan sanksi pidana dibidang perpajakan, dengan cara
menggungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Pengampunan Pajak.
Dalam pasal 2 dijelaskan Asas dan Tujuan dari Pengampunan Pajak
adalah sebagai berikut:
Empat asas pengampunan pajak (Ayat 1) :
a. Asas Kepastian Hukum
Pelaksanaan Pengampunan Pajak harus dapat mewujudkan
ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
b. Asas Keadilan
Pelaksanaan Pengampunan Pajak menjunjung tinggi keseimbangan
hak dan kewajiban dari setiap pihak yang terlibat.
c. Asas Kemanfaatan
Seluruh pengaturan kebijakan Pengampunan Pajak bermanfaat bagi
kepentingan Negara, bangsa, dan masyarakat, khususnya dalam
memajukan kesejahteraan umum.
d. Asas Kepentingan Nasional
Pelaksanaan Pengampunan Pajak mengutamakan kepentingan
Tujuan dilaksanakannya pengampunan pajak adalah (Ayat 2):
a. Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi
melalui pengalihan harta yang antara lain akan berdampak
terhadap peningkatan likuiditas domestic, perbaikan nilai tukar
Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi.
b. Mendorong reformasi perpajakan menuju system perpajakan
yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan
yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi.
c. Meningkatkan penerimaan pajak yang antara lain akan
digunakan untuk pembiayaan pembangunan.
2.4.2 Subjek dan Objek Pengampunan Pajak
Subjek dan Objek Pengampunan Pajak selain diatur dalam UU Nomor
11 Tahun 2016 juga diatur dalam PMK 118/PMK.03/2016.
Subjek pengampunan pajak, diatur dalam Pasal 3 danlebih jelas
diatur dalam PER-11/PJ/2016 yang meliputi :
a. Wajib Pajak yang mempunyai kewajiiban menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;
b. Orang pribadi seperti petani, nelayan, pensiunan, tenaga kerja
Indonesia, atau subjek pajak warisan yang belum terbagi, yang
jumlah penghasilannya pada Tahun Pajak Terakhir di bawah
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dapat tidak
menggunakan haknya untuk mengikuti Pengampunan Pajak;
c. Warga Negara Indonesia yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan
tidak mempunyai penghasilan dari Indonesia merupakan subjek
pajak Luar Negeri dan dapat tidak menggunakan haknya untuk
mengikuti pengampunan pajak.
Objek pengampunan pajak, diatur dalam Pasal 6 yang meliputi :
Nilai Harta yang diungkapkan dalam Surat Pernyataan untuk
a. Nilai Harta yang telah dilaporkan dalam SPT PPh Terkahir;
b. Nilai Harta Tambahan yang belum atau belum seluruhnya
dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
Nilai Harta Tambahan yang belum dilaporkan dalam SPT PPh
Terakhir yang menjadi Objek Pengampunan Pajak yang wajib
dibayarkaan uang tebusannya.
2.4.3 Tarif dan Cara Menghitung Uang Tebusan
a. Tarif uang tebusan
Berdasarkan Pasal 4 tentang Pengampunan Pajak, tarif uang
tebusan adalah sebagai berikut:
a. Tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada di dlam wilayah
NKRI atau Harta yang berada di luar wilayah NKRI yang
dialihkan ke dalam wilayah NKRI dan diinvestasikan di
dalamnya, dalam jangka waktu paling singkat tiga tahun
terhitung sejak dialihkan adalah sebesar:
1) 2% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada
bulan pertama dengan akhir bulan ketiga terhitung sejak
Undang-Undang Pengampunan Pajak mulai berlaku;
2) 3% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada
bulan keempat terhitung sejak Undang-Undang
Pengampunan Pajak mulai berlaku sampai dengan tanggal
31 Desember 2016;
3) 5% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan terhitung
sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31
Maret 2017.
b. Tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada diluar wilayah
NKRI dan tidak dialihkan kedalam wilayah NKRI adalah
1) 4% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada
bulan pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung
sejak Undang-Undang Pengampunan Pajak mulai berlaku;
2) 6% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan pada
bulan keempat terhitung sejak Undang-Undang
Pengampunan Pajak mulai berlaku sampai dengan tanggal
31 Desember 2016;
3) 10% untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan
tanggal 31 Maret 2017.
c. Tarif Uang Tebusan bagi Wajib Pajak yang peredaran usahanya
sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (Empat Miliar Delapan
Ratus Juta Rupiah) pada Tahun Pajak Terakhir adalah sebsar:
1) 0,5% bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai harta
sampai dengan Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) dalam Surat Pernyataan; atau
2) 2% bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai harta lebih
dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dalam
Surat Pernyataan untuk periode penyampain Surat
Penyataan pada bulan pertama sejak Undang-Undang
Pengampuan Pajak mulai berlaku sampai dengan tanggal
31 Maret 2017.
b. Cara menghitung uang tebusan
Dasar Pengenaan Uang Tebusan dihitung berdasarkan nilai harta
bersih (Harta Tambahan yang belum dilaporkan dalam SPT PPh
Terakhir dikurangi dengan utang yang terkait dengan perolehan
Harta Tambahan).
q Harta Bersih = Harta Tambahan (HT) – Utang Terkait HT
2.4.4 Perlakuan atas kompensasi kerugian, kompensasi kelebihan
pembayaran pajak, pengembalian kelebihan pembayaran pajak
(atas PPH atau PPN), dan pembetulan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan sehubungan dengan pengampunan
pajak
Dalam UU yang sama pada Bab XVII Pasal 35 tentang Pengampunan
Pajak, beberapa hal yang diatur terkait Kompensasi Kerugian dan
Kompensasi Kelebihan Pembayaran Pajak yaitu:
1. Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan tidak berhak: a. mengompensasikan kerugian fiskal dalam surat pemberitahuan
atas jenis pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf a untuk bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, ke bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak berikutnya;
b. mengompensasikan kelebihan pembayaran pajak dalam surat pemberitahuan atas jenis pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) untuk masa pajak pada akhir Tahun Pajak Terakhir, ke masa pajak berikutnya;
c. mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dalam surat pemberitahuan atas jenis pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) untuk masa pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir;
d. melakukan pembetulan surat pemberitahuan atas jems pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) untuk masa pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, setelah Undang-Undang
Pengampunan Pajak berlaku.
2.5 Surat Pemberitahuan
Sub bab ini akan membahas mengenai Surat Pemberitahuan. Pembahasan
berupa pengertian, dan fungsi dari Surat Pemberitahuan, serta adanya batas
waktu dan juga denda atas penyampaian Surat Pemberitahuan. SPT diatuer
dalam UU KUP Nomor 28 Tahun 2007.
2.5.3 Pengertian dan Fungsi SPT
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 11 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan dijelaskan bahwa Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang
oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta
dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Kemudian beberapa fungsi Surat Pemberitahuan yaitu :
Bagi wajib pajak penghasilan
Adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri dan/ atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak
lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek
pajak;
c. Harta dan kewajiban;
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan
atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam
satu Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) : PPN dan PPnBM
Adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran, dan
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan
sendiri ileh Pengusha Kena Pajak dan/ atau melalui pihak lain
dalam satu Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2.5.4 Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan
Dalam Pasal 3 Ayat 3 dijelaskan batas waktu penyampaian SPT adalah
sebagai berikut:
a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah akhir Masa Pajak;
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak orang prbadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun
Pajak;
c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun
Pajak.
Denda atas Surat Pemberitahuan yang tidak disampaikan atau
terlambat disampaikan diatur dalam Pasal 7 Ayat 1
a. Denda sebesar Rp 500.000,00 untuk Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai;
b. Denda sebesar Rp 100.000,00 untuk Surat Pemberitahuan Masa
Lainnya;
c. Denda sebesar Rp 1.000.000,00 untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan
d. Denda sebesar Rp 100.000,00 untuk Surat Pemberitahuan
BAB III
GAMBARAN UMUM DAN METODE PENELITIAN
3.3Gambaran Umum IPM Consultant
3.1.3. Sejarah Singkat IPM Consultant
Dikutip dari www.ipmsemarang.com (2010) IPM Cosultant
merupakan salah satu anggota persekutuan dari KAP. ARHJ yang
dibentuk di Jakarta Medio pada tahun 2007. KAP. ARHJ mampu
berdiri dan bertahan dengan memegang Izin Usaha dari Menteri
Keuangan RI yaitu Surat Keputussan Nomor Kep. 586/KM.1/2007
yang disahkan pada tanggal 6 Agustus 2007. Kemudian pada tahun
2009, pemimpin cabang Semarang Bapak Pho Seng Ka, Ak, BKP,
CPA, CPMA bergabung dengan presekutuan KAP. ARHJ.
Sehingga pada tahun 2009 berdirilah Kantor Akuntan Publik Pho
Seng Ka. Kantor ini bergerak dibidang jasa konsultan untuk pajak,
jasa audit, jasa manajemen dan juga jasa akuntansi. Kantor akuntan
dan konsultan publik ini memiliki kemampuan yang baik di bidang
akuntansi dan pajak dan juga memiliki karyawan yang professional
yang paham terhadap bidangnya, sehingga keberadaan kantor
konsultan dan akuntan publik ini dapat diakui secara cepat oleh
masyarakat. Keberadaan Kantor Akuntan Publik Pho Seng Ka dan
IPM Consultant diperkuat dengan adanya Izin Akuntan Publik
yang diberikan Menteri Keuangan RI (Nomor Izin AP :
09.1.1041); Izin Konsultan Pajak yang diberikan oleh Direktur
Jenderal Pajak RI (SI-1624/PJ/2009); dan juga Izin Kuasa Hukum
dari Ketua Pengadilan Pajak RI.
Suatu perusahaan dapat beroperasi dengan lancar apabila
Consultant sebagai suatu organisasi juga memiliki struktur
organisasi yang jelas. Berikut susunan struktur organisasi dari IPM
Contultant
Gambar 3.1.1
Struktur Organisasi IPM Consultant Semarang
Pimpinan Cabang
Ketua Tim Bagian Akuntansi
Wakil Pimpinan
Ketua Tim Bagian Perpajakan
Ketua Tim Bagian Rumah
Tangga
Staff Bagian Perpajakan Staff Bagian
Akuntansi
Staf Bagian Rumah Tangga Pimpinan Cabang
IPM Consultant di Semarang menawarkan jasa di bidang
Akuntansi yang dipegang oleh Kantor Akuntan Publik yang
meliputi Jasa Audit Kerja, Jasa Audit Investigasi, Jasa Audit
umum, dan juga Jasa Akuntansi atas Pembukuan Laporan
Keuangan. Selain itu IPM Consultant juga menawarkan jasa
dibidang Perpajakan yang dipegang oleh konsultan yang
berpengalaman yang meliputi Perencanaan Pajak, Konsultasi
Pajak, Review Laporan Keuangan, Pengurusan Banding dan
Gugatan atas Pengadilan Pajak, Pengurusan SPT Masa dan juga
SPT Tahunan Orang Pribadi dan Badan.
3.1.4. Tugas dan Wewenang
a. Pimpinan Cabang
Dalam konteks lingkungan IPM Consultant, pimpinan cabang
dapat disebut juga sebagai direktur. Tugas dan wewenang dari
Pimpinan ini adalah mengawasi kegiatan yang berlangsung
dalam lingkungan kantor, dan juga sebagai konsultan utama
bagi klien dan karyawan.
b. Wakil Pimpinan
Wakil pimpinan ini memiliki tugas dan wewenang untuk
mengawasi staff, baik dibidang akuntansi maupun perpajakan,
dan juga memiliki fungsi sebagai pendamping dari klien.
Jabatan utama dari wakil pimpinan ini adalah sebagai pusat
Audit dari bagian akuntansi atau disebut Audit Manager.
c. Ketua Tim
Ketua tim dalam organisasi ini ada 3 yaitu yang pertama adalah
ketua tim bagian akuntansi, ketua tim ini akan menangani
langsung permasalahan yang dikonsultasikan staff dibawahnya,
dan juga sebagai pendamping dari klien sendiri; ketua tim
bagian perpajakan juga akan turun tangan langsung menangani
perpajakan dibawahnya; yang terakhir adalah ketua tim bagian
rumah tangga yang juga dapat disebut sebagai pekerja lapangan
yang akan bertugas untuk membantu staff pajak ataupun staff
audit untuk mengambil berkas dari klien dan menyerahkan
kembali kepada klien serta melakukan penyetoran SPT ke
Kantor Pajak.
d. Staff
Staff akuntansi akan menangani langsung klien dengan lingkup
untuk melakukan penyusunan laporan keuangan, membantu
audit baik audit kerja, audit investigasi dan juga audit umum;
staff perpapajakan akan menangani klien dengan ruang lingkup
PPh 21 untuk melakukan perhitungan pajak penghasilan
karyawan, untuk mengerjakan PPN dan PPnBM dalam SPT
Masa maupun SPT Tahunan baik Orang Pribadi maupun usaha
Badan selain itu masing-masing staff atau karyawan harus
bertanggung jawab untuk berbagai arsip data dari
masing-masing klien yang ditangani. Staff bagian akuntansi dan pajak
memiliki satu orang untuk mengerjakan bagian penagihan
honor dan tagihan pajak yang dibebankan kepada klien dan
juga menyetorkan uang ke bank. Staff yang terakhir adalah
staff rumah tangga, staff ini mengurus bagian keuangan untuk
internal dari IPM Consultant seperti pengecekan jam kerja,
penghitungan gaji karyawan dan pembayaran gaji karyawan,
mengurus segala bentuk pengeluaran yang dikeluarkan untuk
operasional maupun non opreasional IPM Consultant, dan juga
bagian yang berkaitan dengan kesejahteraan para karyawan.
Staff ini juga bertanggung jawab untuk rencana kegiatan yang
akan disusun berdasarkan evaluasi dari kegiatan yang telah
dilakukan. Para Staff baik staff akuntansi, staff perpajakan,
staff rumah tangga harus selalu berkoordinasi dengan ketua tim
3.4METODE PENELITIAN
3.2.5. Definisi Data, dan Sampel
Definisi dari data adalah sesuatu yang diketahui atau dianggap
sehingga dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau
persoalan yang terlihat.
Sedangkan sampel adalah suatu elemen dari populasi yang
digunakan untuk diselidiki.
3.2.6. Jenis Data
Jenis Data yang didapatkan oleh penulis sebagai bahan untuk dasar
tugas akhir adalah:
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh secara langsung oleh penulis dari
suatu sumber. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data
primer dari wawancara langsung dengan salah satu karyawan
bagian perpajakan dari IPM Consultant yang memegang bidang
perpajakan dari PT VV secara langsung.
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh tidak secara langsung oleh penulis
namun didapatkan dengan cara mencari, dan mengumpulkan
data-data informasi yang berhubungan dengan permasalahan
yang ada. Data yang diperoleh berupa laporan keuangan PT
VV.
3.2.7. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan oleh penulis dilakukan dengan metode
dokumentasi, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan
mengumpulkan data dari sumber yang dianggap paling mengerti
permasalahan. Dalam kasus ini sumber untuk mendapatkan data
adalah IPM Consulant yang memberikan data-data yang
3.2.8. Metode Analisis Data
Dalam mengolah data yang ada, penulis menggunakan metode
analisis seperti berikut:
a. Metode Deskriptif Kualitatif
Yaitu metode analisis data yang telah dikumpulkan dengan
menggunakan teori yang ada. Dalam kasus ini beberapa teori
akan digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat
oleh penulis tentang perbedaan perlakuan antara pengampunan
pajak dan pembetulan SPT terhadap harta yang belum terlapor
serta pengaruh nya atas kompensasi kerugian dan Kompensasi
PPN Lebih Bayar.
b. Metode Deskripsi Kuantitatif
Yaitu menggambarkan dan menganalisis data dengan
menggunakan perhitungan angka. Dalam kasus yang diangkat,
metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah Uang Tebusan
yang dibayarkan apabila mengikuti Pengampunan Pajak, dan
BAB IV
PEMBAHASAN
Perusahaan merupakan wajib pajak yang tergolong wajib pajak badan.
Dalam usahanya, suatu perusahaan pasti menginginkan pemasukan yang besar
dengan pengeluaran yang seminimal mungkin. Pembayaran pajak juga merupakan
pengeluaran yang terkadang sangat ingin diminimalisir adanya. Sehingga
terkadang suatu perusahaan tidak ingin memperlihatkan asset yang dimiliki dalam
laporannya. Karena dalam perpajakan, suatu asset merupakan bukti dari adanya
pendapatan yang masuk.
Untuk itulah pemerintah mengeluarkan program yang dapat menarik wajib
pajak yang tidak mencamtumkan asset dalam pelaporan agar segera dilaporkan
dengan tanpa adanya pajak yang terutang. Wajib pajak hanya harus membayar
uang tebusan sebesar ketentuan yang ada. Dengan adanya program ini maka dari
pihak pajak maupun dari wajib pajak sama-sama diuntungkan.
PT VV merupakan salah satu wajib pajak yang juga memanfaatkan program
pengampuna pajak untuk melaporkan harta yang sebelumnya belum terlapor
dalam SPT Tahunan. PT VV diketahui melaporkan hartanya pada tanggal 22
Desember 2016 yaitu pada saat Program Pengampunan Pajak Periode ke II.
Namun apa yang harus dilakukan apabila PT VV melakukan Pembetulan SPT
untuk melaporkan harta yang belum terlapor tersebut. Oleh karena itu pada bab ini
akan dibahas mengenai perbandingan cara pelaporan antara Pengampunan Pajak
dan Pembetulan SPT atas harta yang belum terlapor tersebut diatas. Selain itu
berdasarkan data yang didapat bahwa PT VV juga memiliki sejumlah Kompensasi
Keugian dan Kompensasi PPN Lebih Bayar maka penulis juga akan
membandingkan pengaruh yang terjadi atas data tersebut apabila PT VV
mengikuti Program Pengampunan Pajak dan apabila melakukan Pembetulan SPT.
4.5 Perbandingan Cara Pelaporan antara Pengampunan Pajak dengan
Pembetulan SPT atas Harta yang Belum Terlapor
4.1.3. Pelaporan dengan Pengampunan Pajak
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa PT VV
melaporkan harta sejumlah Rp 276.112.397,00. Total harta inilah yang
menjadi Dasar Pengenaan Uang Tebusan. Berdasarkan Pasal 4 UU
Nomor 11 Tahun 2016 tarif yang dikenakan atas harta didalam
wilayah NKRI pada periode kedua yaitu 3%. Maka perhitungan Uang
Tebusan untuk PT VV adalah sebagai berikut
Uang Tebusan = Tarif X Dasar Pengenaan Uang Tebusan
Uang Tebusan = 3% X Rp 276.112.397,-
Uang Tebusan = Rp 8.283.372,-
Jadi total Uang Tebusan yang harus dibayarkan PT VV kepada Kas
Negara adalah sejumlah Rp 8.283.372,00
Formulir yang digunakan untuk melaporkan Harta dan juga jumlah
Uang Tebusan yang harus dibayar oleh PT VV menggunakan surat
pernyataan khusus berupa “Surat Pernyataan Harta Untuk
FOR
MULI
R
SURAT PERNYATAAN HARTA UNTUK PENGAMPUNAN PAJAK
PERHATIAN: • SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU PETUNJUK PENGISIAN • ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM • BERI TANDA DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
ALAMAT TEMPAT TINGGAL/KEDUDUKAN DI INDONESIA :
ALAMAT TEMPAT TINGGAL/KEDUDUKAN DI LUAR NEGERI :
JENIS USAHA/PEKERJAAN BEBAS :
NO. TELEPON/FAKSIMILI :
NO. HP :
EMAIL :
U M K M :
YA
TIDAK K L U : 0 0 0 0 0
PEMBUKUAN :
TIDAK YA, PERIODE : 0 1 - 1 2
DIAUDIT TIDAK DIAUDIT
MENGGUNAKAN KONSULTAN PAJAK : YA TIDAK
NAMA KONSULTAN PAJAK :
1 NILAI HARTA BERSIH DALAM SPT PPh TERAKHIR
[ Diisi dari Daftar Rincian Harta dan Utang Huruf A : Total A ] 1 -1.799.778.350
BE
3 NILAI HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (REPATRIASI)
[ Diisi dari Daftar Rincian Harta dan Utang Huruf C : Total C ] 3 0 4 NILAI HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (TIDAK REPATRIASI)
[ Diisi dari Daftar Rincian Harta dan Utang Huruf D : Total D ] 4 0
N 5 DASAR PENGENAAN UANG TEBUSAN (DPUT)
a. DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (2 + 3) 5a 276.112.397
b. DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (4) 5b 0
6 DASAR PENGENAAN UANG TEBUSAN PADA PERNYATAAN SEBELUMNYA
a. DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE
DALAM NEGERI 6a 0
b. DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI 6b 0
7 DASAR PENGENAAN UANG TEBUSAN PADA PERNYATAAN INI
a. DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (5a - 6a) 7a 276.112.397
b. DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (5b - 6b) 7b 0
N 8. PENGHITUNGAN UANG TEBUSAN (TARIF BERDASARKAN PERIODE PELAPORAN PENGAMPUNAN)
a. UANG TEBUSAN UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG
DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (Tarif* x 7a) 8a 8.283.372 b. UANG TEBUSAN UNTUK HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
c. JUMLAH UANG TEBUSAN (8a + 8b) 8c 8.283.372
9 UANG TEBUSAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR TANGGAL PEMBAYARAN 1 2 1 6 9 8.283.372 YANG LEBIH DIBAYAR
UANG TEBUSAN YANG LEBIH DIBAYAR MOHON : DIKEMBALIKAN DIPERHITUNGKAN DENGAN KEWAJIBAN PAJAK LAINNYA
F.
LA
MP
IR
A
N
DAFTAR RINCIAN HARTA DAN UTANG
BUKTI PEMBAYARAN UANG TEBUSAN
BUKTI PELUNASAN TUNGGAKAN PAJAK
BUKTI PEMBAYARAN PAJAK YANG BELUM/TIDAK DIBAYARKAN DALAM HAL WAJIB PAJAK DILAKUKAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN ATAU PENYIDIKAN
FOTOKOPI SPT PPH TERAKHIR
SURAT PERNYATAAN MENGENAI BESARAN PEREDARAN USAHA (UMKM)
SURAT PERNYATAAN TIDAK MENGALIHKAN HARTA YANG BERADA DAN/ATAU DITEMPATKAN DI DALAM NEGERI KE LUAR WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
SURAT PERNYATAAN MENGALIHKAN DAN MENGINVESTASIKAN HARTA LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
SURAT PERNYATAAN PENCABUTAN PERMOHONAN (SESUAI PASAL 8 AYAT (3) HURUF F UNDANG-UNDANG TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK)
SURAT KUASA KHUSUS
SURAT PENGAKUAN KEPEMILIKAN HARTA
SURAT PENGAKUAN NOMINEE
DOKUMEN LAIN
G. PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa apa yang telah saya ungkapkan dalam Surat Pernyataan ini beserta lampiran-lampirannya adalah benar. TANDA TANGAN - CAP PERUSAHAAN
WAJIB PAJAK PEMIMPIN TERTINGGI KUASA TANGGAL: 2 2 1 2 2 0 1 6
NAMA
LENGKAP meterai Rp6.000
WAJIB PAJAK/PEMIMPIN TERTINGGI/KUASA
:
NPWP :
4.1.4. Pelaporan dengan Pembetulan SPT
Ada pilihan lain untuk melaporkan asset yang sebelumnya
belum tercantum dalam SPT Tahunan maupun dalam
Laporan-Laporan lainnya. Cara tersebut adalah dengan melakukan pembetulan
SPT. Proses ini dirasa akan lebih mudah dibandingkan dengan
mengiktui program pengampunan pajak. Karena Wajib Pajak hanya
perlu melakukan pengisian SPT Tahunan seperti biasa namun diisi
dengan SPT Pembetulan. Dalam hal ini sebelum adanya program
pengampunan pajak maka PT VV dapat melakukan SPT Pembetulan
untuk Tahun Pajak 2015.
Harta bersih yang belum dilaporkan oleh PT VV berupa Kas dan
Setara Kas Lainnya. Berdasarkan data yang didapat bahwa kas
tersebut adalah kas yang didapat dari adanya sumbangan dari
perusahaan lain yang bekerja sama dengan PT VV. Oleh karena itu,
harta tersebut dimasukan dalam SPT Pembetulan dengan menambah
penghasilan yang diterima. Penghasilan tersebut dimasukan dalam
SPT Pembetulan Lampiran IV pada bagian B yaitu Penghasilan Yang
Tidak Termasuk Objek Pajak.
Berikut SPT Pembetulan yang dapat dilakukan oleh PT VV
dengan menggunakan data laporan keuangan yang diperoleh untuk
• ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM X • BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
N P W P : 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : P T V V
JENIS USAHA : M A N U F A K T U R KLU :
NO. TELEPON : - NO. FAKS :
-PERIODE PEMBUKUAN : 0 1 1 5 s.d. 1 2 1 5
NEGARA DOMISILI KANTOR PUSAT (khusus BUT) :
PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : X DIAUDIT OPINI AKUNTAN TIDAK DIAUDIT
NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :
NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK :
NAMA AKUNTAN PUBLIK :
N P W P AKUNTAN PUBLIK :
NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK :
N P W P KANTOR KONSULTAN PAJAK :
NAMA KONSULTAN PAJAK :
NPWP KONSULTAN PAJAK :
*) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3)
1. PENGHASILAN NETO FISKAL
(Diisi dari Formulir 1771-I Nomor 8 Kolom 3) ……….
2. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL
(Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 8) ………
3. PENGHASILAN KENA PAJAK (1-2) ……...…..……….………..…………
4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) a. Tarif PPh Ps. 17 ayat (1) Huruf b X Angka 3 ………….
b. Tarif PPh Ps. 17 ayat (2b) X Angka 3 ……….
c. Tarif PPh Ps. 31E ayat (1) (Lihat Buku Petunjuk)
5. PENGEMBALIAN / PENGURANGAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
(PPh Ps. 24) YANG TELAH DIPERHITUNGKAN TAHUN LALU ……….
6. JUMLAH PPh TERUTANG (4 + 5) …..……….………..…………
7. PPh DITANGGUNG PEMERINTAH (Proyek Bantuan Luar Negeri) ……..………..………..………
8. a. KREDIT PAJAK DALAM NEGERI
(Diisi dari Formulir 1771-III Jumlah Kolom 6) ……….………..…....………..………..………..……
b. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Jumlah Kolom 8) ……….………..………..………..………..…
c. JUMLAH ( 8a + 8b ) ……...………..….………..………
9. a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG / DIPUNGUT
10. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI
a. PPh Ps. 25 BULANAN ….……..………..………..………..…………
12. PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a DISETOR TANGGAL ………
13. PPh YANG LEBIH DIBAYAR PADA ANGKA 11.b MOHON :
a. DIRESTITUSIKAN b. DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK
THN
• SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI SPT PEMBETULAN