• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Kajian Teori

3. Pengangguran

a. Definisi Pengangguran

Pengangguran sering dijumpai pada setiap negara, baik negara sedang berkembang maupun negara sudah maju. Indonesia sebagai negara agraris, sebagian besar penduduknya hidup di pedesan, dimana angka pertumbuhan penduduknya tergolong cepat, sehingga akan menciptakan tenaga kerja yang melimpah. Salah satu contohnya

16

Kabupaten Tegal. Kabupaten Tegal terdiri dari 18 kecamatan dan 287 desa dengan laju pertumbuhan penduduk sebagai berikut:

Grafik 2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Tegal Tahun 2011-2013

Sumber: BPS Kabupaten Tegal, diolah.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2013 menunjukan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tegal dari tahun 2011 sampai 2013. Pada tahun 2011 menunjukan jumlah penduduk Kabupaten Tegal sebesar 1.400.256 jiwa dari penduduk laki-laki sebesar 699.714 jiwa dan penduduk perempuan 700.543 jiwa. Naik menjadi 1.409.406 jiwa pada tahun 2012 denganpenduduk laki-laki sebesar 700.691 jiwa dan penduduk perempuan 708.715 jiwa. Dan pada tahun 2013 naik menjadi 1.415.009 jiwa dari penduduk laki-laki sebesar 703.494 jiwa dan penduduk perempuan 711.515 jiwa. Terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tegal dari tahun 2011-2013 mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat akan menciptakan angkatan kerja baru. Lahirnya angkatan kerja baru jika tidak dibarengi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan akan

Laki-laki Perempuan Jumlah 0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000 1.600.000 2011 2012 2013 Laki-laki Perempuan Jumlah

menyebabkan masalah pengangguran. Sektor pertanian saat ini mulai ditinggalkan oleh angkatan kerja baru, hal ini dikarenakan sektor pertanian di Kabupaten Tegal sepertinya sedang mengalami kelesuan. Berikut adalah grafik penggunaan lahan di Kabupaten Tegal:

Grafik 2.2. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Tegal Tahun 2011-2013

Sumber: BPS Kab. Tegal, diolah.

Wilayah Kabupaten Tegal seluas 87.879 hektar. Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa, penggunaan lahan sawah lebih sedikit dibandingkan bukan lahan sawah. Di tahun 2011 luas lahan sawah seluas 40.234 hektar, di tahun 2012 menurun menjadi 40.172 hektar, dan di tahun 2013 menjadi 39.789 hektar. Luas lahan sawah yang semakin sempit maka akan mengkibatkan hasil produktivitasnya semakin sedikit, sehingga sektor ini (pertanian) tidak mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Kelesuan pada sektor pertanian, mengakibatkan para tenaga kerja baru beralih dari sektor non-pertanian.

Bekerja bagi seseorang merupakan satu upaya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin besar kebutuhan hidup yang dirasakan oleh seseorang semakin tinggi pula kecenderungan orang

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 2011 2012 2013 Lahan Sawah Bukan Lahan Sawah

tersebut untuk mencari pekerjaan. Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka kepedulian perusahaan-perusahaan di Kabupaten Tegal terhadap kesejahteraan kaum buruh terus ditingkatkan. Hal ini terlihat dari meningkatnya Upah Minimum Regional (UMR) di Kabupaten Tegal pada tahun 2011 sebesar Rp. 750.000,- perbulan, kemudian naik menjadi Rp. 780.000,- perbulan di tahun 2012 dan naik menjadi Rp. 850.000,- perbulan pada tahun 2013. Sedangkan pada tahun 2014 upah pekerja naik menjadi Rp. 1.044.000,- perbulan. Berikut adalah grafik peningkatan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Tegal tahun 2011-2014:

Grafik 2.3. Upah Minimum Regional Kabupaten Tegal Tahun 2011-2013

Sumber: BPS Kabupaten Tegal

Biaya hidup di Kabupaten Tegal tergolong masih rendah. Jika di Bandingkan dengan kota-kota besar seperti Jakarta, yang mana UMR di Jakarta pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 2.400.000,- perbulan atau bisa dibilang dua kali lipatnya dari UMR Kabupaten Tegal. Rendahnya tingkat upah pada suatu daerah menjadi suatu pertimbangan besar bagi para pekerja. Tenaga kerja yang merasa

0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 2011 2012 2013 2014

Upah Minimum Regional Kabupaten Tegal (Rupiah)

biaya tanggungannya tinggi mereka akan memilih untuk bekerja di luar kota, salah satu yang menjadi pilihan adalah Jakarta.

Merantau adalah salah satu alternatif yang dianggap ampuh untuk menyelesaikan masalah kebutuhan hidup mereka. Sehingga perpindahan penduduk dari Kabupaten Tegal ke kota lain selalu terjadi setiap tahunnya. Namun tidak semua tenaga kerja melakukan urbanisasi, ada sebagian dari mereka yang memilih tinggal di daerah Kabupaten Tegal, mereka menganggur untuk sementara waktu, sambil menunggu adanya kesempatan kerja yang sesuai dengan kemampuannya.

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.

Menurut Sadono Sukirno, “Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum memperolehnya.”17

Batas usia tenaga kerja di Indonesia mengikuti yaitu 15-64 tahun, angkatan kerja merupakan bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif. Menurut Sadono, seseorang yang dikatakan menganggur jika telah mencapai usia angkatan kerja,sedang aktif mencari pekerjaan. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Sebagai contoh, ibu rumahtangga yang tidak ingin bekerja karena ingin mengurus keluarganya, pelajar yang sedang menuntut ilmu, pensiunan adalah

17

Sadono Sukirno, Pengangtar Teori Makroekonomi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 14.

tidak tergolong sebagai penganggur. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan ketersediaan jumlah kesempatan kerja yang mampu menyerapnya. Berikut adalah data ketenagakerjaan penduduk Kabupaten Tegal tahun 2012-2013: Tabel 2.3. Ketenagakerjaan Tahun 2012-2013 Indikator Tahun 2012 2013 Usia 10+ 1.160.222 981.084 Angkatan Kerja 749.387 615.630

Bukan Angkatan Kerja 410.835 365.454

Bekerja 704.049 572.937

Pengangguran 45.338 42.693

TPAK 64,59 62,75

TKK 93,95 93,07

TPT 6,05 6,93

Sumber: BPS Kabupaten Tegal

Nyatanya di Kabupaten Tegal, pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat tidak mempengaruhi pertumbuhan jumlah angkatan kerja dari tahun 2012 ke tahun 2013. Di Kabupaten Tegal pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun 2012-2013 meningkat 10%, tetapi pertumbuhan anak usia 10+ (ke atas) menurun, diikuti dengan penurunan pertumbuhan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Usia kerja di Indonesia mengikuti standar internasional, yaitu 15 tahun ke atas. Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Tegal dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kelahiran bayi yang cukup pesat, yaitu dari 2.735 bayi pada tahun 2012 meningkat menjadi 6.732 bayi pada tahun 2013.

Jumlah angkatan kerja tahun 2012 sebanyak 749.387 jiwa turun menjadi 615.630 jiwa di tahun 2013. Penawaran akan tingkat kesempatan kerjatahun 2013 jugamenurun 0,88% dari tahun 2012, sehingga pada tahun 2012 dari 749.387 angkatan kerja yang bekerja sebanyak 704.049 jiwa. Pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja mangalami penurunan menjadi 615.630 jiwa, oleh karena penurunan jumlah angkatan kerja dan penurunan tingkat kesempatan kerja, maka pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja yang bekerja menjadi 574.049 jiwa. Karenajumlah angkatan kerja dari tahun 2012-2013 terjadi penurunan sebanyak 133.757 jiwa, sedangkan tingkat kesempatan kerja hanya menurun 0,88%, sehingga tingkat pengangguran dalam satu tahun menurun sebanyak 2.645 jiwa dari angka 45.338 menjadi 42.693.

Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian suatu negara karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Pengangguran telah menjadi momokyang menakutkan terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran, karena sempitnya lapangan kerja dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan biasanya karena faktor kelangkaan modal untuk investasi. Manakala masalah pengangguran yang sangat pelik ini dibiarkan berlarut-larut, niscaya sangat besar kemungkinannya akan mendorong terjadinya krisis sosial. Indikator sosial mulai nampak dari semakin banyaknya jumlah anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pengemis, pedagang asongan, bahkan pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang baik. Krisis sosial

ditandai oleh semakin meningkatnya angka kriminalitas, semakin tingginya angka kenakalan remaja, dan semakin meningkatnya jumlah anak jalanan dan preman. Pengangguran yang terjadi tidak saja menimpa angkatan kerja yang baru lulus sekolah, akan tetapi juga menimpa orang tua yang kehilangan pekerjaan karena perusahaannya tutup, sehingga banyak orang yang frustasi menghadapi nasibnya.

Realita yang terjadi di Kabupaten Tegal dewasa ini, sering dijumpai anak-anak belum cukup umur yang turun kelapangan untuk menjadi pengemis di tempat-tempat umum seperti pasar, terminal, tempat rekreasi dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwatingkat kenaikan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tegal, berdasarkan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal, jumlah penduduk miskin adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Tegal Tahun 2012-2013

Tahun Penduduk Miskin

2102 84.732

2013 137.689

Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Tegal Persentase penduduk miskin dari tahun 2012 sampai 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin sebanyak 84.732 jiwa atau sebanyak 6% dari jumlah penduduk pada tahun 2012. Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk tahun 2013 yang meningkat, jumlah penduduk miskin naik menjadi 137.689 jiwa atau sebanyak 9% dari total jumlah penduduk. Jadi pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten Tegal.

Penentuan hasil Ujian Nasional kemudian menjadi pintu gerbang bagi para siswa yang akan melanjutkan masa depannya. Bagi yang akan bekerja; “Kemanakah mereka akan bekerja? Dimanakah mereka akan mencari kerja? Dan sejauh mana kemampuan yang mereka miliki untuk bekerja?”. Inilah beberapa pertanyaan yang mungkin menjadi perhatian mereka. Jika para angkatan kerja sudah mempunyai bekal atau persiapan sebelumnya kelak mereka akan mendapatkan pekerjaan yang diimpikan, namun sebaliknya jika para angkatan kerja baru tidak mempunyai bekal ketrampilan atau persiapan sebelumnya mereka akan menemui titik kebingungan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Dan pada akhirnya mereka akan menjadi pengangguran terbuka untuk sementara waktu.

Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Wilayah Kabupaten Tegal yang sebagian besar adalah lahan pertanian nyatanya tidak mampu memberikan ruang untuk menyerap angkatan kerja baru. Dewasa ini angkatan kerja baru lebih tertarik bekerja pada sektor non-pertanian. Sebagian besar orang tua yang bekerja sebagai petani, mengharapkan anaknya tidak menjadi petani seperti mereka. Karena sektor pertanian dianggap kurang menjanjikan. Pada sektor pertanianpun turut menciptakan suatu masalah pengangguran. Pengangguran yang terjadi pada sektor pertanian adalah pengangguran musiman. Di Kabupaten Tegal, pengangguran musiman tidak dapat dihindari keberadaannya.

Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu di dalam satu tahun. Biasanya

pengangguran seperti itu berlaku pada waktu-waktu dimana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Waktu di antara menuai dan masa menanam berikutnya, dan periode di antara sesudah menanam bibit dan masa mengutip hasilnya, adalah masa yang kurang sibuk dalam kegiatan pertanian. Di dalam periode tersebut banyak diantara para petani dan tenaga kerja di sektor pertanian tidak melakukan suatu pekerjaan. Berarti mereka sedang dalam keadaan menganggur. Tetapi pengangguran itu adalah untuk sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu tertentu. Oleh sebab itu ia dinamakan pengangguran musiman.18

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Pengangguran menjadi perhatian besar bagi pemerintah daerah Kabupaten Tegal. Berbagai upaya telah dilakukan, seperti memperluas lapangan pekerjaan dan investasi, namun upayanya belum menunjukan pertumbuhan yang signifikan. Upaya penempatan TKI di luar negeri pun dilakukan.

Indonesia sebagai negara agraris, dimana penduduknya mayoritas bekerja sebagai petani terutama di sebuah pedesaan, salah satu contohnya di Kabupaten Tegal. Petani di Kabupaten Tegal adalah petani tradisional yang pendapatannya tidak menentu dengan teknik dan peralatan yang masih cukup sederhana sehingga hasilnya tidak maksimal. Tidak maksimalnya hasil pertanian di Kabupaten Tegal bukan hanya karena faktor teknologi yang digunakan masih sederhana, tetapi juga karena luas lahan pertanian yang kini mulai sempit akibat alih fungsi menjadi lahan pemukiman penduduk.

18

Dengan sempitnya lahan pertanian, kebutuhan akan tenaga kerja dalam sektor pertanianpun akan berkurang. Jam kerja untuk menjadi petanipun pada waktu-waktu tertentu. Beberapa petani yang hanya bekerja pada saat penen, jika sedang tidak ada yang digarap mereka akan menjadi pegangguran musiman, maka timbulah pandangan masyarakat desa yang menganggap bahwa menjadi petani tidak lagi menguntungkan. Sehingga tenaga kerja dan angkatan kerja baru lebih tertarik untuk melakukan urbanisasi.

Bagi negara sedang berkembang, kebijakan pembangunan yang mengabaikan sektor pertanian (di dalam beberapa kasus dikorbankannya karena mengalirnya sumber daya alam dan manusia ke kota) telah menimbulkan kemandekan atau tidak memadainya pertumbuhan pendapatan di daerah pedesaan. Di pihak lain kebijakan mengimpor teknologi padat modal secara besar-besaran untuk mencapai industrialisasi dengan segera telah menyebabkan pertumbuhan kesempatan kerja di kota tidak sesuai dengan jumlah orang yang mencari pekerjaan. Ada beribu-ribu petani pedesaan kehilanganan tanah karena diterapkannya mekananisasi pertanian sebelum waktunya, atau mengerjakan tanah pertanian yang sangat sempit karena pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Gejala ini menyebabkan mereka berusaha menyelamatkan diri dengan pindah ke kota-kota yang tumbuh dengan pesat, tetapi apa yang diidam-idamkan yaitu keadaan hidup yang lebih baik ternyata tidak dapat terwujud.

Mobilitas penduduk dari desa ke kota bukan menjadi suatu penyelesaian masalah perekonomian pedesaan. Banyaknya lapangan kerja yang tersedia, tidak akan mampu menyerap semua angkatan kerja dari berbagai daerah. Jika tidak mempunyai persiapan yang matang mereka hanya akan menjadi masalah baru di perkotaan. Seperti kriminalitas, gelandangan, bahkan menjadi peminta-minta.

Maka yang harus dibenahi adalah perekonomian di pedesaaan itu sendiri. Agar tidak terjadi ketimpangan antara desa dan kota,

pemerataan pembangunan dari Sabang sampai Merauke perlu diperhatikan, terutama pada wilayah pedesaan. Industrialisasi adalah salah satu jalan untuk memperkuat perekonomian pedesaan.

Dokumen terkait