• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Penutup

C. Saran

Jumlah sarana pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Tegal dalam 5 tahun terakhir tidak mengalami perubahan yang berarti. Terakhir pada tahun 2013 Kabupaten Tegal memiliki puskesmas induk sebanyak 29 unit, puskesmas pembantu sebanyak 64 unit dan puskesmas keliling sebanyak 30 unit, serta Poliklinik sejumlah 30 unit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduknya dalam kurun waktu lima tahun berkisar pada angka 0,07% - 0,08%. Jumlah posyandu di tahun 2009 sebanyak 1.447 posyandu. Tahun 2010 bertambah menjadi 1.483 unit, dan tahun 2011 bertambah lagi menjadi 1.495 unit, sedangkan tahun 2012 dan tahun 2013 sebanyak 1.517 unit.

Dari data tersebut dapat diketahui rasio posyandu per satuan balita selama kurun waktu lima tahun (2009-2013)

cenderung naik, yaitu berturut-turut: 1,09%, 1,16%, 1,18% dan 1,35%. Untuk jumlah Polindes, tahun 2009 terdapat 164 unit, tahun 2010: 164 unit, tahun 2011: 197 unit, sedangkan tahun 2012 dan 2013 sebanyak 201 unit. Untuk pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di Kabupaten Tegal tahun 2013 terdapat 1 rumah sakit umum daerah tipe B, 1 rumah sakit umum daerah tipe D, 2 rumah sakit swasta tipe C, dan 1 rumah sakit swasta tipe D.

Dengan demikian rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah 0,0003%). Agar pelayanan kesehatan terjangkau oleh masyarakat, Pemerintah Daerah pada tahun 2013 menyediakan sarana/fasilitas kesehatan di tingkat Desa, melalui pembentukan Desa Siaga sebanyak 287 unit. Rumah Bersalin dari tahun 2009-2011 sebanyak 19 unit, sedangkan tahun 2012 dan 2013 naik menjadi 21 unit. RS Bersalin (RS Khusus) berjumlah 21 unit di tahun 2013.

Jumlah Klinik Praktek Dokter dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir cenderung turun, tercatat di tahun 2009 dan 2010 terdapat 310 unit, sedangkan di tahun 2011 turun menjadi 157 unit. Tahun 2012 dan 2013 mengalami sedikit kenaikan menjadi 160 dan 172 unit.

d) Sarana Peribadatan

Mayoritas penduduk Kabupaten Tegal pada tahun 2013 beragama Islam, yaitu sebanyak 1.579.393 orang (99,47%). Selebihnya sebanyak 4.573 orang (0,29%) beragama Kristen, 2.546 orang (0,16%) beragama Katholik, 512 orang (0,03%) beragama Hindu, 467 orang (0,03%) beragama Budha dan 179 orang (0,01%) beragama Konghucu dan 73 orang beragama lainnya. Hidup berdampingan dan saling toleransi antar pemeluk agama tetap terpelihara dengan baik.

Prasarana dan sarana peribadatan bagi masing-masing pemeluk agama juga tersedia dan terpenuhi dengan jumlah yang memadai. Pada tahun 2012 terdapat 824 Masjid dan 2.135 Mushola atau Langgar sebagai tempat ibadah pemeluk agama islam, 9 Gereja Kristen tempat ibadah pemeluk agama Kristen, 10 Gereja Khatolik/Kapel tempat ibadah pemeluk agama Katholik, 3 Pura/Kuil/Sanggah tempat ibadah pemeluk agama Hindu, dan 4 Vihara/Cetya/Klenteng tempat ibadah pemeluk agama Budha/Konghucu.

Pondok pesantren sebagai basis pendidikan agama Islam di Kabupaten Tegal pada tahun 2013 berjumlah 93 Ponpes dengan santri sebanyak 5.047 orang. Di samping itu terdapat pendidikan agama Islam untuk anak-anak yaitu Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) yang jumlahnya meningkat jika membandingkan keadaan di tahun 2009 dan 2013. Jika di tahun 2009 berjumlah 714 unit, maka di tahun 2013 telah berkembang menjadi 796 unit. Sementara itu jumlah kuota haji tiap tahunnya berubah. Tercatat pada tahun 2009 kuota haji di Kabupaten Tegal sebanyak 1.038 orang, tahun 2009 menjadi 1.027 orang, dan tahun 2011 naik menjadi 1.077 orang. Di tahun 2012 kuoata naik lagi menjadi 1.129 orang tetapi turun menjadi 1.040 orang di tahun 2013.

e) Sarana Perhubungan dan Transportasi

Jenis transportasi di Kabupaten Tegal yang paling dominan adalah transportasi darat. Prasarana transportasi darat yang tersedia adalah berupa terminal tipe C sebanyak 1 unit, yang disinggahi bus AKAP sebanyak 25 bus dalam setiap harinya dengan rute pangkalan terminal Slawi ke luar kota menurun karena ada beberapa tempat yang menjadi terminal bayangan. Jumlah orang yang melalui terminal pada tahun 2013 sebanyak 232.164 orang, sedangkan jumlah barang yang melalui

terminal adalah sebanyak 255.683 ton. Jumlah penumpang untuk transportasi angkutan darat sebanyak 232.164 orang.

Sementara prasarana tranportasi laut yang dimiliki hanya berupa pelabuhan pendaratan ikan sebanyak 2 unit, yang dimanfaatkan untuk pangkalan kapal ikan sejumlah 218 unit di tahun 2013.

Sebagaimana dalam rekam data 2009-2013 jumlah ijin trayek yang berhasil dikeluarkan tidak cukup banyak, yaitu sebanyak 58 ijin trayek di tahun 2009 dan 2010, 132 di tahun 2011, 124 di tahun 2012 dan 126 di tahun 2013. Untuk menjamin kelaikan angkutan umum, langkah uji kir angkutan umum juga dilakukan. Tercatat pada tahun 2009 terdapat 350 kendaraan angkutan umum yang diuji kir, tahun 2010 sebanyak 858 kendaraan, tahun 2011 sebanyak 867 kendaraan, tahun 2012 sebanyak 832 kendaraan, dan tahun 2013 1.465 kendaraan.30 2. PT. Putra Bungsu Tegal

1) Sejarah Singkat PT. Putra Bungsu Tegal

PT. Putra Bungsu Tegal didirikan pada 1988, bermula pada Usaha Dagang disebut UD. Putra Bungsu sesuai dengan surat izin usaha No. 115/kandep.33/2/II/91, memulai usaha dalam bentuk jasa pengecoran logam, memproduksi alat-alat pemadam kebakaran, alat-alat perkapalan dan pengecoran umum.

Pada tahun 1993 PT. Putra Bungsu mengembangkan usaha dan memfokuskan pada jenis pekerjaan memproduksi komponen alat berat atau Sheet Metal Working Equipment Parts dan resmi bergabung dengan perusahaan internasional PT. Komatsu Indonesia sebagai salah satu pemasok.

Seiring dengan perkembangan usaha perusahaan pada tahun 2004 resmi menjadi perusahaan swasta nasional sesuai dengan akta pendirian perusahaan No.5 tanggal 5 November 2004 oleh notaris

30

Suprihatin, SH di Tegal, dengan nama PT. Putra Bungsu. Saat ini yang menjadi mitra kerja perusahaan ini adalah PT. Komatsu Indonesia dan PT. Sumitomo Indonesia.

a) Visi dan Misi PT. Putra Bungsu Tegal

Pengembangan operasional PT. Putra Bungsu selalu berpedoman pada visi dan misi yang membantu perusahaan tetap fokus dalam meraih pencapaian keberhasilan. Visi dan misi membantu PT. Putra Bungsu untuk selalu berupaya mencapai idealisme dengan mengingatkan manajemen serta karyawan bahwa mereka bekerja sama demi tujuan-tujuan yang sama, yang akan menjadi sumbangan dalam jangka panjang perusahaan.

Visi PT. Putra Bungsu Tegal adalah menjadi Good Corporate Citizen dengan posisi keuangan yang kuat, menjadi perusahaan produsen komponen alat berat yang berkualitas dengan reputasi global.

Sedangkan misi PT. Putra Bungsu Tegal adalah menjadi produsen yang memimpin dan terpercaya sebuah portofolio produk komponen alat beratyang optimal, dengan harga yang kompetitif dan kualitas yang unggul di saat yang sama terus meningkatkan ekuitas produk perusahaan, melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, dan memberikan profitabilitas atau hasil investasi para pemegang saham serta nilai tambah semua stakeholder perusahaan.

b) Produk-produk PT. Putra Bungsu Tegal 1. Pengecoran Logam

Selain memproduksi komponen alat berat, PT. Putra Bungsu juga menerima jasa pengecoran logam.

2. Komponen Alat Berat

Dalam pembuatan aksesoris komponen alat berat milik PT. Komatsu Indonesia, hasil produksinya antara lain: Bracket,

Cover, Plate, Stay, Hinge, Shim, Guide, Collar, Washer, Tube, Dave, dan Spacer.

c) Struktur Organisasi

Manajemen adalah sebagai sebuah proses perencanaan,

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan

pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan

sesuai dengan jadwal. Sebuah perusahaan yang telah

berkembang perlu adanya sebuah manajemen yang baik. Struktur organisasi di PT. Putra Bungsu Tegal dapat dilihat pada lampiran.

d) Tenaga Kerja

Salah satu faktor produksi yang penting adalah man. Sumber daya manusia adalah salah satu faktor penjunjang keberlangsungan suatu proses produksi. Tenaga kerja yang ada pada PT. Putra Bungsu Tegal didominasi oleh laki-laki, mereka adalah orang-orang asli daerah Kabupaten Tegal. Hal ini merupakan salah satu usaha untuk memberdayakan sumber daya manusia yang tersedia. Dengan demikian kesejahteraan warga diharapkan dapat terjamin. Tenaga kerja PT.Putra Bungsu Tegaltahun 2012-2013 dapat dilihat pada lampiran.

e) Penghasilan Pertahun

Penghasilan PT. Putra Bungsu Tegal dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Penghasilan PT. Putra Bungsu Tegal tahun 2012-2013 dapat dilihat pada lampiran.

f) Proses Produksi

Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras, penghantar listrik dan panas, serta mempunyai

titik cair yang tinggi. Bijih logam didapat dengan cara penambangan, setelah didapat sebelum diolah bijih logam dipecah sebesar kepalan tangan, kemudian dipilih yang mengandung unsur-unsur logam, dicuci, dikeringkan dengan cara dipanggang agar mengeluarkan uap yang mengandung air. Logam terbagi menjadi beberapa golongan, antara lain:

1) Logam berat, seperti besi, nikel, krom, tembaga, timah putih, timah hitam, dan seng.

2) Logam ringan, seperti alumunium, magnesium, titanium, kalsium, kalium, natrium, dan barium.

3) Logam mulia, seperti emas, perak, platina.

4) Logam tahan api, seperti wolfram, molibden, titanium, dan zirkonium.

Industri pengolahan logam dan mesin PT. Putra Bungsu adalah sebuah perusahaan yang berdiri sejak 1988, awalnya bergerak di bidang pengecoran logam. Memproduksi alat-alat pemadam kebakaran, alat-alat perkapalan dan pengecoran umum. Pada tahun 1993 mengambil keputusan beralih pada jenis pekerjaan Sheet Metal Working Equipment Parts dan bergabung dengan PT. Komatsu Indonesia sebagai subcont dan memproduksi beberapa komponen untuk semua model alat berat untuk brand Komatsu.

Berikut adalah proses produksi komponen alat-alat berat, mulai dari proses pemotongan, pengasahan, pembengkokan, pengeboran, dan pengecatan.

PEMOTONGAN

Pemotongan (cutting) besi atau logam dilakukan ketika scrap

sudah melalui tahap pengecoran. Kemudian besi tersebut dipotong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.

Grinding adalah kegiatan memotong atau mengasah logam. Besi yang telah dipotong sesuai bentuknya kemudian digrenda. Mesin yang digunakan bernama Gerinda, adalah salah satu mesin perkakas yang digunakan untuk memotong dan mengasah benda kerja dengan tujuan tertentu.

Mesin Gerinda diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu Mesin Gerinda Permukaan, Mesin Gerinda Tangan, Mesin Gerinda Duduk. Pada gambar di atas yang digunakan pada PT. Putra Bungsu Tegal adalah Mesin Gerinda Tangan.

Menggerinda bertujuan untuk merapikan hasil pemotongan, merapikan hasil las, membentuk lengkungan pada benda kerja yang bersudut, menyiapkan permukaan benda kerja untuk dilas, dan lain-lain.

PEMBENGKOKAN

Setelah melalui tahap pemotongan dan pengasahan kemudian besi masuk ke tahap bending. Bending adalah proses pembengkokan besi. Mesin bending atau dalam bahasa indonesia disebut mesin

penekuk plat, berfungsi untuk menekuk plat dalam dengan sudut. Plat yang ditekuk biasanya untuk plat yang mempunyai ukuran yang besar dan lebar, sehingga sulit untuk dikerjakan dengan ragum plat, catok atau alat lainnya.

Mesin pada gambar di atas menggunakan sistem hydrolik

sebagai sumber tenaga penekuknya. Mesin ini membutuhkan daya listrik yang lebih efisien (dibandingkan tipe mekanikal) untuk menggerakkan pompa hydrolik-nya, mesin ini menggunakan fluida dalam sistem hidrolik-nya berupa oli hydrolik yang secara berkala harus diganti (2000 jam). Mesin ini mampu menekuk atau

bendingplat-plat yang tebal (tergantung kapasitas mesin) seperti mild steel, stainless steel dan alumunium, akurasinya terkontrol.

PENGEBORAN

Pengeboran adalah operasi menghasilkan lubang berbentuk bulat dalam lembaran kerja dengan menggunakan pemotong berputar yang disebut bor dan memiliki fungsi untuk membuat lubang,

membuat lubang bertingkat, dan membesarkan lubang. Pengeboran alat-alat berat menggunakan mesin tertentu.

Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Mesin bor yang digunakan pada PT. Putra Bungsu Tegal adalah mesin bor radial, yang khusus dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat. Mesin ini langsung dipasang pada lantai, sedangkan mejamesin telah terpasang secara permanen pada landasan atau alas mesin.

PENGECATAN

Tahap akhir dari proses ini adalah pengecatan logam-logam yang sudah melalui beberapa tahap sehingga sudah menjadi barang jadi. Pengecatan dilakukan dengan alat semprot supaya hasilnya lebih rata. Pengecatan besi berfungsi untuk menjaga besi agar tidak berkarat dan terlihat lebih menarik. Setelah pengecatan selesai maka besi-besi tersebut dikeringkan terlebih dahulu, untuk kemudian dikirim kepada konsumen.

3. Peranan Usaha Kecil Industri Pengolahan Logam dan Mesin; Dalam Memecahkan Masalah Pengangguran di Kabupaten Tegal Tahun 2012-2013

a. Data Primer

Untuk menganalisis hasil penelitian, peneliti menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil wawancara dan observasi. Berikut adalah data wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 21 orang pekerja di PT. Putra Bungsu Tegal dan pihak-pihak yang terkait dengan usaha kecil industri pengolahan logam dan mesin:

1) Lama Usia Bekerja

Tenaga kerja merupakan salah satu mesin penggerak dalam kegiatan usaha pengolaha logam. Para pekerja yang ada di dalam PT. Putra Bungsu Tegal adalah orang-orang asli Tegal. Hal ini membuktikan bahwa industri pengolahan logam dan mesin PT. Putra Bungsu Tegal memprioritaskan tenaga kerja yang tersedia di Kabupaten Tegal. Keberadaan mereka sangatlah penting dalam keberlangsungan berjalannya perusahaan. Maka lingkungan kerja yang kondusif sangat dibutuhkan demi kenyamanan bekerja para pekerja. Semakin lama mereka bekerja maka semakin tinggi pula derajat kenyamanan lingkungan kerjanya. Berdasarkan hasil wawancara kepada pemilik PT. Putra Bungsu Tegal, ada beberapa karyawannya yang setia bekerja sejak awal berdirinya perusahaan sampai sekarang ini. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan kerja di PT. Putra Bungsu Tegal sangat kondusif bagi pekerjanya. Berikut adalah tabel lama usia bekerja yang diperoleh dari hasil wawancara karyawan PT. Putra Bungsu Tegal sebanyak 21 orang:

Tabel 4.1. Lama Usia Bekerja (Tahun)

No. Nama Usia Bekerja

1 Reksa Surasa 3 2 Saryono 16 3 Syaiful Imam 22 4 Akhmad Soleh 18 5 Nurzaman 10 6 Tasrukhi 11 7 Muhaemin 13 8 Andriyanto 12 9 Akhmad Toha 12 10 Muh. Komarudin 11 11 Waluyo 10 12 Akhmad Dzubaedi 10 13 Nurokhman 9 14 Edi Asmadih 4 15 Imam Zaenuri 7 16 Mujiono 8 17 Abdul Khofir 3 18 Husni Mubarok 3 19 Aris Munandar 7 20 Luky Maulana 3 21 Nur Alip 2

Sumber: Data primer yang diolah sendiri.

Dari data yang diperoleh, lama bekerja di bawah 10 tahun terdapat 9 orang, dari 9 orang tersebut ada 5 orang yang termasuk pekerja baru. Lama bekerja di atas 10 terdapat 11 orang pekerja, dimana salah satu pekerjanya telah bekerja sejak perusahaan

tersebut resmi menjadi usaha yang fokus pada industri pengolahan logam.

2) Pekerjaan Sampingan

Dari data primer hasil wawancara, semua pekerja yang diwawancarai mengaku bahwa bekerja di perusahaan industri pengolahan logam dan mesin tersebut adalah sebuah pekerjaan utama bagi kehidupan mereka. Mereka sangat menggantungkan kehidupannya pada perusahaan ini. Dari sini dapat dilihat bahwa keberadaan industri pengolahan logam sangat vital di tengah-tengah masyarakat Kabupaten Tegal. Sehingga bisa dibayangkan jika tidak ada perusahaan industri pengolahan logam dan mesin di Kabupaten Tegal, maka banyak sekali tenaga kerja yang tidak mempunyai pekerjaan.

3) Profesi Sebelumnya

Dari hasil wawancara, dari 21 pekerja yang diwawancarai mengaku bahwa pekerjaan yang mereka geluti saat ini adalah pekerjaan pertama dan yang utama. Jadi profesi para pekerja sebelum bekerja pada perusahaan industri pengolahan logam dan mesin yaitu tidak ada.

4) Tingkat Pendidikan

Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh para pekerja berbeda-beda antara pekerja yang satu dengan pekerja yang lainnya. Berdasarkan keterangan informan yang ditemui di lapangan, diperoleh sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh para tenaga kerja dalam bagian produksi yaitu tamat SD, SMP, dan SMA. Sementara ada juga yang tamat Sarjana, hanya saja yang lulusan Sarjana di tempatkan pada bagian kantor bukan pada bagian produksi. Dengan demikian, diketahui bahwa tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh para

pekerja industri pengolahan logam dan mesin, paling rendah adalah tamatan SD dan paling tinggi adalah tamatan SMA.

Menurut keterangan dari pemilik perusahaan, Bapak H. Dimyati, ketika perusahaan baru dirintis tingkat pendidikan para pekerja hanya lulusan SD sampai SMA saja, lambat laun semakin berkembangnya perusahaan, saat ini kriteria untuk tenaga kerja baru agar dapat bekerja di perusahaannya adalah minimal lulusan SMA. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar perusahaan industri pengolahan logam memberikan kriteria kepada para pekerja barunya adalah berpendidikan SMA.

Latar belakang pendidikan formal para pekerja tidak mempengaruhi kualitas dan kemampuan para pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Untuk menjadi pekerja pada perusahaan ini tidak memerlukan persyaratan pendidikan tertentu, seperti bekerja pada instansi pemerintah maupun swasta yang harus melewati berbagai seleksi terlebih dahulu. Untuk bekerja pada perusahaan ini yang terpenting adalah mempunyai kemauan untuk belajar dan bekerja keras. Untuk mengetahui cara kerja mesin-mesin yang ada di perusahaan, semuanya bisa dipelajari dengan orang-orang yang lebih senior. Jadi untuk bekerja pada perusahaan ini tidak mengharuskan pada orang-orang dari sekolah kejuruan dengan jurusan teknik mesin.

Uraian tersebut di atas memberikan gambaran bahwa industri pengolahan logam di Kabupaten Tegal berperan menyerap tenaga kerja dari berbagai latar belakang pendidikan. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa para pekerja dengan tingkat pendidikan formal yang berbeda mampu bekerja pada industri pengolahan logam dan mesin. Tingkat pendidikan ternyata tidak berpengaruh terhadap kualitas dan kemampuan mereka dalam melaksanakan pekerjaan pada industri pengolahan logam. Seluruh kegiatan usaha ini dapat dikerjakan dengan pelatihan terlebih dahulu. Jurusan pendidikan

formal yang pernah ditempuh oleh para pekerja bukan merupakan syarat mutlak untuk bekerja pada usaha ini. Dengan demikian usaha kecil; industri pengolahan logam dan mesin, mempunyai peranan untuk menyerap tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang terbatas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2. Tingkat Pendidikan Terakhir Pekerja

No. Nama Pendidikan Terakhir

1 Reksa Surasa SMA

2 Saryono SD 3 Syaiful Imam SD 4 Akhmad Soleh SD 5 Nurzaman SMA 6 Tasrukhi SMP 7 Muhaemin SMP 8 Andriyanto SMP 9 Akhmad Toha SMP 10 Muh. Komarudin SMP 11 Waluyo SMP

12 Akhmad Dzubaedi SMA

13 Nurokhman SMP

14 Edi Asmadih SMP

15 Imam Zaenuri SMP

16 Mujiono SMP

17 Abdul Khofir SMA

18 Husni Mubarok SMP

19 Aris Munandar SMP

20 Luky Maulana SMA

21 Nur Alip SMA

5) Penghasilan Pekerja

Seperti pemaparan di atas, kegiatan pada industri pengolahan logam tidak memerlukan tenaga kerja yang ahli dengan tingkat pendidikan tinggi. Dengan bekal tingkat pendidikan yang dimiliki dan keterampilan sederhana para pekerja bisa bekerja pada usaha kecil ini. Tingkat pendidikan yang dimiliki para pekerja juga tidak berpengaruh terhadap upah yang mereka terima. Upah yang diterima para pekerja ditentukan berdasarkan posisi dan lama usia bekerja para pekerja.

Rata-rata upah pekerja di industri pengolahan logam adalah di atas UMR Kabupaten Tegal. Dari hasil wawancara, berikut adalah daftar upah pekerja di PT. Putra Bungsu Tegal:

Tabel 4.3. Penghasilan Pekerja Tahun 2012-2013(Bulan)

No. Nama Tahun

2012 2013 1 Reksa Surasa 850.000 950.000 2 Saryono 1.500.000 1.800.000 3 Syaiful Imam 1.400.000 1.700.000 4 Akhmad Soleh 1.300.000 1.600.000 5 Nurzaman 1.200.000 1.300.000 6 Tasrukhi 1.000.000 1.100.000 7 Muhaemin 1.200.000 1.350.000 8 Andriyanto 1.200.000 1.200.000 9 Akhmad Toha 1.200.000 1.200.000 10 Muh. Komarudin 900.000 1.000.000 11 Waluyo 1.500.000 1.700.000 12 Akhmad Dzubaedi 1.000.000 1.150.000 13 Nurokhman 1.200.000 1.400.000 14 Edi Asmadih 950.000 1.050.000

15 Imam Zaenuri 950.000 1.050.000 16 Mujiono 1.050.000 1.200.000 17 Abdul Khofir 780.000 950.000 18 Husni Mubarok 780.000 850.000 19 Aris Munandar 850.000 1.000.000 20 Luky Maulana 780.000 850.000 21 Nur Alip 780.000 850.000

Sumber: Data primer yang diolah sendiri.

Dari tabel penghasilan di atas dapat di lihat bahwa, baik di tahun 2012 maupun di tahun 2013 penghasilan para pekerta di atas UMR Kabupaten Tegal pada saat itu. Tinggi rendahnya penghasilan para pekerja di bagian produksi tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang pernah mereka dapatkan. Tinggi rendahnya penghasilan dipengaruhi oleh lama usia bekerja, sebab semakin lama mereka bekerja maka semakin banyak pula pengalaman yang mereka dapatkan, sehingga kemampuan yang mereka miliki semakin baik.

6) Tingkat Kesejahteraan Pekerja

Dari hasil pengolahan data primer, sebagian besar para pekerja mengaku bahwa penghasilan yang mereka dapat sudah mampu mensejahterakan tetapi belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan mereka dan keluarganya. Biaya hidup yang semakin tinggi tetapi tingkat UMR di Kabupaten Tegal yang rendah mengakibatkan kesejahteraan para pekerja belum sepenuhnya tercapai.

7) Kendala yang Dihadapi

Berdasarkan hasil wawancara kepada pemilik usaha industri pengolahan logam dan mesin, perusahaannya yang berdiri sejak tahun 1988, kemudian resmi memfokuskan usaha pada sektor industri logam pada 1993. Sampai saat ini berarti sudah berusia 26

tahun. Status usaha ini adalah milik sendiri atau usaha keluarga yang diturunkan secara turun temurun.

Kendala yang dihadapi adalah masalah bahan baku, bahan baku yang dibutuhkan adalah berupa logam besi, tembaga dan lain sebagainya. Baik logam yang asli maupun berupa scrap (besi rongsok). Bahan baku logam yang asli didatangkan dari luar kota. Sementara bahan baku lokal yang tersedia adalah bahan baku yang berasal dari scrap. Kendalanya adalah keberadaan bahan baku logam sangat terbatas. Sehingga harus mencari partner bisnis yang lebih luas yang dapat menyediakan bahan baku logam yang lebih banyak.

Kendala ini sejalan dengan pendapat dari Kepala Seksi Pengembangan Usaha Mikro dan Informal Dinas Koperasi, UKM, dan Pasar Kabupaten Tegal, saat diwawancarai mengenai kendala dari usaha industri pengolahan logam dan mesin. Menurutnya kendala yang dihadapi adalah bahan baku.

Bahan baku dalam industri pengolahan logam dan mesin selama ini menggunakan bahan baku dari scrap dan bijih besi atau alumunium. Bahan baku scrap mudah didapat dan harganya terjangkau, tetapi karena menggunakan bahan baku dari scrap, maka hasil-hasil produksi industri logam juga harga jualnya cukup murah. Sedangkan bahan baku biji besi atau aluminium barangnya

Dokumen terkait