• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Pengangkatan Jabatan Fungsional

Jabatan fungsional pustakawan bertujuan untuk menjamin pembinaan kepangkatan bagi pejabat pustakawan dan sebagai salah satu upaya pengangkatan/kenaikan jabatan bagi pustakawan. Penetapan angka kredit atau nilai untuk jabatan fungsional dengan sendirinya akan memacu pustakawan meningkatkan jenjang jabatan fungsionalnya. Lien (2010: 60) menyatakan:

1. Jabatan Fungsional Pustakawan memacu pustakawan untuk melakukan hal-hal di luar pekerjaan teknis, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan highier-order thinking

2. Jabatan Fungsional Pustakawan meningkatkan profesionalisme pustakawan sehingga mampu menjadi mitra yang aktif memfasilitasi kegiatan akademik civitas academica

3. Jabatan Fungsional Pustakawan meningkatkan mutu perpustakaan sebagai mitra dalam kegiatan akademik.

4. Meningkatkan peran perpustakaan sebagai salah satu pranata dalam masyarakat berbasis pengetahuan.

Pengukuran kenaikan jabatan fungsional berdasarkan SK Menpan yaitu:

1. Syarat dan prosedur pengajuan PAK 2. Unsur utama kegiatan pustakawan

3. Pembuatan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) 4. Angka kredit kumulatif pustakawan

Dalam upaya peningkatan jenjang jabatan pustakawan harus mampu memanfaatkan waktu dan menajemen waktunya dalam menunjang kegiatan pengembangan profesi pustakawan terutama dalam rangka pengumpulan angka kredit guna kenaikan jabatan fungsional tepat waktu dan sesuai waktu yang telah ditetapkan.

2.5.1 Pengankatan Pertama

Pengangkatan pertama kali dalam jabatan funggsional pustakawan dapat dilakukan dengan memenuhi persyartan sebagai berikut:

a. Persyaratan yang harus dipenuhi Pustakawan Terampil sebagai berikut:

1. Berijazah serendah-rendahnya Diploma dua (D-III) Ilmu Perpustakaan Dokumentasi dan Informasi dari PT yang terakreditasi.

2. Diploma dua (D-II) bidang ilmu lain dari PT yang terakreditasi dan setelah ditetapkan sebagai PNS harus mengikuti dan lulus satu tahun diklat.

3. Pustakawan yang berizajah Diploma dua (D-II)/Diploma tiga (D-III) erus menalnjutkan jenjang pendidikannya Sarjana (S1) agar dapat diangkat dalam jabatan fungsional fungstakawan

b. Persyaratan yang harus dipenuhi Pustakawan Ahli sebagai berikut:

1. Harus berijazah paling rendah Sarjana (S1) dan setelah diangkat menjadi PNS harus mengusulkan DUPAK kepada Tim Penilai untuk diangkat sebagai Pustakawan Pertama/ Pustakawan Ahli Petama.

2. Berijazah Sarjana (S1) setelah ditetapkan sebagi PNS dalamwaktu 1 (satu) tahun harus mangikuti dan lulus diklat. Pustakawan yang lulus diklat harus diangkat paling lambat 2 (dua) tahun dngan mengusulkan DUPAK kepada Tim Penilai.

Fatmawati (2014) menyatakan bahwa kenaikan jabatan dan kenaikan pangkat dapat dipertimbangkan apabila:

1. Sekuang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakir

2. Memenuhi angka kredit yang ditentuan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi.

3. Setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

4. Apabila pustakawa setelah 2 (dua) tahun tidak diangkat dalam Jabatan Fungsional Pustakawan maka yang bersangkutan tidak dapat naik pangkat.

Disamping beberapa persyaratan diatas Hartono (2016:72 ) menjelasan ada yang tidak kalah pentingnya yaitu terdapat formasi jabatan pustakawan yang telah ditetapkan oleh MENPAN dan memenuhi jumlah angka kredit minimal yang ditetapkan untuk jenjang jabatan/pangkatnya.

Beberapa penjelasan diatas mengenai pengangkatan pertama bagi pustakawan yang baru ditetapkan sebagi PNS dan ini penjelasan mengenai

Pengangkatan PNS dari Jabatan lain dalam Jabatan Fungsional Pustakawan sebagaimana yang dijelaskan pada Per. Perpusnas No. 11/2015. Persyaratan antara pengankatan pertama dengan pengankatan PNS dari Jabatan lain ke jabatan fungsional pustakawan hampir sama, yang membedakannya adalah sebagai berikut:

1. memiliki pengalaman dibidang kepustakawanan paling singkat 1 (satu) tahun 2. berusia paling tinggi 53 tahun pada saat ditetapkan sebagai pustakawan 3. tersedia formasi untuk jabatan fungsional pustakawan

4. nilai presentasi kerja paling rendah berniali baik dalam 2 (dua) tahun terakhir 5. pangkat yang ditetapkan sama dengan pangkat yang dimilikinya dan jenjang

jabatan sesuai dengan jumlah angka kredit yang ditetapkan.

6. jumlah angka kredit ditetapkan dari unsur utama dan unsur penunjang.

Beberapa persyaratan diatas dapat pustakawan penuhi untuk kenaikan pangkat dan jabatan dengan mengumpulkan angka kreditnya dalam kurun waktu satu tahun .

2.5.2 Faktor-faktor dalam Pengangkatan/Keniakan Jabatan Fungsional Dalam pengangkatan jabatan fungsional pustakawan dapat dilihat dari berbagai aspek. Ketepatan dan keterlambatan pustakawan dalam menaikkan jenjang jabatannya dipengaruh oleh beberapa faktor.

Dalam proses kenaikan jabatan bagi pustakawan sangat dipengaruhi oleh atasannya langsung yang memberikan tugas kegiatan dan pemantauan hasil kerja pustakawan, bagian kepegawaian instansi yang memproses administrasi kepegawaian pustakawan, dan tim penilai yang berpihak melakukan penilaian atau pengukuran kelayakan angka kredit yang diajukan pustakawan (Asuti, 2016)

Namun pada kenyataan masih banyak sekali permasalahan yang dihadapi jabatan fungsional dalam melaksanakan kegiatan kenaikan pangkat/jabatan dari pustakawan. Hal ini terjadi pasti karena ada faktor penyebab mengapa pustakawan mengalami hambatan dalam pengangkatan jabatan.

Lebih spesifik Fatmawati (2014) menyatakan bahwa ada 2 (dua) faktor yang berpengaruh dalam pengangkatan jabatan pustakawan yaitu:

1. Faktor internal berasal dari dalam diri pustakawan yang bersangkutan, Faktor internal tersebut terdiri dari:

a. Faktor pendukung

Terdiri dari minat, motivasi, kesungguhan, persepsi dan minat kerja di perpustakaan. Pustakawan yang memiliki motivasi dan bersungguh-sungguh untuk bekerja dimungkinkan memiliki persepsi positif terhadap dirinya dan pekerjaannya. Faktor pendukung tersebut tentu saja yang menjadikan alasan seseorang untuk bekerja di perpustakaan sebagai pustakawan dibandingkan harus memilih profesi lain.

1. Minat sesuatu yang timbul dari dalam diri personal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia minat diartikan sebagai kecendurungan hati seseorang terhadap sesuatu, gairah, keinginan. Minat merupakan rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang mempengaruhi (Muhammad 2017: 8). Jadi seorang pustakawan harus memiliki minat yang tinggi yang datang dari hati untuk melakukan setiap pekerjaannya tanpa adanya paksaan dari luar.

2. Motivasi merupakan sebuah keinginan dari diri seseorang dalam rangka mewujudkan tindakan-tindakan (Muhammad

2017:19). Dengan adanya motivasi akan mendorong seseorang mengerjakan tugas yang di embannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi merupakan dorngan ang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Motivasi sangat penting bagi pustakawan, karena motivasi dapat mendukung dan menyalurkan prilaku pustakawan supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang diinginkan.

3. Kesungguhan pustakawan dalam mengerjakan kewajikan atau menyelesaikan tugas dengan yang telah ditetapkan.

Kesungguhan datang dari dalam diri pustakawan itu sendiri akan mendorong dan mengakibatkan ketercapaiaan target kerja yang telah ditetapkan.

Minat, motivasi, kesungguhan dan kerja keras merupakan sesuatu yang harus dimiliki dan hanya datang dalam diri individu pustakawan tersebut. Adanya kesungguhan dan kerja keras yang dimiliki akan menghasilkan motivasi untuk diri sendiri dalam mengembangkan karier pustakawannya. Persepsi pustakawan terhadap profesinya juga menjadi pendorong pustakwan dalam kenaikan jabatan funsionalnya.

b. Faktor penghambat

Kenaikan pangkat pustakawan dapat diperoleh apabila pustakawan memahami benar setiap butir kegiatan dalam DUPAK. Jika pustakawan salah menafsirkan butir kegiatan sehingga menjadi salah pula dalam memberikan bukti fisik. Dengan demikian pustakawan tersebut seharusnya bisa naik jabatan, namun tidak

bisa karena jumlah angka kredit yang di persyaratkan belum memenuhi. Faktor penghambat lainnya karena “human error”

yang disebabkan karena pustakawan kurang teliti dalam menyusun DUPAK (Fatmawati, 2014)

Permana (2003) menyatakan faktor penghambat pustakawan dalam menaikkan jabatan fungsional pustakawan adalah

Kreatifitas pustakawan terbatas, tidak memiliki program kerja individu, kurang mandiri dalam melaksanakan tugas, tunjangan jabatan terbatas, penetapan angka kredit terlalu kecil, keterampilan teknis terbatas, aktifitas dalam bimbingan kerja, prosedur DUPAK rumit, keterampilan komputer terbatas, dan jumlah koleksi terbatas.

Kesalahan pustakawan dalam mengartikan setiap butir kegiatan yang ditetapkan berakibat pada penyelesaian tugas sehingga pustakawan salah menyusun DUPAK (Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit) dan memberikan bukti fisik yang tidak sesuai kepada tim penilai yang mengakibatkan terhambatnya pustakawan dalam kenaikan jabatan karena angka kredit yang dikumpulkan belum memadai untuk kenaikan jabatan fungsional.

2. Faktor eksternal berasal dari luar diri pustakawan yang bersangkutan.

Diantara faktor eksternal yaitu:

a. Angka Kredit

Satuan angka kredit dalam butir kegiatan kepustakawanan terlampau kecil. Pustakawan sering mengeluh karena kesulitan memperoleh angka kredit yang di persyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan karena kecilnya nilai/angka pada masing-masing butir kegiatan yang dapat dinilai (Fatmawati, 2014).

Kesulitan pustakawan dalam mengumpulkan angka kredit disebabkan karna kecilnya nilai yang ditentukan dalam setiap butir kegiatan yang dikerjakan, sehingga pustakawan terkendala untuk memenuhi persyaratan kenaikan jabatan.

b. Pimpinan

Apresiasi pimpinan terhadap pustakawan kurang mendukung.

Terkadang pimpinan merasa pekerjaan pustakawan tidak terlalu penting karena tidak secara langsung berkaitan dengan visi-misi

instansi. Hal ini biasanya dialami oleh pustakawan di instansi pemerintahan atau perpustakaan khusus. Pimpinan biasanya membebani pustakawan pekerjaan lain selain pekerjaan rutin di perpustakaan. Pustakawan tersebut sibuk dengan pekerjaan dan posisinya, akibatnya pustakawan tersebut tidak memiliki waktu untuk mengerjakann kegiatan tugas pokoknya sebagai pustakawan sehingga tidak mendapatkan angka kredit dan proses kenaikan pangkat jabatannya menjadi terhambat (Fatmawati, 2014).

Pimpinan sering sekali meberikan pekerjaan kepada pustakawan di luar dari tugas pokok, sehingga pustakawan tidak memiliki waktu untuk mengumpulkan angka kredit karena pekerjaan yang dibebankan oleh pimpinan tidak sesuai tugas pokok pustakawan yang diberi nilai angka kreditnya

c. Lembaga

Apresiasi terhadap profesi pustakawan yang sangat kurang dari lembaga. Hal ini banyak dialami oleh pustakawan misalnya perpustakaan sekolah (baik SD,SMP, SMA) perpustakaan desa, perpustakaan khusus. Pustakawan merangkap menjadi guru, ruang perpustakaan terlampau kecil atau malah bersatu dengan ruang lain (Fatmawati, 2014).

Kurangnya apresiasi dari lembaga tempat pustakawan itu bekerja, sering sekali pustakawan memiliki tugas ganda, misalnya pada perpustakaaan sekolah.

Lembaga kurang memperdulikan ruang perpustakaan dan tidak ada upaya untuk mengembangkan perpustakaan.

d. Pekerjaan Lain di luar tugas pokok

Pustakawan selalu mengerjakan tupoksi juga mengerjakan pekerjaan lain diluar perpusdokinfo. Misalnya untuk kegiatan penyuluhan dan pemasyarakatan jelas tidak mungkin dilakukan perpustakaan yang lingkupnya kecil. Hal ini disebabkan keterbatasan jumlah anggaran. Tidak semua kegiatan pustakawan terutama pekerjaan berbasis teknologi informasi dan dokumentasi dapat terakomodir dalam DUPAK. Permasalahan lain adalah terdapat pemisahan kegiatan antara pustakawan tingkat terampil dan tingkat ahli. Jika pustakawan tidak cerdik menyisiati butir kegiatan dalam kegiatan yang dilaporkan , maka hal ini akan

menyulitkan pustakawan yang mengerjakan semua pekerjaan sendirian (one manlibrarian) Fatmawati, 2014.

Keterbatasan anggaran mengakibatkan tertundanya pustakawan dalam melakukan pengabdian kepada masyaraka. Banyak pekerjaan sehari-hari berbaur dengan teknologi informasi dan dokumentasi tidak termasuk dalam kegiatan pokok pustakawan. Kurangnya ketelitian pustakawan dalam memeriksa kegiatan yang dikerjakan sehingga mengerjakan pekerjaan jabatan lain.

e. Tim Penilai

Tim penilai yang kurang kompeten dalam melakukan penilaian.

Banyak sekali anggota tim penilaian yang diangkat oleh pejabat yang berwenang belum mengikuti diklat tim penilaian, sehingga berakibat pada DUPAK dari pustakawan yang dinilai terjadi kesalahan penghitungan angka kredit. Hal ini ada 2 kemungkinan hasilnya, yaitu bisa merugikan pustakawan tersebut atau bahkan masalah menguntungkan (Fatmawati, 2014).

Adanya perbedaan persepsi tim penilai dalam pelaksanaan penilaian DUPAK sehingga mengakibatkan kesalahan dalam penghitungan angka kredit hal ini akan merugikan atau bahkan menguntungkan pihak pustakawan.

Diantara faktor internal dan eksternal yang dijelaskan diatas apabila faktornya positif dan konstruktif akan memiliki sifat langgeng. Hal ini murni karna muncul dari hati nurani pustakawan, sehingga biasanya tidak mudah goyah.

Faktor pendukung tentu saja menjadikan alasan seseorang untuk berkerja di perpustakaan sebagai pustakawan dibandingkan harus memilih profesi lain.

Permana (2003) menyatakan umumnya yang menghambat kenaikan jabatan pustakawan yaitu di pengaruhi dengan kesulitan pustakawan dalam memperoleh angka kredit, karena angka kredit menjadi syarat untuk kenaikan jabatan pustakawan. Hambatan yang dialami pustakawan diantaranya:

1. Kreativitas pustakawan terbatas

2. Tidak memiliki program kerja individu

3. Kemampuan pustakawan dalam melakukan penelitian terbatas 4. Kurang mandiri melaksanakan tugas

5. Penetapan angka kredit terlalu kecil 6. Keterampilan teknis terbatas

7. Kurang menguasai Bahasa Inggris 8. Prosedur pengumpulan dupak rumit

9. Penguasaan keterampilan komputer kurang baik

Fatmawati (2014) menyatakan banyak masalah yang muncul dalam hal mundurnya kenaikan pangkat/jabatan pustakawan, diantaranya:

1. Nilai satuan angka kredit untuk kegiatan tugas pokok pada butir kegiatan pengorganisasian dan pemasyarakat terlampau kecil (kebanyakan hanya 0,...)

2. Adanya perbedaan persepsi Pustakawan dan Tim Penilai dalam memahami SK MENPAN tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya.

3. Perbedaan persepsi diantara Tim Penilai dalam melakukan penilaian terhadap bukti fisik pustakawan .

4. Pejabat fungsional pustakawan kurang kreatif atau malas untuk mengumpulkan angka kredit, baik untuk maintenance maupun usulan kenaikan pangkat/ jabatan.

5. Pejabat fungsional pustakawan tidak tahu cara mengisi DUPAK

6. Persyaratan berkas dan DUPAK yang diajukan oleh pustakawan kurang lengkap dan tidak sesuai ketentuan yang dipersyaratkan.

7. Pejabat fungsional pustakawan kurang memahami butir kegiatan dan bentuk fisik yang harus dinilai.

8. Pejabat fungsional pustakawan tidak mempunyai motivasi untuk maju, sehingga mau mengurus kenaikan pangkat/jabatan jika disuruh pimpinan atau jika sudah ada surat teguran dari bagian kepegawaian karena sudah 5 tahun tidak mengurus kenaikan pangkat/jabatan.

9. Penempatan tenaga pustakawan oleh atasan pada instansi yang terkadang tidak sesuai dengan tugas pokok dan kompetensi yang dimiliki (misalnya:

pustakawan tingkat ahli yang harus mengerjakan pekerjaan tingkat terampil dan sebaliknya, sehingga apa yang dikerjakan tidak bisa diusulkan nilai angka kreditnya)

10. Kegiatan yang dikerjakan dilapangan terutama yang terkait dengan implementasi TI dan komputer tidak ada dalaam KepMenpan, sebaliknya banyak kegiatan di KepMenpan yang sesuai dengan jabatan pustakawan yang melekat saat itu namun tidak sesuai dengan kenyataan yang dilakukan dilapangan.

Beberapa masalah diatas merupakan penyebab mengapa banyak pustakawan lambat atau lama dalam meningkatan jenjang jabatan dan pasti ada faktor yang menjadi kendala bagi pustakawan dalam proses pengangkatan jabatan fungsionalnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk melakukan penelitian agar mendapatkan hasil atau data yang diinginkan. Pada penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif. “Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa individu, organisasional,industri atau perspektif yang lain” (Erlina, 2011: 20). Dimana penelitian ini menggambarkan suatu kejadian secara sistematis dan akurat terhadap komponen tertentu.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perpustakaan USU yang beralamat di kampus USU Jl. Perpustakaan No.1, Padang Bulan, Kota Medan

3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari, objek maupun subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan” (Sugiyono, 2008).

Populasi merupakan keseluruhan dari karakteristik penelitian tidak hanya manusia tetapi juga objek dan benda nyata, abstrak dan benda-benda alam

lainnya. Gulo (2004: 76) menyatakan “populasi terdiri atas sekumpulan obyek yang menjadi pusat perhatian, yang daripadanya terkandung informasi yang ingin diketahuai”.

Tabel 3.1 Rekapitulasi pustakawan perpustakaan USU 2019

No. Uraian Jumlah

orang

1. S-1 Ilmu Perpustakaan 31

2. D-III Ilmu Perpustakaan 14

3. D-II Ilmu Perpustakaan 1

Jumlah 46

Sumber: Lakip Perpustakaan USU

Pada penelitia ini populasi penelitian adalah seluruh pustakawan perpustakaan USU yaitu sebanyak 46 orang. Pustakwan yang menjadi populasi penelitian ini yaitu yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakan dan bekerja dibidang perpustakaan.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel bagian kecil dari populasi yang dijadikan objek penelitian dan merupakan hal yang penting untuk dapat menjawab masalah dalam penelitian. “Sebagai bagian dari populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang populasi. Pengambilan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel atau sampling” (Gulo, 2004: 78). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling, dimana teknik pengambilan sampel ini adalah seluruh populasi dijadikan sampel. Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2008) apabila jumlah populasi kurang dari 100 maka

seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Sampel yang di ambil dalam penelitian seluruh pustakawan USU yang berjumlah 46 orang.

3.4 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah penelitian:

1. Data primer, yaitu data yang didapatkan langsung dari responden melalui pengisian angket.

2. Data sekunder, yaitu data yang bersumber dari buku, jurnal, internet, laporan tahunan dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

1. Angket

Teknik pengumpulan data dengan cara peneliti memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk di jawab yang berhubungan dengan topik penelitian. Pertanyaan disusun dalam bentuk pernyataan

dengan opsi jawaban tersedia.

2. Studi Kepustakawanan

Teknik pengumpulkan data yaitu peneliti mengumpulkan data dari bahan pustaka baik buku, jurnal dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.6 Instrumen Penelitian

“Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara, atau pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden” (Gulo, 2004:123). Instrumen penelitian dijadikan sebagai alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data dengan cara lebih sistematis dan lebih mudah. Intrumen disebut juga pedoman penelitian sesuai dengan metode yang dipergunakan, dalam penelitian ini adalah berbentuk angket. Angket berisi pernyataan yang berhubungan dengan indikator-indikator jabatan fungsional pustakawan.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan daftar ceklis atau datar centeng (√) sebagai instrumen penelitian ini agar memudahkan dalam pengumpulan data.

(Daftar Ceklis)

No. Pertanyaan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

Tabel 3.2 Defenisi Kuesioner Variabel Penelitian

Variabel Indikator Item

Jabatan Fungsional Pustakawan

Faktor internal: 1. Faktor Pendukung 1,2,3,4,5,6,7 2. Faktor Penghambat 8,9,10, 11,12, 13, 14 Faktor eksternal : 1. Angka Kredit 15,16, 17,18,19,20,21

2. Pimpinan 22,23,24 3. Lembaga 25,26,27 4. Pekerjaan Lain 28,29,30 5. Tim Penilai 31,32,33,34

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang telah didapatkan dari responden kemudian di analisis.

“Analisis data yaitu proses yang berkaitan dengan pengujian data dengan menggunakan teknik statistik tertentu, dimana hasil dari pengujian tersebut

digunakan sebagai bukti yang menendai untuk menarik kesimpulan” (Erlina, 2011: 30). Data yang terkumpul dari penyebaran kuesioner dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan cara penyusunan dan pengelompokan data, kemudian peneliti mengolah data yang diterima untuk diinterpretasi untuk disajikan dalam bentuk tabel. Untuk menghitung presentase digunakan rumus distribusi frekuensi yang dijelaskan oleh Arikunto

keterangan:

P= presentasi

f= jumlah jawaban yang diperoleh n= jumlah responden

Untuk menafsirkan besar persentasi yang diperoleh dari analisis data, penelitan menggunakan metode penafsiran dari Arikunto dengan rincian sebagai berikut:

0% : Tidak satupun dari responden 1-25% : Sebagian kecil dari responden 26-49% : Hampir setengah dari responden 50% : Setengah dari responden

51-75% : Sebagaian besar dari responden 76-99% : Hampir seluruh dari responden 100% : Seluruhnya dari responden

P=

x 100%

Hasil jawaban dari penyebaran angket kepada responden akan di analisa, untuk mendapatkan kesimpulan maka dilakukan analisis dan presentasi tertinggi merupakan hasil dari analisis data.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data Hasil Penelitian

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan persepsi pustakawan terhadap jabatan fungsional pustakawan pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU). Dengan menganalisis data yang di dapatkan dari hasil pengisian kuesioner yang di isi oleh responden yaitu pustakawan USU sebanyak 46 orang. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan Februari 2020.

4.1.1 Analisis Profil Responden

Data yang akan disajikan mengenail profil responden berupa jenis kelamin, usia dan pendidikan terakhir pustakawan pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU).

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin frekuensi Persentase

Laki-laki 19 41%

Perempuan 27 57%

Jumlah 46 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden perempuan yaitu 27 orang atau 57% dari jumlah total responden. Sedangkan responden laki-laki sebanyak 19 orang atau 41% dari total keseluhan responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar jenis kelamin responden dari penelitian ini adalah perempuan sebanyak 27 orang (57%) pada saat penelitian ini berlangsung.

Tabel 4.2 Usia Responden

Usia Frekuensi Persentase

25-35 tahun 8 17%

36-45 tahun 24 52%

46-55 tahun 11 24%

>56 3 7%

Jumlah 46 100%

Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang berusia diantar 25-35 tahun ada 8 orang (17%), berusia diantara 36-45 tahun yaitu 24 orang (52%) dan responden berusia diantara 46-55 tahun ada 11 orang atau 24%, serta responden yang berusia di atas 56 tahun ada 3 orang atau 7% dari total keseluruhan responden.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang paling banyak berusia di antara 36-45 tahun yaitu ada 24 orang atau 52% dan yang paling sedikit ada pada responden yang berusia di atas 56 tahun yaitu ada 3 orang atau 7% dari jumlah total keseluruhan responden.

Tabel 4.3 Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan frekuensi Persentase

D-II Ilmu Perpustakaan 1 2%

D-III Ilmu Perpustakaan 14 30%

S-1 Ilmu Perpustakaan 31 67%

Jumlah 46 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir responden dalam hal ini pustakawan yang lulusan D-II ada 1 orang atau 2%, responden (pustakawan) lulusan D-III Ilmu Perpustakaan ada 14 orang atau 30% dari total

keseluruhan dan responden (pustakawan) yang lulusan S-1 Ilmu Perpustakaan ada 31 orang atau 67% dari keseluruhan responden.

Dari tabel ini juga terlihat bahwa responden pada penelitian ini lebih banyak dari pustakawan yang lulusan S-1 Ilmu Perpustakaan yaitu sebanyak 31 orang (67%) kemudian pustakawan lulusan D-III sebanyak 14 orang (30%) dan responden yang paling sedikit adalah yang lulusan D-II yaitu hanya ada 1 orang atau 2% dari jumlah total dari keseluruhan responden.

4.1.2 Analisis Hasil dan Pembahasan Penelitian terhadap Faktor-Faktor dalam Kenaikan Jabatan Fungsional Pustakawan Pada Pustakawan Universitas Sumatera Utara (USU)

Persepsi pustakawan terhadap jabatan fungsional pustakawan terbagi menjadi dua aspek yaitu faktor intermal dan faktor eksternal dalam pengangkatan atau kenaikan jabatan fungsional pustakawan. Faktor internal meliputi faktor pendukung dan faktor penghambat, faktor eksternal meliputi angka kredit, pimpinan, lembaga, pekerjaan lain dan tim penilai.

Persepsi pustakawan terhadap jabatan fungsional pustakawan terbagi menjadi dua aspek yaitu faktor intermal dan faktor eksternal dalam pengangkatan atau kenaikan jabatan fungsional pustakawan. Faktor internal meliputi faktor pendukung dan faktor penghambat, faktor eksternal meliputi angka kredit, pimpinan, lembaga, pekerjaan lain dan tim penilai.

Dokumen terkait