• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Aspek Pengelolaan Sampah di Indonesia

2.3.1 Aspek teknis operasional

2.3.1.4 Pengangkutan sampah

Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truk kontainer tertentu yang dilengkapi alat pengepres (SNI 19-2454-2002). Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat pemrosesan akhir, atau TPA. Pengangkutan sampah merupakan salah satu komponen penting dan membutuhkan perhitungan yang cukup teliti, dengan sasaran mengoptimalkan waktu angkut yang diperlukan dalam sistem tersebut, khususnya bila:

1. Terdapat sarana pemindahan sampah dalam skala cukup besar yang harus menangani sampah.

2. Lokasi titik tujuan sampah relatif jauh.

3. Sarana pemindahan merupakan titik pertemuan masuknya sampah dari berbagai area.

4. Ritasi perlu diperhitungkan secara teliti.

5. Masalah lalu-lintas jalur menuju titik sasaran tujuan sampah.

Persyaratan alat pengangkut sampah antara lain adalah:

1. Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan jaring.

2. Tinggi bak maksimum 1,6 m. 3. Sebaiknya ada alat ungkit.

4. Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/kelas jalan yang akan dilalui. 5. Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah. Alat angkut mekanis yang digunakan pada kawasan perkotaan memiliki kelebihan dan kekurangan berikut jenis peralatan pengangkutan sampah perkotaan yang sering digunakan, dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Jenis Peralatan Pengangkutan Sampah Perkotaan Jenis

Peralatan

Konstruksi/ bahan

Kelebihan Kelemahan Catatan

1 2 3 4 5 Truk biasa terbuka - Bak konstruk si kayu. - Bak konstruk si plat besi

- Harga relatif murah. - Perawatan relatif

lebih mudah dan murah. - Kurang sehat. - Memerlukan waktu pengoperasian le- bih lama. - Estetika kurang. - Banyak dipa kai di Indo nesia. - Diperlukan tenaga le- bih banyak. Dump truk / tipper truk

- Bak plat baja. - Dump truk de ngan ketinggi an bak peng - angkutnya

- Tidak diperlukan- banyak tenaga kerja pada saat pembong karan.

- Pengoperasian lebih efisien dan efektif.

- Perawatan lebih sulit.

- Kurang sehat - Kurang estetis. - Relatif lebih mudah berkarat.

- Sulit untuk pemua tan Perlu modifika si bak. Arm roll truk Truk untuk meng angkut membawa kontainer-kontai ner hidrolis

- Praktis dan cepat da- lam pengoperasian - Tidak diperlukan te-

naga kerja yang ba- nyak.

- Lebih bersih dan se - hat.

- Estetika baik. - Penempatan lebih

fleksibel.

- Hidrolis sering rus- ak.

- Harga relatif mahal. - Biaya perawatan lebih mahal. - Diperlukan lokasi (areal) untuk penem patan dan pengang katan.

Cocok pada lokasi-lokasi dengan jum- lah sam pah yang relatif banyak. Compac - tor truk Truk dilengkapi dengan alat pemadat sampah

- Volume sampah te- rang kut lebih ba - nyak

- Lebih bersih dan hygienis

- Estetika baik. - Praktis dalam pengo

perasian.

- Tidak diperlukan ba nyak tenaga kerja

- Harga relatif mahal. - Biaya investasi dan pemeliharaan lebih mahal.

- Waktu pengumpulan Lama, bila untuk sistem door to door.

Cocok untuk pengumpulan dan angkutan secara komu nal.

Tabel 2.3 (Lanjutan) Jenis

Peralatan

Konstruksi/ bahan

Kelebihan Kelemahan Catatan

1 2 3 4 5 Multi loader Truk untuk meng angkat / memba wa kontainer- kontainer secara hidrolis

- Praktis dan cepat da lam pengoperasian. - Tidak diperlukan ba- nyak tenaga kerja.

- Hidrolis sering rusak. - Diperlukan lokasi (areal) untuk penem patan dan pengang katan.

- Cocok pada lokasilokasi dengan pro- duksi sam pah yang relatif banyak. - Pernah digu nakan di Makasar. Truk crane Mobil pe - nyapu jalan (street sweeper Truk dilengka pi dengan alat pengangkat sampah. Truk yang di lengkapi deng an alat penghi sap sam pah.

- Tidak memerlukan ba nyak tenaga untuk menaikan sampah ke truk.

- Cocok untuk meng angkut sampah yang besar (bulky waste).

- Pengoperasian lebih

cepat.

- Sesuai untuk jalan – jalan protokol yang memerlukan pekerja

an cepat.

- Estetis dan higienis. - Tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak.

- Hidrolis sering rusak. - Sulit digunakan di da erah yang jalannya sempit dan tidak tera tur.

- Harga lebih mahal. - Perawatan lebih ma -

hal

- Belum memungkin kan untuk kondisi jalan di Indonesia umumnya Telah diguna kan di DKI Jakarta. Baik untuk jalan–jalan utama yang rata, tidak berbatu dan dengan batas jalan yang baik.

Sumber: Enry Damanhuri, 2003

Pengangkutan sampah menurut UU no 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, merupakan bagian dari penanganan sampah. Pengangkutan didefinisikan sebagai bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari TPS 3R menuju ke tempat pengolahan sampah terpadu

atau tempat pemrosesan akhir. Beberapa acuan normatif juga mencantumkan tentang pengaturan pengangkutan sampah, antara lain:

1. Pedoman Standar Pelayanan Minimal, Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001). Pedoman ini mencakup pelayanan minimal untuk pengelolaan sampah secara umum dalam wilayah pemukiman perkotaan dimana 80% dari total jumlah penduduk terlayani terkait dengan pengelolaan sampah. Khusus untuk pengangkutan dicantumkan bahwa jenis alat angkut mempengaruhi pelayanan, sebagai berikut:

a. Truk sampah dengan kapasitas 6 m³ dapat melayani pengangkutan untuk 700 KK-1000 KK sedangkan dengan kapasitas 8m3 untuk 1500 KK–2000 KK (jumlah ritasi 2-3/hari).

b. Arm roll truck dengan kontainer 8 m³ juga dapat melayani 2000 KK- 3000 KK (jumlah ritasi 3-5/hari).

c. Compactor truck 8m3 mampu melayani 2500 KK.

2. SNI 19-2454-2002, Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan. SNI ini mengatur tentang pola pengangkutan dan operasional pengangkutan.

3. SNI 03-3243-2008, Pengelolaan sampah pemukiman. SNI mengatur tentang kebutuhan sarana untuk pengangkutan sampah yang dipengaruhi oleh tipe rumah dan tingkat pelayanan serta jenis alat angkut.

Bila mengacu pada metode pengangkutan sampah yang digunakan pada beberapa negara maju, maka metode pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:

1. Metode Hauled Container System (HCS). 2. Metode Stationery Cuntainer System (SCS).

Metode Hauled Container System adalah sistem pegumpulan sampah yang wadah pengumpulnya bisa berpindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat pembuangan akhir. HCS merupakan sistem wadah angkut untuk daerah komersil.

Untuk menghitung waktu ritasi dari sumber ke TPS atau TPA:

THCS = ( PHCS+S+h) ... (2.1)

Keterangan:

THCS = waktu per ritasi (jam/rit)

PHCS = waktu pengambilan (jam/rit)

S = waktu di tempat (TPS atau TPA) untuk bongkar muat (jam/rit) h = waktu pengangkutan dari sumber → TPS atau TPA

h tergantung kecepatan dan jarak dapat di hitung dengan:

h=a+bx ...(2.2)

dimana: a = jam /ritasi b = Jam /jarak

x = jarak pulang pergi (km) sehingga:

THCS = PHCS + S + a + bx ...(2.3) PHCS = pc + uc + dbc ...(2.4) Keterangan:

PHCS = waktu pengambilan/rit

pc = waktu untuk mengangkut kontainer isi (jam/rit) uc = waktu untuk mengosongkan kontainer

dbc = waktu untuk menempuh jarak dari kontainer ke kontainer lain (jam/rit) Catatan: pada pelayanan dengan gerobak lain → PHCS = waktu mengambil sampai mengembalikan bin kosong di TPS.

Jumlah ritasi kendaraan perhari ntuk sistem HCS dapat dihitung dengan:

...(2.5)

[

(1

)

(1 2)

]

. HCS T t t w H Nd = − − +

Keterangan:

Nd = jumlah ritasi/hari (rit/hari) H = waktu kerja (jam/hari)

w = off route faktor (waktu hambatan → sebagai friksi)

t1 = waktu dari pool kendaraan (garasi) ke kontainer 1 pada hari kerja (jam)

t2 = waktu dari kontainer terakhir ke garasi (jam) THCS = waktu pengambilan/ritasi (jam/rit)

Jumlah ritasi dapat dibandingkan dengan perhitungan atas jumlah sampah terkumpul/hari.

...(2.6)

Keterangan:

Vd = jumlah sampah terkumpul (volume/hari) c = ukuran rata-rata kontainer (volume/hari) f = faktor penggunaan kontainer

Metode Stationery Container System (SCS) adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah pengumpulannya tidak dibawa berpindah-pindah (tetap). Wadah pengumpulan ini dapat berupa wadah yang dapat diangkat atau yang tidak dapat

. . f c Vd

diangkat. SCS merupakan sistem wadah tinggal ditujukan untuk melayani daerah pemukiman.

Untuk stationary container system dengan mechanical loaded collection vehicles, maka:

TSCS = (PSCS + s + a + bx) ...(2.7)

PSCS = CT (Uc) + (np-1)(dbc) ...(2.8)

Keterangan:

CT = jumlah kontainer yang dikosongkan/rit (kontainer/rit). Uc = waktu pengosongan kontainer (jam/rit).

Np = jumlah lokasi kontainer yang diambil per rit (lokasi/rit).

Dbc = waktu terbuang untuk bergerak dari satu lokasi ke lokasi kontainer lain (jam/lokasi).

Jumlah kontainer yang dikosongkan per ritasi pengumpulan:

...(2.9)

Keterangan:

CT = jumlah kontainer yang dikosongkan/rit (kontainer/rit). V = volume mobil pengumpul (m3/rit).

.

.

.

f

c

R

V

C

T

=

C = volume kontainer (m3/kontainer). f = faktor penggunaan kontainer

...(2.10)

Dimana:

Vd = jumlah sampah yang dikumpulkan/hari (m³/hari) W = waktu yang diperlukan perhari

Dokumen terkait