• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Beda Jenis Umpan Terhadap Berat Umpan Yang

5 PEMBAHASAN

5.3 Pengaruh Beda Jenis Umpan Terhadap Berat Umpan Yang

Berat suatu jenis umpan yang dimakan oleh keong macan dapat menunjukkan tingkat kesukaan keong macan akan jenis umpan tersebut. Semakin banyak atau berat suatu umpan yang dimakan oleh keong macan, maka akan menunjukkan kesukaan keong macan terhadap jenis umpan tersebut. Dan sebaliknya, semakin ringan atau semakin sedikit umpan yang dimakan maka keong macan kurang menyukai umpan tersebut.

Gambar 12 dan Tabel 9 menunjukkan bahwa keong macan yang diberi umpan daging kerang hijau memiliki tingkat konsumsi atau tingkat kesukaan yang paling tinggi bila dibandingkan dengan umpan-umpan yang lainnya. Lalu diikuti dengan umpan ikan rucah, ikan asin dan yang terakhir adalah kulit kambing. Hal ini dibuktikan dengan berat umpan daging kerang hijau yang dimakan oleh keong macan paling berat bila dibandingkan dengan umpan-umpan yang lain. Semakin berat umpan yang dimakan maka tingkat kesukaan akan semakin tinggi. Diduga hal ini dikarenakan bau yang ditimbulkan oleh daging kerang hijau ketika berada dalam air laut lebih merangsang keong macan bila dibandingkan dengan umpan-umpan yang lain. Indikasi lain yang menyebabkan keong macan lebih menyukai daging kerang hijau adalah kontruksi tubuh daging kerang hijau yang tidak memiliki tulang atau duri dan bulu sehingga daging kerang hijau dapat dicerna lebih mudah dan dalam jumlah yang lebih banyak. Selain itu daging kerang hijau memiliki komposisi asam amino, asam lemak dan mineral yang mirip dengan keong macan, sehingga daging kerang hijau lebih efektif bila dijadikan pakan bagi pembudidayaan keong macan. Hal ini dibuktikan oleh kandungan protein yang tinggi pada keong macan yang mengkonsumsi daging kerang hijau (Yulianda, 2003).

Hal lain yang bisa dijadikan indikator keong macan lebih menyukai daging kerang hijau adalah karena umpan daging kerang hijau memiliki kadar air yang

39 paling tinggi dibandingkan dengan umpan-umpan yang lain. Keong macan lebih menyukai makanan yang mengandung kadar air yang tinggi dibandingkan dengan makanan yang kering (Martanti, 2001).

Ikan rucah termasuk juga menjadi salah satu umpan alternatif untuk menangkap keong macan setelah daging kerang hijau. Jika dilihat pada Gambar 12, pada saat ulangan 7,9 dan 10, ikan rucah memiliki tingkat konsumsi paling tinggi dibandingkan dengan umpan-umpan yang lain. Hal ini mungkin dikarenakan ikan rucah memiliki bau yang merangsang (Djatikusumo, 1975 diacu dalam Urbinas, 2000). Selain itu keadaan ikan rucah yang masih segar dan memiliki kadar air yang cukup tinggi, juga mempengaruhi keong macan untuk memakannya. Tapi yang menjadi kelemahan ikan rucah adalah ikan rucah mempunyai duri yang tidak bisa dimakan oleh keong macan, sehingga mengakibatkan ikan rucah tidak bisa dikonsumsi dalam jumlah yang banyak.

Gambar 14 menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi keong macan yang memakan umpan pada setiap selang kelas panjang, paling besar ditunjukkan pada saat umpan daging kerang hijau. Selang kelas panjang yang memiliki frekuensi terbesar adalah selang kelas 4,45-5,24 cm.

Ukuran keong macan mempengaruhi jumlah umpan yang dikonsumsi nya. Semakin besar ukuran keong macan, maka jumlah umpan yang dikonsumsi akan semakin banyak. Dengan demikian semakin besar ukuran keong macan akan semakin sering memakan umpan. Namun, pada selang kelas panjang 5,25-6,04 cm frekuensi keong macan yang memakan umpan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan jumlah keong macan yang tergolong kedalam selang kelas tersebut berjumlah lebih sedikit dari jumlah keong macan yang tergolong dalam selang kelas 4,45-5,24 cm.

Jumlah keong macan yang memakan umpan daging kerang hijau paling besar diantara umpan-umpan lainnya, sehingga perbedaan frekuensinya pun paling besar. Pada saat umpan ikan asin peningkatan jumlah keong macan yang memakan umpan cenderung tidak tinggi, karena jumlah keong macan yang memakan umpan ikan asin sedikit.

Jumlah umpan yang dimakan bisa juga dipengaruhi oleh kondisi keong macan pada saat percobaan dilakukan. Apakah dalam kondisi kenyang ataukah lapar. Karena keong macan merupakan salah satu hewan yang cenderung rakus sehingga dia akan memakan semua umpan hingga dia merasa kenyang. Setelah kenyang dia akan kembali lagi tertidur dibawah pasir dan tidak akan bangun meskipun dia mencium bau umpan yang lain. Tetapi akan bangun setelah dia merasa lapar lagi dan mencium bau umpan.

Berdasarkan hasil uji analisis statistika (ANOVA) (Lampiran 13), yaitu dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan selang kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa F hit > F tab. Dimana Fhit = 3,83 sedangkan F tab = 2,87 sehingga tolak Ho. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan berat umpan yang dimakan keong macan pada setiap perlakuan jenis umpan atau dengan kata lain jenis umpan berpengaruh sangat nyata terhadap berat umpan yang dimakan.

Perbedaan pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis umpan terhadap berat umpan yang dimakan oleh keong macan, dapat diketahui dengan analisis Beda Nyata Jujur (BNJ). Analisis BNJ menunjukkan bahwa yang memberikan perbedaan sangat nyata adalah pasangan antara daging kerang hijau dengan ikan asin dan pasangan antara daging kerang hijau dengan kulit kambing. Perbedaan pengaruh yang ditimbulkan karena tingkat konsumsi keong macan terhadap umpan daging kerang hijau berbeda sangat jauh dengan tingkat konsumsi keong macan terhadap umpan ikan asin dan kulit kambing. Hal ini diduga karena bau ikan asin dan kulit kambing kurang begitu merangsang keong macan untuk memakannya, selain itu ikan asin dan kulit kambing memiliki kadar air yang tidak begitu tinggi, ikan asin juga memiliki duri yang tidak bisa dimakan oleh keong macan, sama halnya dengan kulit kamb ing yang memiliki bulu yang tidak disukai oleh keong macan.

5.4 Tingkah Laku Makan Keong Macan

Keong macan mencari makanan lebih mengandalkan siphonnya dibandingkan

41 berpedoman pada bau makanan tersebut. Karena dari setiap jenis umpan yang dicobakan mengeluarkan bau yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya maka akan menimbulkan reaksi pergerakkan yang berbeda-beda pula.

Bila dilihat dari Tabel 10 dan Gambar 15, maka dapat disimpulkan bahwa untuk umpan ikan asin keong macan lebih banyak diam dan tidak merespon. Mungkin disebabkan karena bau ikan asin yang kurang merangsang keong macan untuk memakannya. Hal di atas dibuktikan oleh percobaan dengan menggunakan bak percobaan dengan waktu percobaan 12 jam ikan asin menduduki peringkat kedua dalam jumlah hasil tangkapan. Waktu yang dilakukan dalam percobaan ini hanya 2 jam, hingga bau ikan asin tidak bisa tercium oleh keong macan secara optimal.

Untuk umpan ikan rucah, keong juga cenderung pasif. Tapi bila dibandingkan dengan umpan ikan asin, persentase nya lebih kecil. Selain itu persentase keong macan yang memakan umpan ikan rucah juga lebih banyak bila dibandingkan dengan persentase keong macan yang memakan umpan ikan asin. Persentase keong macan yang memakan umpan ikan rucah adalah 9,33 % pada tingkah laku C ditambah dengan tingkah laku makan keong macan yang B yaitu 5 % jadi totalnya 14,33 %. Hal ini disebabkan mungkin bau ikan rucah lebih merangsang keong macan dibandingkan dengan bau ikan asin.

Pada saat umpan kulit kambing, persentase keong macan yang melakukan pergerakan B adalah 9,67 % dan untuk pergerakan C adalah 7,67 %. Persentase keong macan yang memakan umpan kulit kambing lebih banyak daripada persentase keong macan yang memakan umpan ikan rucah. Tetapi persentase keong macan yang melakukan tingkah laku A juga lebih banyak pada umpan kulit kambing jika dibandingkan dengan umpan ikan rucah. Hal tersebut menandakan bahwa bau yang dihasilkan oleh kulit kambing masih kurang bagus jika dibandingkan dengan ikan rucah, meskipun persentase keong macan yang memakan umpan kulit kambing lebih banyak dari ikan rucah. Karena pergerakan yang berbelok-belok (respon A dan B) menandakan bahwa keong macan kurang merasakan bau yang ditimbulkan oleh umpan kulit kambing dan jumlah keong macan yang melakukan respon C pada umpan ikan rucah lebih banyak dari pada umpan kulit kambing, yang menyatakan

bau ikan rucah lebih disukai dan dapat tercium oleh keong macan dengan jelas, sehingga keong macan dapat langsung menuju makanan.

Persentase keong macan lebih besar melakukan pergerakan C pada saat umpan daging kerang hijau. Dan bila dibandingkan dari umpan-umpan yang lain persentase keong macan yang diam pada umpan daging kerang hijau paling kecil, selain itu persentase yang melakukan pergerakkan A dan B juga paling kecil. Sehingga bisa disimpulkan bahwa bau yang ditimbulkan oleh umpan daging kerang hijau lebih merangsang keong macan untuk memakannya dan penyebaran bau nya sangat cepat dan luas.

.

Dokumen terkait